Kimetsu Academy Story

By LBlue18

5.5K 751 1.9K

Sekumpulan kisah para Korps Pembasmi Iblis yang termuat dalam berbagai genre. Cerita bisa berbentuk One Shot... More

Stay by My Side, Kanao!
What's after Like?
what's after Like? (End)
GiyuShino : Butterfly
TanjiKana : After Mission
InoAoi : Lunch box
TanjiKana : Stay alife
GiyuShino : Hello, Giyu
ZenNezu : Goldfish
TanjiKana : A Sweet, My Pretty Boy (2)
TanjiKana : A Sweet, My Pretty Boy (End)
InoAoi : Red Districk
TanjiKana : Dear, My Sugar Daddy
TanjiKana : Dear, My Sugar Daddy (2)
TanjiKana : Dear, My Sugar Daddy (3)
TanjiKana : Dear, My Sugar Daddy (end)
Sumihiko Kamado : Remembering
Tanjirou : Bittersweet
Babysitter
Babysitter (end)
GiyuShino : Run, Baby, Run!
TanjiKana : Flexing
Kanao : Sweet Truth
TanjiKana : Jealous 🌸

TanjiKana : A Sweet, My Pretty Boy

278 28 37
By LBlue18





🌻







Kedua manik itu membola sempurna. Agak tercengang dengan kalimat barusan.

Cowok ini sedang bercanda 'kan?

"Kamado-san, ya ampun, bercandamu keterlaluan. Aku mengenalmu. Kita adalah teman sekelas. Jadi bisakah...."

Sayangnya, perkataan itu terputus akibat Tanjirou langsung menyatukan bibir mereka berdua.
Ciuman singkat yang hanya saling menempel. Lalu diakhiri oleh jilatan kilat pada bibir bawah Kanao.

Mata sewarna ametis itu mengerjap. Mendapati Tanjirou meninggalkannya tanpa sepatah kata atau permintaan maaf. Kanao masih bergeming mencerna segala sesuatu yang terjadi padanya beberapa detik lalu.

Ini sih pelecehan namanya!

Lancang betul mencium seorang perempuan tanpa izin.

Siaaaal!

Aoi sialan.

Daki brengsek.

Nichika dan Susamaru pun sama saja.

Jika bukan karena permainan konyol itu. Barangkali Kanao tidak akan kehilangan ciuman pertamanya dengan sia-sia hari ini.

















A Sweet, My Pretty Boy •













Kamado bersaudara itu sepasang anak laki-laki dan perempuan yang aneh. Mereka berdua sering kali terlihat lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Ketimbang berbaur dengan teman sekelas atau teman sepermainan.
Ada yang bilang, mereka adalah introvert stadium akhir. Banyak juga yang mengatakan, mereka merasa minder akibat perbedaan status sosial di sekolah ini.
Bagi Kanao Tsuyuri dan teman-temannya sendiri, mereka hanya melihat keduanya sebagai Kakak beradik aneh. Itu saja.

Entah siapa yang mencetuskan ide itu duluan. Tidak masalah. Mereka semua menyetujuinya tanpa protes.

Nezuko Kamado, sang adik, padahal bisa saja mendapatkan banyak teman dan perhatian jika ia mau. Parasnya yang jelita dan cenderung pendiam, tentu menjadi banyak incaran Buaya darat di sekolah mereka. Namun begitu, dia selalu terlihat menunduk seperti tengah mencari koin atau semacamnya. Daki Ume, mengakui jika Nezuko bergerak, bisa jadi si centil itu bakalan kalah pamor. Saingannya selevel Dewi Yunani, sih.

Sementara sang kakak sendiri, Tanjirou Kamado, lebih aneh daripada barisan nerd di sekolah mereka.
Ini memang bukan urusan Kanao atau salah satu sirkelnya. Tapi pemuda itu sama pendiamnya dengan Nezuko. Dia jarang sekali terlihat berbicara dan berinteraksi dengan orang sekitar. Menghindari segala jenis kontak yang melibatkan fisik, terutama pada anak perempuan. Terkesan acuh minim ekspresi. Hanya akrab dan kemana-mana bersama saudarinya. Lebih memilih berada di Perpustakaan atau Klinik Sekolah ketimbang Kantin seperti siswa lain. Pokoknya tipe anti sosial akut, begitu kata mereka.




.

.




Di luar sedang cerah dan hangat. Tirai-tirai dari jendela kelas yang terbuka tampak bergelombang oleh tiupan angin semilir.
Di bangku pojok paling belakang duduk seorang diri siswa berambut berma. Tatapannya kosong mengarah pada pemandangan di luar jendela.
Tidak mengindahkan ramainya suasana kelas yang mengalahkan kondisi pasar tradisional.

Guru piket hanya membebankan tugas akibat wali kelas mereka yang berhalangan hadir.
Sementara jam pelajaran sudah berakhir, yang mana artinya tugas itu harus segera dibawa ke ruang guru.

Tatapan kesal dihadiahi oleh Kanao pada Rui. Bagaimana tidak. Dia yang hanya seorang Sekretaris kelas harus ikut membantu Rui, si Ketua Kelas sok pintar untuk mengumpulkan buku tugas teman-temannya.
Hanya karena tulisan Kanao yang bagus dan rapi, serta public speaking nya yang jempolan, sudah cukup sebagai alasan untuk memilihnya menjadi Sekretaris kelas tanpa punya kesempatan untuk menolak.

Kode mata dari Rui mengharuskan Kanao untuk mengambil buku tugas yang tersisa. Di bangku belakang yang hanya menyisakan satu orang. Sebenarnya Kanao enggan sekali menuju ke sana.
Demi cepat menyelesaikan tugas menyebalkan ini, dia pun mengesampingkan ego.

"Maaf Kamado-san. Aku harus mengumpulkan buku tugas kalian ke ruang guru."
Pemuda itu bergeming. Fokusnya masih tertuju pada langit biru yang cerah.

Untuk kedua kali, Kanao meminta. "Kamado-san, jika ingin mengumpulkan tugas sendirian, kau bisa langsung pergi ke ruang guru."

Kanao hendak berbalik. Namun langkahnya tertahan oleh sebuah buku yang dijulurkan oleh sang pemuda. Buku berwarna hitam yang sejak tadi bertengger di atas mejanya.

"Apa kau buta? Dari tadi buku tugasku sudah siap untuk diserahkan. Jadi sekarang, pergilah, Lebah berisik."

Dengan sorot kesal Kanao meraih buku Tanjirou lantas berlalu menyusul Rui keluar kelas.
Berani sumpah, pemuda itu bahkan tidak menatap pada matanya saat dia berbicara dengan Kanao.
Selalu seperti itu. Dia seolah enggan bertatapan dengan siapapun dan lebih memilih menatap hal lain. Daripada harus bersitatap dengan lawan bicaranya.

...

"Kanao, buruan ikut!" seru Nichika Ubuyashiki tatkala Kanao baru kembali dari ruang guru.

Gadis manis itu ikut duduk lesehan sambil membentuk lingkaran dengan ke empat temannya.
Mereka sedang memainkan suatu permainan yang tampak seru.

"Nggak ada guru. Jangan sok alim," kata Susamaru terkekeh.

Aoi Kanzaki langsung menyambar. "Sekarang giliran kamu Nao. Pilih Truth or Dare?"

"Aku? Kok aku?"

Daki Ume menyahut, "aku, Aoi, Nichika, sama Susamaru udah dapat giliran. Jadi sisanya kamu doang. Nah, Truth or Dare?"

Ini seharusnya menjadi permainan yang paling dihindari oleh segelintir orang. Tidak ada keuntungan apapun dari mengambil pilihan antara Truth or Dare. Keduanya sama-sama merugikan dan menjebak. Mesti membagi dan melakukan hal yang diperintahkan oleh kelompok mayor.

Sejenak Kanao berpikir. Menimbang-nimbang pilihan apa yang harus ia ambil. Truth sepertinya punya resiko lebih besar mengingat ia punya banyak rahasia dan hal memalukan, untuk dibagi pada semua orang. Jadi rasanya, Dare adalah pilihan yang bijaksana saat ini.
Dia yakin sepenuhnya. Teman-temannya tidak akan membiarkan ia melakukan hal memalukan atau kejahatan kecil, mungkin.

"Dare," ucap Kanao tegas.

Daki Ume paling bersemangat langsung memberi ultimatum, "Dare! Kanao, kau harus pacaran sama Tanjirou Kamado!"

Sesaat Kanao terperangah. Tidak demikian dengan kelompok kecilnya. Jadi dia yakin pasti mereka sudah merencanakan hal ini sebelumnya. Menumbalkan dirinya dengan alasan sedemikan rupa.

"Kalian gila! For God shake, big No! Yang normal aja bisa kan, tantangannya? Ngobrol saja aku nggak pernah sama cowok aneh itu. Kalian pun nggak pernah terlihat berbicara sama dia."

Daki dan Aoi terlihat kecewa. Namun tak patah arang untuk membujuk Kanao.

"Come on. You just choose Dare. Nggak lama, Kanao. Kamu hanya samperin dia, bilang menyukainya, lalu ngajak dia pacaran. Nanti pas dia udah bilang Iya, kamu bebas putusin," pinta Aoi.

Di sebelahnya, Daki kembali menimpali sambil melirik diam-diam ke arah bangku belakang. "Minimal tiga hari. Walau dia cowok aneh, tapi dia manis dan wangi. Sumber nektar buat lebah seperti kamu. So, why not, Queen Bee?"

Itu memang hanya permainan bagi mereka. Tapi tetap saja, mempermainkan perasaan seseorang adalah hal kejam yang tidak patut dilakukan oleh siapapun.

Nichika merendahkan suaranya sambil merunduk. "Ada yang salah sama cowok itu. Dia aneh dan mencurigakan."

"Maksudmu apa, Nichika?" Sekarang ke lima gadis itu bersuara sepelan desau angin menyapa.

"Apa kalian nggak perhatikan? Selama ini si Kamado itu memang pendiam dan jarang berinteraksi. Terlebih sama anak cewek. Dia anti banget. Tapi yang pernah ku lihat, dia bakal berubah melembut kalau lagi sama anak cowok. Dan satu lagi. Saat usai jam olahraga, dia satu-satunya anak cowok yang akan lekas berpenampilan rapi karena langsung mandi sampai benar-benar bersih dan wangi. Sementara kalian tahu sendiri. Cowok di kelas kita... Ieewh, menjijikkan. Mereka lebih memilih mencari setetes air sambil berkeliaran dengan keringat yang menetes. Astaga. Aku jadi merinding membayangkannya." Lanjutnya lagi, "dan ini berita yang paling hot. Tanjirou Kamado itu seorang Gay. Dia amat dekat dengan seorang cowok di SMA SUGINOKI yang namanya Zenitsu Agatsuma. Mereka pasti pacaran. Jadi bisa dibayangkan, kenapa sikap dan perilakunya paling beda. Iya kan?"

Siapapun yang mendengar kabar kontroversial itu bakal terkejut. Nyaris Kanao memekik
Jika Aoi tidak membekap mulutnya dengan telapak tangan. Bisa dipastikan mereka akan jadi pusat perhatian seisi kelas. Dengan tagar; Para gadis penggosip heboh yang duduk melingkar di bawah White board.
Duh, mengerikan sekali jika itu beneran terjadi.

Tanpa tedeng aling-aling, Kanao langsung menyuarakan penolakan.
"Atas nama HAM dan kebebasan berpendapat. Aku menolak tegas mengikuti perintah Dare dari kalian."

Ke empat orang itu saling berpandangan. Sudah menduga hal ini bakal terjadi. Tapi karena sudah direncanakan sebelumnya, Kanao tidak akan mendapat celah untuk menolak.

Dimulai dari Aoi yang pura-pura sedih. "Baiklah. Nggak masalah kok. Kami tahu, kau memang pengecut, Kanao. Ini akan menjadi rahasia kecil diantara kita. Tak apa. Kau bisa memilih tantangan yang lain."

"Bisa ditebak sih. Kamado itu pasti akan langsung menolakmu. Makanya kau jadi takut dan menolak tantangan permainan ini."

Yang paling menohok datang dari kompor dengan nyala api paling besar. "Sudah, kau bisa pilih Truth saja, Kanao. Jangan terbebani dengan julukan Queen Bee itu. Kami mengerti. Kau bakal tidak menarik di mata seorang cowok Gay. Yah, meskipun tujuan kami hanya untuk membuktikan fakta yang beredar di lapangan."

Pada akhirnya Kanao Tsuyuri tersulut mendengar ucapan yang terakhir.
Kendati dia tidak secantik Daki Ume ataupun Nezuko Kamado, tetapi tidak ada satu pun yang bakal mampu menolak pesona seorang Queen Bee seperti Kanao Tsuyuri.
Pesona alami itu terlahir saat ia memberikan sebuah pidato kemenangan. Yang langsung dengan segera dikagumi dan memotivasi warga sekolah dengan prestasinya.
Pokoknya, akan dia buat pemuda bernama Zenitsu itu terisngkir.

"Oke. Tiga hari. I choose Dare. Nggak ada satupun yang bisa nolak pesona seorang Kanao Tsuyuri. Bahkan seorang Gay seperti Tanjirou Kamado sekali pun."



Mendadak saja Tanjirou Kamado menjadi bergidik lalu bersin dengan keras. Padahal tidak ada angin yang datang menyapa pemuda itu.

Ini aneh. Sejak kapan udaranya jadi dingin seperti ini? Batin Tanjirou mengawang.















• A Sweet, My Pretty Boy •














Hari ini dimulai dari Kanao Tsuyuri yang sudah siap dengan berbagai manuvernya. Cara paling normal, sampai aneh yang mampu ia pikirkan demi mendekati dan menjadikan Tanjirou Kamado sebagai pacar.

Tiga hari. Dan semuanya akan langsung dia akhiri sepihak. Itu adalah afirmasi ampuh untuk menyemangati diri sendiri. Menghalau segala distraksi yang barangkali bisa datang dari dalam pikirannya.

Namun seperti rencana kebanyakan. Semua tidak berjalan lurus dan mulus seperti seharusnya. Tidak mudah bagai membalik telapak tangan.

Pada hari pertama dihabiskan oleh Kanao dengan menelan banyak kekecewaan. Jangankan menatap lawan bicara. Menoleh pun tidak ketika dipanggil, pemuda itu malah melengos. Tahu betul jika Kanao hendak menyapa tanpa membagi informasi atau hal penting lainnya.
Tidak apa. Masih ada hari ke dua, ke tiga, dan seterusnya.

Namun nihil.

Sama saja seperti hari pertama yang tak membuahkan hasil.
Hingga pada hari ke tujuh, tepat satu Minggu Kanao mencoba mendekati Tanjirou Kamado, hilal keberhasilan mulai terlihat walau agak samar.

Seperti biasa. Hari itu Kanao kembali mendekati Tanjirou di meja paling belakang.
Diiringi ucapan semangat dari para bestie nya secara diam-diam, dia dengan penuh percaya diri merasa jika hari ini akan tiba. Hari di mana pemuda aneh itu akan membalas sapaannya.

"Hai. Aku boleh duduk di sini kan? Kau nggak keberatan? Aku membuat roti isi kebanyakan. Ku rasa akan menyenangkan membaginya bersamamu."

Sambil berdiri Kanao memegang kotak bekal. Menunggu respon Tanjirou yang diharapkannya akan seperti yang dia inginkan.

Dari ekor mata pemuda berambut merah itu melirik Kanao tak berminat. Lalu Kedua bahunya terangkat pelan seakan menjadi jawaban secara tidak langsung. Masa bodoh, Kanao menganggap itu berarti Iya. Dengan senyum manis gadis itu mengambil duduk. Menggeser kursi kosong dengan jarak sejengkal dari pemuda itu. Tanjirou harus mengakui keberadaan dirinya.
Kemudian ia menyodorkan satu buah roti isi yang terlihat menggiurkan.

Rencana untuk makan bersama target nyatanya harus berakhir tidak sesuai ekspektasi. Nichika Ubuyashiki datang tergesa mendekati Kanao. Dari gesturnya menyiratkan jika ia sedang membutuhkan gadis itu.

"Err, hai. Kamado-san. Bo--boleh aku pinjam Kanao sebentar? Aku ada perlu dengannya?" takut-takut Nichika mendekat pada keduanya.

Baik Kanao dan Nichika sekarang sama-sama menunggu respon Tanjirou. Apakah pemuda itu masih bersikap acuh. Atau hari ini akan melontarkan sebuah kalimat sebagai bukti keberhasilan Kanao, atas usahanya sejauh ini.

Akibat keperluan mendesak, Nichika terpaksa menarik lengan Kanao untuk segera mengikutinya. Tanpa ada keinginan lagi menunggu balasan Tanjirou.
"Astaga. Selain aneh, kau juga cowok yang menyebalkan," kata Nichika sebal. Lantas keduanya keluar meninggalkan kelas.

Baru pada saat itulah Tanjirou menoleh, berujar amat lirih pada bangku kosong dan sebuah roti isi di atas mejanya.

"Bukankah harusnya memang seperti itu? Lebah akan selalu bersama koloninya. Seberapa keras pun usahanya untuk memisahkan diri."




Gadis manis dengan beberapa saudara itu hanya mendumel sepanjang lorong menuju kantin. Rasanya ia dan ke tiga teman mereka yang lainnya agak menyesal memberi tantangan nyeleneh itu pada Kanao.

"Tidak masalah. Aku hanya harus berusaha lebih keras lagi untuk mendekatinya."

Perkataan Kanao membuat Nichika merasa takjub dan berhenti melangkah sesaat.
Tidak menyangka jika Kanao seserius itu menanggapi tantangan yang mereka berikan.

"Semangat! Mari buktikan jika cowok aneh itu benar-benar Gay!" kata Nichika menyemangati.

...


Di hari berikutnya pada jam istirahat.

Usaha ke sekian kali dilakukan oleh Kanao Tsuyuri. Tak mendapati Tanjirou berada di sekitar kelas, dengan segera gadis Queen Bee itu memutuskan mencari di Klinik Sekolah atau di Gedung Perpustakaan.

"Senpai, selamat atas kemenanganmu tempo hari," sapa salah satu kohai nya yang dibalas senyum oleh Kanao.

Kohai di sebelahnya tak mau kalah. "Aku pasti akan menjadi seperti Tsuyuri Senpai!"

"Tapi Senpai, apa benar kabar itu? Apa kau sedang dekat dengan Kamado-san," anak berkuncir dua itu celingak-celinguk. "Ku dengar, dia seorang Gay dan... Dia pernah berciuman dengan anak Universitas Todai, namanya Inosuke Hashibira. Dia imut seperti anak cewek. Mereka dulu sering terlihat bersama di Taman Kota. Apa itu tidak mengganggumu, Senpai?"

Kanao terhenyak. Rupanya rumor kedekatannya dengan Tanjirou Kamado cepat sekali menyebar. Terlebih itu salah. Malahan Kanao yang berusaha mendekati Tanjirou, bukan mereka 'sedang dekat'. Kendati, Kanao tidak berniat mengoreksi.

"Bukankah itu terdengar kejam? Apa kalian melihatnya langsung, makanya ikut menyimpulkan demikian?"

Ketiganya saling melempar pandangan merasa tidak enak. Sepertinya ini obrolan sekilas yang kurang tepat dibicarakan dengan sang Senpai.

"Ah, maaf Tsuyuri Senpai. Itu hanya rumor asal yang kami pungut dan dengar. Jika kau mencari Kamado-senpai, aku barusan melihatnya di perpustakaan,"
Kemudian mereka berojigi seraya berjalan cepat meninggalkan Kanao.

Belum lama berselang. Kanao sudah berada di perpustakaan yang sepi dan hening. Ruangan ini memang tidak banyak siswa yang bakal mendatangi.
Ia pun tidak kesulitan menemukan satu-satunya keberadaan siswa di sana. Sedang menelungkupkan tangan dan membenamkan kepalanya di atas meja panjang. Berniat tidur rupanya. Tidak serajin yang diduga semua orang.

"Kamado-san? Jadi selama ini kau ke perpustakaan hanya untuk tidur ya?"
Ia mengambil duduk di sebelah Tanjirou.

Pemuda itu seketika menegak. Mendesah lelah lalu berjalan ke arah rak buku yang langsung diikuti Kanao. Setelah itu kembali duduk dan mulai membaca walau dengan setengah hati. Asal bisa menghindari kontak apapun dengan gadis ikat rambut Kupu-kupu.

"Buku apa yang sedang kau baca? Buku Sejarah? Apa itu menarik? Kau menyukai sejarah?"

Mencoba fokus pada bacaannya, Tanjirou tidak menanggapi celotehan Kanao yang berusaha meraih atensinya.
Kini wajah gadis itu kian dekat sampai nyaris bersentuhan dengan sebelah pipi Tanjirou. Menggumamkan kalimat yang memintanya untuk mencoba lebih akrab satu sama lain. Merasa sudah keterlaluan, akhirnya pemuda itu tidak tahan untuk berkomentar pedas.

"Maaf Tsuyuri-san, bisakah kau bertingkah normal? Ini Perpustakaan. Bukan tempat seekor Lebah sepertimu untuk berdengung dan mengacau. Seperti yang kau dan teman-temanmu itu biasa lakukan di kantin atau kelas. Jadi-tolong-jangan-ribut."

Fokusnya kembali pada buku yang sedang ia tekuri di atas meja. Merasa diabaikan, Kanao lantas memuntahkan kalimat pamungkas.

"Aku bukan Lebah, Kamado-san. Aku tahu kok, ini Perpustakaan. Tapi kan sedang sepi. Terus, kalau aku nggak boleh ribut, barusan kau ngapain dong? Kau juga bicara cukup keras padaku," sengitnya tak mau kalah.

Enggan debat kusir dengan gadis berisik macam Lebah, Tanjirou akhirnya memilih mengalah. Berdiri dari duduknya berniat mengembalikan buku di rak paling belakang. Memang sudah seharusnya dia tidur saja di ruangan ini. Seperti biasanya. Bukan malah sok membaca buku yang isinya tidak ia pahami sama sekali. Sungguh konyol.
Ditambah lagi dengan kehadiran seseorang yang tidak ia harapkan berada di sampingnya.

Tak patah semangat, gadis itu juga bangkit dan mengekori Tanjirou, lagi, menuju rak paling belakang. Bukan Kanao namanya jika langsung merasa terusir oleh perkataan pedas seseorang. Dia sudah biasa. Kakaknya bahkan lebih pedas lagi kalimatnya.

"Kamado-san. Sepertinya aku menyukaimu. Bisakah kita menjadi teman dekat? Kau mau kan?"
Sekali lagi pemuda itu menarik napas panjang. Kesabarannya serasa sedang diuji sampai titik penghabisan. Sementara gadis di sebelahnya terus berceloteh mengenai dia yang menyukai Tanjirou. Kini pemuda itu sedang memikirkan hal yang bisa membuatnya terbebas. Menyingkirkan kehadiran gadis cerewet nan berisik yang terus menempel. Seperti permen karet saja.



"Kanao Tsuyuri!"

Kabedon satu-satunya hal yang terpikirkan saat ini. Sebelah tangannya berada di samping kepala Kanao dengan tatapan keduanya terkunci.

"Aku tidak tahu apa motif dan tujuanmu sok mendekatiku akhir-akhir ini. Kita bahkan tidak saling mengenal sehingga kau bisa dengan mudah bilang menyukaiku. Jangan konyol. Tolong menjauh lah. Kau benar-benar berisik dan menyebalkan. Apa aku harus menciummu sampai lemas, supaya kau berhenti mengusikku?"

Kedua manik itu membola sempurna. Agak tercengang dengan kalimat barusan.

Cowok ini sedang bercanda 'kan?

"Kamado-san, ya ampun, bercandamu keterlaluan. Aku mengenalmu. Kita adalah teman sekelas. Jadi bisakah...."

Sayangnya, perkataan itu terputus akibat Tanjirou langsung menyatukan bibir mereka berdua.
Ciuman singkat yang hanya saling menempel. Lalu diakhiri oleh jilatan kilat pada bibir bawah Kanao.

Mata sewarna ametis itu mengerjap. Mendapati Tanjirou meninggalkannya tanpa sepatah kata atau permintaan maaf. Kanao masih bergeming mencerna segala sesuatu yang terjadi padanya beberapa detik lalu.

Ini sih pelecehan namanya!


Lancang betul mencium seorang perempuan tanpa izin.

Siaaaal!


Aoi sialan.

Daki brengsek.

Nichika dan Susamaru pun sama saja.

Jika bukan karena permainan konyol itu. Barangkali Kanao tidak akan kehilangan ciuman pertamanya dengan sia-sia hari ini.

...

Tempat tujuan yang terpikirkan saat ini hanya toilet perempuan. Tidak peduli jika ia sedang melawan arus para siswa yang kembali ke kelas.

Untuk hari ini saja, jam pelajaran kali ini, biarkan Kanao membolos.
Sulit rasanya kembali dibebani materi ketika pikiran dan perasaanmu tengah berkecamuk hebat. Dan penyebabnya adalah satu siswa diantara ribuan yang bersekolah di sini. Satu kelas dengannya.

Tak henti Kanao menggosok bibirnya dengan air kran yang dibiarkan tetap mengalir di wastafel.

Aku jijik! batinnya kesal.

"Ya Tuhan! Apa sebenarnya dosa Hamba padamu?"
"Dia menciumku! Tepat di bibir! Cowok Gay itu!"
Kanao nyaris menangis mengingat kembali ciuman singkatnya. Antara dia dan Tanjirou di Perpustakaan.

Masalahnya, bibir Tanjirou itu bekas. Bekas berciuman dengan sesama jenis. Alias dengan lelaki bernama Inosuke. Seperti kata Kohainya.
Bahkan Kanao tidak ingat jika ia sempat enggan memercayai rumor itu sebelum menemukan bukti yang valid.

Bibirnya pucat dan wajahnya tertekuk. Menatap lurus pada cermin besar yang terpajang di hadapannya.

Bagi Kanao ini sama artinya dengan mengibarkan bendera perang. Ya, Tanjirou Kamado jelas menginginkan perang terjadi diantara mereka.
Gadis itu mendesis. Meyakini segala pemikiran yang ada di kepalanya. Semangatnya kian berkobar untuk menaklukan Tanjirou. Pemuda itu harus meminta maaf atas sikap kurang ajarnya.

"Lihat saja Tanjirou Kamado. Kau akan membayar mahal ciuman pertamaku yang telah kau curi seenaknya. Aku akan mempermalukan mu, lalu membeberkan bukti pada semua orang jika kau adalah seorang Gay!"

Amarah dan strategi adalah senjata paling ampuh untuk menaklukan musuh. Pula merupakan jalan pintas untuk meraih sebuah kemenangan.


Bersambung...














Author's Note :
Julukan Queen Bee bagi Kanao di sini, merajuk pada seorang siswa yang berprestasi dan membawa pengaruh baik bagi lingkungan sekitarnya. (Kanao menang suatu lomba, dan pidato serta prestasinya mampu memotivasi warga sekolah).
Jadi bukan merajuk pada "Syndrom Queen Bee" ya, yang mana artinya itu adalah seseorang yang berniat mendominasi dalam suatu bidang.

See you next (⁠◠⁠‿⁠・⁠)⁠—⁠☆

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 65.4K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
14.8K 2.2K 6
Taehyung Ananda, remaja laki-laki dengan segala kekurangan dan kelebihan, serta orang-orang yang mau dan tidak mau menerimanya. Sickstory! Lil Angst...
34.3K 1.9K 43
menceritakan tentang seorang Yokai rubah sekaligus pemegang secred gear Trihexa atau sang naga kiamat secred gear Trihexa diberikan kepada Naruto ole...
727K 67.9K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...