Single Mother : Heejake

Od s_xpyin

65.6K 6K 538

Jake membesarkan Riki seorang diri tanpa suami. Prinsip hidupnya jika dunia keras maka dia lebih keras. Viac

bagian 1
bagian 3
bagian 4
bagian 5
bagian 6
bagian 7
bagian 8
bagian 9
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28

bagian 2

5K 388 3
Od s_xpyin

-
-
-

Hari ini Heeseung bangun seperti hari biasanya, melamun sebentar dan beranjak untuk mandi, dia keluar dan mulai memakai baju, menyemprotkan parfum dan berkaca di cermin yang berada di kamar nya.

Heeseung mengeluarkan rokok, menghidupkan nya dan membiarkan nya terletak di bibir nya, Heeseung melipat lengan kemeja yang ia kenakan lalu kembali menatap dirinya dari pantulan cermin.

Heeseung menghembuskan asap rokoknya dari hidung dan mengambil tasnya, dia harus segera berangkat ke sekolah sebagai kesiswaan dia harus mencontohkan kebaikan dan kedisiplinan bagi murid murid nya.

Sesampainya di sekolah, Heeseung menatap sebagian murid yang sudah berlalu lalang dan sesekali menyapanya, Heeseung hanya mengangguk untuk balasan dan melanjutkan langkahnya.

Langkah Heeseung terhenti saat dia melihat satu siswa yang melalui nya, wajahnya tampak sendu, apa dia banyak mengalami masalah hari ini?.

ada apa? kenapa Heeseung tiba tiba memiliki pemikiran random seperti itu?.

Jika pulpen nya tidak jatuh dan berakhir dengan Heeseung yang mengambil kan nya mungkin dia tidak akan ngeh dengan keberadaan Heeseung.

"pulpen mu." ucap Heeseung dengan menyodorkan pulpen nya pada sang empu.

"a-ahh terimakasih pak." balas Riki dengan mengambil pulpen itu lalu menunduk dengan sopan padanya.

Heeseung hanya menatap nya setelah menundukkan tubuh nya dia pun langsung pergi dengan wajah yang menunduk pada lantai, Heeseung hanya menggeleng kan kepala nya dan melanjutkan langkahnya menuju ruangan.

Heeseung membuka ruangan guru dan meletakkan tasnya pada mejanya, dia memijat dahi nya yang sedikit pening pagi ini seperti nya dia butuh healing.

Heeseung bersandar pada bangkunya lalu memejamkan matanya, Jay meletakkan kopi di meja Heeseung, Jay adalah guru bahasa inggris.

mata nya yang terpejam lantas terbuka saat mendengar suara yang berada di depan nya, Heeseung menatap Jay yang sekarang melemparkan senyum padanya.

"kau terlihat stress pak." senyum Jay dengan manis.

"tidak pak Jay hanya saja kepala saya sedikit pusing pagi ini." balas Heeseung dengan membenarkan posisi nya.

"seperti nya anda butuh berlibur jangan terlalu memberatkan pikiran anda pak, anda masih muda." kekehan kecil terdengar di telinga Heeseung sedangkan Heeseung hanya menghela nafasnya.

"tidak pak." balas Heeseung seadanya.

Jay tersenyum.

"kopi nya di minum ya pak tadinya kopi itu buat saya tapi saya lupa kalo saya alergi sama kopi terus kebetulan saya ngeliat pak Heeseung yang baru dateng ya udah saya kasih aja ke pak Heeseung, di minum ya pak." ucap Jay.

"kok pak Jay bisa lupa kalo pak Jay alergi sama kopi?." tanya Heeseung.

"gak tau juga ya." cengir Jay dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Heeseung pun tersenyum dengan tipis.

"makasih ya pak Jay." ucap Heeseung.

"sama-sama pak." balas Jay dengan mengangguk ngangguk lucu.

______________________________________

Hari ini dia ada jam di kelas 2 MIPA F, Heeseung berjalan di sepanjang koridor, langkah kakinya terhenti saat ia mendengar ada ribut ribut di kelas yang ia tuju.

Siapa yang berteriak teriak seperti itu? Heeseung pun melanjutkan langkahnya dan sedikit mempercepat nya, dia membuka pintu kelas dan langsung terdiam setelah melihat kekacauan yang terjadi.

"permisi? ada apa?." tanyanya untuk memastikan.

Dia berbalik, Heeseung menatap seseorang yang ia ketahui sebagai mama Riki itu, kini air matanya tampak mengalir dengan tenang di kedua pipinya.

"pak tolong ya pak, murid nya di jaga dengan baik dia masih kecil dan sangat tampan jadi akan sangat menyayangkan jika dia tumbuh menjadi sampah." senyum Jake yang malah membuat hati Heeseung sakit.

Itu adalah senyuman kesedihan, kefrustasian dan juga kekecewaan yang mendalam, Heeseung tidak bisa berkata apa apa lagi selain hanya menatapnya dengan lekat.

Jake mengalihkan pandangannya ke arah lain lalu mengelap air matanya dengan kasar, Riki menatap nya dengan sedih.

"ma." lirih Riki.

"aku pulang, jaga diri mu jika masih ada yang menganggu mu maka jangan segan segan untuk mengatakan nya pada ku." Jake mengelus rambut Riki sedangkan Riki langsung memejamkan matanya.

Jake menatap Junghwan yang sekarang masih setia terdiam, dia berjalan dan hendak melalui Heeseung.

"tuan jika ada masalah ayo kita bicarakan ini secara baik baik." perkataan dari Heeseung langsung membuat langkah Jake terhenti.

"anda bisa membicarakan semuanya pada saya, saya akan berusaha mengoreksi anak anak murid saya dengan terdidik dan juga benar." jelas Heeseung dengan menatap Jake.

"keluar kan saja suara anda, saya pasti akan mendengar kan nya lalu membantu anda untuk memecahkan masalah yang sedang anda alami sekarang." timpal Heeseung.

Jake menatap Heeseung yang sekarang masih setia menatap nya.

"bagaimana jika anda ikut ke ruangan saya, kita bicarakan ini baik baik, saya akan berusaha semaksimal mungkin memahami anda dan tidak membuat masalah yang sedang terjadi sekarang menjadi lebih berat." ucap Heeseung dengan menatap Jake.



Heeseung meletakkan tissue di depan Jake yang sekarang sedang menangis dengan lirih, Heeseung duduk di hadapan Jake yang sekarang sedang menundukkan wajahnya.

Heeseung mengambil tissue lalu menyodorkan nya pada Jake, Jake menatap tissue yang sekarang berada di hadapan nya.

"saya akan diam sampai anda benar benar tenang dan mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, saya tidak akan mendesak anda, cukup tenang kan pikiran anda terlebih dahulu baru cerita kan semua nya, pelan pelan saja, saya akan berusaha mengerti." ucap Heeseung dengan lembut.

Jake menatap Heeseung dengan sendu, Heeseung beranjak lalu memegang tangan Jake untuk meletakkan tissue.

Jake menatap tissue yang berada di tangannya dan kemudian dia mengelap air matanya, Heeseung yang sudah kembali duduk pun hanya memperhatikan nya.

"saya seorang ibu tunggal." ucap Jake yang membuka suara.

"hmm." balas Heeseung dengan mengangguk.

"saya hamil Riki saat usia saya masih muda, karena berbagai faktor saya harus membesarkan nya seorang diri tanpa suami, saya tahu bahwa saya memang kotor." ucap Jake.

"tidak." balas Heeseung dengan cepat.

"banyak gosip yang menyebar dan entah kenapa anak anak seusia Riki pun tahu tapi semua gosip itu tidak benar pak."  lirih Jake.

Heeseung mengangguk.

"iya saya percaya pada anda." balas Heeseung dengan menatap mata Jake.



"saya tidak apa jika mereka mengatakan hal buruk tentang saya tapi saya tidak sanggup jika mereka melibatkan anak saya." sedih Jake.

"maaf karena saya sudah membuat keributan, saya memarahi murid anda jujur saya benar benar kesal tadi sekali lagi saya minta maaf pak." Jake menundukkan tubuh nya pada Heeseung.

"tidak apa pak setelah mendengar penjelasan anda tadi saya jadi paham kenapa anda begitu marah pada nya, saya akan memanggil nya untuk memberikan teguran keras pada nya saya juga akan memanggil orang tuanya." balas Heeseung.

"terimakasih pak, semoga kejadian ini tidak terulang lagi saya mohon pengertiannya pak." sendu Jake.

Heeseung mengangguk.

Jake beranjak dan membenarkan bajunya, Heeseung ikut beranjak dan mereka pun sama sama menundukkan tubuh mereka.

"saya pulang dulu pak." ucap Jake.

"baik tuan." balas Heeseung.

Jake berbalik dan keluar dari ruangan Heeseung, Heeseung menatap punggung Jake setelah dia keluar Heeseung pun menghela nafasnya.

Heeseung jadi sadar di balik kehidupan nya yang terasa berat ternyata masih banyak kehidupan orang orang yang lebih berat darinya contohnya pria tadi.

Dia tidak bisa membiarkan pembullyan itu terjadi oleh sebab nya dia harus memanggil Junghwan dan memberikan nya teguran yang keras agar anak itu jera dan tidak menganggu Riki lagi.

Bukan hanya Junghwan tapi Heeseung juga akan memanggil orang tuanya, sebisa mungkin dia harus menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin.

Jika masalah ini tersebar maka nama baik sekolah akan tercemar, dia dia akan membiarkan semua itu terjadi lagipula Heeseung bisa mengerti perasaan mama Riki.

Soalnya mama Heeseung juga seorang ibu tunggal, mama Heeseung di tinggal oleh laki laki brengsek itu karena dia ingin menikahi wanita muda yang lebih cantik.

Heeseung menatap pintu yang menjadi jalan keluar Jake tadi.

"tidak akan ada lagi yang menganggu anak anda, kalian berdua tidak pantas mendapatkan semua ini." batin Heeseung.

.............................
to be continued

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

31.7K 2K 16
"Pernikahan 4 tahun Park Sunghoon dan Shim Jaeyun hampir terkandas,merusak segala momen indah kebersamaan mereka selama 7 tahun termasuk tempoh 3 tah...
48.4K 5.4K 19
"hei kau! iya kau pria cantik di sudut sana yang bernama Oh Sehun!, jadilah kekasih ku!!" -Kim Kai- "dasar bodoh" -Oh Sehun- Warn : HunKai, KaiHun (...
Maybe Fate? | JakeHoon Od shezaa

Tínedžerská beletria

11.3K 780 15
'Gimana rasanya jadi orangtua dadakan?' 'Rasanya ngeri-ngeri sedep' Just fanfiction ⭐ Dom! Jake Sub! Sunghoon Warn-! -bxb -m-preg -kata kasar dimana...
2.4M 250K 41
just Brothership, Not BL / Homo Alvian namanya, bocah 15 tahun yang tiba-tiba terbangun di tubuh bocah 10 tahun, si kecil dengan mulut pedas nya yang...