bagian 6

2.4K 242 9
                                    

-
-
-

Jake membuka pintu rumahnya lalu mempersilahkan Heeseung untuk masuk, Heeseung memegang pintu rumah Jake dan mempersilahkannya untuk masuk terlebih dahulu.

Jake tersenyum dengan tipis dan kemudian ia melangkah masuk bersamaan dengan Heeseung yang mengikutinya, Heeseung menutup pintunya dari dalam saat keduanya berada di dalam rumah sederhana milik Jake.

Heeseung menatap sekitar sedangkan Jake sudah melepas sendal nya dan meletakkannya di rak, Heeseung menatapnya dan dia mulai mengikuti apa yang di lakukan oleh Jake tadi.

Jake mengambil sendal Heeseung lalu meletakkannya di rak, Heeseung menatap Jake yang kini membersihkan rak nya terlebih dahulu sebelum meletakkan sendal miliknya.

"kamu gak perlu sampe segitu nya." ucapan dari Heeseung seketika menyita perhatian dari Jake.

"gak papa kok pak, takut sendalnya bapak kotor." balasan dari Jake seketika membuat Heeseung tertegun.

"sendal saya udah kotor kok." ucap Heeseung dan Jake hanya tersenyum.

Dia beranjak dari tempatnya pas sekali Riki baru saja keluar dari kamarnya, Riki menatap Heeseung dan dia langsung menunduk dengan sopan pada gurunya itu.

Heeseung tersenyum.

"sapa pak Heeseung nya." ucap Jake dan Riki langsung mengangguk.

"selamat pagi pak." ucap Riki.

"pagi Riki." senyum Heeseung.

Riki menatap Jake, di lihat dari raut nya dia tampak kebingungan dengan kehadiran satu sosok baru di rumah mereka sedangkan Heeseung langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Ada apa? seperti nya Riki tidak senang dengan kehadirannya atau bagaimana? ekspresi nya terlihat bingung dan juga bertanya tanya tapi itu sudah bisa membuat Heeseung ovt.

"tadi aku bertemu dengan pak Heeseung jadi aku mengajaknya untuk sarapan bersama." jelas Jake, Riki mengangguk paham, dia menatap Heeseung lalu tersenyum dengan tipis.

Huh untung saja dia tersenyum jika tidak maka Heeseung akan langsung angkat kaki dari sini, Riki mempersilahkan Heeseung untuk duduk sedangkan Jake langsung menuju dapur.

"pak Heeseung mau kopi?." tanya Riki.

"tidak usah repot-repot." balas Heeseung.

"tidak apa pak, tunggu sebentar." ucap Riki dengan beranjak lalu menyusul Jake.

Ibu anak itu sama sama lembut dan juga manis, Heeseung tersenyum sendiri ternyata benar bahwa buah tidak jatuh jauh dari pohonnya selain itu didikan Jake juga perlu di apresiasi.

Walaupun dia membesarkan Riki sendiri sebagai ibu tunggal tapi dia tetap memberikan yang terbaik untuk Riki, jujur saja Heeseung kagum pada pria manis itu.

Heeseung tidak pernah tidak kagum pada Jake sejak kedekatan mereka beberapa hari yang lalu sampai detik ini, dia dewasa, manis, cantik, kuat dan juga keren tapi di balik semua itu Heeseung tau bahwa dia hanyalah sesosok rapuh yang membutuhkan seseorang untuk menguatkan nya.

______________________________________

"di makan ya pak, semoga pak Heeseung suka terus perut pak Heeseung kenyang." ucap Jake dengan menyendokkan nasi dan lauk pauk yang ia buat, Jake bahkan mengambilkan Heeseung minuman.

Heeseung sama halnya seperti Jake, dia juga menyendokkan nasi serta lauk pauk di atas meja ke piring Jake, Jake tampak mengerjapkan netranya karena bingung.

Jake menatap Heeseung yang kini tersenyum padanya, oh jadi seperti ini rasanya di perdulikan walaupun kesannya sederhana tapi semuanya terasa bermakna untuk Jake.

"pasti masakan kamu enak banget." senyum Heeseung, dia menyendok satu suapan ke mulut nya sedangkan Jake hanya menatapnya.

"umm apa saya bilang, masakan kamu enak banget Jake." puji Heeseung.

Jake tersenyum dengan tipis.

"beneran pak? makasih ya." tawa Jake dengan pelan.

Riki yang menatap interaksi keduanya dari tempatnya duduk pun langsung tersenyum, kedua orang dewasa itu terlihat asik satu sama lain.

Riki menatap Jake penuh arti sudah lama sekali mamanya itu tidak tersenyum tunggu bahkan Riki tidak ingat kapan mamanya bisa sesantai dan juga sesenang ini.

Riki memakan makanannya, tidak ada yang ia inginkan di hidup ini selain kebahagiaan untuk Jake, dia sudah banyak mendapatkan luka dan berusaha tegar untuk Riki.

Dia rela menahan tangisnya untuk menenangkan Riki yang sedang menangis, dia mempertaruhkan hidup nya untuk Riki, dia benar benar ibu terbaik.

Riki sangat mencintai nya.

"Riki, bagaimana? masakan mama mu enak kan?." tanya Heeseung.

Riki tersenyum.

"umm." Riki menganggukkan kepalanya dengan manis, Jake tersenyum, Riki menatapnya ya tuhan Riki mohon buat lah dia selalu tersenyum seperti itu.

Sarapan mereka pagi ini di hiasi oleh canda tawa dari Heeseung keduanya sama sama terhibur dengan Heeseung, biasanya sarapan mereka selalu suram tapi hari ini berbeda.

"saya mau ngucapin makasih banget buat kalian berdua, makasih ya karena udah mempersilahkan saya buat sarapan di sini." senyum Heeseung.

"iya pak Heeseung gak papa kok kita malah seneng soalnya suasananya jadi rame." balas Jake dengan senyum nya, Riki mengangguk untuk menyetujui perkataan dari Jake.

"pak Heeseung sering sering aja ke sini." ucap Riki.

"iya Riki." balas Heeseung.



"sebenarnya papa di mana?." tanya Riki, Jake yang sedang mencuci piring  langsung terhenti satu jam yang lalu Heeseung sudah pamit pulang.

"jika kau tidak ingin menceritakan seluruh hidup mu setidaknya ceritakan papa ku seperti apa." ucap Riki, Jake tidak menjawab melainkan hanya mencuci piring piring nya dengan kasar.

Riki menatap punggung Jake.

"sampai kapan kau akan menyembunyikan semuanya dari ku?." tanya Riki.

Jake menghempaskan piring nya dengan kasar pada wastafel sedangkan Riki langsung tersentak, dia termundur saat Jake menoleh ke arahnya.

"untuk apa kau menanyai orang jahat itu?." tanya Jake, netra nya dengan mudahnya memerah.

"aku selalu menginginkan sosok papa sialnya aku tidak pernah mengenal siapa papaku." ucap Riki dengan netra yang berkaca kaca.

Kehangatan bersama Heeseung membuat Riki berharap memiliki sesosok ayah seperti Heeseung, dia benar benar menginginkan ayah untuk melengkapi keluarga ini.

"aku mama sekaligus papa mu apa itu masih kurang? jangan pernah bertanya tentang papa mu lagi anggap saja dia sudah mati." balas Jake, dia melanjutkan acara mencuci piring nya.

"kenapa kau seperti itu? aku benar benar tidak tahu, bisakah kau menceritakan nya? sampai kapan kau akan memendam nya sendiri, aku juga ingin tahu agar aku bisa mengerti diri mu ma." sendu Riki.

"singkatnya orang yang kau sebut sebagai papa itu membuang ku dan bahkan membuang mu, jelas? apa perlu ku lanjutkan?." tanya Jake dengan nada yang siap menangis.

"aku juga salah karena sudah mempercayainya, ya aku pun salah di sini." ucap Jake.

Riki mendekati Jake lalu memeluk nya dari belakang. Riki menidurkan kepalanya pada bahu Jake dan melihat Jake yang mati matian menahan tangisnya.

"aku hamil di luar nikah dan dia meninggalkan ku." jelas Jake.

"bukan hanya dia saja yang meninggalkan ku tapi kedua orang tua dan bahkan keluarga ku juga meninggalkan ku Riki." Jake menangis dengan tenang.

"semuanya tergantung pada pilihan bertahan atau tidak jika aku tidak mempertahankan mu maka mereka tetap menganggap ku tapi jika aku mempertahankan mu maka bagi mereka aku ini sudah mati." ucap Jake dengan pelan sedangkan Riki langsung memejamkan matanya dengan air mata yang mengalir tenang di pipi nya.

.............................
to be continued

Single Mother : HeejakeDär berättelser lever. Upptäck nu