THESIS 2: CAN LOVE BE THE ANS...

By Zoey_tan

38.9K 3.7K 1.4K

Setelah tragedi buruk menerpa, Ariana dan Rebecca memutuskan untuk berpisah sejenak. Ya, kata Rebecca sore it... More

CHAPTER 1: AFTER WE BROKE UP
CHAPTER 2: DESTINY?
CHAPTER 3: BERTEMU KEMBALI
CHAPTER 4: ERENA, SESAL DAN MAAF
CHAPTER 5: SOMEONE NEW
CHAPTER 6: ANOTHER SIDE THAT YOU DON'T KNOW
CHAPTER 7: UJUNG YANG TAK SELESAI
CHAPTER 8: BADAI YANG BERLALU LALANG
CHAPTER 9: TAKE BACK
CHAPTER 10: MENUJU DEWASA
CHAPTER 11: ANOTHER TRUTH
CHAPTER 12: TANGGUNG JAWAB
CHAPTER 13: KETEMU CAMER DULU GUYS!
CHAPTER 14: BAGAIMANAPUN, BADAI HARUS DIHADAPI
CHAPTER 15: HARI KEBENARAN
CHAPTER 16: HARI DIMANA BADAI TELAH BERLALU
CHAPTER 17: KADO ULANG TAHUN
CHAPTER 18: NEW DAY
CHAPTER 19: SWEET LIKE CHOCOLATE BAR
CHAPTER 20: DEBU YANG BERTERBANGAN
CHAPTER 21: PELANGI DI UJUNG SENJA
CHAPTER 23: ANOTHER SIDE
CHAPTER 24: LOVING CAN HURT
CHAPTER 25: WRONG PERSON
CHAPTER 26: I WILL LOVE YOU FOR THOUSAND YEARS
CHAPTER 27: RECKLESS
CHAPTER 28: YOU'LL BE SAFE HERE
CHAPTER 29: SOME(ONE) FROM THE PAST
CHAPTER 30: PELABUHAN TERAKHIR?
CHAPTER 31: THE END OF A WOUND
CHAPTER 32: AKHIR DARI SEBUAH KEBOHONGAN
BAB 33: THE FINAL PART OF LOVE STORY

CHAPTER 22: ITU TERLALU BANYAK!

1.9K 122 30
By Zoey_tan

"Kamu gila?", pertanyaan polos itu berasal dari seseorang yang baru saja selesai mengeringkan rambut.

Ia merapikan anak rambutnya sembari berjalan menghampiri seseorang yang kini asyik berguling di atas kasur. Persis seperti cacing kena minyak panas.

Bedanya gadis itu berguling riang. Seolah ia baru saja menaklukan semesta. Senyumnya selalu bertengger di bibir manis itu. Ariana duduk di tepi ranjang dengan wajah keheranan.

Apa perbuatan gue tadi berlebihan? Perasaan nyentuh yang dibawah, kok yang rusak malah otaknya?

"Heh!"

"Apa?"

"Kamu kenapa? Cacingan?"

Rebecca yang sejak tadi tersenyum mengatupkan bibirnya. Ia sedang asyik menikmati gejolak menggelitik dalam perutnya namun si penyebab masalah datang dengan kepribadian opet nya lagi.

Padahal 10 menit yang lalu seksi banget!

"Hmm, cacingan. Coba deh periksa", ucap Rebecca menyodorkan tubuhnya pada Ariana.

Ariana mengulum senyum saat bocah didepannya tak bisa disebut menyodorkan tubuh tapi hanya dada saja.

"Tadi minta udah, sekarang mentang-mentang udah disini, hm?"

Ariana mendekat dan memeluk Rebecca hangat. Rebecca tertawa di antara lehernya sambil menempelkan bibirnya pada kulit leher Ariana. Ujung hidungnya menyerap semua aroma manis dari tubuh Ariana yang seakan bisa menggantikan oksigen baginya.

"Aku suka wangi kakak"

"Itu aja?"

"Every inch of your body"

Ariana terkekeh menyubit pelan pinggang Rebecca. Si penerima meringis kecil namun tak melepaskan pelukannya.

"Laper, ga?"

"Hmm", gumam Rebecca.

"Mau makan apa?"

"Apapun"

"Cewek banget sih"

"Sejak kapan aku ga cewek?"

"Masa? Aku baru tau. Mau kita periksa?", Ariana menjauhkan sedikit wajahnya sehingga kini ia dan Rebecca saling beradu pandangan namun masih saling memeluk.

Tangan Rebecca terlingkar di pinggangnya dan kedua tangan Ariana menahan punggung kekasihnya.

"Boleh banget, kakak!"

Rebecca tersenyum bodoh dan mengangguk yang dibalas dengan tawa ngakak oleh Ariana. Rebecca menatap Ariana tak berkedip saat gadis dalam pelukannya itu tertawa lepas.

Ah, lagi-lagi matanya begitu indah. Sudut bibirnya terangkat sempurna namun tak terkesan berlebihan. Tawa lepas tapi begitu manis dan sempurna.

Bahkan smile line yang muncul akibat sudut bibirnya yang naik kayak dipahat oleh dewa. Matanya yang menyipit dan dua tiga helai rambutnya bergerak di terbangkan angin membentuk suara 'tuing tuing', bahkan sangat menggemaskan.

Lucu dan tak ada bukti tersisa lagi tentang kelakuan Ariana di kamar mandi tadi jika dia bersikap menggemaskan begini.

Alis rapi dan pas secara natural, seolah Ariana adalah pemilik antrian pertama saat pembagian alis, bulu mata lentik dan yash, bola mata gelapnya yang seperti bola misteri. Seperti di custom. Terlalu sempurna. Satu kali terkunci, gue bisa jatuh hati bahkan rela melakukan nya berkali-kali.

Pipinya yang tirus tapi tak kurus itu, berisi namun tidak tembem. Ah how can i describe her? Pas aja. Cukup. Sempurna. Hidung kecil yang tinggi kayak harapan orang tua tapi ramping kayak dompet mahasiswa itu juga menyempurnakan sketsa Tuhan yang ada didepannya.

AAAAAAAAAA GEMES BANGET SUAMI GUE, ANJIRRR SIALAN BANGSAT LAH POKOKNYA. CAKEP MAMPUS, YAELAHHH!!

"Sayang, kamu terpesona banget sama aku?", seloroh Ariana masih disertai tawa.

Pasalnya Rebecca menatapnya dengan tatapan berbinar dan memuja. Seolah baru saja berhasil menemukan potongan daging dalam rendang yang penuh potongan lengkuas.

Suara tawanya yang bahagia, dan ahhhh... Gue bisa ngabisin ratusan chapter untuk menggambarkan betapa menawannya kak Nana. Dan alasan pasti kenapa gue ga mau nulis ratusan chapter itu, ya supaya ga ada orang lain yang akan terpesona. Gue ga suka bersaing dengan siapapun. Meskipun jelas gue akan tetap menang.

Ya Tuhan jadikanlah kak Nana seperti  wanita penyihir dan ibu tiri dimata orang lain. Dia haram jatuh cinta selain sama gue, plis tolong dikabulkan!

"Kakak cantik banget", ucap Rebecca sadar tak sadar. Ia sungguh memberikan tatapan tergila-gila kagum layaknya orang bodoh yang hanya bisa halu mendapatkan Ariana.

"Aku cantik dari lahir", jawab Ariana menaikkan dagu angkuh. Tawa ringannya masih terdengar.

Rebecca menampilkan jejeran gigi rapinya lalu telapak tangan kanannya menyentuh pipi kiri Ariana dengan lembut. Gerakan lambat jari-jarinya membuat Ariana menghentikan tawa. Ia memegang telapak tangan Rebecca yang kini menyentuh wajahnya.

"Jatuh dari langit sakit ga?"

"Eh?"

"Apa kakak seorang bidadari yang jatuh dari surga atau malaikat?"

"Bidadari mungkin tapi tak mungkin yang kedua", jawab Ariana tertawa.

"Ha? Kenapa?"

"Kalo aku malaikat yang dilempar, artinya aku setan"

Ariana terbahak saat menyaksikan wajah Rebecca mengernyit bingung sesaat namun kemudian ikut tertawa ketika mengerti maksud Ariana.

"Apapun itu, Tuhan terlalu ga adil karena menciptakan kakak sesempurna ini", bisiknya lalu mendaratkan kecupan singkat di punggung tangan Ariana.

"Udah belom nih gombalan receh nya?"

"Sayaaang! Aku ga gombal. Aku tidak mungkin begitu!", potong Rebecca tegas.

"Oh, really?"

"Yaa! Aku ga pernah bercanda karena kakak baiknya diseriusin"

"Njir, malah lanjut part dua si goblok", balas Ariana berpura-pura jijik m Rebecca malah tertawa terbahak menyaksikan ekspresi kekasihnya.

"Yaampun bahkan kata kasarnya menggoda iman"

Ariana menutup mulut Rebecca dengan telunjuknya. Ia masih tersenyum namun jika Rebecca masih melanjutkan rayuan murah itu mungkin Ariana akan segera muntah silet.

"I'm yours, baby. Berhentilah menatap seolah ini hanya mimpi", ucap Ariana tersenyum. Ia memberikan Rebecca kecupan ringan di pipi dan si penerima makin salting tak karuan.

GUE BUTUH WALI NIKAH SEKARANG PLISS!

"Aaaarrrrghhhh...Aku mau waktu berhenti sekarang", ucap Rebecca menduselkan diri pada Ariana. Ariana hanya pasrah menikmati tingkah lucu nan bodoh adiknya sembari tertawa.

"Kenapa?"

"Ini adalah part terbaik yang pernah terjadi. Tiga tahun aku selalu mimpi buruk. You know what? Aku selalu bermimpi kehilangan kakak tiap saat. Kaki aku berjalan meninggalkan kakak yang terus berusaha menggapai aku, tapi aku tak pernah berbalik. Aku berteriak bak orang gila mau kembali tapi kaki ku terus berjalan meninggalkan kakak. Kesakitan karena kehilangan itu terus menerus datang dan tiap mimpi itu datang, sakitnya sama dan aku tak pernah terbiasa. Mungkin semesta marah karena aku angkuh dan sombong dengan berpikir aku bisa hidup tanpa kakak...", Rebecca kini bicara dengan wajah lebih serius.

"Heii, Becca..."

"I love you, Nana. More than anything. Aku merasa tak perlu apapun lagi"

"I love you, more", ucap Ariana dengan senyum bahagia. Air matanya yang pertama jatuh dan Rebecca dengan sigap menghapus jejaknya.

"Kalau aku mau kita seperti ini selamanya, boleh ga?"

"Ya, tentu saja"

Rebecca tersenyum dan Ariana menarik tubuhnya ke dalam pelukannya. "You'll never lose me anymore", bisiknya mesra.

---

Ariana yang beberapa menit lalu itu memberikan tatapan memabukkan pada Rebecca kini memasang wajah cemberut. Ia menumpu dagu dengan tangannya memperhatikan Rebecca yang sibuk menciumi Choco di ruang tamu. Ariana memperhatikan adegan itu dari meja makan tentu saja.
---

Image resources are attached

---

"Chocoo, belajar yang banyak dari Bubu yaa", suara lucu Rebecca terdengar. Ia mengobrol dengan dua kucing itu sudah sejak 10 menit lalu. Seolah kucing itu akan mengerti ucapnya.

Ah, selain Choco, ada Bubu juga sekarang. Ariana harus berbagi perhatian kekasihnya dengan dua makhluk sialan itu. Miris sekali.

Apa hikmahnya bicara dengan seekor kucing? Errgg..

Ariana mengaduk susu coklatnya dengan wajah mulai tampak bosan. Ia melirik handphonenya. Menunggu driver gofood membawa makanannya.

"Lama banget ih", ucap Ariana sendiri. Namun Rebecca langsung menoleh karena mendengar gumaman sebal kakaknya.

"Sabar, sayang. Mungkin macet karena hujan didepan", ucap Rebecca sambil tersenyum.

"Kamu akan terus bicara dengan kucing gajelas itu dan mengabaikan aku?"

Rebecca terkekeh dan mencium Choco dan Bubu bergantian sebelum bangkit dari sofa.

"Kalian tunggu disini. Tante Nana takut", titah Rebecca.

Ia berjalan menuju ruangan makan yang didesain persis di samping ruang tamu dan hanya dibatasi pintu kaca lebar dan tinggi, sebagai pengganti tembok.

"Maaf sayaang. Kucing yang itu lucu. Kalo kucing yang ini kan lebih ke hot", ucapnya genit lalu duduk berseberangan dengan Ariana.

"Diem deh!"

Rebecca menekan bibirnya agar ia tak bersuara lagi. Ariana jelas tampak sebal. Apa karena kelaparan?

"Kayaknya masih lama deh kak", ucap Rebecca setelah mereka diam sesaat.

"Padahal aku laper banget"

"Maaf yaa, aku belum sempat belanja jadi ga ada apapun dirumah", jawab Rebecca memelas. Ia jadi merasa bersalah tak memberi makan anak orang yang sudah ditidurinya.

"Besok aku temenin belanja, mau?"

"Sumpah? Besok ga sibuk?", tanya Rebecca dengan wajah berbinar.

Membayangkan belanja berdua dan memilih barang sambil saling melempar senyum, ah itu akan jadi kencan sederhana yang sempurna.

"Kamu kenapa senyum-senyum?", selidik Ariana.

"Ah ngga"

"Jangan kesenangan, pake uang sendiri-sendiri!"

"Sialan!", ucap Rebecca tak percaya. Ia menatap Ariana sinis namun si penerima malah mengangkat kedua bahu acuh.

"Tapi bener yaa besok bisa? Ga sibuk?"

"Kantor itu punya bapak kita, sayang"

Rebecca menutup mulut berpura-pura kaget. "Ooh, i see", selorohnya sambil tertawa.

Ariana beranjak dari duduknya dan pindah ke samping Rebecca. Ia menarik lengan piyama panjang Rebecca.

"Kenapa?"

"Buka!"

"Hah?"

"Buka bajunya sayaang!"

Rebecca beringsut menjauh dan menyilangkan kedua tangan di dada. Ia berpura-pura memasang wajah takut.

"Tante, jangan tante", ucap Rebecca yang dihadiahi tawa ringan dari Ariana.

"Ayolah, babe. Buka yaa?"

"Mau apa?"

"Gimme a hug", ucap Ariana.

Rebecca mengernyit namun mendekatkan diri pada Ariana. Ia berniat merentangkan tangan memeluk Ariana namun Ariana dengan cepat mendorong bahunya menjauh.

"Lho, katanya mau peluk?"

"Ya buka dulu bajunya. Disana pasti ada bulu kucing"

"Oalah!", Rebecca menepuk jidatnya pelan.

Ia mulai membuka kancing piyamanya satu per satu dan ketika kancing terakhir terbuka menyisakan tanktop tanpa bra lalu ia melirik Ariana. Gadis itu menampilkan senyum manis bak malaikat.

"Singkirin semuanya, Becky", titah Ariana saat Rebecca berhenti melepaskan bajunya. Rebecca menghela nafas masih was-was lalu melepaskan piyamanya dan meletakkan kain itu ke atas meja.

"Dah, sini", ucapnya merentangkan tangan.

Ariana mengulum senyum dan masuk ke dalam pelukan Rebecca. Ia mencium pelipis Rebecca yang sedikit tertutupi anak rambut gadis itu dalam diam. Tubuhnya sedang menyerap suhu hangat dan nyaman dari kulit Rebecca yang hanya berbalut tanktop tipis itu.

"Sekarang aku makin ga suka sama Choco karena dia berani merebut kamu, apalagi sekarang ditambah Bubu", protes Ariana dengan wajah cemberut.

Rebecca tertawa dalam pelukan Ariana.

"Gausah cemburu sama Choco sayaang. Aku tetap cinta kakak lebih dari apapun"

"Demi apa?"

"Demi langit dan seluruh isi semesta"

"Berarti kamu akan tetap cinta kalo aku dari Neptunus?"

Rebecca tersenyum bak idiot saat mendengar pertanyaan penuh 'kewarasan' Ariana. Namun demikian, Rebecca tetap mengangguk pasti.

"Itu artinya aku alien, lho"

"Gapapa, as long as it's you, I'll always love you", jawab Rebecca tegas.

"Kalau aku terlahir sebagai makanan?"

"Makanan apa tuh?"

"Kamu ga suka apa?"

"Hmm, gorengan"

"Yaudah, kalo aku jadi gorengan kamu masih cinta?"

Oh, kegilaan apa ini?

"Sure, aku akan menjadikan gorengan makanan favorit kalo gitu"

Ariana mendelik. Ia menyentuh bibir bawah Rebecca dengan tatapan penuh pada bibir itu.

"Kalau aku tidak lahir, kamu masih cinta?"

Bjirrrr, guys gue harus jawab apa sekarang?

"Sayaaang? Laper banget ya?", Rebecca berusaha mengalihkan topik obrolan aneh itu.

"Jawab!"

"Cinta kok cinta"

"Kamu bohong ya?"

"Ngga lah!"

"Jawab jujur!"

"Cinta kok baby my lovely baginda ratuu"

"Artinya aku ga ada. Kamu mau cinta sama hal yang ga ada!?"

"Itu tau, kenapa masih nanya?"

Ariana merengut melepaskan pelukannya lalu menyilangkan kedua tangan di dada. "Oh cinta kamu segitu doang!"

Rebecca tersenyum pasrah. Ia berpikir keras cara menyelematkan diri sekarang. Ia mendekat dan menempelkan dagu di bahu Ariana. Sekarang side profile kakaknya menjadi pandangan yang indah.

"Heiii ga gitu sayaaang. Aku akan selalu cintaa kakak apapun keadaannya"

"Serius?"

"Seribu rius babe, I swear to God"

Ariana menoleh menatap Rebecca yang kini menampilkan senyum manis tiada tara. Ariana menyembunyikan senyumnya lalu kembali memasang wajah jutek.

"Gimana kalo aku tiba-tiba pindah ke tubuh mantan kamu?"

"What!?", Rebecca mulai tampak gemas.

"Jawab aja!"

"Ya aku tetap cinta"

"Gimana kalo mantan kamu minta balikan?"

"Ya aku terima lah"

"Gimana. Kalo. Mantan. Kamu. Minta. Balikan?", Kalimat Ariana penuh penekanan.

"Ini kondisi nya kayak tadi kan?", tanya Rebecca mulai bingung dan takut terjebak. Ia menggaruk alisnya mencoba berpikir.

"Iya"

"Yaudah, kita balikan", jawab Rebecca yakin.

"Kamu masih cinta sama mantan kamu!?"

Rebecca memasang wajah makin tak paham. Sebenarnya apa mau Ariana berbelit begitu?

"Tadi kakak bilang kalo ditubuh dia itu ada kakak. Maksud aku begitu. Konteksnya aku akan tetap sayang sama kakak apapun yang terjadi, gitu lho", Rebecca mencoba menjelaskan dengan tenang.

"Gimana kalo...

Cuppp!

Ariana menyentuh bibirnya yang baru saja dikecup oleh Rebecca. Pelakunya kini hanya berjarak satu centi dari wajah Ariana.

"Stop it, kak. You know i love you until my last breath, and it will never changed, i swear", ucap Rebecca tegas. Ia menatap dalam-dalam mata kakaknya dengan segenap perasaan.

Ariana tak berkutik lagi karena kini ia larut dalam tatapan mesra Rebecca. Ibu jarinya sudah menyentuh dagu Rebecca dengan lembut.

"I always want you and it feels like there will never be a word of satisfaction. I'm afraid you'll be upset because I really want and will always monopolize you. I'm afraid you'll be uncomfortable", ucap Ariana tampak terbebani dengan pengakuannya.

Rebecca menjauhkan sedikit wajahnya. Ia menyentuh rahang dan wajah cantik Ariana lalu ia tersenyum.

"I'm yours, kak. Do whatever you want with me. You're allowed to do that, babe. Ah, talk bout addicted, I swear I'm more addicted to you, Ariana Michelle!", bisik Rebecca singkat.

Ia meraih tangan Ariana dan menuntun gadis itu berdiri. Setelahnya ia mendorong sedikit tubuh tinggi Ariana sehingga gadis itu terduduk di meja.

Ariana tak protes saat Rebecca meraih tengkuknya dan mulai melancarkan kecupan demi kecupan dan berujung lumatan menuntut di bibirnya.

Saat Rebecca mulai mengeluarkan suara beratnya, Ariana mendorong bahu gadis itu pelan. "Drivernya udah sampe"

"Dia akan taroh makanannya di pagar. Aku selalu begitu, jadi jangan terlalu dipikirin", ucap Rebecca dengan suara pelan. Ia mendekatkan tubuhnya pada Ariana sehingga kini tubuh keduanya saling memberi kehangatan.

Ariana mencoba meladeni Rebecca yang kini makin menuntutnya. Ia kewalahan dan agak menyesali pertanyaan-pertanyaan usilnya tadi yang berujung begini.

Rebecca mengulum senyum disela kecupan bibirnya dengan Ariana. Jika wanita ini meragukan perasaan dan jantung hatinya, ia akan selalu bersedia meluangkan waktu untuk menjelaskan dan membaca ribuan puisi agar Ariana mengerti betapa dalam relung hatinya.

Rebecca akan dengan bangga menyuarakan setiap lagi cinta penuh rindu pada Ariana tiap detik. Ia akan meluangkan waktu untuk memeluk dan menyentuh Ariana tiap saat agar gadis itu selalu merasakan kehadirannya.

Rebecca menelusupkan tangan dari bawah piyama tidur berbentuk gaun milik kakaknya dengan lembut sebelum akhirnya kedua tangannya mengangkat tubuh Ariana agar duduk sempurna diatas meja.

"We never do this here, before", bisik Ariana saat Rebecca mulai menaikkan tangannya lebih dari paha. Ia tersenyum saat ia baru saja mendapat kesempatan membalikkan kalimat penolakan Rebecca tadi di kamar mandi.

"Let's do it at every side of this house", jawab Rebecca enteng.

Senyum iblisnya terbit bersamaan dengan masuknya telunjuk dan jari tengahnya secara bersamaan. Ariana meringis dan menahan lengan Rebecca agar gadis itu tak terlalu mengasarinya.

"Itu terlalu banyak"

-----

To be continue

Continue Reading

You'll Also Like

952K 29.5K 46
"I was sick of letting the world run me so I decided to run the world." ~~~ Isabelle Cane was taken from her family at 6 months old, leaving behind...
2.6M 150K 48
"You all must have heard that a ray of light is definitely visible in the darkness which takes us towards light. But what if instead of light the dev...
460K 13.1K 32
After witnessing the horrible murders of your parents at the age of 7, you haven't been the same since. You become a mute, shutting yourself out from...
1.3M 102K 41
"Why the fuck you let him touch you!!!"he growled while punching the wall behind me 'I am so scared right now what if he hit me like my father did to...