The Escapes of Mistress

By QStory21

2.1M 169K 14.8K

Lillyanne Nicole Brown hanya tahu bagaimana caranya menghamburkan uang ribuan dollar dalam satu hari. Wanita... More

Prolog
1. Anodyne
2. Lust
3. Baxorexia
4. Cwtch
5. Jealous
6. Ilunga
7. Torpe
8. Thantophobia
9. Tears
10. Evanescent
11. Induratize
12. Misunderstanding
13. Anger
14. Cingulomania
15. Drapetomania | 1
16. Drapetomania | 2
17. Decision | 1
18. Decision | 2
19. The Escapes
20. Fail!
21. BETRAYAL
22. Absquatulate
23. Habromania
24. LOST
25. HEAL
26. Move On
27. Philophobia
28. Just Lilly
29. Our Eyes
30. Retrouvaille
31. Saudade
32. Razbliuto
33. Sehnsucht
34. Give Peace A Chance
INFO
36. Temerate
37. Undecided

35. FINAL DECISION

40.3K 2.5K 382
By QStory21

"Something that was decided maturely by considering many things,"

-Final Decision
__________________________


Pesta pembukaan hotel Michael Alford yang dijadwalkan pada siang hari ini akhirnya digelar dengan begitu meriah. Tamu-tamu kehormatan yang datang dari manca negara terlihat mulai memadati area ballroom hotel yang telah disulap menjadi sebuah area pesta bertema  classic. Walau pestanya digelar saat siang hari, namun kesan mewah dan glamour dari grand opening party ini tak hilang begitu saja.

Musik-musik renaissance yang bergema indah membuat suasana hotel semakin terlihat elegan. Sebenarnya, pesta ini adalah pesta awal dari serangkaian acara yang akan dilakukan pada malam hari. Pertunjukkan ball dance, orchestra music, dan pelepasan kembang api akan menjadi puncak utama dari pesta peresmian hotel hari ini. Detail bunga lili dan lukisan-lukisan romantisisme abad ke-18 yang menjadi "pemeran utama" dalam filosofi pembangunan hotel pun terpajang di beberapa sudut ruangan.

Namun di antara semua lukisan yang terpajang, ada sebuah lukisan raksasa yang masih ditutupi oleh selembar kain putih di dekat pita merah yang nantinya akan menjadi simbolis dari peresmian hotel. Tanpa ditanya pun, orang-orang yang ada di sana sudah mengetahui bahwa lukisan besar yang tergantung di atas dinding itu memiliki sebuah kisah yang berhubungan dengan identitas hotel yang menggunakan bunga lili sebagai lambangnya. 

Sebuah lukisan bunga lili yang dilukis oleh seorang wanita cantik yang telah tiada. Terdengar sedikit mistis memang, namun lukisan ini memiliki history yang kuat karena dibuat dengan perasaan cinta di akhir hidup sang pelukisnya. Oleh sebab itu lukisan yang berjudul "Lilly: The Epitome of Love" ini dihargai dengan sangat mahal oleh sebuah galeri seni.

Louis dan Lilly yang sudah sampai di tempat acara sejak tadi pun memandangi lukisan misterius yang masih ditutupi oleh selembar kain itu secara seksama. Sesekali Lilly akan melirik ke arah Louis yang terlihat sangat sedih tatkala melihat kanvas berukuran besar milik mendiang isterinya terpajang di hadapan.

Berdiri di samping Louis membuat Lilly mengerti bahwa pria ini begitu mencintai Selena, ibu Lillibeth. Tatapan kerinduan dari dasar mata cokelatnya menguar ke permukaan tanpa ada batasan.

Hanya dengan melihat sebuah kanvas lukisan, Louis mulai menyalurkan kerinduan.

Dan terkadang itu membuat Lilly merasa iri terhadap Selena.

Bagaimana rasanya dicintai begitu hebat?

Bagaimana rasanya diratukan oleh seorang pria?

Namun pada akhirnya Lilly hanya bisa bungkam, memendam semua pertanyaan itu di balik sebuah senyuman tipis yang menjadi topeng.

"Louis? Kamu baik-baik saja?" Lilly akhirnya membuka suara setelah sekian lama terhanyut dalam keadaan. Seakan tersadar dari lamunan panjang, Louis lantas menoleh ke arah Lilly yang tengah menatapnya raut kekhawatiran. Tanpa ada niat membuat wanitanya merasa diabaikan, Louis kemudian tersenyum. Tangan besarnya terulur untuk menyentuh wajah cantik Lilly dengan lembut.

"Hmm. Aku baik-baik saja Lilly. Maaf jika aku tadi melamun dan sempat mengabaikanmu," ujar Louis yang langsung ditanggapi dengan sebuah senyuman hangat oleh Lilly.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti perasaanmu," bisik Lilly sebelum Michael Alford—sang pemilik hotel  bersama dengan sang isteri menghampiri mereka.

"Selamat datang Mr.Louis." Michael menyambut Louis dengan hangat.

"Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk hadir di pesta ini, Mr.Louis, Miss Brown." Tatiana Wilson yang juga merupakan isteri Mike ikut menyambut mereka dengan senyuman anggun. Wanita paruh baya yang mungkin seumuran dengan Madelyn Alford itu, terlihat sangat cantik dengan balutan gaun panjang satin berwarna vivacious green dan perhiasan berwarna serupa.

"Suatu kehormatan bagi kami untuk bisa hadir di pesta ini, Mrs.Tatiana." Lilly membalas sapaan Tatiana tak kalah ramah. Bertahun-tahun hidup di antara kalangan elitis membuat Lilly bisa mengimbangi ritme basa-basi mereka.

"Selamat atas peresmian Flor del Lirio Hotels & Resort, Mr.Alford." Kali ini, gantian Louis yang berbicara sambil menjabat tangan Michael. Pria yang merupakan paman Theodore itu terlihat sangat menghormati Louis yang merupakan suami dari mendiang sang pelukis handal.

"Lukisan itu akan kujaga sebaik mungkin Louis," ujar Mike yang kemudian mengarahkan tatapannya pada Lilly yang saat itu langsung mengalihkan pandangan pada objek lain. Tanpa diberitahu, Michael sudah mengingat siapa wanita ini. Peristiwa nahas yang hampir membuatnya  meregang nyawa empat tahun silam membuat Mike tidak pernah melupakan seorang gadis yang diketahui sebagai simpanan sekaligus kekasih dari keponakannya.

Sementara Lilly yang juga mengingat siapa Michael lewat masa lalunya bersama Theo pun, berusaha untuk tidak gugup. Dia harus tampil senatural mungkin agar semuanya baik-baik saja. Meski rasa canggung melingkupinya dengan begitu hebat, namun Lilly tetap berusaha menjaga sikap. Dia tidak mungkin mengungkit dan membahas masa lalu kelamnya di pesta ini, secara gamblang.

"Ya, aku mempercayakan lukisan Selena padamu Tuan," balas Louis yang langsung membuat Mike mengangguk.

"Tentu saja. Lukisan Selena merupakan esensi dari lambang hotel ini, jadi aku pasti akan merawatnya sebaik mungkin."

"Mike, lihat siapa yang datang," bisikan Tatiana pada telinganya membuat Michael mengalihkan pandangan. Tepat pada saat matanya menatap ke depan, Michael langsung dihadapkan pada seseorang yang kehadirannya sangat dinantikan.

Ya, di sana—di depan pintu masuk ballrom hotel pestanya, Theodore Alford baru saja datang bersama dengan Alana. Pria dengan setelan jas abu tua itu terlihat sangat enggan  menginjakan kaki ke pesta ini. Ekspresi masam dengan senyum yang dipaksakan, membuat penampilan Theodore terlihat sangat kusut, seperti habis tercebur di empang.

Sadar jika Theo dan Lilly tidak boleh dipertemukan, Michael pun bersiap menarik tangan isterinya untuk berpamitan pergi. Namun sebelum itu...

"Theo! Kemari! Aunty di sini!"

Boom!

Bak sebuah bom atom yang meledak tepat waktu, Lilly seketika menegang hebat saat mendengar nama itu disebut di hadapannya. Peristiwa semalam mendadak naik ke permukaan.

Sentuhan itu....

Negosiasi itu....

Dan semuanya...

Lilly ter-distract di antara kepingan pertemuan semalam.

"Aku akan menunggu jawabanmu, besok Lilly... Kuharap kamu bisa memberikan keputusan akhirmu atas hubungan kita...." Kalimat terakhir yang diucapkan Theodore sebelum pertemuan mereka usai membuat lidah Lilly terasa kelu.

Jika ditanya apakah dia sudah memilih keputusan? Maka jawabannya adalah ya. Lilly sudah memiliki keputusan mutlak atas hubungannya dengan seorang Theodore Alford. Hanya saja, Lilly membutuhkan lebih banyak keberanian untuk mengatakan keputusan itu di hadapan Theo.

Sementara itu, Louis dan Michael yang sama-sama sudah mengetahui perihal masa lalu rumit kedua orang ini lantas menatap Tatiana dengan kaget.  Namun yang ditatap malah langsung melesat menghampiri sang keponakan kesayangan.

Theodore yang melihat Tatiana berjalan menuju ke arahnya pun berusaha untuk menampilkan senyuman manis. Alana yang berada di samping juga bersikap demikian. Sifat ramah Tatiana memang tidak boleh diabaikan, atau wanita itu akan marah dalam jangka waktu yang lama.

"Hi, Aunty," sapa Theodore sambil merengkuh wanita paruh baya itu ke dalam pelukan.

"Aunty merindukanmu, Theodore." Tatiana membalas sapaan Theodore dengan senyuman lebar. Setelah itu, dia melepaskan pelukannya dan beralih menatap ke arah Alana yang merupakan kerabat jauh mereka. Meski tidak dekat, tapi Tatiana sedikit banyak mengetahui tentang keluarga Harrison yang terkenal di London.

"Apa kabar, Alana?" Tatiana menyapa Alana yang saat itu hanya tersenyum canggung.

"Eh, saya ba-baik Mrs... Aunty Tatiana," jawab Alana terbata. Tatiana mengangguk singkat mendengar jawaban itu.

"Kalau begitu, ayo kita ke sana menemui paman kalian. Oh, sekalian aunty juga akan mengenalkan seseorang yang spesial di sana. Ayo!" Tatiana dengan sumringah mengajak keduanya untuk menemui Michael yang sudah mati kutu di tempatnya.

Seperti sebuah kebetulan yang diciptakan oleh semsesta, dari tempatnya berdiri Theodore dan Alana sudah dapat menebak siapa yang akan mereka temui lali ini.

"Jangan membuat keributan Alford," bisik Alana memperingatkan. Theo hanya mengangguk acuh.

"Aku tahu."

Sementara itu, Louis yang langsung menangkap ketegangan dari balik tubuh wanitanya pun segera mendekap erat bahu Lilly.

"Lilly, are you okay? Apa kamu ingin kita pergi dari sini?" tanya Louis kepada sang kekasih yang saat itu mendadak bungkam setelah mendengar nama Theodore. Meski sebelumnya mereka telah memprediksi jika hal ini akan terjadi, tapi Lilly masih terlihat sangat shock, cenderung menyembunyikan kegelisahan.

Entah apa yang membuat Lilly bersikap demikian, Louis tidak tahu dan tidak berniat mencari tahu karena tidak ingin membuat Lilly terluka.

Namun apapun yang telah terjadi, Louis akan tetap berada di sisi wanitanya sampai akhir.

Sambil menggenggam tangan kekasihnya, Louis lantas kembali berbisik, "Tidak apa-apa sayang, ada aku." Seolah menjadi penenang di setiap badai, kalimat Louis yang demikian selalu saja membuat hati Lilly bergetar.

Pria ini sangat baik, hingga rasanya Lilly ingin menjadi Selena—agar bisa merasakan bagaimana rasanya dicintai dengan sangat tulus oleh lelaki seperti Louis.

"I'm okay, terima kasih Louis," balas Lillyanne yang kemudian mulai mengambil kontrol diri dengan membalas genggaman tangan Louis dan melempar sebuah senyuman tipis ke arahnya.

Kali ini, Lilly benar-benar sangat  yakin dengan keputusannya.

Setelah berhasil menangkan diri, Lilly pun berbalik. Dan saat ia berbalik, tatapan matanya langsung menabrak netra abu Theodore yang terkesan sangat dingin saat menatapnya. Dorongan impulsif untuk saling mengabaikan satu sama lain tentu menjadi yang terkuat di antara semua emosi. Mereka tidak ingin mengacukan pesta, setidaknya itu hal terbaik yang dapat dilakukan.

Tak berbeda jauh dengan Lilly yang berusaha bersikap abai, Theo yang kembali dipertemukan dengan sang pujaan hati pun terlihat tidak menampilkan ekspresi berarti.

"Theo, Alana perkenalkan, ini Louis Smith dia seseorang yang berjasa dalam pelelangan lukisan besar itu dan ini Lilly Brown, kekasih Louis. Dan Louis, Lilly, ini Theodore Alford dan Alana Harrison, keponakanku," ujar Tatiana—memperkenalkan Louis dan Lilly kepada keponakannya begitu ia sampai.

Untuk sesaat mereka terdiam, saling memandang dengan kecanggungan tingkat tinggi. Michael Alford yang tidak pernah memberitahu Tatiana perihal Lilly dan Theo pun kini hanya bisa gigit jari.

Sementara Tatiana, wanita itu nampak kebingungan melihat keterdiaman yang tidak biasa di antara mereka.

"Apa kalian tidak ingin berkenalan?" tanya Tatiana dengan ekspresi polos yang membuat Michael mengelus dada. Tak ingin terlibat di antara keadaan yang semakin menggila, Michael segera menghampiri isterinya.

"Sayang, ayo kita ke sana dan menemui Bryan. Bukankah kamu ingin bertemu dengan Nyonya Rose hari ini?" ujar Michael sambil merengkuh bahu Tatiana dan bersiap membawanya pergi.

"Tapi mereka...."

"Biarkan saja mereka memperkenalkan diri sendiri. Ayo kita pergi... Kami permisi dulu, nikmati saja pestanya." Tanpa menunggu lebih lama, Michael langsung menyeret tubuh isterinya keluar dari lingkaran emosi yang tidak mengenakkan itu.

Tapi setelah Mike dan isterinya pergi, mereka masih sama-sama terdiam. Tak ada percakapan yang keluar dari mulut keempat orang itu. Theodore Alford, yang memiliki konsentris terhadap wanita bergaun biru yang kini berdiri di samping Louis pun tak bisa mengalihkan perhatian. Fragmen kontradiktif yang terjadi di antara mereka semalam telah mengacaukan adanya sejak tadi.

Pertentangan emosi dan logika yang muncul di saat Lilly hampir mencapai esensi atas sebuah negosiasi, rupanya berhasil menjebak Theodore di antara kebingungan tanpa afirmasi.

"Saat ini, aku tidak bisa memberimu kepastian Alford. Tunggulah hingga besok. Tunggu jika kamu mau dan pergi jika kamu bosan." Itu adalah kalimat paling absurd yang pernah didengar oleh Theo di sepanjang hidupnya. Theo tidak bisa menafsirkan arti kalimat Lilly yang seperti itu. Yang ada di kepalanya semalaman hingga hari ini hanya sebait pertanyaan; 'dia diterima lagi atau tidak?'

Namun Theo berusaha menghargai keputusan Lilly meski kesan ambigu begitu terasa malam tadi. Walau kegusaran hati terus menghantuinya, namun Theo sadar jika dia harus tetap sabar menunggu keputusan akhir Lilly terhadap perseteruan hati mereka hari ini.

"Kalian terlihat sangat cocok dengan pakaian seperti itu." Alana tiba-tiba saja membuka suara di tengah-tengah kecanggungan. Theo yang mendengarnya hanya diam. Perkataan yang seperti itu seakan telah memvalidasi semua hal negatif yang mati-matian diredusir olehnya sejak tadi.

Ya, Louis memang tampan dan Lilly juga sangat cantik, tapi itu bukan berarti mereka berdua cocok saat bersama!

Sial!

Persetan dengan kecocokan, dia tetap akan berusaha mendapatkan Lilly sebelum wanita itu menyuruhnya untuk mundur!

Menyadari perubahan ekspresi pria di sampingnya, Alana yang diamanatkan untuk 'menjaga' Theo dari segala macam bentuk skandal  pun segera berbisik, "Kendalikan ekspresimu atau kau akan membuat keributan di sini. Ingat, aunty Tatiana sedang memperhatikan kita dari belakang, jadi bersikaplah sewajarnya." Kalimat Alana membuat Theo membuang pandangan.

Sebenarnya, Theo benci dihadapkan pada situasi yang membuatnya harus melihat Lilly berdiri di samping orang lain. Tapi mau bagaimana lagi? Wanita itu belum memberinya jawaban atas ajakan kembali, jadi mau tidak mau, suka tidak suka, dia harus menikmati peran sampingan ini.

"Lilly, kamu mau pergi?" Louis kembali bertanya pada kekasihnya. Namun saat itu Lilly hanya diam, tampak memikirkan sesuatu dengan sangat matang. Di dalam pikirannya, Lilly sedang memikirkan segala macam bentuk kemungkinan yang akan terjadi jika dia tidak segera mengambil keputusan.

Cepat atau lambat, dia pasti akan berdiri di garis diamteral yang memisahkan dirinya di antara masa lalu kelam yang sedang dicoba diperbaiki oleh Theo atau masa depan yang sedang menanti bersama Louis.

Lilly tahu jika dia tidak bisa terus-terusan bersikap apatis dengan mengabaikan Theo tanpa sebuah kepastian. Pria itu menunggu keputusannya sejak malam, Lilly tahu itu. Berpacu dengan waktu yang terus berputar, Lilly akhirnya telah mengambil sebuah keputusan final.

"Louis," Lilly memanggil Louis dengan pelan.

"Hmm? Ada apa?" bisik Louis. Lilly menatap mata teduh Louis yang ia ketahui belum sepenuhnya menghapus nama Selena.

"Bisa genggam tanganku lebih erat? Dan kumohon, jangan menghentikanku kali ini," gumam Lilly. Louis mengernyitkan dahi, namun dia tetap melakukan apa yang Lilly minta.

"Lilly sebenarnya ada—"

"Kami akan menikah, Alford. Itu adalah keputusan akhirku untuk semua negosiasimu."

Kalimat itu akhirnya mampu dikeluarkan Lilly setelah semua air matanya.Keputusan itu akhirnya mampu dilontarkan Lilly setelah semua trauma nya.

Mungkin kalian benar, Lilly masih mencintai Theodore. Namun mencintai bukan berarti harus kembali.

Menjauhi luka adalah pilihan terbaik untuk seseorang yang telah mengalami trauma, dan Lilly memilih pilihan itu.

Dia memilih untuk melepaskan cintanya dan melanjutkan hidup dengan serpihan hati yang masih tersisa.











#To be Continued

Hallo para rebahaners! Apa kalian sudah berdebu menunggu saia?🗿

Ini h-beberapa part menuju ending ya, jadi udah keliatan kan? Mungkin buat masih yg ga terima dan bertanya", ntar bisa nanya pas open QnA di ig🙂

BTW, BESOK O'BRIAN'S HELL bakal di publish di Short Novel ya, jgn lupa baca dan follow gua disono.

Terima kasih sudah mau menunggu author yang suka menghilang di tengah part ini🙏🏻

See u !!!!🥰













Continue Reading

You'll Also Like

782K 50.4K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
2.5M 37.7K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1M 44.2K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
695K 34.4K 51
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...