Maaf baru update!! Soalnya aku kmrn nonton konser sm! Alhamdulillah 😭😭
KETEMU JENOO 😭
Part ini target gak banyak, 4K vote dan 4K komen aja yahhh!
Aku langsung update kalo target kecapai yak! Hehe!
Makasih ya udah bertahan di cerita ini sampai sekarang 🙌🏻🙌🏻💚💚
Tandai typo dan kalimat rancu!
Kiel menegakkan punggungnya setelah mendapat kabar dari Bang Hendra. Bahwasanya ada pengacau yang mengobrak abrik zona jalanan mereka.
Kiel berjalan menuju pintu kamarnya, dia menutup pintu kamar, kemudian menguncinya. Setelahnya Kiel beralih membuka nakas yang tersimpan bungkus rokok dan juga korek disana.
Kiel mengambil dua barang itu, membawanya ke balkon kamar yang sudah sia tutup pintunya, agar asap rokok tidak mengepul di dalam kamarnya, mengingat, belakangan ini Gaby kerap kali masuk tiba-tiba ke dalam kamarnya dan tidur disana, bersamanya.
"Gimana gimana, Bang?" Kiel mengulangi, meminta Bang Hendra mengulangi perkataannya.
Kiel duduk di atas kursi, sembari menyalakan rokoknya. Telinganya dengan jeli mendengarkan apa yang dikatakan oleh Bang Hendra disana.
"Ada yang nyerang area jalanan. Cewek, pendek, rambut di kuncir satu." Tutur Bang Hendra, mencirikan sesuai dengan yang di laporkan anak anak.
Kiel mengernyitkan alisnya, nampak tidak percaya. "Yang dikalahin sama tu cewek modelan bencong, kali?" Gumam Kiel, membuat Bang Hendra berdecak kecil. Pria itu mengumpat dari balik telepon.
"Kagak anjing. Lo tau si kolot? Yang modelan preman itu, dia yang di bikin abis. Gigi dia patah tiga." Ujar Bang Hendra, meyakinkan.
Salah satu alis Kiel naik ke atas. Merasa tertarik dengan pembahasan di telepon saat ini. Sekuat apa gadis itu sampai berhasil membuat sosok yang dikenal sebagai preman jalanan yang berandal itu mengalami patah gigi sebanyak tiga?
Kiel menghembuskan kepulan asap rokok ke udara, telinganya dengan jeli mendengarkan kronologi yang di tuturkan oleh Bang Hendra.
Panjang lebar Bang Hendra menjelaskan kejadian yang terjadi begitu cepat itu, "nah, gitu ceritanya."
Kiel menganggukkan kepalanya, memahami apa yang sedang dikatakan oleh Kiel. "Jadi maksud lo, hakim jalanan itu— cewek?"
Bang Hendra berdehem, mengiyakan. "Iya. Sebenernya udah ada rumor kalo hakim jalanan itu cewek. Dari dulu, cuman nggak ada yang tau wajah hakim jalanan. Dia udah hilang sejak kurang lebih tiga sampai empat tahun yang lalu. Tepat setelah lo muncul sebagai petarung jalanan."
Kiel mematikan rokoknya di asbak. Pria itu menatap langit malam sembari berpikir keras, "dan dia nyari lokasi ring jalanan? Aneh? Dia hakim jalanan, tapi nyari lokasi ring jalanan." Gumam Kiel.
"Hm. Dia juga nyari lo. Petarung jalanan." Tutur Bang Hendra, yang langsung di sahuti oleh Kiel.
"Petarung jalanan bukan gue doang, kali."
"Tapi petarung jalanan itu udah spesifik ke lo. Lo dipanggil petarung jalanan. Sedangkan fighter lain kita panggil nama mereka, kan. Lo lupa? Joo Milan adalah nama ketika lo di luar ring jalanan. Ketika berada di dalam ring jalanan, panggilan lo berubah menjadi petarung jalanan?" Kelakar Bang Hendra.
Kiel menghembuskan nafas panjang, "apa yang dia cari dari gue? Nggak ada yang menarik dari gue. Semua tentang gue di rahasiakan. Kalau dia mau lawan gue, cukup kasih taruhan uang."
"Berarti hakim jalanan miskin. Dia nggak punya uang buat ngebayar tarung sama lo." Seloroh Bang Hendra. "Atau dia mau geser posisi lo, kali?"
Kiel mengangguk, bisa juga. Kalau begini, sumber uangnya bisa bisa hilang. Menjadi petarung jalanan adalah sumber uang terbanyak yang menjadi pemasukannya selama ini. Dalam sekali bertarung Kiel bisa meraup puluhan juta.
"Apa yang lo tau tentang hakim jalanan?" Tanya Kiel. Pria itu mulai fokus dengan topik pembicaraan.
Bang Hendra berdehem sebentar sebelum kemudian berkata, "cewek, pendek, kacak bocah sih katanya, terus dari selama ini, rumor yang gue denger, dia emang bukan orang kaya, dan... masih sekolah? Kalau sekarang sih harusnya dia udah kuliah atau mungkin jadi pengangguran."
Kiel dengan cepat menyahut, "Kenapa dia dipanggil hakim jalanan?"
"Hakim jalanan bisa di bilang pahlawan bagi warga yang tinggal di zona jalanan. Dulu, banyak preman, salah satunya si kolot. Mereka ngusik para warga. Dan katanya, hakim jalanan dulu kerja jadi penjaga toko di salah satu tempat yang sering di palak. Terus, ya lo tau lah? Si hakim jalanan ini ngehajar habis para preman tanpa ampun. Dan itu berlangsung setiap hari, sampai akhirnya para preman itu berhenti. Kemudian— ring jalanan terbentuk untuk menggantikan mata pencaharian mereka sebagai preman. Tapi, hakim jalanan tiba-tiba menghilang. Dia, juga keluar dari pekerjaannya. Sejak saat itu, banyak warga yang memilih pindah daripada harus kembali menghadapi para preman. Makanya, itu alasan rumah rumah disini banyak yang kosong dan, gelap nggak terurus."
Bang Hendra menjelaskan panjang lebar. Kiel memijit batang hidungnya. "Cerita klasik mirip di drama drama."
Bang Hendra tertawa renyah, "ya, itu yang gue denger sih, tapi gue nggak tau pastinya gimana. Cuman, masa kejayaan hakim jalanan berhasil membawa hal hal baik bagi mereka. Lo tau? Zona jalanan dulunya sering di jadiin tempat tawuran, begal, pembunuhan."
Kiel mengangguk. Dia tau itu. "Berarti, dia seharusnya udah ngerti, bukan? Seluk beluk zona jalanan?"
"Mmmm, seharusnya sih iya." Bang Hendra tidak yakin menjawab.
"Tapi kenapa dia kebingungan sama titik ring jalanan?" Tanya Kiel. Menimbulkan tanda tanya besar.
Bang Hendra turut berpikir lama sebelum menjawab. "Ring jalanan hanya bisa di ketahui sama orang orang tertentu. Yang bisa masuk bukan sembarang orang juga."
Kiel mengangguk menyetujui. "Buka taruhan."
"Hah?" Bang Hendra mengeluarkan keterkejutannya. "Taruhan apa anjing?"
"Buka taruhan gih, gue bakal tangkap si hakim jalanan itu, sekaligus kalahin dia. Umumin ke penjuru jalanan, semua kolega kita, kemudian orang orang yang selalu bertaruh tinggi dengan nama gue. Bayar gue, dengan harga paling tinggi, buat taruhan ini." Ujar Kiel menyombongkan dirinya.
"Jangan gila deh lo. Iya kalo lo yang menang. Kalo dia yang menang? Abis kita." Bang Hendra tak menyetujui. Terlalu berisiko.
Kiel terbahak, "bang, udah berapa kali gue menang? Dari sekian pertandingan? 100 per 100. Nggak ada angka kekalahan satu pun, yang tertulis atas nama Joo Milan."
Bang Hendra berdecak, sebelum kemudian mengalah. Dia harus percaya dengan Kiel. Sepertinya kali ini, pria itu tak main main. "Oke. Gue atur, ntar gue kabarin."
Sebuah ketukan di pintu yang diiringi dengan panggilan nama Kiel membuat Kiel berjingkat. Pria itu menegakkan punggungnya, "Bang ntar gue kabarin lagi." Dan setelah itu Kiel menutup panggilannya.
Kiel menyimpan ponselnya di saku celana. Ia masuk ke dalam kamar dan melangkah cepat menuju pintu, yang masih diketuk diiringi dengan panggilan namanya.
Kiel membuka pintu kamarnya lebar. Di depannya ada Gaby yang sudah berdiri sembari cemberut.
"Tumben kamarnya di kunci? Hayo, habis ngapain?!" Selidik Gaby. Wanita itu mengenakan baju tidur yang kebesaran dengan rambut di cepol tinggi di atas kepala.
Kiel tersenyum lebar, "haha, kenapa sih? Habis telfon sama orang,"
Gaby masuk ke dalam kamar kemudian ia menutup pintu kamar itu dengan keras, menciptakan debuman pintu yang membuat Kiel mengelus dadanya.
"Kenapa?" Tanya Kiel. "Gue telfonan sama cowok, By.." Kiel mengklarifikasi terlebih dahulu, sebelum Gaby mengomel.
Gaby berkacak pinggang, mendongak menatap Kiel dengan galak, tapi sialnya di mata Kiel, pose Gaby saat ini begitu menggemaskan dan juga— sexy? Disaat yang bersamaan.
"Kenapa bau rokok?! Habis ngerokok ya?! Kan aku udah bilang, nggak suka cowok bau rokok!" Gerutu Gaby, membuat Kiel menutup mulutnya. "Kenapa juga pintu di kunci?! Kenapa? Mas Kiel sembunyiin apa dari aku?!" Cercanya.
Kiel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia hanya meringis. "Sorry, jangan marah ya." Kiel mencubit pipi Gaby dengan lembut.
"Ish! Nggak usah pegang pegang! Nggak suka aku!" Gaby menepis tangan Kiel. Perempuan itu berbalik, ingin keluar dari kamar Kiel. Kesal karena bau rokok yang mendominasi.
"Mau balik ke kamar aja! Nggak jadi disini!" Ketus Gaby, yang membuat Kiel langsung menahan pinggang Gaby. Pria itu mengangkat tubuh Gaby dan membawanya ke atas ranjang.
"Gue udah pernah bilang belum, sih? Kalo lo nggak akan pernah bisa keluar, setelah sukarela masuk ke dalam kamar gue?" Kiel mendudukkan Gaby di atas pahanya. Pria itu memangku tubuh Gaby.
Gaby berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Kiel. "Ish lepasss!"
Kiel menggeleng. Ia malah makin erat memeluk tubuh Gaby, "katanya bau rokok, kan? Gimana kalo sekarang baunya lo hapus? Biar aromanya ganti jadi aroma cherry, sama kayak bau lo?" Kekeh Kiel, membuat Gaby menggigit pundak Kiel.
"Gak mau! Jauh jauh sana!"
Curiga, kalo Kiel tau itu Gaby, keknya tarung nya ganti di atas ranjang deh 😭😭🙏🏻🙏🏻 ampun bwang ✌🏻
Sejauh ini, baru kali ini plot twist terbesar..
Tp untungnya nyambung sama alasan Mami angkat Gaby jadi anak sih 😭
Spam komen 1 kalo mau next!
Spam komen 2 kalo gak sabar Kiel ketemu Gaby di ring!
Spam komen 3 kalo suka sama cerita ini!
Vibesnya Kiel banget gak sih 😭😭