Attakai Café

By dianisfha_

2.1K 509 130

(On-going/slow update) Local Fanfiction - Short Chapter Cast : Hoshi, Sunghoon, Yerin, Chaehyun Romance | Da... More

OPEN
Trailer Attakai Café
01. The Owner
02. Best Partner
03. Pangeran Pencuci Piring
04. Part Time Girl
06. Kucing oren VS buaya darat
07. Ah... hubungan yang rumit
08. A slice of pizza
09. Habit
10. Weekend
11. Sean's behavior
12. Salah tingkah
13. Salah tingkah pt.2
14. Urusan laki-laki
15. Too curious
16. Curiga
17. Poor Sean
18. Ketulusan
19. Sugar for coffee
20. Dih, ada mantan
21. Trik Dean : 'ayo, jangan ditiru!'
22. Misi Sean : 'mari berbaikan'
23. Misi Sean : 'membentuk aliansi'
24. Bercanda?
25. Gara-gara Sean
26. Teman pertama
27. Reality
28. Healing
29. Rencana Baru
30. Misi Sean : 'mencari jawaban'
31. Jawaban
32. Kejujuran yang tertahan
33. Keputusan Dean
34. Sandaran ternyaman
35. Kebahagiaan yang adil
36. Bukan Candaan
37. Menjadi milikmu

05. Attakai Café

58 17 4
By dianisfha_

Attakai Café.

Atau dalam bahasa Indonesia memiliki arti 'hangat' adalah kafe yang didirikan oleh Dean sekitar lima tahun yang lalu. Nama dari kafe ini memang cukup unik, diambil dari bahasa Jepang. Dengar-dengar sih Dean memang menguasai bahasa Jepang, sehingga wajar rasanya jika nama itu tercetus begitu saja dari mulut Dean kala dia mendengar kesan pertama Sean ketika memasuki bangunan ini sebelum dijadikan kafe lima tahun lalu. Tentu saja Dean memilih nama tersebut dengan harapan bangunan yang akan menjadi tempat usaha sekaligus tempat tinggal mereka ini akan menjadi tempat yang bisa memberikan kehangatan untuk orang-orang terutama Sean yang kala itu sedang dalam keadaan terpuruk.

Rin pernah bercerita pada Amaya bahwa Dean menguasai Bahasa Jepang karena Dean memang pernah berkuliah di Jepang dan bekerja di sana sebagai barista di sebuah kafe terkenal, sebelum kemudian dia pindah ke Indonesia di usia 25 tahun karena orangtuanya yang meninggal dalam kecelakaan sehingga Dean tidak punya pilihan lain selain menjadi wali satu-satunya untuk adiknya yang bernama Sean. Usia Sean dan Dean terpaut cukup jauh. Ya, tiga belas tahun. Meskipun begitu, hubungan keduanya tidak ada canggung-canggungnya sama sekali, mereka sangat akrab dan saling melengkapi, meskipun dalam beberapa alasan sifat Sean agak sulit Dean kendalikan.

Oh iya, sesuai dengan apa yang Amaya tahu selaku saksi yang melihat sendiri perubahan kafe ini, kafe ini dulunya hanya sebatas coffee shop yang memang hanya menyediakan kopi-kopian saja yang diracik langsung oleh Dean.

Dean memang sengaja memilih membuka coffee shop sebagai mata pencahariannya ketika ia memutuskan untuk tinggal di Indonesia bukan semata-mata karena kecintaannya terhadap kopi. Sebetulnya ada beberapa alasan yang Dean miliki. Pertama, saat itu kondisi Sean sangat terpuruk sehingga Dean selaku keluarga terdekat satu-satunya yang Sean punya tidak punya pilihan lain selain harus selalu ada disisi Sean dan menjadi sosok yang menguatkan Sean. Mencari pekerjaan dan meninggalkan Sean, jelas bukan pilihan bagus. Kedua, orangtuanya memiliki aset berupa ruko yang sebelumnya disewa orang lain untuk coffee shop. Sehingga ruko tersebut bisa dia jadikan modal utama untuk membuka usaha. Ketiga, salah satu keahlian Dean adalah meracik kopi. Karena alasan itulah Dean pun memutuskan untuk membuka usaha coffee shop sendiri ketimbang dia bekerja sebagai barista di tempat orang lain. Untuk peralatan lain yang Dean butuhkan untuk coffee shop-nya pun dia beli dengan uang tabungannya juga uang hasil menjual mobilnya.

Dan berhubung bangunan ini terdiri dari dua lantai. Akhirnya Dean memutuskan untuk menjadikan lantai bawah untuk tempat usaha dan lantai atas diperuntukkan untuk tempat tinggal Dean dan Sean, sejalan dengan niatan Dean yang tidak mau meninggalkan Sean di masa itu. Sebenarnya mereka memiliki rumah sendiri peninggalan orangtua mereka, sayangnya letaknya cukup jauh dari bangunan ini.

Kemudian sekitar setahun setelah beroperasi Dean pun merekrut pegawai yang dikenal dengan nama Rin, itu pun tidak niat-niat sekali. Rin bilang Dean adalah penolongnya kala itu. Sehingga saat dia berhasil bekerja penuh selama sebulan untuk melunasi gaji yang Dean bayar di awal, Rin pun memutuskan untuk tetap bekerja di tempat Dean sampai seterusnya.

Selama ini coffee shop ini bisa diurus oleh Rin dan Dean dengan hanya menyediakan menu berupa aneka jenis kopi. Hingga setahun yang lalu Dean mengajak bekerja salah satu kakak sepupunya yang bernama Desi. Usianya tidak beda jauh dengan Dean, hanya terpaut dua tahun saja. Desi sudah berumah tangga dan memiliki anak yang bernama Cia. Dulunya Desi hanyalah seorang Ibu rumah tangga, namun semenjak suaminya meninggal dunia Desi pun tidak punya pilihan lain selain mencari nafkah untuk keluarganya. Dan kebetulan sepupunya yang baik hati dan tidak sombong ini alias Dean memiliki usaha coffee shop. Desi pun memutuskan untuk ikut bekerja pada Dean dengan menawarkan keahliannya sebagai koki handal yang juga ahli di bidang baking. Makannya sejak setahun yang lalu, atau sejak Desi bergabung, kafe ini pun mulai menyediakan berbagai menu kue-kuean.

Dan sejak saat itu coffee shop ini berubah konsep menjadi kafe. Dan pengunjung yang datang pun mulai membludak.

Hingga akhirnya Rin pun mendemo Dean. Katanya dia lelah mengurus semuanya sendirian dan Dean wajib merekrut karyawan baru. Jika tidak Rin akan resign dari pekerjaannya.

Karena itulah saat Amaya melamar pekerjaan di kafe ini, Rin langsung mengajak Amaya untuk wawancara. Meskipun sempat ditipu oleh adik dari Dean, tapi pada akhirnya sesi wawancara sungguhan berjalan dengan lancar. Dan sejak saat itulah Amaya resmi bekerja di kafe ini.

Dan begitulah sekilas tentang tempat kerja Amaya sekarang. Yang mana semua sumbernya itu dia dapatkan dari Rin, bukan Dean.

Entahlah. Yang Amaya tahu meskipun Dean pria yang baik dan penyabar, namun sayangnya Dean bukan seseorang yang pandai membuka dirinya. Dia kelewat tertutup. Tidak seperti adiknya, yang notabenenya kelewat narsis, jahil dan menyebalkan.

Amaya berlarian ke sana kemari dengan nampan yang memenuhi tangannya untuk memenuhi pesanan yang lumayan membludak di kafe ini. Kafe ini memang terlihat sederhana dan kecil, tapi harus Amaya akui kalau kafe ini laris manis persis seperti yang Rin katakan. Sungguh, Amaya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Rin yang harus melakukan banyak jobdesk sendirian selama ini.

Setelah menaruh pesanan ke atas meja nomor 4, Amaya pun segera menghampiri meja nomor 2 di mana pelanggannya baru menempati meja tersebut. Padahal meja tersebut baru ditinggalkan customer sebelumnya kurang dari lima menit saja.

"Salam hangat. Selamat datang di kafe kami. Mau pesan apa?" Ucap Amaya dengan tagline andalan kafe ini, serta tidak lupa senyuman hangat di wajahnya.

"Hot Latte dua ya Mbak" ujarnya yang dibalas anggukan kepala Amaya. Dari caranya yang langsung memesan sepertinya sudah cukup menegaskan bahwa mereka berdua sudah sering datang kemari.

"Ditunggu ya Kak" ujar Amaya dengan ramah, sebelum dia beranjak dari posisinya lalu menghampiri meja barista yang diisi oleh Dean. Letaknya ada di dekat meja kasir yang diisi oleh Rin.

Amaya menyobek kertas berisi pesanan lalu menaruhnya ke atas meja barista, "Mas Dean, Hot Latte 2" ucapnya.

"Oke" jawab Dean sekenanya lalu dia pun fokus kembali dengan urusannya. Pokoknya diantara semua tempat, tempat barista adalah tempat tertenang yang Amaya temui. Dean memang jarang berbicara ketika sedang bekerja, setidaknya itulah yang Amaya tahu setelah hampir sebulan dia bekerja di sini.

Amaya membalikkan badannya, lalu menyandarkan pinggangnya pada tepian meja bartender. Berisitirahat sejenak sekalian menunggu pesanan Latte selesai dibuat. Meskipun begitu, manik mata Amaya terus bergulir menyapu setiap sudut kafe untuk melihat apakah ada yang bisa dia kerjakan atau tidak.

Amaya langsung berdiri tegak saat dia melihat meja nomor 8 sudah ditinggalkan oleh pemiliknya. Dia pun langsung beranjak menuju ke meja tersebut setelah sebelumnya mengambil semprotan cairan pembersih dan lap.

Sampai di meja tersebut ia langsung memindahkan satu gelas dan satu cangkir kotor ke atas nampan. Lalu segera menyemprotkan cairan pembersih ke atas meja dan mengelapnya. Setelahnya, dia merapikan kursi sebelum beranjak menuju ke dapur untuk menaruh gelas kotor.

"Dek ini Latte-nya" ujar Dean saat melihat Amaya berjalan menuju ke dapur.

"Sama aku aja Mas" ujar Rin menanggapi perkataan Dean kemudian dia menoleh ke arah Amaya yang sudah membuka pintu dapur, "Dek, sekalian ambilin stok cupcake ya" ujarnya, sementara tangannya cekatan menekan-nekan mesin kasir untuk menghitung total pembayaran yang harus customer-nya bayar.

"Oke Kak" ucap Amaya sebelum dia menghilang di balik pintu dapur.

Rin pun langsung memberikan uang kembaliannya serta struk pembayaran pada customer-nya, "terimakasih. Silahkan kembali lagi" ucapnya dengan ramah. Tepat saat pelanggannya beranjak dari meja kasir, dan area kasir sudah lumayan lenggang, Rin langsung memutari meja kasir lalu menggapai nampan berisi dua Hot Latte untuk meja nomor 2. Selesai diantarkan, dia pun langsung bergerak kembali menuju ke meja kasir dan melayani pelanggan lainnya yang sudah menunggu di sana.

"Salam hangat. Ada yang bisa dibantu" ucap Rin dengan ramah.

"Vanilla Latte satu"

"Hot atau ice?" Tanya Rin dengan ramah.

"Ice Kak, sama..." Sang pelanggan pun langsung melirik ke arah meja etalase yang diisi oleh aneka kue-kuean. "Satu potong Red Velvet Cake. Take away ya Kak" ujarnya.

"Baik Kak. Ditunggu ya" ujar Rin. Kemudian Rin segera memberitahu Dean pesanan tadi sementara dia sendiri sibuk untuk memasukkan sepotong kue ke dalam wadah kue yang telah disediakan. Rin pun tampak berjongkok ke bawah untuk mengambil paper bag berwarna cokelat dengan tulisan kafe ini di pusatnya, lalu memasukkan kue yang sudah diwadahi tadi ke dalam paper bag tersebut.

Selagi menunggu Dean selesai membuat pesanan kopi, Rin pun langsung menghitung total belanjaan sang pelanggan.

Sementara itu, Amaya terlihat keluar dari area dapur dengan membawa nampan berisi cupcake. Dia agak lama di dapur karena membantu Desi menghias cupcake. Dia pun langsung membuka pintu etalase lalu memajang cupcake di sana dengan sangat rapi.

Krincing~

Mendengar suara lonceng berbunyi, Amaya pun langsung menyembulkan kepalanya ke atas. Manik matanya menyipit tajam kala melihat presensi seorang pria berseragam SMA yang baru masuk ke dalam kafe dengan raut songong andalannya.

"Sean bantuin gue. Cuci gelas di dapur" ujar Amaya dengan tegas.

Sean menghentikan langkahnya seketika. Tubuhnya lantas bergidik ngeri kala mendengar suara yang begitu horor ditelinganya tersebut.

"Ogah!" tolak Sean dengan tegas. Sebelum dia berlari menuju ke arah tangga.

"Seaaannnn!"


CAST:

DESI
32 Tahun

CIA
5 Tahun



Tbc...

^^

Semoga kebayang ya sesibuk apa kafe ini 😁

.
.
.
.

28/01/2024 (19:25)
-dnf-

Continue Reading

You'll Also Like

181K 11.3K 12
Nanadaime Hokage, mendapati rekan satu timnya yang dulu pernah cintai, kini menjadi istri sahnya. Lalu bagaimana dengan Byakugan no Hime yang selama...
3.7K 299 8
"kenapa baru sekarang, naruto?"
152K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
194K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...