Secret Admirer

Od catatanocta

154K 13.3K 248

Tentang Nala yang menyukai Raskal, teman sekelasnya. Puluhan surat cinta hanya untuk Raskal diam-diam ia leta... Více

Prolog
001.
002.
003.
004.
005.
006.
007.
008.
009.
010.
011.
012.
013.
014.
015.
016.
017.
018.
020.
021
022
023
024
025 - END
INFO

019.

4.7K 441 13
Od catatanocta

Nala menarik napas, lalu menghembuskan perlahan.

Sudah setengah jam Nala melakukan itu, duduk di taman seorang diri tepat dibawah pohon rimbun yang menyejukkan. Tapi sejuknya belum bisa mengikis kegugupannya.

Tersisa sepuluh menit lagi bel masuk kelas akan berbunyi. Dan sampai saat ini Raskal belum muncul juga. Sebelum Nala ke taman, Raskal sudah mengatakan bahwa ia harus menemui Bu Endang di ruang guru dulu.

Saat itu Nala hanya mengangguk malu dan lekas ke taman sambil membawa kotak bekalnya. Santa yang diam-diam mengetahui itu tentu langsung mendukung dan menyuruh Nala cepat-cepat ke taman supaya Raskal tak menunggunya. Nyatanya Nala yang menunggu Raskal. Tapi Nala tidak kesal kok, semakin lama ia menunggu debarannya terus mengganggu.

Kalau bisa teriak, Nala akan berteriak. Tapi 'kan tidak bisa, ia masih di sekolah dan tidak mungkin ia melakukan hal nekat yang dapat menarik perhatian orang-orang. Bisa dianggap gila nanti.

Ya tapi Nala hampir mau gila sih, haha..

Sesekali Nala melirik jam tangannya, jarum detiknya terus bergerak hingga menit kedua berjalan. Tersisa delapan menit lagi dan Raskal masih belum muncul juga.

Kini kegugupan Nala berubah menjadi gelisah dan pasrah. Kalau nyatanya Nala dan Raskal tidak bisa menghabiskan sisa waktu berdua di taman, Nala akan kembali ke kelas dan menyantap bekalnya di kelas saja.

Tersisa lima menit lagi dan Nala mulai menyerah. Ia hendak berdiri namun Raskal tiba-tiba saja muncul dengan napas naik turun. Raskal habis berlari dan membungkuk untuk mengatur napasnya.

"Maaf.. aku.. telat.." Ucapnya terbata-bata karena masih harus mengatur napasnya. "Maaf, Nala."

Nala terkesiap dan langsung mengangguk lalu menggeleng. Rasa gundahnya seolah lenyap dengan ribuan kupu-kupu menghinggap di perut sampai dadanya.

Setelah sekian lama, Nala bisa bertemu Raskal. Bukan dalam hal kegiatan sekolah atau ketidak sengajaan. Dan melihat usaha Raskal untuk berlari ke taman menemuinya membuat hati Nala berbunga-bunga.

Mereka sama-sama duduk di bangku taman, tempat di mana Nala menunggu Raskal tadi. Mereka duduk berdekatan menyisakan sedikit jarak supaya mereka tidak sama-sama malu ketahuan akan debaran yang menggila menghinggap di rongga dada mereka.

Wajah mereka pun sama-sama bersemu, seperti bunga-bunga bermekaran di musim panas. Canggung menguasai, dan mereka menikmati perasaan itu dengan sukacita.

Perlahan Raskal menoleh, melirik Nala yang menunduk malu. Raskal ingin mengatakan sesuatu, mengobrol lebih banyak seperti permintaannya di sepucuk surat yang ia buat semalaman dan ia masukkan diam-diam ke loker Nala tadi pagi.

Untuk pertama kalinya Raskal seperti seorang pencuri; mengendap-ngendap ke kelas tanpa ada seorangpun di sana kecuali dirinya. Memastikan tidak ada satupun yang melihat keanehannya, Raskal buru-buru meletakkan sepucuk surat ke loker Nala. Lalu ia melesat keluar dan memutuskan untuk menunggu di atap sekolah.

Disaat Raskal ingin ke kelas ketika siswa dan siswi sudah banyak berdatangan, tiba-tiba Raskal didatangani Lea dan kakak kelas. Kakak kelas itu menembak Lea namun Lea menolak dengan alasan ia sedang dekat dengan Raskal.

Mendengar itu Raskal kesal. Raskal tidak paham mengapa Lea menggunakan alasan tersebut hingga ia didatangi kakak kelas untuk meminta penjelasan mengenai hubungan mereka.

Sudah jelas baik Raskal dan Lea tidak ada hubungan lebih selain mereka berteman. Dan kondisi mereka disaksikan banyak orang, termasuk Nala. 

Raskal cemas setengah mati. Menduga-duga jika kejadian tadi pagi akan membuat Nala berpikir dirinya dan Lea ada hubungan lebih. Dan mungkin saja melihat kejadian ini Nala tidak mau lagi memberikan surat dan mengobrol dengannya.

Tapi nyatanya takdir masih mendukung Raskal, sampai di mana di sinilah mereka sekarang. Masih diam satu sama lain sambil merasakan betapa gemuruhnya debaran jantung mereka.

Raskal baru mengalami rasa ini untuk pertama kalinya. Debaran ini terasa lebih aneh namun begitu bersemangat disaat ia di samping Nala. Debaran ini berbeda ketika Raskal melaksanakan ujian, atau sedang bertengkar dengan Kak Sandi dan Ayah, atau ketika Raskal memenangkan olimpiade.

Kalau debaran ini hanya muncul jika bersama Nala, maka Raskal tidak sungkan untuk meminta Nala untuk bertemu sesering mungkin.

Rasanya kacau, mengganggu sampai Raskal merasa pening, tapi Raskal mulai candu dengan debaran ini. Rasanya seperti sedang bermain roller coaster. Menyenangkan.

Cukup lama mereka saling diam, Raskal tak mau pertemuan mereka sia-sia. Jadi Raskal akan berinisiatif untuk membuka obrolan lebih dulu.

"Nala.."

"Raskal.."

Mereka serempak menoleh dan memanggil. Wajah mereka tambah bersemu dan berbarengan menunduk malu.

"Udah makan.."

"Udah makan.."

Nala menundukkan kepala lagi. Ucapannya berbarengan lagi dengan Raskal. Ingin berteriak, tapi tidak bisa. Ada Raskal, Nala harus menjaga sikap. Nala tidak mau Raskal melihat keanehannya.

Rasanya Nala ingin pulang saja, biar ia bisa sepuasnya berteriak dan memukul bantal di kamar. Tidak peduli kalau Ibu akan datang sambil membawa centong lalu menanyakan apa yang telah terjadi.

"Nala udah makan?" Raskal menggeser duduknya dan Nala terkesiap. Napasnya berhenti sesaat. Jarak mereka semakin dekat dan rasanya Nala beneran mau gila.

"Hmm.. iya.. belum.. udah.." gagapnya dengan kepala setia menunduk. Tatapan Raskal sekilas menatap kotak bekal Nala di pangkuannya.

"Nala bawa bekal ya? Bawa bekal apa?" Raskal menunjuk kotak bekal Nala. Nala kini menatap kotak bekalnya.

"Hmm.." Nala jadi ingat bagaimana Ibu menyiapkan makanan untuk Nala bawa. Roti bakar dengan selai orange marmalade kesukaan Nala. Roti itu belum Nala sentuh sama sekali.

Menghiraukan debaran di dadanya, Nala membuka kotak bekal itu lalu menunjukkannya pada Raskal.

"Hmm.. aku.. belum.. makan.. Ibuku bawa roti.. Raskal.. mau.." tawar Nala malu-malu dan Raskal tersenyum.

Demi dewa neptunus, untuk pertama kalinya Nala menyaksikan dengan matanya sendiri bagaimana sosok dingin itu tersenyum di dekatnya.

Raska tersenyum.

Begitu dekat.

Nala menyaksikannya dengan jelas tanpa harus dengan mengintip atau usaha keras yang biasa Nala lakukan.

Senyuman itu begitu manis, seperti lelehan madu di mulut Nala. Nala tercengang dengan keindahan di depan matanya.

"Aku boleh ambil?" Tanya Raskal untuk memastikan sebelum ia benar-benar menyomot potongan roti bakar yang tampak menggiurkan itu. Nala langsung mengangguk cepat dan Raskal malu-malu menyomotnya.

"Nala, terima kasih."

Raskal tersenyum lagi dan itu membuat kepala Nala berputar. Nala sekuat tenaga menahan rasa nyeri berdentum itu sampai tak disadar ada lelehan keluar dari hidung Nala.

"Nala, kamu mimisan."

Raskal berujar panik dan bangkit membantu Nala menuju UKS.

-0-

"Kamu mimisan gara-gara dekat sama pemuda itu?" Kak Tama memijit keningnya. Kepalanya mendadak pusing setelah tahu alasan adiknya mimisan hanya karena seorang pemuda tampan yang ternyata crush adiknya sendiri.

Nala duduk berbaring di tempat tidurnya dengan kepala sedikit menunduk. Nala pun juga malu menjelaskan pada kakaknya tentang alasan tersebut.

Saat Nala dilarikan ke UKS, Nala langsung mendapat ijin dari wali kelasnya untuk pulang ke rumah. Tentu setelah Nala diberi penanganan pertama oleh pihak medis sekolah. Lalu Kak Tama langsung menjemput Nala setelah dihubungi pihak sekolah mengenai kondisi Nala.

Setelah Nala merasa lebih baik, Kak Tama pelan-pelan menanyakan kenapa Nala bisa mimisan. Seumur hidup menjadi kakak dan kepala keluarga, untuk pertama kalinya Kak Tama mendapat kabar Nala dilarikan ke UKS karena mimisan. Pihak sekolah sebelumnya mengatakan kalau Nala hanya kelelahan.

Lalu Kak Tama mendapat sebuah pesan asing dari seseorang bahwa ia adalah Raskal dan meminta maaf pada Kak Tama karena belum bisa menjaga Nala dengan baik. Raskal mengatakan bahwa ia akan mengunjungi Nala ke rumah untuk melihat kondisi Nala.

"Kakak akan suruh Raskal nggak usah ke sini. Kalau ke sini, yang ada kamu mimisan lagi."

Nala sontak merengek sedih. "Yah, kak, jangan gitu. Biar dia ke sini."

"Loh 'kan kamu mimisan gara-gara dekat-dekat sama dia." Ketus Kak Tama membuat Nala murung.

"Segitu sukanya kamu sama dia."

Nala tak menampik ucapan Kak Tama. Nala memang sesuka itu sampai ia sendiri terkejut kalau ia bisa mimisan hanya karena Raskal.

Ibu yang sedang arisan di rumah temannya buru-buru pulang setelah mendapat kabar Kak Tama.

Sebentar lagi Ibu akan pulang. Balasan pesan Ibu tak digubris Kak Tama lagi.

Ketika Kak Tama hendak keluar dari kamar Nala, Nala memanggilnya. "Kak Tama, jangan marahin Raskal."

Kak Tama menghela napas. Kejadian hari ini begitu mendebarkan. Kak Tama begitu cemas karena ini pertama kali Nala mimisan.

"Kakak nggak bakal marahin dia. Kamu istirahat aja."

"Kakak jangan galak-galak sama Raskal. Biar Raskal datang ke sini. Nala janji nggak mimisan lagi kalau ada dia." Mohonnya dengan binaran sendu dan bibirnya sedikit mengerucut. Kak Tama menghela napas lagi. Kalau adiknya begini, Kak Tama jadi tidak tega.

"Udah kamu istirahat aja. Tidur. Nggak usah mikirin macam-macam. Kakak akan siapin makan pas kamu bangun."

Kak Tama keluar dari kamar Nala. Membiarkan Nala beristirahat sejenak sambil ia memasak sesuatu.

Permintaan Nala tadi di kamar cukup menyita pikiran Kak Tama. Tidak ada salahnya pemuda itu datang ke sini. Kak Tama mau tahu lebih banyak tentang pemuda bernama Raskal. Sejak terakhir ia bertemu pemuda itu, banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya sampai Kak Tama merasa digantung dengan rasa penasaran.

Sambil merebus air, Kak Tama mengetik sesuatu pada ponselnya.

Kak Tama :
Datang saja. Terima kasih.

Setelah membalas pesan ke Raskal, Kak Tama kembali sibuk memasak air. Sambil memikirkan pertanyaan apa saja yang akan ia tanyakan pada sosok pemuda itu.

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

2.5M 38.3K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
841K 46.3K 33
Binar bersimpuh dengan kesepuluh jarinya yang saling bertaut di depan dada. "Bunuh aku," lirihnya bersama bulir-bulir kepahitan yang membasahi wajahn...
326K 4.3K 8
"Gue tau lo suka sama gue! Tapi gue muak dengan cara lo yang selalu recokin kehidupan gue!" Perkataan pedas yang sangat menggores hati Sofia itu tela...
3.5M 27.2K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...