GUS AZZAM

By itsnour29

4.7M 288K 44.2K

[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas... More

Prolog : Gus Azzam
01 - Pertemuan setelah sekian lama
02 - Pesantren Al-Furqan
03 - Kewajiban
04 - Tidur bersama?
05 - Hukuman
06 - Takdir, bukan kebetulan.
07. Sahabat
08. Akish dan Alaska
09. Sakit, Rindu, Alaska.
10. Fitnah dan Jebakan?
11. Di balik kejadian.
12. Perasaan yang berlebihan
13. Hijrah itu lebih baik
14. Cacing Alaska
15. Tahajjud dan cinta nya
16. Aku, kamu, dan salah tingkah
17. Menjadi imam yang baik.
18. Masalalu yang lucu
19. Kecemburuan akan masa
20. Pembicaraan dan Renungan
21. Ada apa?
22. Sebagai Guru
23. Panggilan resmi
25. Kunjungan Mertua
26. Kehilangan di Pasar
27. Kemunculan Sadam
28. Putra Tengah Al-Furqan
29. Kedatangan & Kepergian
30. Pulang atau Pergi
31. Makanan Halal & Haram
32. Tabungan?
33. Beginilah cinta mereka
34. Perasaan Umma
35. Kembalinya Putra Tengah
36. Di balik Bingkai Foto
37. Secara tiba tiba
38. Kabar dan Sebuah Kurma
39. Beberapa panggilan
40. Perempuan yang di temui
41. Ngidam
42. Cerita setelah kerja bakti
43. Meninggalkan Pesantren
44. Pemuda Pemuda Syam
45. Hari Kelahiran
46. Hujan dan Maaf
47. Perihal Sadam
48. Mata yang indah
49. Yang menemukan nya
50. Perempuan perempuan
51. Bertengkar dingin
52. Kembali berdamai
53. Berada di rumah kayu
54. Sebelum pamit
55. Sebuah Tragedi?
56. Pilihan yang mutlak
57. Kedatangan dalam diam
58. Keputusan berpoligami
59. Ada nya bukti?

24. Bersama dengan nya

79.2K 5.6K 832
By itsnour29

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sebenarnya kemarin harusnya update. Tapi paketan internet ku habisss 😔 konyolnyaa.

"Rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati."
QS. Al-Mulk:13

*****

"ALLAHUAKBAR! JAM DELAPAN?!"

Azzam yang berdiri di dapur sendirian cukup terkejut saat mendengar pekikan keras dari arah kamar nya. Tentu saja suara Hana. Pria itu langsung saja melangkah untuk melihat kondisi. Tepat bersamaan, pintu kamar nya di buka dengan cepat.

"Na?"

"Kazam, udah jam delapan pagi?!!"

Azzam menaikkan kedua alis nya. "Lalu?"

"Ya jam delapan pagi!! Aku kesiangan bangun nya!" Kemudian gadis itu berjalan gelisah sembari melihat sekitar. "Bentar, Umma ngga ada? Dia pergi?"

"Umma ke pasar. Baru saja."

Hana memegangi kepala nya. Gadis itu memejamkan mata sembari mengeluh. "Duh.. kenapa sih harus kesiangan bangun nya. Padahal rencana nya pengen ikut ke pasar."

Azzam tersenyum mendengar itu. Sudah dia duga Hana akan mengatakan nya demikian.

Ikut ke pasar...

... Atau healing ke luar pesantren?

"Umma tau, kalau kamu keluar dari pesantren untuk ikut ke pasar, kamu bisa saja nyasar ke tempat lain."

Hana menunjukkan senyum kikuk. "Tau aja."

"Tapi pengen ikut ke pasar, asli! Umma pasti sendirian." Gadis itu kembali menambahkan. Azzam mengusap leher belakang nya.

"Tidak. Umma pergi dengan Ibu kantin. Belanja bahan bahan seperti biasa."

"Oh, syukur kalau begitu. Kalau Umma sendiri pas pergi, baru boleh panik." Gumam nya.

Hana berencana kembali masuk ke dalam kamar untuk segera membereskan nya, ia memegangi kepala nya yang sakit karena ia sempat memukuli diri nya sendiri. Namun sesaat, gadis itu berhenti melangkah dan berbalik cepat ke arah Azzam.

"Oh iya, Kazam mau pergi ngajar, ya?"

"Jam sembilan nanti. Saya mau menyusul Abah di masjid."

Hana mengulas senyum dan mendekat. Azzam terkejut bukan main saat istri nya ini memeluk nya dengan cepat.

Erat sekali?

"Semangat ngajar nya!"

"E-eh.."

Azzam berdehem. Berusaha tidak salah tingkah. "Iya. Sekarang sudah semangat."

Hana mendongakkan kepala nya, menatap pria itu. Ada sedikit rasa canggung untuk mereka berdua sekarang.

"Kazam, maaf ya kalau aku pernah nakal."

Entah apa, perkataan gadis ini malah merujuk pada masa yang berlalu. Azzam mencerna nya dengan baik, pria itu merespon nya dengan anggukan. Seolah tau maksud Hana.

"Tidak lagi. Saya terharu sama perubahan kamu.."

Azzam mengusap kepala gadis nya. Hana kembali tersenyum dan semakin memeluk erat suami nya.

Ahm, dasar.


****

"Najwa kemana ya, Syif?"

"Dia lagi piket kebersihan, bagian dapur umum. Eh, tapi Ning Hana ngga apa apa kalo nemanin aku ke ruangan kantor buat nyetor absen ini?"

Hana menganggukkan kepala dan sibuk berjalan dengan Syifah yang sedang membawa banyak buku absen, daftar santri santri yang melaksanakan shalat berjamaah di masjid, dan sekaligus daftar hadir dari santri santri yang melakukan piket kebersihan di hari itu.

Mereka berdua berjalan menuju ke ruangan kantor di pesantren. Di mana semua hal hal yang di urus berada disana. Biasa nya di sebut, ruangan guru dan staff.

Mulai dari urusan absen, pendaftaran santri, surat surat, berkas, dan diskusi ustadz ustadzah bersama Kyai Zayn. Semua nya berada disana.

"Daftar hadir santriwan yang ikut shalat subuh berjamaah, hari Sabtu, tanggal..."

Hana yang sibuk melihat nama nama santriwan, kini sempat salah fokus pada salah satu nama yang membuat jari nya yang menyentuh buku absen, berhenti.

"Daniel." Gumam nya.

Kemudian ia bergumam. "Selalu hadir shalat berjamaah. Padahal dulu kata nya sering bolos."

"Apa jangan jangan udah tobat, ya."

"Siapa, Ning?"

Hana menoleh cepat ke arah Syifah. Syifah baru saja keluar dari salah satu ruangan ustadzah. Perempuan itu menghampiri nya. Hana langsung saja meletakkan buku absen tersebut.

"Syif, tau Daniel ngga? Santriwan disini."

"Daniel?"

"Kayak kenal." Gumam Syifah. Berpikir.

"Oh Daniel, ya?"

*****

"Itu Daniel nya."

Hana melihat dengan jelas. Ketika Syifah memperlihatkan nya sosok yang barusan ia katakan. Daniel. Mereka berdua sedang berdiri di perbatasan area santriwati dengan santriwan.

Berdiri di belakang semak belukar yang ada disana. Memperhatikan area luas santriwan.

"Penampilan nya udah jauh beda." Syifah menyadari perkataan Hana barusan.

"Emang nya dulu kayak gimana?"

"Berantakan. Peci nya ngga tau tempat. Dia juga gay."

"Astaghfirullah, Ning. Ngga baik membicarakan keburukan orang."

Gadis itu langsung saja menutup mulut nya sendiri. Mata nya membelak terkejut. Ia panik sendiri. Syifah menggelengkan kepala nya dengan cepat.

"M-maaf, Syif."

Syifah menganggukkan. "Oke. Aku terlanjur tau. Usahain, cuma kita, dan Allah yang tau. Lihat Daniel. Dia juga udah berubah, kan?"

"Kamu tau banyak soal Daniel?"

"Ngga juga. Tapi dengar dengar, dia masuk pesantren karena di paksa sama orang tua nya." Jawab Syifah dengan jujur.

"Iya, itu." Hana menambahkan. "Dia juga pernah bilang ke aku. Tapi sekarang, orang nya keliatan kalem."

"Rencana Allah sebagus itu, Ning. Hanya Allah yang dapat membolak-balik hati manusia. Dan yang tadi, keburukan nya barusan itu adalah aib. Allah menutup aib nya Daniel dengan sebaik mungkin. Jadi, rahasia ini, cuma sampai kita aja"

Hana menghapus air mata nya yang sempat lolos. Gadis itu tak bisa menahan diri. Kemudian beristighfar pelan.

"Malu. Allah menutupi keburukan aku, tapi aku malah membuka keburukan orang lain."

Hana kembali tersadar akan lamunan nya ketika Syifah menemukan lengan nya agak cepat. "Ning, pergi yuk. Bisa bahaya kalau ketahuan. Lihat, semua santriwan kayaknya mau kerja bakti..."

Gadis itu melihat jelas bagaimana Syifah mengatakan nya. Melihat santriwan santriwan kini tengah berkumpul di area mereka sedang melakukan sesuatu. Kerja bakti.

"Kerja bakti?"

****

Azzam. Pria itu memegang erat keranjang yang berisikan bahan makanan untuk persediaan di ndalem setelah berjalan bersama Umma nya dari dapur umum pesantren.

Umma Hansa baru saja pulang dari pasar.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumussalam."

Memasuki ndalem dan langsung pergi ke arah dapur untuk meletakkan keranjang di meja makan. Azzam melihat sekitar ketika tadi menyadari bahwa yang menjawab salam itu, adalah suara nya Hana.

Lalu, kemana gadis itu?

"Umma, ada yang jawab salam tadi, kan?"

"Iya, ada. Itu Hana, kan?"

Azzam mengangguk. Hingga akhirnya sosok yang di bicarakan tiba dari pintu belakang dengan keranjang yang lain yang ia bawa, berisi pakaian pakaian kering yang sudah di jemur disana.

"Eh, Umma udah pulang!!"

Wanita tua itu tersenyum dan melihat Hana beralih mencium tangan nya. Begitupun dengan Azzam.

"Tapi.."

Hana kini memperhatikan penampilan suami nya sekarang. Lalu menatap wajah nya. Azzam menaikkan kedua alis nya. Ia sadar jika penampilan nya kini cukup berantakan. Banyak debu yang menempel di pakaian nya.

"Kenapa baju nya jadi kotor kayak gini?"

"Suami mu habis kerja bakti sama santriwan santriwan di masjid.."

Gadis itu terdiam. Menatap Azzam cukup lama. Hingga ia akhirnya berdehem sejenak.

"Mandi dulu, Kazam. Pakaian nya di simpan aja. Nanti di cuci besok. Soalnya sekarang lagi mendung."

Azzam menganggukkan kepala nya. "Baiklah."

Hana tersenyum manis sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan dapur dan segera masuk ke kamar nya untuk meletakkan pakaian pakaian kering tadi.

Kini kembali tersisa Umma Hansa bersama Azzam. Hansa yang menyadari menantu nya sudah masuk ke kamar, kemudian menatap Azzam dengan kebingungan.

"Nak, siapa itu Kazam?"

Azzam terkekeh mendengar nya. Menunjuk diri nya sendiri.

"Itu saya, Umma."

****

Suasana larut malam setelah shalat isya berjamaah di masjid dan sempat menerima penyetoran dari santri santri, Azzam memutuskan untuk berehat di ndalem untuk mengakhiri aktivitas nya di hari itu.

Duduk di kursi teras ndalem, bersama sang Abah. Kyai Zayn. Mengingat bahwa Hana dan Umma sedang ada di ruang tamu dengan Zhafran. Entah berbicara apa. Namun Abah dengan putra sulung nya ini mengambil ruang yang nyaman untuk mengobrol berdua.

"Gimana jadi guru?"

Azzam menoleh cepat. Pria itu berdehem. "Lumayan lelah, Abah."

Kyai Zayn menepuk pundak nya. "Kamu ini, benar benar sudah dewasa ternyata. Abah rasa, baru kemarin Abah mengadzani kamu waktu lahir."

Terdengar suara tawaan dari Azzam. Ia mengusap leher belakang nya. Ia pikir, berbicara dengan Abah akan membuah nya menjadi tegang, namun malah berbeda untuk sekarang.

"Umma tadi ketemu sama teman Umma. Seorang ustadzah, biasa nya di panggil Bu Sri. Ketemu nya ga sengaja di pasar. Senang banget dia gendong cucu."

Azzam dan Abah saling menatap dan bersamaan menoleh, melihat ke dalam melalui jendela di belakang mereka. Suara Umma Hansa jelas sekali.

"Ini, foto cucu nya Bu Sri. Cantik, kan?"

"Cantik banget ini. Hidung nya mancung. Mata nya kayak keturunan Arab..."

Azzam bisa melihat dari jendela, Umma bersama istri nya duduk santai di kursi ruang tamu. Hansa memperlihatkan sebuah foto melalui ponsel nya. Sementara Hana menyandarkan kepala nya di pundak sang mertua sambil mengobrol panjang.

Pria itu tersenyum tipis. Ia kembali memposisikan badan nya ke arah semula. Begitupun dengan Abah.

"Nak."

"Nggih, Abah."

"Tidak merasa sesuatu mendengar percakapan mereka di dalam?"

Azzam melepaskan surban nya. Menyadarkan diri di kursi.

"Umma merasakan hangat nya memiliki anak perempuan."

****

Pukul 23.30

Semakin larut pula malam. Azzam mengunci pintu ndalem, membiarkan lampu teras di luar tetap menyala, agar tidak terlalu gelap.

Rasa rasa lelah masih menghantui nya. Terlebih lagi, ia mulai mengantuk. Setelah mematikan lampu ruang tamu yang benar benar sudah sepi. Pria itu akhirnya masuk ke dalam kamar.

"Na.."

Azzam menutup pintu kamar. Melihat istri nya yang berada di depan lemari. Seperti sedang merapikan sesuatu. Hana menoleh saat mendengar nama nya.

"Kenapa belum tidur?"

"Nungguin Kazam."

Azzam mendekat ke arah nya. Hana mengusap punggung belakang suami nya. "Udah, udah, Gus. Keliatan banget capek nya. Tidur aja."

"Kalau kamu sudah mau tidur, baru saja mau tidur."

Memang benar-benar lelah. Pria itu sampai mendaratkan kening nya di pundak Hana. Menyadarkan kepala nya disana dengan manja. Hana menyelesaikan urusan nya dengan lemari, lalu menutup nya.

"Ya udah. Ayo tidur."

"Hafalan dulu."

"Selesai tahajjud aja. Mata nya Kazam udah mau nutup tuh. Nanti mata nya jadi mata panda kalau begadang."

Azzam tertawa pelan saat merasakan Hana mengusap kedua mata nya yang memejam dengan dari telunjuk nya. Sementara Hana berdecak berkali kali.

Mendengar saran itu, Azzam mengangguk sebagai tanda setuju nya. Pria itu kembali berdiri sempurna. Sementara Hana pergi dengan cepat ke kasur untuk merapikan nya.

Butuh beberapa menit.

"Udah beres. Ayo tidur."

"Ambil selimut nya."

"Iya."

Azzam mendekat ke kasur dan berbaring di samping sang istri. Hana mematikan lampu kamar dan ikut terlelap.

****

500 vote + 550 komen. Aku tunggu.

Hmmm, target vote nya makin naik. Aku pantau target nya ya sambil nulis part selanjutnya. Info spoiler+update nya cuma rakyat Instagram yang tau 🤫

Yang rajin vote, semoga sehat selaluuuu 😍🫰


AYO SPAM :

ALLAHUAKBAR >

ASTAGHFIRULLAH >

SUBHANALLAH >

ALHAMDULILLAH >

NEXT >

UPDATE >

LANJUT >

jadikan keyboard mu sebagai ladang pahala. terimakasih spam dzikir nya!

WAJIB FOLLOW IG DI BAWAH INI BIAR GA KETINGGALAN INFO (spoiler+update) :
@nnourshanie
@wattpadnour_
@mhmdd_azzam (Azzam sering update disinii)
@hanaafsheen_ (ig nya Hana)

[Mohon maaf apa bila ada kesalahan dan kekurangan kata. Dan bahwa penyampaian ilmu yang di berikan. Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah.]

اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْ

Continue Reading

You'll Also Like

273K 35.5K 67
penasaran gimana kalo 23 bujang dari daerah yang berbeda disatuin dalam project hidup bersama selama 1 tahun ditanah rantau? mulai dari perasaan cang...
229K 13K 32
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
165K 1.9K 3
FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit nakal dan usil. Memiliki masa lalu yang menyeramkan. Tentu setiap orang memp...
1.5K 564 9
"Gadis Awam dengan berjuta kesederhanaan." BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! WAJIB VOTE COMMENT SHARE. ⚠️WARNING⚠️ MOHON KEIKHLASAN KAMU DALAM MEMBAC...