KESAYANGAN GURU BAMANTARA (22...

By dilla909

86.7K 1.2K 57

TERBIT DI : KARYA KARSA, KBM, MS Stories. (( Nama pena : Dilla909 / KLIK JUDUL )) More

KESAYANGAN GURU BAB 1
KESAYANGAN GURU BAB 2
KESAYANGAN GURU BAB 3
☘️KESAYANGAN GURU BAB 4
KESAYANGAN GURU BAB 5
KESAYANGAN GURU BAB 6
KESAYANGAN GURU BAB 7
KESAYANGAN GURU BAB 8
KESAYANGAN GURU BAB 9
10. KESAYANGAN GURU BAB 10
11. SAKIT YANG TERPENDAM
12. MARAH DAN RESAH
13. MELAWAN JELITA
14. BERSITEGANG
15. TAK MENDUGA
16. BERCERAI
17. KE HOTEL
18. CUMBU HANGAT PAK GURU 21+
19. MELAWAN JELITA
20. TERJEBAK LAGI
21. MERAYU PAK GURU
22. DIPERMALUKAN
24. BERSITEGANG
25. NONTON FILM DEWASA
26. DICUMBU PAKSA JELITA
27. DIMARAHI JENNY
28. KASAR SEMALAM

23. DINASEHATI PAK DOKTER

1.2K 29 1
By dilla909

Nur menangis tanpa suara saat semua orang tidak ada di ruangan UKS. Baru kali ini dipermalukan oleh suaminya dan itu sangat sakit. Sampai-sampai ingin memukul Bamantara andai tidak ingat jika pria itu adalah gurunya. Sayang sebagai murid dirinya harus hormat apapun yang terjadi.

"Selamat siang, Nona cantik. Saya diutus Bamantara untuk mengobati Anda." Yanuar yang merupakan dokter pribadi Bamantara, hadir untuk mengobati Nur.

"Saya baik-baik saja, Dokter. Tidak perlu merepotkan Anda." Nur masih marah jika itu menyangkut tentang suaminya.

"Baik-baik saja kok menangis seperti ini. Itu menandakan Anda sedang sakit. Satu hal! Jangan bicara formal. Panggil Kak Yanuar saja. Mengerti?" Yanuar tersenyum ramah pada Nur.

"Baik, Kak." Nur mau tidak mau menurut sebab bukan salah Yanuar juga masalah ini terjadi.

"Lagipula ... kenapa kau sedih seperti ini? Apakah ada yang menyakitimu?" Yanuar ingin tahu sembari tangannya telaten mengobati Nur.

"Tadi ... " Nur menceritakan permasalahan di lapangan dari awal hingga akhir membuat Yanuar manggut-manggut mengerti. Tidak menyalahkan Bamantara juga sebab Nur sudah tidak jujur di awal. Diam saja saat Bamantara bertanya Sinta jatuh karena ulahnya atau bukan.

"Kau juga bersalah dalam hal ini, Nur. Andai kau bilang bahwa bukan kau yang mendorong Sinta. Suamimu itu pasti akan membelamu dan tidak akan membela orang lain. Sadarlah! Ini bukan dunia novel, Anak manis. Ini dunia nyata. Di dunia novel mungkin tokoh prianya tahu tanpa si tokoh wanita memberitahu. Bisa membaca pikiran, situasi dan tahu jika istrinya sedang ada dalam masalah. Namun ... sekali lagi ini bukan dunia novel. Coba renungkan!" Yanuar meminta Nur berpikir.

"Baiklah. Mungkin saya salah. Akan tetapi ... haruskah sampai dibentak seperti itu?" Nur tetap tidak mau disalahkan.

"Apa perlakuannya pada murid lain juga begitu? Atau hanya padamu saja?" Yanuar lagi-lagi meminta Nur berpikir.

"Saya rasa ... demikian juga pada murid lain, Kak." Nur menjawab lemah.

"Itu tandanya suamimu profesional. Bukan karena kau istrinya makanya disikapi lembut tatkala membuat masalah. Kau dibentak karena bersalah. Meski ... sebenarnya juga bisa dengan cara yang baik." Yanuar ganti mengobati siku Nur.

"Ah ... apakah Kak Yanuar baru saja dari ruangan Sinta?" tanya Nur sembari menahan perih di siku dan kakinya.

"Tidak. Untuk apa aku mengobatinya? Tanggung jawabku di sini hanya kau, Nur. Sinta diurus oleh petugas UKS. Suamimu di sana masih mengawasi Sinta tidak mau gadis itu terluka parah atau kau bisa dihukum jika terjadi apa-apa. Fatalnya dikeluarkan dari sekolah!" Yanuar tidak berbasa-basi pada Nur.

"Apa?! Dikeluarkan dari sekolah?! Aku tidak--"

"Kau tidak jujur jika bukan kau yang mendorong Sinta. Jadi suamimu pun juga tidak bisa membela jika kau terjadi apa-apa. Jadikan ini pelajaran. Jangan apa-apa diam saat kau tidak bersalah. Ok?!" Yanuar memangkas ucapan Nur tatkala seperti biasa gadis itu cerewet. Lega juga sebab lidahnya tidak sakit seperti kemaren.

"Iya, Kak Yanuar. Terima kasih," lirih Nur.

"Sudah selesai. Lain kali hati-hati, Nur. Kau sangat cantik hari ini. Andai Bamantara tidak menjadi suamimu! Aku pasti akan mengejar kamu. Hum ... lucu ... " Yanuar tersenyum lembut mengusap kepala Nur.

"Brengsek! Singkirkan tangan kotormu itu dari kepala istriku!" Bamantara yang tiba-tiba memasuki ruangan, benci melihat istrinya dipegang orang lain.

"Haisssh ... tangan kotor ini telah menyembuhkan luka istrimu, Tara. Justru kau yang bodoh karena selalu bisa membuat Nur menangis." Yanuar menjauhkan tangannya dari kepala Nur dan membenahi peralatan medisnya.

"Bagaimana kondisi istriku?" Bamantara berubah serius bicara pada Yanuar.

"Kedua lutut dan sikunya terluka. Untuk pemeriksaan lebih lanjut bawa ke rumah sakit dan foto Rontgen." Yanuar menjelaskan pada Bamantara.

"Baiklah. Kau bisa pergi, Yan. Terima kasih banyak." Bamantara tampak lelah menjawab ucapan Yanuar.

"Sama-sama. Semoga lekas sembuh, Anak manis." Yanuar melambaikan tangan pada Nur dan pergi meninggalkan ruangan.

Nur masih marah dan memalingkan mukanya malas menatap Bamantara Putra. Meski tahu dirinya juga bersalah lantaran tidak jujur, tetap saja hatinya dongkol melihat suaminya membela wanita lain tadi saat di lapangan basket.

"Kau marah padaku?" Bamantara mendekat. Jongkok di depan Nur yang kini tengah duduk di pinggiran ranjang UKS yang satunya. Ada lima ruangan di sana.

"Huh!" Nur bukannya menjawab malah memberengut.

"Kenapa tidak bilang bahwa kau juga terluka tadi?" Bamantara mengambil hati sang istri.

"Seharusnya Bapak bisa lihat sendiri dong! Kenapa harus Saya beritahukan!" Nur berucap geram.

"Oh ... Kau benar. Seharusnya aku bisa tahu jika istriku sedang berada dalam masalah. Ini semua salahku! Bisa maafkan, Aku?" Bamantara merayu dengan menaruh kepalanya di lekukan perut Nur.

"Tidak! Tidak sudi!" Nur emosi.

"Tapi ... Kau masih harus merayuku agar Nara bisa aku izinkan kembali bekerja, bukan?" Bamantara mengingatkan.

"Nara?!" Nur teringat pada Nara. Benar jika ingin Nara kembali bekerja, harus bisa menyenangkan suaminya. "Em ... Mas ... Aku baik-baik saja. Bisa izinkan Nara bekerja di rumah kita?" rayu Nur. Raut mukanya berubah seratus delapan puluh derajat persen lembut menatap suaminya. Bukan hanya itu tangan Nur juga membelai kepala Bamantara.

"Untuk saat ini biaya pengobatan ibunya sudah aku bayar selama tiga hari. Jika kau bisa bersikap manis dan mau menjadi istriku yang baik, Aku akan membayarnya lagi selama satu minggu. Jadi ... semua keputusan ada di Kamu." Bamantara makin suka dirayu Nur.

"Wah ... satu minggu ya? Baiklah. Itu hal bagus." Nur mengangkat wajah Bamantara dan mencium singkat bibirnya karena malu. "Nara ... semua ini demi kamu," batin Nur menahan malu telah mencium Bamantara Putra.

"Manis sekali. Aku menyukai ciumanmu, Sayang." Bamantara begitu gemas menatap wajah malu-malu istrinya. "Sayang ... maafkan aku. Maaf karena tadi tidak menyadari kau juga terluka sama seperti Sinta. Aku minta maaf." Bamantara mencium berkali-kali bibir istrinya.

"Pak ... nanti dilihat orang. Jangan mesum di ruangan UKS." Nur berdebar kencang hatinya dicium dan diremas bagian pribadi badannya oleh Bamantara Putra.

"Ah ... Aku tidak kuat menahan hasratku, Nur. Apa yang harus aku lakukan? Aku sakit ... dan sakit ini hanya kau yang bisa menyembuhkannya. Sebab kau istriku, Sayang." Bamantara benar-benar tidak kuat jika tidak menggauli Nur.

"Aku juga tidak tahu, Pak. Memangnya apa yang biasanya wanita lakukan jika suaminya sedang sakit seperti Bapak?" Nur bertanya sebab melihat mimik muka Bamantara yang gelisah menahan sesuatu yang Nur tidak tahu apa itu.

"Bercinta," jawab Bamantara singkat, padat dan jelas.

"Bercinta? Bercinta itu apa?" Nur benar tidak memahami suaminya.

"Milik Bapak yang ini, masuk ke dalam milik Nur yang ini," jelas Bamantara menyentuhkan tangan Nur ke batang pribadinya. Setelahnya berpindah ke area pribadi milik Nur.

"Tidak mau! Nanti Nur hamil. Tidak mau! Tidak!" Nur berniat lari tapi baru saja dia berdiri, kakinya sudah nyeri luar biasa. "Ah, sakit ... " Meringis Nur kesakitan.

"Astaga, Sayang. Tenang!" Bamantara ikutan berdiri langsung menggendong Nur.

Nur yang digendong dari depan layaknya anak kecil, begitu saja memeluk suaminya. Air matanya terus menetes karena saking sakitnya.

"Sakit, Pak. Aku tidak mau belajar. Malu dilihat teman-teman. Kita pulang saja yuk!" ajak Nur merengek seperti anak kecil. Sudah dari dulu jika sakit selalu seperti itu.

"Baiklah. Kita ambil tas kamu di kelas. Ok!" Bamantara hendak membawa Nur keluar dari ruangan UKS tapi Nur keberatan.

"Tidak! Minta tolong ambilkan Anita saja. Aku malu digendong seperti ini dan dilihat murid satu sekolah, Pak." Nur baru menyadari jika seperti ini terus, akan jadi gunjingan semua siswa.

"Takut apa? Kau istriku, Nur. Harus terbiasa dengan perhatianku yang seperti ini. Lagipula satu Indonesia juga tahu Kau istriku. Video viral aku denganmu saat di luar rumah beberapa waktu lalu ramai di media sosial. Tadinya aku meminta Joni menghapusnya. Akan tetapi melihat respon masyarakat, tidak jadi dan lebih baik seperti ini." Bamantara tidak peduli lagi Nur harus menjadi miliknya di depan semua orang.

"Sudahlah. Aku mendebat juga percuma. Kalah juga pada akhirnya. Namun, bukankah kita sudah bercerai?" Nur heran kenapa sampai sekarang tidak ada kabar dari kakeknya mengenai perceraiannya dengan Bamantara.

"Tidak ada perceraian. Sampai mati kau adalah istriku, Nur." Bamantara keluar dari ruangan UKS sedang Nur digendong olehnya menuju kelas tempat Nur belajar.

Pertandingan masih terus berlangsung dan Sinta nampak duduk di tempat penonton dengan kaki dibalut oleh perban sebab terluka. Dia sinis menatap Nur. Tadi saat sampai di ruangan UKS, Bamantara begitu saja meninggalkan dirinya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Sedangkan Anita tanpa ekspresi menatap Nur. Namun, lega juga melihat Nur baik-baik saja. Karena pihak yang bersalah sebenarnya adalah dirinya dan bukan Nur.

Dirinya yang telah menendang Sinta lantaran kesal melihat Sinta menendang Nur. Akan tetapi Rena! Malah memfitnah Nur yang sudah menendang Sinta. Kacau jadinya sebab Nur dimarahi oleh Bamantara di depan semua orang.

Primus membanting bola basket melihat Nur digendong oleh Bamantara. Entah kenapa dirinya merasa cemburu. Menyadari jatuh cinta kah dirinya pada Nur?! Primus yang jelas sangat marah melihat Nur disayangi oleh Bamantara Putra.

"Sial. Siaaal!" teriak Primus menarik perhatian Barry. "Aku ingin mereka berpisah, Barry. Aku mencintai Nur!" jujur Primus.

"Jangan gila! Aku dengar mereka sudah menikah!" Barry menerangkan pada sahabatnya.

"Kalau begitu aku akan jadi pebinor. Perebut bini orang. Mau apa Pak Bamantara?! Dari segi usia dia kalah. Nur lebih pantas denganku daripada dengannya yang sudah tua!" Primus menerangkan pula pada sahabatnya. Tidak peduli apapun yang terjadi Nur harus bisa jadi miliknya.

"Kau gila, Primus. Sangat gila!" Barry menjauhi temannya dan lanjut bermain basket.

"Aku menyukaimu, Nur. Entah kenapa baru aku sadari sekarang!" Primus akan berjuang merebut Nur dan Bamantara Putra.

Bamantara sendiri entah bisa merebut hatinya Nur atau tidak. Semua tergantung takdir.

SELENGKAPNYA BISA KALIAN BACA DI APLIKASI: KARYA KARSA. Nama pena Dilla909.

Judul : KESAYANGAN GURU BAMANTARA.

THANKS, ALL ....

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 141K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
7.1M 347K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
6.1M 318K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
2M 30.7K 46
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...