Secret Wife| Ketika Menikah T...

By shtysetyongrm

953K 41.6K 43.4K

Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Lite... More

|SW 1| Ijab Sah
|SW 2| Surat Perjanjian
|SW 3| Makan Malam Keluarga
|SW 4| Satu Kamar
|SW 5| Menantu Idaman
|SW 6| Couple Goals
|SW 7| Koas
|SW 8| Anala
|SW 9| Sedikit Rasa
|SW 10| Mulai Mencair
|SW 11| Rumah Tangga
|SW 12| Orang Lama
|SW 13| Pelakor & Istri Sah
|SW 14| Untuk Setara
|SW 15| Perjanjian Ulang
|SW 16| Semalam Berdua
|SW 17| Peduli
|SW 18| Langkah Awal
|SW 19| 22.00
|SW 20| Pemotretan
|Bab 21| Asa
|SW 22| Baik atau Buruk?
|SW 23| Tentang Arsa
|SW 24| Sedikit Rasa?
|SW 25| Dilema
|SW 26| Suami Idaman?
|SW 27| Terpesona
|SW 28| Lara Untuk Anindya
|SW 29| Anala
|SW 30| Insiden
|SW 31| Insiden 2
|SW 33| Sakit
|SW 34| Tertangkap Kamera
|SW 35| Isu Media
|SW 36| Tertangkap Basah
|SW 37| Harapan Seorang Ibu
|SW 38| Klarifikasi
|SW 39| Tentang Rindu
|SW 40| Peran Pengganti
|SW 41| Weekend
|SW 42| Pacaran Halal
|SW 43| Malam Minggu
|SW 44| Jatuh Dari Tangga
|SW 45| Pesan Rahasia
|SW 46| Tamu Tak Terduga
|SW 47| Perihal Nomor
|SW 48| Endors
|SW 49| Terciduk Paparazi
|SW 50| Kepergok Jalan
|SW 51| Duka Milik Arsa
|SW 52| Flashback
|SW 53| Mengenang Masa Lalu
|SW 54| Kabar Dating
|SW 55| Permintaan Arsa
|SW 56| Selesai
|SW 57| Ruang Singgah
|SW 58| Garis Dua
|SW 59| Kado Terindah
|SW 60| Perkara Nasi Padang
|SW 61| Bertahan/ Merelakan?
|SW 62| Teror
|SW 63| Perayaan
|SW 64| Anala
|SW 65| Matahari vs Malam
|SW 66| Malam Sendu
|SW 67| LDR
|SW 68| Salam Perpisahan
|SW 69| Pria Serba Hitam
|SW 70| Hukuman
|SW 71| Bincang Santai
|SW 72| Asa & Rasa
|SW 73| Kabar Buruk
|SW 74| Datang Lalu Pergi
|SW 75| Kabar Dibalik Kematian
|SW 76| Lembaran Baru
|SW 77| Tulisan Tangan Angga
|SW 78| Ngidam Tengah Malam
|SW 79| Perkara Sate Ayam
|SW 80| Dia Datang
|SW 81| Masa Lalu vs Masa Depan
|SW 82| Rencana
|SW 83| Dendam
Untuk Sahabat Secret Wife
|SW 84| Penyelamat
|SW 85| Anala & Lara
ISW 86I Negatif
I87I Negatif Narkoba
ISW 88I Kunjungan
|SW 89| Kita Nanti
|SW 90| Perayaan
|SW 91| LDR
Bab Baru
|SW 92| Calon Orang Tua
|SW 93| Welcome Baby A
|SW 94| Suami Siaga
Extra Part 1

|SW 32| Arsa Mulai Bucin?

14.3K 519 216
By shtysetyongrm

Halo besti, ketemu lagi sama Arum dicerita Secret Wife. Terimakasih untuk antusias teman-teman di part sebelumnya. DI PART INI GIVE ME 100 KOMEN DONG 💜😭  PART KALI INI AKU PANJANGIN GUYS JADI GIVE ME 100 KOMEN ATAU BAHKAN LEBIH GAK APA-APA BANGET 😭💜

Untuk beberapa pertanyaan yang menurut aku menarik akan aku jawab di bawah ya guys. Sebelumnya terimakasih sudah memberikan pertanyaan.

UDAH FOLLOW AKUN AKU BELUM? BELUM? PARAH BANGET SIH. GAS FOLLOW AKUN AKU 🌟💜
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Cinta tidak butuh alasan untuk singgah. Datang tanpa di sadari, bergerak menunjukkan jati diri melalui tindak dan perilaku yang terjadi. Terkadang orang yang mencintai tidak akan sadar, namun orang lain bisa menilai.
|SECRET WIFE|

HAPPY READING 💜

🌴🌴🌴🌴🌴🌟🌟🌟🌟🌴🌴🌴🌴🌴

"Badan Lo panas, Nin. Lo gak mau makan dulu?" Pertanyaan itu tiba-tiba terbit dari Kanaya yang berupaya membangunkan Anindya dari tidurnya di sofa. Tak ia sangka tubuh sahabatnya tersebut begitu panas untuk ia rasa. Pantas saja Anindya tidak bangun-bangun dari tidurnya.

"Serius Lo?" tanya Era yang memakan mie segera menuju Anindya berada. Ia menempelkan punggung tangannya pada dahi Anindya. Alangkah terkejutnya ia sangat merasakan hawa panas menjalar dari tubuh sahabatnya.

"Iya, anjir. Badannya panas banget. Syok kali, ya?" tanya Era pada Kanaya dan Putri yang sama-sama khawatir dengan kondisi Anindya.

"Cepet telepon pacarnya, Nay. Kasihan kalau hanya di sini aja," ucap Putri pada Kanaya.

"Gue udah telepon orang yang bisa bantu dia kok. Mungkin bentar lagi ke sini," jawab Kanaya yang sudah memberi tahu Arsa tentang kondisi Anindya. Awalnya ia hanya mengirimkan pesan pada Arsa, namun karena beberapa menit tidak kunjung datang, akhirnya ia putuskan untuk mengambil nomor Arsa dari ponsel Anindya, kemudian menelpon untuk memberi tahunya. Ternyata Arsa sedang melakukan syuting pantas saja susah sekali untuk di hubungi.

"Siapa? Riko bukan?" tanya Era yang penasaran ditempatnya.

"Bukan, saudara dia yang bakal jemput ke sini. Udah aman. Lo santai aja," balas Kanaya yang mempercayakan Arsa untuk menjaga Anindya. Ya, walau kondisi Anindya dan Arsa sedang bertengkar, ia yakin melalui jalannya ini Anindya dan Arsa akan segera baikan. Ya, ia harap mereka berdua segera berbaikan. Pasalnya melihat Anindya seperti itu membuat dirinya dalam kondisi yang khawatir juga.

Tak lama setelah mereka membicarakannya, suara dering ponsel dari Kanaya membuat Kanaya yang memiliki ponsel tersebut segera mengangkatnya.

"Gue di parkiran. Mobil warna putih Honda."

"Oh, oke. Tunggu gue bangunin Anindya dulu," balas Kanaya saat Arsa sudah tiba di parkiran rumah sakit tempat ia menjalankan koas nya.

"Siap."

Tut.

Sambungan telepon pun terputus. Kanaya menaruh ponselnya, ia mendekati Anindya menepuk-nepuk pundak Anindya untuk segera bangun dari tidurnya.

"Nin," panggil Kanaya seraya menepuk-nepuk pelan pundak Anindya.

"Hem ... Kenapa?" tanya Anindya yang kemudian terbangun dengan mata yang sayu.

"Ada panggilan, ya? Bentar gue cuci muka dulu buat ke sana." Anindya ingin segera berdiri dari tempatnya, namun ditahan oleh Kanaya dan Era yang tampak khawatir dengan kondisinya.

"Kenapa?" tanya Anindya bingung ditempatnya.

"Abang Lo udah jemput di depan. Badan Lo panas, jadi gue minta izin buat Lo pulang ke rumah. Lo kecapean, ya?" tanya Kanaya pada Anindya.

"Apaan, sih. Kapan Lo telepon Abang? Gue gak mau ngerepotin dia. Gue gak apa-apa beneran," sahut Anindya yang justru tak suka jika di anggap lemah.

"Fisik Lo gak sejalan dengan apa yang Lo katakan, Nin," ucap Era membuat Anindya menatapnya. "Lo jaga kesehatan. Sebentar lagi kita sidang. Mending sekarang Lo pulang aja sebelum semakin parah."

"Tapi ----"

"Lo gak usah keras kepala kalau di bilangin. Tim itu maju satu maju semua. Kalau Lo gak sehat gimana sama kita?" Pertanyaan yang diberikan oleh Putri membuat Anindya pada akhirnya tak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Gue boleh pinjam Hoodie Lo gak? Badan gue tiba-tiba dingin," tanya Anindya pada Kanaya.

"Pakai aja," sahut Kanaya yang memberikan Hoodie berwarna hitam milik nya pada Anindya.

"Ayo gue anterin," ucap Kanaya membuat Anindya menganggukkan kepalanya.

"Gue ikut juga gak?" tanya Era pada Kanaya yang kemudian memberikan jawaban dengan gelengan kepala. "Oke, deh. Semoga cepet sembuh, Nin."

"Makasih, Ra, Put. Maaf gak bisa temenin Lo semua jaga," ucap Anindya merasa tak enak hati pada teman-temannya.

"Santai aja kesehatan Lo lebih penting."

Kanaya kemudian merangkul lengan Anindya yang mengeluhkan pusing di kepalanya. Mereka keluar dari ruangan dan mempercepat langkah takut Riko melihat mereka nantinya. Ya, hanya butuh waktu lima menit saja jarak ruangan ke parkiran rumah sakit Asa Harapan. Kanaya terlihat mencari-cari dimana mobil milik Arsa. Saat ia mencari, ternyata Arsa yang mungkin sudah melihat mereka membunyikan klaksonnya. Tentu saja Kanaya paham itu kode dari Arsa.

"Loh, Abang ganti mobil, ya?" tanya Anindya yang bingung saat melihat mobil abangnya berubah menjadi berwarna putih seperti ini.

"Mana gue tahu. Bisa jadi Abang Lo ganti mobil setelah Lo nikah," alibi Kanaya agar Anindya tak bertanya lagi pada dirinya.

"Buruan masuk. Cepet sembuh, ya," ucap Kanaya yang telah mengantarkan Anindya tepat di samping mobil milik Arsa.

Anindya menatap Kanaya. Ia sempat memeluk sahabatnya sebentar kemudian melepaskannya. "Makasih banyak, Nay. Gue masuk dulu ya."

"Oke. Sama-sama besti."

Anindya yang merasa tak tahan lagi berjalan mendekati mobil. Ia terlihat membuka pintu mobil lalu masuk ke dalam tanpa melihat siapa yang berada di mobil tersebut.

"Abang Anindya sebenarnya gak mau merepotkan Abang. Anind ----" Perkataan Anindya tiba-tiba terputus saat tahu siapa yang sedang berada satu mobil dengan dirinya.

"Arsa," tutur Anindya terkejut. Kanaya bilang Abangnya yang menjemput dirinya. Tapi apa yang ia dapatkan saat ini? Arsa bahkan berada di sampingnya dengan tangan yang memegang dahi miliknya.

"Panas banget," ucap Arsa saat merasakan hawa panas timbul dari dahi Anindya.

"Jangan sentuh gue. Gue pulang naik taksi aja," sahut Anindya yang berusaha membuka pintu mobil, namun naasnya Arsa sudah menguncinya.

"Buka gak. Gue gak mau satu mobil sama Lo. Lagian Lo gak usah repot-repot jemput gue," pinta Anindya yang masih marah pada Arsa.

"Jangan bikin gue kesel. Gue rela ninggalin syuting saat Kanaya bilang Lo sakit." Tatapan Arsa kemudian terarah pada pipi Anindya yang tergores kuku orang gila. "Muka Lo bahkan luka. Kita ke rumah sakit, ya?"

"Gak usah sok peduli -----"

"Kali ini aja, Nin. Jangan pancing emosi gue. Gue minta maaf untuk masalah yang tadi pagi. Jujur gue kesel karena Lo gak menghargai gue sebagai seorang suami sekarang. Jadi kali ini aja jangan buat gue emosi," pinta Arsa mampu membuat Anindya terdiam di tempatnya.

"Gue gak mau ke rumah sakit," sahut Anindya pada akhirnya. "Gue mau istirahat aja di rumah."

Arsa tak menjawab. Pria yang melihat Anindya menyadarkan kepalanya di jok mobil membuat Arsa menyentuh kepala Anindya, menggerakkannya untuk tiduran di pahanya.

"Apa, sih, gue gak mau," tolak Anindya yang kemudian bangun kembali, namun Arsa tetap menahannya.

"Jangan bawel. Lo lagi sakit. Tiduran aja gue juga gak masalah kok," tutur Arsa membuat Anindya menatap Arsa tak percaya.

"Sebelumnya makasih, tapi gue terima ini karena gue sakit, bukan karena gue cari kesempatan sama Lo. Lo juga ----"

"Gak usah bawel. Cari kesempatan juga gak apa-apa kok. Lagian kapan lagi tidur di paha artis terkenal. Udah Lo tidur aja," ucap Arsa membuat Anindya ingin menghajar Arsa rasanya.

Tak ada pilihan yang bisa dilakukan oleh Anindya. Ia begitu lemah saat jatuh sakit seperti ini. Biasanya sang bunda akan merawat dirinya, tapi untuk sekarang siapa yang akan merawatnya ketika sakit? Sedih rasanya sudah menikah dan tinggal terpisah dengan orang tuanya. Rasanya hampa dan penuh kehilangan walau pun bisa bertemu kapan saja.

Sepanjang perjalanan ia putuskan untuk tiduran di paha milik Arsa yang sudah mengemudikan mobilnya. Mungkin setelah sembuh ia akan meminta maaf karena merepotkan dirinya dan membuat Arsa rugi karena harus membayar denda. Tentu saja proses syuting yang di tinggal gitu saja akan memakan biaya yang besar. Ditambah lagi projek Arsa ia ketahui besar. Pasti Arsa akan di marahi habis-habisan oleh agensi.

"Apa yang Lo rasain?" tanya Arsa sesekali melihat Anindya yang menjadikan paha miliknya sebagai bantalnya. Jujur ia tak masalah Anindya berada dalam posisi ini. Karena yang ia rasakan saat ini adalah senang ketika Anindya menuruti segala perintahnya.

"Pusing, panas dingin, sama mual," balas Anindya dengan mata yang tertutup rapat.

"Lo hamil?" tanya Arsa dengan entengnya membuat Anindya membuka mata kemudian mencubit punggung Arsa.

"Sakit woy!" seru Arsa ketika Anindya memberikan cubitan pada dirinya.

"Lagian Lo kalau ngomong asal. Mana bisa gue hamil orang ngelakuin hubungan aja gak pernah. Kalau ngomong di jaga dong. Katanya gak mau berantem tapi Lo sendiri cari masalah Mulu," tutur Anindya ingin mengangkat kepalanya, namun dibuat tak bisa berkutik ketika Arsa memberikan elusan lembut di rambutnya.

"Maaf sayang," ucap Arsa dengan tangan yang mengelus rambut Anindya. Ya, bisa dibilang ini pertama kalinya Arsa menyentuh Anindya. Salah. Bukan pertama kalinya karena ia telah mengambil first kiss Anindya kala itu tanpa sengaja.

"Tahan, tahan gak boleh baper. Arsa itu buaya. Dia serang Lo ketika sakit. Jangan baperan please." Batin Anindya berusaha untuk menguatkan imannya.

Anindya berusaha untuk mengontrol perasaannya. Matanya terpejam dan ia pura-pura tidur saat Arsa mengelus rambutnya terus menerus. Ia tak mau menunjukkan perasaan yang sebenarnya saat Arsa berkata demikian pada dirinya. Awalnya ia hanya pura-pura tidur saja, namun karena elusan Arsa membuat dirinya nyaman dan damai, tanpa di sadari Anindya tidur beneran di atas pangkuan Arsa yang sedang mengemudikan mobilnya.

"Lo tidur beneran?" tanya Arsa saat Anindya tak bergerak sama sekali di pangkuannya.

"Kasihan istri aku. Pasti capek banget, ya?" Arsa mengeluarkan kata-kata yang dijamin tak akan berani ia ucapkan saat Anindya terjaga. Namun ketika Anindya tidur ia berani mengucapkan nya.

Sejujurnya selama ini ia merasa kasihan pada Anindya. Perempuan yang selalu ia sentak dan ia kasari selama menikah dengannya. Namun sifat Anindya yang keras kepala membuat ia kerap kali bertengkar dengannya. Namun jika Anindya tidur seperti ini ekspresi nya begitu lucu dan sangat cantik di pandang oleh matanya.

Entah kenapa mendengar keadaan Anindya membuat ia mengambil keputusan jangka pendek untuk segera menyusulnya. Bahkan mobil yang ia kenakan sekarang adalah mobil pinjaman. Tak mungkin ia membawa mobilnya sendiri ke rumah sakit. Yang ada fans fanatik dirinya akan mengetahui bahwa yang ia jemput adalah Anindya. Ia tak mau mengambil banyak resiko dengan membawa-bawa nama Anindya yang sedang meniti karir nya.

"Nin," panggil Arsa saat mobil mereka telah tiba di parkiran apartemen miliknya.

Tak ada jawaban dari Anindya. Perempuan itu tampak tertidur pulas dan mengabaikan panggilannya. Tak mau berlama-lama akhirnya ia putuskan untuk menggendong Anindya menuju unit apartemen miliknya. Ia memakai topi dan maskernya, kemudian muka Anindya ia tutup dengan kepala Hoodie yang dikenakan oleh nya. Untung saja saat membawa Anindya ia berada dalam jam kerja, sehingga lorong atau pun lift apartemen tak akan ada yang bisa melihat mereka.

Setelah sampai di apartemen miliknya, Arsa membaringkan tubuh Anindya di atas sofa. Ia mengambil selimut dari kamarnya, lalu terlihat menyelimuti Anindya. Arsa berjongkok, ia terus mengelus kepala Anindya yang bahkan tak ada pergerakan sama sekali. Ia rasa Anindya tampak lelah dengan segala aktivitasnya.

"Lo sakit, tapi Lo juga keras kepala," ucap Arsa mengamati wajah Anindya yang pucat saat ini.

"Kenapa, ya, lihat Lo tidur kaya gini buat hati gue senang. Tapi saat Lo bangun gue kesal," ucap Arsa lagi dengan terus mengamati wajah Anindya yang terpampang nyata di hadapannya.

Arsa mengamati Anindya yang terlihat lebih pucat dari biasanya. Tangannya terus ia arahkan untuk mengelus kepala Anindya. Lalu tatapan mata itu terarah pada bibir ranum milik Anindya. Arsa terus memandanginya. Tanpa sadar ia pun tersenyum saat mengetahui first kiss Anindya diambil olehnya. Ada perasaan senang dalam dirinya ketika mengetahui hal tersebut dari Anindya.


"Kira-kira kalau kita punya anak, dia mirip siapa, ya? Lo atau gue," tanya Arsa tiba-tiba saat pertanyaan itu terlintas dalam benaknya.

Arsa yang meluncurkan pertanyaan tersebut menggelengkan kepalanya. Ia merasa bodoh mempunyai pikiran sejauh itu hanya karena ia menatap Anindya yang sedang tidur di hadapannya.

"Anjir udah mikirin fisik anak aja." Arsa tampak menggelengkan kepalanya terus menerus merasa tak percaya ia memikirkan hal tersebut.

Tatapan Arsa kemudian terarah pada goresan yang ada di pipi Anindya. Ia segera bangun, lalu mengambil kotak P3K. Ia mengambil alkohol lalu membersihkan luka itu dengan kapas. Ekspresi Anindya terlihat jelas saat alkohol tersebut menyentuh lukanya. Arsa yang melihat itu mengarahkan ibu jarinya untuk memberikan elusan pada pipi Anindya.

"Perih, ya? Tahan ya. Sebentar aja kok," ucap Arsa membuat Anindya kembali nyaman.

Saat sedang mengobati Anindya, suara bel yang berbunyi membuat Arsa menolehkan kepalanya. Ia menaruh P3K itu kemudian berjalan membuka pintu tanpa melihat siapa yang datang saat ini.

"Kok password nya di ganti, sih!" seru seorang perempuan yang terlihat kesal saat mencoba membuka pintu beberapa kali dengan password yang baru ia ketahui berubah saat ini.

Arsa yang melihat Bianca ada di hadapannya segera keluar kemudian menutup pintunya. Tentu saja Bianca tak akan bisa masuk ke dalam karena tidak mengetahui password nya.

"Kenapa di ganti? Password-nya apa?" tanya Bianca yang terlihat kesal.

"Ada mama di dalam. Mama sekarang tinggal sini. Jadi kamu jangan sering-sering ke sini," jawab Arsa berbohong pada Bianca.

"Serius? Kok gak bilang dulu sama aku?" tanya Bianca pada Arsa.

"Aku udah boleh kenalan sama mama kamu belum?" tanya Bianca dengan tatapan penuh harap.

Arsa menggeleng cepat. Mana mungkin ia memperkenalkan Bianca pada sang mama jika mamanya sendiri memilih Anindya sebagai menantunya. Padahal ia dan Bianca sudah menjalin hubungan begitu lama, tapi entah kenapa mama nya justru lebih memilih Anindya dibandingkan Bianca. Kata mamanya Bianca bukan perempuan baik-baik. Padahal menurutnya hanya Bianca yang bisa menerima dirinya dengan tulus sampai keberhasilan bisa ia capai seperti sekarang.

"Mau peluk," ucap Bianca manja membuat Arsa segera memberikan pelukan pada kekasihnya.

"Awas ada orang. Kamu gak pakai masker kita terpantau Cctv," bisik Arsa membuat Bianca segera menutup wajahnya menggunakan tas saat ini.

"Aku pulang aja deh," ucap Bianca ingin pulang, namun baru beberapa langkah ia kembali dan mencium Arsa yang juga membalas ciumannya. Ya anggap saja itu ciuman singkat sebelum Bianca benar-benar pergi dari hadapan nya.

Arsa kembali masuk ke dalam apartemennya, namun saat akan membuka pintu, pintu tersebut sudah dibuka lebih dulu oleh Anindya. Arsa yang melihat hal tersebut tampak membeku di tempatnya. Apakah Anindya melihat semuanya?

"Ngapain?" tanya Arsa basa basi seolah baik-baik saja saat ini.

"Mau beli sop. Awas," balas Anindya membuat Arsa menghela napas lega karena Anindya tak memergokinya.

"Masuk biar gue yang masak," ucap Arsa mendorong Anindya untuk kembali masuk ke apartemen.

"Yakin?" tanya Anindya seolah tak percaya.

"Lihat aja nanti. Masakan gue lebih enak dari Lo kok," sahut Arsa membuat Anindya mencoba untuk percaya dan kembali tidur di sofa nya.

#TBC

Q&A CEK!
Q: Gangguan jiwa kaya Azizah bisa disembuhkan gak sih kak?
A: Untuk Gangguan Azizah aku buat dia kena Skizofrenia Paranoid keadaan dimana dia selalu mencurigai orang lain dan gak percaya sama orang lain. Pasien dengan gangguan bisa dikurangi gejalanya, namun untuk orang dengan gangguan jiwa mereka ada fase kambuh dan sehat kembali. Kalau telat minum obat mereka akan kambuh atau ada masalah yang memicu mereka juga bisa kambuh. Bisa sehat juga kalau konsumsi obat yang diberikan oleh psikiater. Untuk sembuh kemungkinannya sangat kecil, tapi bukan berarti gak bisa sembuh ya. Tergantung individu dan keberhasilan dari terapis masing-masing.

Q: Kakak jurusan psikologi?
A: Iya, kebetulan Arum jurusan psikologi. Buat cerita karena salah satunya terinspirasi saat melakukan PKL di rumah sakit jiwa. Aku mau sharing sama kalian aja kok guys. Aku juga masih sama-sama belajar. Semoga apa yang aku tulis bermanfaat dan menambah pengetahuan kalian. Amin, Terimakasih atas pertanyaan nya 💜

🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴

GIVE ME 100 KOMEN LEBIH GUYS UDAH AKU PANJANGIN PART NYA NIH 😭

MENURUT KALIAN APAKAH ARSA SUDAH MULAI BUCIN?

KOMEN DI BAWAH GUYS👇

SAMPAI BERTEMU DI PART SELANJUTNYA 💜

Continue Reading

You'll Also Like

70.2K 2.4K 40
Sequel dari Gema: My Dosen Husband Perjalanan Hidup dari seorang Adira Ayu memanglah sangat buruk. Dirinya mendapatkan siksaan bertubi-tubi dari sang...
268K 21.2K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
439K 51.8K 66
TIDAK PLAGIAT DAN JANGAN PLAGIAT!!! "Cinta itu lucu ya bisa berlabuh kemana aja tanpa kita dugong."-Nila Diam-diam menjalin hubungan dengan teman aya...
1.5K 270 6
Hidup lagi capek-capeknya, malah ketemu sama Pilot ganteng?!!! *** "Eh sorry Om, maaf gak sengaja, buru-buru soalnya pesawat *** 10 menit lagi boardi...