GUS AZZAM

By itsnour29

4.7M 288K 44.2K

[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas... More

Prolog : Gus Azzam
01 - Pertemuan setelah sekian lama
02 - Pesantren Al-Furqan
03 - Kewajiban
04 - Tidur bersama?
05 - Hukuman
06 - Takdir, bukan kebetulan.
07. Sahabat
08. Akish dan Alaska
09. Sakit, Rindu, Alaska.
10. Fitnah dan Jebakan?
11. Di balik kejadian.
12. Perasaan yang berlebihan
13. Hijrah itu lebih baik
14. Cacing Alaska
15. Tahajjud dan cinta nya
16. Aku, kamu, dan salah tingkah
17. Menjadi imam yang baik.
18. Masalalu yang lucu
19. Kecemburuan akan masa
20. Pembicaraan dan Renungan
21. Ada apa?
22. Sebagai Guru
23. Panggilan resmi
24. Bersama dengan nya
25. Kunjungan Mertua
26. Kehilangan di Pasar
27. Kemunculan Sadam
28. Putra Tengah Al-Furqan
29. Kedatangan & Kepergian
30. Pulang atau Pergi
31. Makanan Halal & Haram
32. Tabungan?
33. Beginilah cinta mereka
34. Perasaan Umma
35. Kembalinya Putra Tengah
37. Secara tiba tiba
38. Kabar dan Sebuah Kurma
39. Beberapa panggilan
40. Perempuan yang di temui
41. Ngidam
42. Cerita setelah kerja bakti
43. Meninggalkan Pesantren
44. Pemuda Pemuda Syam
45. Hari Kelahiran
46. Hujan dan Maaf
47. Perihal Sadam
48. Mata yang indah
49. Yang menemukan nya
50. Perempuan perempuan
51. Bertengkar dingin
52. Kembali berdamai
53. Berada di rumah kayu
54. Sebelum pamit
55. Sebuah Tragedi?
56. Pilihan yang mutlak
57. Kedatangan dalam diam
58. Keputusan berpoligami
59. Ada nya bukti?

36. Di balik Bingkai Foto

56.6K 3.6K 1.3K
By itsnour29

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Setiap orang adalah tokoh utama dalam kisah (kehidupan) nya sendiri. Jika orang itu sudah berakhir (meninggal) maka berakhir pula kisah nya dan hanya tinggal kenangan."
— Muhammad Azzam Al-Furqan.

kalean jangan bosen sama cerita ini, ya. pantau terus sampai kazam jadi seorang bapak bapak 😤

.

.

.

Malam usai shalat isya. Hana kini terduduk di kursi berbahan kayu, kedua tangan nya di letakkan di atas meja berbahan dasar yang sama. Pandangan gadis itu awalnya tertuju pada buku nya dan pulpen yang sudah ia lepaskan setelah menciptakan banyak kosa kata baru.

Tapi kini, pandangan Hana tertuju ketika ia membuka jendela kamar yang ada di hadapan nya langsung, melihat banyak nya santri santri yang ingin bersiap lebih awal ke masjid. Setiap malam, semua nya pergi menyetor hafalan.

"Kazam belum pulang."

Hana bergeming untuk sesaat, sampai tiba tiba suara ketukan pintu kamar terdengar membuat Hana langsung berdiri dan melangkah untuk membuka nya.

Sosok pertama yang ia temui adalah Umma. Umma tersenyum dan menurunkan tangan nya yang mengetuk pintu barusan.

"Eh, Umma? Ada apa?"

"Kamu ada minyak kayu putih, nak? Umma mau pakai."

Hana sesekali menoleh. "Ada kok, Umma. Bentar ya, Hana cariin. Kayaknya di lemari."

Umma mengangguk dan melihat menantu nya kembali masuk ke dalam kamar untuk membuka lemari pakaian nya karena ingin menemukan minyak kayu putih yang barusan menjadi permintaan Umma barusan.

Melihat Umma menunggu disana, Hana sibuk mencari nya di lemari pakaian. Ia yakin jika berada disana. ia sempat memakainya karena kepala nya sempat merasa pusing.

"Nah, dapat."

Melihat kondisi lemari yang sedikit berantakan di karenakan nya, Hana merapikan nya sejenak sampai ia terkejut ketika melihat ada sebuah bingkai foto yang tersimpan di balik baju baju yang tersusun.

Sejak kapan berada disana?

"Nak? Udah dapat?"

"E-eh, iya, Umma. Udah dapat."

Tanpa berpikir panjang terlebih dahulu, Hana melangkah kembali mendekat ke arah Umma untuk memberikan minyak kayu putih itu. Umma lagi lagi tersenyum.

"Makasih ya, nak.."

"Hehe, iya, Umma."

Melihat kepergian Umma duduk menuju ke ruang tamu untuk mengistirahatkan diri, Hana juga bisa melihat Zhafran yang dari tadi sudah berada disana, mungkin baru saja pulang dari asrama santriwan menemui teman teman nya.

Hana menutup kembali pintu kamar dengan pelan, sedikit suara. Lalu gadis itu berlari kecil ke arah lemari pakaian yang belum sempat ia tutup.

"Apa ini? Bingkai? Bingkai foto?"

Pikiran Hana sudah merambat kemana mana. Mengapa ada benda ini di dalam lemari? Mengapa di sembunyikan? Sudah pasti ini ulah suami nya. Tapi mengapa? Apa yang terjadi? Apa ada rahasia? Apa jangan jangan..

Hana memukul jidat nya sendiri setelah memikirkan banyak hal. Kemudian beristighfar. Bisa bisa nya ia memikirkan hal buruk semacam itu. Lagi pula, tidak mungkin Azzam menyembunyikan sesuatu tanpa ada unsur alasan yang jelas.

"Suudzon ngga baik." Gumam nya meyakinkan diri.

Lama lama ia memandang bingkai foto itu yang masih belum jelas terlihat foto apa, Hana mengambil nya untuk melihat jelas.

Ternyata dugaan nya tidak seperti yang ia sentuh saat ini. Bingkai foto ini, bukan bingkai yang menyimpan foto wanita lain. Tetapi itu adalah foto ketika hari pernikahan nya bersama Azzam. Hanya saja, foto ini sedikit berbeda. Hana dan Azzam terpisah dalam foto yang berbeda, tapi di satukan dalam satu bingkai.

Karena mereka menikah ketika ingin merajalela nya pandemi waktu itu.

Memandangi foto itu dengan lama, Hana tersenyum. Ia masih ingat, ketika mendengar suara Azzam yang mengucapkan ijab kabul kala itu, tersengat jelas dengan mic, Hana tidak ingin keluar untuk menemui Azzam yang telah menjadi suami nya. Hana mencetuskan banyak alasan, padahal sebenarnya, ia benar benar tidak menyukai pernikahan itu, apalagi Azzam.

Tapi itu dulu.

Flashback...

"Tetap aja. Aku ngga mau ketemu sama dia. Pertama, sekarang lagi awal pandemi, biarpun belum begitu padat, tapi kan mau berjaga jaga?"

Bunda menggelengkan kepala saat mendengar anak semata wayangnya itu terus saja berbicara, dan bersikeras tidak ingin menemui Azzam yang telah menjadi suami nya.

"Tapi kan, sebelum pernikahan, sudah di lakukan tes, nak. Dia negatif, kamu negatif. Bunda sama Ayah sudah merencanakan banyak hal agar tamu tamu yang datang itu hanya keluarga dekat dan tetangga tetangga dekat. Daerah kita juga masih dalam zona aman, kok."

Hana terdiam saat mendengar penjelasan bunda. Ia menggigit bibir nya. Meremat baju pernikahan yang ia kenakan saat itu. Pandangan nya menuju ke arah cermin di hadapan nya, ia begitu cantik meski riasan nua tidak begitu tebal. Tidak memakai bulu mata palsu, memakai hijab menutup dada, mengenakan riasan tipis seperti ini membuat nya agak kesal. Bukan ini yang ia harapkan. Ia belum begitu ramah dengan hijab.

"Tapi Hana ngga mau..."

Hana bersuara kecil. Bunda mengambil kursi dan duduk di sebelah putri nya. Memasang senyum.

"Nak, kamu tau? Semua ini juga usulan nya Gus Azzam. Dia benar benar punya pemikiran yang baik. Bahkan riasan mu dia yang meminta nya..."

"Hana ngga mau ketemu sama dia, Bunda. Suruh pulang aja, ya?"

Bunda melihat sekitar, memukul pelan lengan nya. Wanita itu tertawa kecil.

"Kamu ini, ada ada saja. Ini kan hari pernikahan kamu? Masa suami kamu di suruh pulang tanpa melihat kamu terlebih dahulu?" Kemudian Bunda menyenggol lengan Hana dengan siku nya.

"Kamu dengar pas dia ngucapin ijab kabul nya pakai bahasa Arab?"

Hana mengangguk. Bunda mencubit hidung nya begitu saja.

"Ya sudah, bunda keluar dulu. Ketemu Ayah. Biar ayah bicara sama Gus Azzam, ya?"

Hana tak sengaja memasang senyum. Dalam hati nya, ia bersorak. Untuk saja yang ada disini adalah bunda. Beda cerita jika Ayah nya yang ada disini, pasti dari tadi Hana sudah di bawa keluar dari kamar untuk segera menemui Azzam.

Tapi, ia sedikit terkejut saat lagi lagi Bunda mencubit hidung mancung nya.

"Tapi, kalau Gus Azzam benar benar mau ketemu sama kamu, kamu benar benar harus keluar, ya?"

"Eh, kenapa, Bun?"

Bunda tertawa kecil. "Ayah kamu, pengen banget kamu ketemu sama dia."

"Ih, ngga mau. Suruh pulang aja." Suara Hana berbisik.

Bunda hanya menggelengkan kepala, kemudian berdiri lalu melangkah keluar dari kamar tempat Hana berdiam diri selama pernikahan di laksanakan. Ketika melihat pintu itu di tutup rapat. Hana langsung meraih ponsel nya ketika ada bunyi notifikasi.

[ +62xxxxxxxxx ]

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum?
Saya Azzam.
Simpan nomor saya, ya?
Saya menunggu kamu.
Kamu kenapa tidak keluar?
Ada sesuatu? Ada masalah?
Atau... Perlu saya kesana?
[5 menit yang lalu]

Hana benar benar di buat terkejut. Azzam? Gus Azzam? Suami nya? Dari mana mendapat nomor telepon nya? Sesaat, Hana menyadari nya kembali. Sudah pasti pria itu mendapatkan nya dari Ayah atau Bunda.

Hana meremat ponsel nya. Pesan ini baru saja di kirim. Sekitar lima menit yang lalu. Berarti, di luar sana, Azzam sedang menunggu nya.

Dan berarti, Azzam ingin menemui nya. Benar benar ingin melihat nya. Sudah pasti, keinginan Azzam jika di dengar oleh Ayah nya, Ayah nya akan langsung masuk dan membawanya keluar saat itu juga.

Tapi, Hana tidak mau.

Tidak bisa. Tidak bisa terjadi

Hana memutar otak dan terus berpikir. Ia lagi lagi menatap layar ponsel nya, jari jari nya mengetik cepat di layar.

[Anda] :

Yaaaaa, waalaikumussalam.
Eh, jangan dulu, ya.
Gue—

Hana berhenti mengetik saat itu juga, kemudian menghapus kata awal pesan ketiga nya.

[Anda] :

Yaaaaa, waalaikumussalam.
Eh, jangan dulu, ya.
Aku ngga mau ketemu.
Bilangin sama Bunda/Ayah kalau mereka disana, kamu ngga mau ketemu sama aku.
Oke?

[+62xxxxxxxx]

Hana?
Syukurlah kamu menjawab.
Tapi, mengapa?
Saya menunggu disini.
Kamu menyuruh saya berbohong?
[Baru saja]

Hana menepuk jidat nya. Ia menggelengkan kepala. "Bener juga. Gua barusan nyuruh dia boong. Dia kan alim banget?"

[Anda] :

E-eh, sorry kalau begitu.
Ngga. Ngga kayak gitu maksudnya.
Jadi gini, ya.
Aku tuh lagi ga bisa ketemu sama kamu.
Tolong, ya?
Kamu tau, kan. Pernikahan ini bukan kemauan aku.
Ayo kerja sama. Bantuin aku kali ini.
K-kayaknya aku bisa ngebantuin kamu suatu hari nanti.

[+62xxxxxx] :

Membantu saya untuk mencintai maksud nya?

[Anda] :

Aduh, bukannnnn.
Tapi tolongin aku.
Kamu ngga mungkin mau maksa maksa orang kan?
Tapi ada nya keinginan kamu ini, kalau ayah denger, pasti dia bakalan bawa aku buat ketemu kamu.
Secara tidak sengaja, kamu memaksa aku.
Ga apa apa kan?

Setelah semua pesan panjang Hana di baca, Hana menggigit jari nya ketika melihat Azzam mengetik agak lama. Apa yang sedang ia ketik? Batin gadis itu tak sabar menunggu.

[+62xxxxxxx] :

Baik.
Kita tidak bertemu hari ini.
Saya memenuhi keinginan pertama mu setelah kamu menjadi istri saya.
Tapi, saya yakin.
Kita akan bertemu suatu saat, dan setiap hari, setiap waktu, setiap detik.

Hana tentu kegirangan melihat balasan nya. Benar benar Azzam yang berhati baik. Gadis itu langsung menyimpan ponsel nya, memasang senyum senang.

"Oke. Jadi laki laki alim itu ngga bakalan ketemu sama gue..."

••••

"Loh, nak? Kamu sendirian?"

Azzam berbalik badan dan melihat Ayah-nya Hana yang kini telah menjadi mertua nya, pria itu memasang senyum tipis untuk sesaat, ia menganggukkan kepala. Lalu menyembunyikan ponsel setelah mematikan nya, usai drama chat barusan.

"Ayah." Gumam nya.

Abdul mengangguk. "Iya, benar. Saya ayah kamu juga mulai sekarang." Setelah itu, Azzam merasakan pundak nya di tepuk.

"Begini. Tadi, Bunda nya Hana datang. Hana ngga mau keluar kata nya. Ayah lihat kamu disini menunggu. Ayah pikir, kamu menunggu dia. Bagaimana ini? Kalian ini sudah sah. Mau Ayah bawa Hana ke sini sama kamu?"

Azzam terdiam. Padahal, hampir setengah jam ia menunggu Hana untuk keluar, atau inisiatif menemui nya. Tapi berhubung chat barusan lebih dulu menghampiri, Azzam harus mencoba mengerti perasaan Hana saat itu juga.

"Seperti nya itu memang benar, Ayah."

Abdul mengerutkan alis nya.

Azzam menghela nafas. Kemudian menunjukkan ponsel nya, membuka kunci layar nya, lalu terpampang jelas chat nya bersama Hana barusan. Murni.

Abdul tentu saja merasa agak kesal dengan perilaku putri nya yang seperti itu. Tapi Azzam mencoba menenangkan nya.

"Ayah, jangan memarahi nya."

"Tapi dia keterlaluan. Mengapa kamu mengiyakan nya? Sudah pasti hak mu jika ingin melihat wajah nya. Sudah, ayah ke sana dulu."

Azzam terkejut dan langsung menahan Abdul agar tidak pergi. Abdul tentu berhenti dan menoleh cepat. Wajah nya menunjukkan ekspresi serius.

"Ayah. Hari ini, saat ini, dia tanggung jawab saya. Walaupun saya memiliki hak, saya tidak ingin memberatkan nya dengan itu. Biarlah. Saya ikhlas. Asalkan dia berbahagia, itu sudah cukup untuk saya. Lagi pula, suatu saat nanti, kamu akan bertemu kembali. Mungkin saat ini, belum waktu nya."

Penjelasan Azzam mampu membuat Abdul perlahan lenyap kekesalan nya. Ia beristigfar dan menganggukkan kepala.

"Tidak salah saya memilih kamu, nak.."

Flashback off.

"Kenapa diam saja disini? Suami nya baru pulang, tidak menjawab salam."

Hana benar benar terkejut saat mendengar suara itu tepat dekat di telinga nya. Ia menoleh cepat dan lagi lagi terkejut kembali karena kehadiran Azzam yang berdiri di belakang nya. Pria itu menunjukkan senyum.

"W-waalaikumussalam." Gadis itu tiba tiba gugup. Wajah nya memerah. Menyembunyikan bingkai foto itu di belakang nya.

Azzam bingung.

Tapi dia tau yang di sembunyikan Hana.

"Na, ada apa?"

"N-ngga apa apa."

"Tidak berbohong, kan?"

Hana terdiam. Saat itu juga, Azzam ketekskn sesuatu di atas meja. Kemudian membuka surban nya. Hana melihat rambut suami nya yang sedikit berantakan. Azzam berdehem.

"Ayo jujur, Na."

Hana lagi lagi diam. Tidak berani berucap. Gadis itu membawa bingkai foto yang ia sembunyikan di belakang nya di hadapan nya agar Azzam juga ikut melihat. Azzam menaikkan kedua alis nya. Hana tertawa kecil.

"Lagi flashback sama hari pernikahan kita."

Azzam mengangguk dan memasang senyum, meski sempat memasang raut serius. Ia ikut tertawa kecil dan mengusap kepala istri nya.

"Tapi, kenapa foto ini bisa ada di lemari, ya?"

"Dari Ayah kamu. Sebenarnya sudah jauh jauh hari ia memberikan nya. Tapi kamu baru menemukan nya sekarang." Mendengar nya, Hana membelakkan mata terkejut kemudian memukul lengan suami nya perlahan. Bisa bisa sudah jauh jauh hari, tapi ia baru menemukan nya?

"Kazam kenapa ngga ngasih lihat ke aku? Kenapa baru sekarang?"

Pria itu mengusap leher belakang nya. Tertawa lagi. "Saya... Lupa. Bukankah posisi bingkai itu bersembunyi di balik pakaian pakaian yang di susun? Saya juga tidak setiap kali melihat nya. Jadi, saya melupakan nya."

Azzam menyamakan tinggi kepala nya dengan gadis itu. Mencubit hidung mancung nya.

"Saya minta maaf ya, Na?"

Hana bergeming pula pada saat itu. Tiba tiba saja ia menunjukkan raut rasa penyesalan. Azzam menduga duga dalam batin nya.

"A-aku, aku juga minta maaf. Foto pernikahan kita jadi kayak gini. Harus nya waktu itu, aku mau ketemu sama kamu. Harusnya kita berfoto berdua setelah menikah. Tapi aku dengan egois nya memilih untuk post-wedding nya per-orangan."

Hana berujar lirih. Azzam lagi lagi memasang senyum dan mengusap kepala Hana.

"Yang berlalu, biarlah berlalu. Ayah juga pandai menyatukan foto kita dalam satu bingkai, Na. Lihat. Kamu cantik disini.. MasyaAllah.."

Azzam mengusap bingkai foto itu di bagian Hana. Hana tersenyum haru, tak sengaja, ia mengeluarkan air mata. Ia mengangguk cepat, lalu menghapus air mata nya.

"Kazam ini selalu bikin terharu. Jadi pengen masukin Kazam ke karya cerita ku deh.."

Azzam menggerakkan jemari nya untuk ikut mengusap pipi Hana yang ikut basah.

"Bagaimana jalan cerita nya?"

"Aku menulis cerita, seakan akan kehidupan ku. Tapi, Kazam adalah tokoh utama nya." Hana menjelaskan. Sepertinya sedikit rumit untuk di pahami. Tapi Azzam terlihat memahami nya.

"Tapi, kamu pasti pernah mendengar nya, Na. Setiap orang adalah tokoh utama dalam kisah (kehidupan) nya sendiri. Jika orang itu sudah berakhir (meninggal) maka berakhir pula kisah nya." Azzam termenung sesaat. "Mengapa saya yang menjadi tokoh utama nya?"

Hana tertawa kecil. Menggelengkan kepala, membuat Azzam sedikit kebingungan. Gadis itu mengangkat bingkai foto yang menjadi benda utama yang menjadi pembahasan mereka barusan.

"Pajang bingkai nya aja yuk, Gus?"

.

.

.

Alhamdulillah...

bismillah 1k komen aku tunggu. 400 vote jangan lupa. jangan pelit vote nya 😤

WAJIB SPAM :

ALHAMDULILLAH >

ASTAGHFIRULLAH >

ALLAHUAKBAR >

UPDATE >

NEXT >

KAKNUR SEMANGAT >
(benar benar wajib ygy)

Jadwal update : Rabu/Kamis
Ingatkan, ya.

Continue Reading

You'll Also Like

Hakim By ul

Spiritual

1.3M 75.8K 53
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...
27.6K 1.2K 12
Garis takdir itu rumit bukan? Sama halnya dengan pertemuan kami.
2.7M 36K 8
#Rank 1 (21 mei 2018) Darel, pria dengan hati dingin tak tersentuh. Kepribadian yang sangat kejam. Hanya memikirkan satu hal dalam hidupnya, Dia haru...
165K 1.9K 3
FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit nakal dan usil. Memiliki masa lalu yang menyeramkan. Tentu setiap orang memp...