THESIS 2: CAN LOVE BE THE ANS...

By Zoey_tan

38K 3.6K 1.4K

Setelah tragedi buruk menerpa, Ariana dan Rebecca memutuskan untuk berpisah sejenak. Ya, kata Rebecca sore it... More

CHAPTER 1: AFTER WE BROKE UP
CHAPTER 2: DESTINY?
CHAPTER 3: BERTEMU KEMBALI
CHAPTER 4: ERENA, SESAL DAN MAAF
CHAPTER 5: SOMEONE NEW
CHAPTER 6: ANOTHER SIDE THAT YOU DON'T KNOW
CHAPTER 7: UJUNG YANG TAK SELESAI
CHAPTER 8: BADAI YANG BERLALU LALANG
CHAPTER 9: TAKE BACK
CHAPTER 10: MENUJU DEWASA
CHAPTER 11: ANOTHER TRUTH
CHAPTER 12: TANGGUNG JAWAB
CHAPTER 13: KETEMU CAMER DULU GUYS!
CHAPTER 14: BAGAIMANAPUN, BADAI HARUS DIHADAPI
CHAPTER 15: HARI KEBENARAN
CHAPTER 16: HARI DIMANA BADAI TELAH BERLALU
CHAPTER 17: KADO ULANG TAHUN
CHAPTER 19: SWEET LIKE CHOCOLATE BAR
CHAPTER 20: DEBU YANG BERTERBANGAN
CHAPTER 21: PELANGI DI UJUNG SENJA
CHAPTER 22: ITU TERLALU BANYAK!
CHAPTER 23: ANOTHER SIDE
CHAPTER 24: LOVING CAN HURT
CHAPTER 25: WRONG PERSON
CHAPTER 26: I WILL LOVE YOU FOR THOUSAND YEARS
CHAPTER 27: RECKLESS
CHAPTER 28: YOU'LL BE SAFE HERE
CHAPTER 29: SOME(ONE) FROM THE PAST
CHAPTER 30: PELABUHAN TERAKHIR?
CHAPTER 31: THE END OF A WOUND
CHAPTER 32: AKHIR DARI SEBUAH KEBOHONGAN
BAB 33: THE FINAL PART OF LOVE STORY

CHAPTER 18: NEW DAY

1.7K 125 63
By Zoey_tan

----

ATTENTION PLEASE!!!

THIS SECTION CONTAINS MATURE CONTENT. UNDERAGE CHILDREN, PLEASE STAY AWAY. PAY ATTENTION TO YOUR LITERACY FOR A BETTER FUTURE.

THANK YOU

..

..

..

..

..

..

---

"Ngghhh..."

"Kenapa sayang?", Rebecca mendongak menghentikan kecupan-kecupan singkatnya di leher Ariana. Ia mengulum senyum saat Ariana menurunkan wajahnya sejajar dengan wajah manis Rebecca.

"You drive me crazy, I will die", bisik Ariana sembari tertawa.

Gadis yang semula duduk di meja itu turun dan mendorong Rebecca agak kasar ke dinding ruang tamu tanpa memberi sedikitpun ruang perlawanan.

Rebecca hanya menarik sudut bibirnya sekilas saat Ariana bernafsu mengangkat kedua tangannya dan menahannya ke atas saat ia sudah berhasil memojokkan tubuh Rebecca ke dinding. Sedetik kemudian ia mendekat dan melumat bibir Rebecca dengan lembut.

Lumatan manis yang sesekali diiringi desahan tertahan Rebecca membuat Ariana mabuk kepayang tak tahu cara berhenti.

"You are too hot, it's really hard to play gently, you know...", bisiknya dengan nafas yang hampir terputus.

Rebecca tak menanggapi racauan Ariana yang sejak masuk ke dalam rumah selalu memprovokasinya. Aliran darahnya naik bagai roller coaster dari pinggang menuju ubun-ubun dan desahan pelan Ariana memperburuk akal sehatnya.

Ariana yang memang berniat melumpuhkan sisa akal sehat kekasihnya itu hanya bisa bersorak dalam hati sebelum akhirnya memaksimalkan fungsi tangan kirinya menyentakkan cardigan Rebecca yang seharusnya sudah tau diri bahwa ia tak dibutuhkan lagi disaat seperti ini.

"Hatchim..", Ariana yang hampir kehilangan pandangan mundur beberapa langkah saat rasa tak nyaman menyerang hidungnya secara tiba-tiba.

Rebecca tak mampu menyembunyikan sebal saat Ariana melepaskannya saat genting begitu. "Kak, kenapa?"

Ariana menggeleng sembari menggosok hidungnya yang gatal dengan tangannya dan kemudian bersin kembali sehingga Rebecca mengernyit heran.

"Hei, kakak sakit?", tanya Rebecca mendekat. Ia meraba kening kakaknya yang duduk di sofa dan memeriksa suhu tubuh kekasihnya menggunakan telapak tangannya.

"Aku sudah bilang aku alergi kucing", ucap Ariana masih dengan hidung yang memerah.

"Choco di sofa tuh, satu ruangan ngaruh juga kah?", tanya Rebecca tak paham.

"Bulu Choco nempel di cardigan kamu, Becky!"

"Oh astaga, maaf", ucap Rebecca dengan wajah bersalah. Tanpa pikir panjang ia membuka cardigannya dan melemparkannya sembarangan.

Ia mendekat pada Ariana yang kini sudah duduk di single sofa ruang tamu dan masih menggaruk batang hidungnya. Sedangkan Choco sibuk berguling di sofa panjang ujung ruangan.

"Jangan pikirin Choco. Just focus on me", ucap Rebecca mengusap pelan rahang Ariana dengan gerakan sensual. Sedetik kemudian ia melumat bibir Ariana dengan bahasa tubuh yang lebih menuntut.

Ariana tak menolak pagutan Rebecca di bibirnya dan menarik pinggang gadis itu agar duduk di pangkuannya. Kini ia harus menengadah untuk berciuman dengan Rebecca namun akses tangannya jauh lebih  terbuka.

"Wait!", Rebecca menahan lengan Ariana saat gadis itu menurukan dressnya secara brutal.

"Why?"

"Pelan-pelan aja"

"Ya, siapa yang terburu-buru?"

"Leave my clothes alone!"

Ariana tertawa sembari mencium pipi Rebecca gemas. "You know, aku suka easy acces to your body"

"Astaga takut banget", jawab Rebecca dengan nada yang dibuat-buat bergidik. Ia merapikan anak rambut Ariana yang dibawahnya sembari menggoda gadisnya dengan tatapan nakal.

"Kamu terlalu buang-buang waktu kalo hanya menatap wajah ini, sayang", bisik Ariana yang diiringi kekehan ringan oleh Rebecca.

Setelah itu ia tak bicara lagi dan sibuk memaksimalkan fungsi tangan dan bibirnya. Ariana menekan tengkuk Rebecca meminta lebih. Memaksimal lonjakan dopamin dalam dirinya.

Setelah puas menyesap bibir Ariana, Rebecca berpindah ke rahang bawah kakaknya dengan gerakan teratur. Ia mulai mengecup dan menggigit kecil leher jenjang nan polos milik Ariana.

"Sumpah, aku gemes banget"

Ariana hanya bisa pasrah karena kini dunia nya berputar seolah ia akan tumbang saat Rebecca sengaja meniup pelan-pelan daun telinganya sebelum mendaratkan gigitan-gigitan kecil disana.

Ariana menggeram gemas saat tangan nakal adiknya juga mulai tak sopan menurunkan tali dress nya yang tak seberapa kokoh sehingga hanya menyisakan bra berwarna senada ditubuhnya.

Rebecca terus melumat dengan ritme semakin lama makin menuntut. Tangan kanannya sedang menjadi asisten menyingkirkan anak rambut kekasihnya dan menekan tengkuk Ariana agar ciuman mereka menjadi semakin panas sedangkan tangan kirinya sudah berakhir di dada Ariana.

Tangan yang entah kenapa sangat paham jobdesknya itu mulai menyambangi kulit putih dada Ariana dengan pelan namun pasti. Rebecca memainkan ujung telunjuknya diatas dada Ariana dan sesekali menggenggam gemas daging dibalik bra hitam milik kakaknya.

"Becca..."

Suara Ariana mulai tertahan saat Rebecca dengan teganya menurunkan ciuman dari leher menuju bahu kurus kakaknya dan berakhir di dada atas Ariana. Lidah panas nya bertemu dengan kulit lembut Ariana menyisakan getaran beruntun pada jantung Ariana.

"Jangan sampai gagal jantung ya.."

Rebecca berbisik dengan nada meledek saat wajahnya menempel dengan dada milik Ariana sehingga secara jelas ia mendengar dentuman keras jantung kakaknya berpacu.

Ariana hanya meremas lengan atas Rebecca gemas sebagai balasan. Ia menggigit bibirnya sendiri mencoba menahan gejolak saat Rebecca akhirnya melepaskan kaitan kain terakhir yang menutupi dadanya dan kini ia bertelanjang dada didepan Rebecca.

Tentu saja sebelum menyapa dengan lidah hangatnya Rebecca sempat-sempatnya tersenyum bak iblis pada Ariana yang sudah menghambakan diri meminta sentuhan lebih.

"Ssshhh...Keep going on..

"Want more, huh?"

Rebecca mendorong tubuh Ariana ke sandaran sofa dan turun dari pangkuan kakaknya. Dress cantik nan anggun Ariana sudah dipinggang gadis itu.

Ariana menutup wajah malunya saat Rebecca memperhatikan seluruh tubuhnya dengan pandangan nanar sebelum akhirnya mendekat dan berjongkok didepannya.

"Don't look at me with those eyes!"

"Which eyes, babe?"

Ariana memejamkan mata saat telapak tangan hangat Rebecca menyapu pahanya tanpa halangan. Jemari Rebecca terus merangkak maju dan mentok di ujung paha kekasihnya dan sedetik kemudian ia menyibakkan dress yang menutup paha kakaknya.

"Tatapan kamu ga sopan, Rebecca Patricia!", gerutu Ariana dengan wajah memanas.

Ciuman singkat pertama Rebecca mendarat di paha bagian luar Ariana dan kemudian kecupan-kecupan singkat itu merangsek naik dan sepenuhnya kini ada di pangkal paha kekasihnya.

"Aku pikir kata sopan tidak diperlukan disini, Miss Michelle", jawab Rebecca enteng. Dengan senyum iblis tentu saja.

Ariana mendesis saat Rebecca menelusupkan ujung telunjuknya lewat celana dalam satin yang masih melekat ditubuhnya.

"You can hold on anymore, baby", suara serak Rebecca beriringan dengan tangannya yang memegang kedua pangkal paha kakaknya lalu perlahan membukanya sehingga kini senyum Rebecca terbit.

Rebecca kembali mensejajarkan wajahnya dengan Ariana lalu mengecup sekilas setiap sudut wajah manusia yang entah kenapa begitu candu baginya itu.

Tiap inchi tubuh Ariana tak terlewat dari sapaan manis bibirnya sehingga membuat si pemilik hanya mampu memejamkan mata menikmati setiap belaian mesra yang Rebecca tumpahkan padanya.

Sedetik kemudian ia memajukan wajahnya pada bagian inti Ariana dan dalam sepersekian detik mendaratkan ciuman singkat dari balik celana dalam milik Ariana.

Ariana merasakan geli dan darah mendidih di sekujur tubuhnya. Ia hanya bisa menggigit bibir dan mencoba menahan desahan kurang ajarnya keluar. Setidaknya ia harus menjaga harga dirinya di fase awal permainan ini.

"Kaak..

"Hm?"

"Apa kurang?"

"What!?"

Rebecca berhenti sejenak dari aktivitasnya dan menatap Ariana penuh selidik.

"Kenapa suaranya ditahan? Ciumannya kurang?"

"Heh!!"

Rebecca terbahak saat wajah Ariana memerah menahan malu akibat ucapan tak senonohnya. Seolah tak mau rugi, tangannya langsung menyapa bagian inti milik kakaknya dengan masih dibatasi celana dalam.

Ia mensejajarkan wajah dengan Ariana dan melumat kembali bibir penuh milik Ariana sedangkan tangannya sibuk melakukan gerakan naik turun dibawah sana.

Ariana kelabakan meladeni ciuman panas Rebecca dan sentuhan sensual gadis itu di titik sensitifnya. Ia hanya pasrah saat desisan demi desisan keluar dari mulut indahnya secara berkala. Harga dirinya sudah terjun bebas. Tidak ada yang tersisa.

"Begging me, Nana"

"Becca, please.."

"Please what, hm?"

Ariana menggelinjang saat Rebecca mempercepat gerakan tangannya dan hanya mampu mendongak maksimal saat tak mampu menahan gejolak yang hampir meledak dalam dirinya.

"Say my name if you want more, baby"

"Becca..."

"What? I didn't hear you", ucap Rebecca dengan senyum liciknya. Ariana menyumpahi kelakuan sombong adiknya namun semua berhenti di ujung lidahnya saja.

"Rebecca please don't do this", ucap Ariana dengan nafas tersengal saat Rebecca melambatkan gerakan tangannya. Ia menatap Rebecca dengan tatapan permohonan.

"Begging me or you wouldn't get anything, kak", ucap Rebecca dengan segenap kesombongannya. Hari ini, Ariana harus berlutut padanya dan meletakkan harga dirinya dibawah perut bumi. Kalau perlu, dibawah dasar bumi sekalian.

Ariana menggigit bibirnya saat harga diri terakhirnya hilang ditelan nafsu. Ia merangkul Rebecca dengan kedua tangannya lalu berbisik. "Don't stop baby. Please bring me the heaven"

Smirk kemenangan Rebecca terbit di bibirnya sebelum ia turun dan berjongkok didepan gadisnya yang duduk di sofa. Tanpa basa basi ia menyibakkan kedua paha kakaknya dan tangannya bersiap masuk ke pinggang Ariana dalam sekejap seluruh kain yang pernah ada di tubuh indah Ariana sudah raib.

Rebecca memajukan wajahnya dan mendaratkan ciuman pendek di bawah pusar kakaknya dan si pemilik mendesis lagi. Pertanda Ariana akan segera gila. Kecupan demi kecupan berjalan kebawah dan berakhir di bagian sensitif Ariana.

Ariana menutup mulutnya dengan telapak tangannya saat lidah hangat Rebecca menyapa bagian dirinya dengan penuh perasaan. Pandangannya berputar sama dengan ujung lidah Rebecca yang memutar dibawah sana membuatnya kehilangan akal.

"Keep..

Ariana menekan kepala Rebecca agar semakin mengintenskan ciuman dan hisapannya sebelum akhirnya kedua pahanya menegang dan Ariana tak mampu bersikap lembut saat Rebecca melakukan gerakan brutal dengan mulut dan jari tengahnya.

"Ahhnnngg...SHIT!!"

Erangan panjang Ariana menggema diseluruh ruangan saat Rebecca baru saja menyelesaikan tugas nya dengan sempurna. Lidahnya masih melanjutkan pekerjaan saat Ariana menghapus keringat didahinya pelan. Hawa panas menyebar diseluruh tubuhnya. Ariana bersandar sepenuhnya pada sandaran sofa dengan wajah lelah.

"Mau pindah ke kamar sayang?"

Rebecca kembali duduk di atas pangkuan Ariana dan kembali mendaratkan ciuman singkat dibibir kekasihnya itu. Ariana tak menolak namun tak terlalu membalas seperti tadi karena telinganya masih berdengung dan nafasnya belum teratur.

Rebecca tampak sangat bertekad untuk melakukan transfer cairan manis dimulutnya sehingga kini Ariana tak mendapati sedikitpun rasa dibibirnya sendiri karena seluruh rongga mulutnya dipenuhi rasa manis dari bibir Rebecca.

"Wanna see my room?"

Ariana mengangguk tanpa perlu permintaan kedua saat Rebecca menuntun tangannya berdiri dan diiringi kecupan-kecupan singkat bersamaan dengan Rebecca yang mendorongnya mundur menuju lift khusus yang langsung naik ke kamar gadis itu.

Ariana hanya sekali ke rumah ini ketika membantu Rebecca pindahan 4 tahun lalu. Saat itu mereka hanya dua orang asing yang terpaksa bermain peran saudara yang tak sengaja sudah saling menyentuh sebelumnya.

Malam ini ia kembali dengan status yang berbeda. Tidak ada ikatan apapun namun mereka memutuskan menjadikan diri mereka satu. Bahkan ketika pintu lift terbuka Rebecca tak membiarkan Ariana menoleh sedikitpun untuk mengamati seisi kamarnya.

Tiap langkah dan sentuhan demi sentuhan Rebecca seolah telah terstruktur jelas sehingga tanpa kesulitan keduanya sudah berakhir di tempat tidur milik Rebecca.

Ariana tak menolak sedikitpun. Ketika tubuhnya dan tubuh Rebecca jatuh tanpa halangan diatas tempat tidur, Ariana dapat merasakan aroma manis dan lembut Rebecca telah memenuhi ruangan itu dan dengan segera menghipnotisnya dalam hiruk pikuk interaksi bibirnya dan bibir Rebecca.

Malam ini, Ariana menyerahkan diri sepenuhnya tanpa paksaan dan membiarkan Rebecca mendapatkan kompensasi atas segalanya. Sedangkan Rebecca juga tak berniat merugikan kakaknya sedikitpun.

Ia berusaha dengan baik memaksimalkan tiap sentuhan dan membuat Ariana mustahil untuk menolak setiap permintaannya dan pemaksaan halusnya pada Ariana untuk menghabiskan malam tanpa melewatkan sedikitpun sudut tubuh indah gadis itu akan menjadi permohonan berlarut yang tak akan usai.

---

To be continue

Continue Reading

You'll Also Like

3.8M 241K 98
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...
5.2K 228 27
The light of Kshahrewar invites two researchers from two different darshans to find a better way to get information from the ley lines without disrup...
8K 291 33
After a temporary memory loss, Lilliane was trusted in the care of the Mukami family, manipulated into being part of her father's schemes. She finds...
990K 88.8K 39
✫ 𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐎𝐧𝐞 𝐈𝐧 𝐑𝐚𝐭𝐡𝐨𝐫𝐞 𝐆𝐞𝐧'𝐬 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐚𝐠𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 ⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎⁎ She is shy He is outspoken She is clumsy He is graceful...