Secret Admirer

By catatanocta

154K 13.3K 248

Tentang Nala yang menyukai Raskal, teman sekelasnya. Puluhan surat cinta hanya untuk Raskal diam-diam ia leta... More

Prolog
001.
002.
003.
004.
005.
006.
007.
008.
009.
010.
011.
012.
013.
015.
016.
017.
018.
019.
020.
021
022
023
024
025 - END
INFO

014.

4.3K 458 9
By catatanocta

Nala mulai membagikan salinan tugas pada teman sekelasnya satu persatu setelah Pak Andre menutup jam pelajarannya.

Lalu Nala ke meja Jian, memberikan satu salinan padanya.

"Nala, aku minta lebih ya buat.."

"Sudah aku kasih kok."

Jian dan Nala saling menatap.

"Hah?"

Tiba-tiba saja Nala mengambil tempat di samping Jian, tempat yang biasanya Raskal duduk di kelas. Ada kebanggaan tersendiri di mana Nala bisa duduk di bangku yang selalu Raskal dudukin. Rasanya ia ingin duduk terus di bangku itu sampai besok. Tapi itu tidak mungkin.

"Nala,"

Nala terkesiap, ia lupa di sampingnya ada Jian. Nala berdeham, menetralisir kegugupannya.

"Maaf, hmm, begini," Nala berbisik sehingga Jian harus mencondongkan tubuhnya ke dekat Nala supaya ia bisa mendengar bisikan Nala dengan jelas. "Tadi aku ketemu Raskal di kedai Bang Toyib."

Jian diam-diam tercengang, bingung mau beraksi apa karena Jian dan Raskal sepakat untuk tidak menveritakan hal ini pada siapapun kalau Raskal berada di Bang Toyib. Tapi sekarang Nala tahu keberadaannya. Jadi, Jian bingung, ia harus apa sekarang.

Tapi lebih baik, Jian mendengarkan penjelasan Nala dulu. Sambil memikirkan ia harus mengatakan apa pada Nala setelah ini.

"Aku lihat Raskal duduk duduk di sana. Lalu aku langsung kasih salinan tugas Pak Andre buat dia. Aku juga udah bilang akan kasih tahu kamu."

Jian mengangguk pelan. "Baiklah."

"Jian," Nala berbisik lagi. Jian menatap Nala. "Kalau boleh tahu, Raskal, hmm.. dia.. sakit apa?"

Jian termangu. "Itu.."

"Maksudku.. apa ada sesuatu.. padanya? Maksudku.." Nala menelan ludah. Ragu mengungkapkan kecemasannya pada Jian. Takut ucapannya nanti akan menyinggung atau tidak diterima Jian.

Tapi Jian sahabatnya, pasti Jian tahu soal Raskal. Melihat Raskal sengaja bolos dan merokok sendirian membuat Nala cemas.

Bukan soal orang-orang mengetahui Raskal di dekat area sekolah dan merokok.

"Lupakan.. tidak penting.. maaf ya, Jian.."

Pada akhirnya Nala mengurungkan niatnya menanyakan keadaan Raskal. Walau Nala ingin sekali tahu, walau Nala penasaran. Tatapan kosong Raskal tertangkap Nala, pemuda yang ia sukai itu sepertinya tidak sedang baik-baik saja.

Pada saat Nala masuk ke sekolah lagi sambil membawa tumpukan salinan, Nala terus memikirkannya. Memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Raskal sampai pemuda itu bolos dan merokok.

Tapi Nala apa, dan siapa, sampai Nala berani bertanya pada Jian tentang Raskal? Kalau pun Nala jadi menanyakan kekhawatirannya pada Jian, belum tentu Jian akan menceritakannya bukan?

Nala justru berpikir dan memantapkan diri untuk menahan rasa penasarannya, ini bukan urusannya, meskipun hatinya terus mencoba mendobrak pertahanan Nala untuk tidak bertanya pada Jian. Hatinya sedih, cemas, gelisah, tapi sekali lagi, Nala bukan apa dan siapa sampai harus berani menanyakan Raskal ada Jian.

Jian menatap punggung Nala. Bingung. Nala tampak ingin menanyakan sesuatu padanya tapi Nala mengurungkan diri. Jian yakin, Nala ingin bertanya padanya soal Raskal di kedai Bang Toyib. Mungkin ingin menanyakan kenapa Raskal di sana dan tidak masuk sekolah. Terlihat raut kecemasannya di wajah manis itu.

Tapi nyatanya Nala kembali ke mejanya dengan wajah murung. Jian memperhatikan Nala di sana. Lalu terlihat Santa menanyakan sesuatu pada Nala dan mencoba menghiburnya. Gadis itu tersenyum, walau sesaat.

Dengan lamat, Jian memutus pandangannya dan kembali menghadap depan. Memikirkan banyaknya dugaan antara Raskal dan Nala di dalam kepalanya.

Setelah pulang sekolah, Jian harus menanyakan hal ini pada Raskal.

-0-

Ini sudah hari ketiga Raskal tidak masuk sekolah.

Bangku yang selalu Nala perhatikan kosong tanpa penghuni. Di pandangan Nala saat ini, Jian tak terusik dengan bangku kosong di sampingnya.

Berbeda dengan Nala, hati dan tatapannya kosong.

Mungkin ini berlebihan bagi setiap orang yang akan mendengar Nala merasa harinya redup karena mataharinya tak muncul tiga hari ini. Tapi begitulah yang dirasakan Nala.

Bahkan pesan yang ia kirim menanyakan tugas pada Raskal tak ada satu pun balasan yang ia terima. Jangankan balasan, semua pesan Nala tak ada satu pun yang masuk. Sepertinya ponsel Raskal tidak diaktifkan.

Nala menghela napas, mencoba meraup oksigen untuk melegakan hatinya yang sesak. Lalu ia membuka buku di depannya dan menatap lembaran surat untuk ia tulis.

Diam-diam Santa ikut sedih melirik sahabatnya murung selama tiga hari ini. Terakhir Santa mendengar cerita Nala kalau Nala bertemu Raskal di kedai Bang Toyib sambil merokok. Santa cukup terkejut mendengar itu, karena sepengetahuannya ia tak pernah melihat pemuda itu merokok di luar sekolah sekali pun.

Dan hari ini adalah hari ketiga di mana Raskal tidak masuk sekolah, membuat sahabatnya lebih pendiam. Santa yakin pasti Nala mengkhawatirkan Raskal.

Santa mencoba mengibur gadis itu dengan cerita jenaka. Tadi pagi Ayah Santa memberikan celoteh lucu, siapa tahu Nala ikut tertawa.

-0-

Halo, Raskal..

Ini hari keempat kamu tidak masuk sekolah. Apa kamu baik-baik saja? Semoga kamu lekas membaik ya, Raskal.

Aku ingin sekali selipkan surat ini bersama dengan kepingan coklat. Tapi aku takut kamu batuk atau lagi sakit tenggorokan. Jadi kupikir, anyaman bungaku akan membuatmu tersenyum.

Aku tak sabar melihatmu sekolah lagi dalam keadaan sehat.

Dari,

Pengagum rahasiamu.

Nala membaca kembali surat yang ia tulis beserta anyaman bunga di tangannya. Surat tersebut Nala lipat lalu ia mengitari sekitar sambil diam-diam ia masukkan ke dalam loker meja Raskal bersamaan dengan anyaman bunganya.

Berharap surat dan bunganya berhasil menghibur Raskal. Meski Nala tidak yakin karena anyamannya tidak sebagus anyaman yang ia lihat di beberapa tutorial video.

Segera Nala keluar kelas supaya keberadaannya tidak diketahui teman-teman.

Saat langkah menuju kantin sekolah, Nala terpaku melihat segerombolan kakak kelas mengerubungi seseorang di dekat katin. Nala memperhatikan gerak-gerik mereka seolah mereka sedang melabrak seseorang. Ada tindakan pembulian di sana.

Nala tambah terkejut melihat Lea lah yang sedang dibuli kakak kelas. Terlihat kakak kelas tersebut sedang meributkan kedekatan Lea dengan Raskal. Nala tahu kakak kelas yang melabrak Lea saat ini, kakak kelas itu terkenal dengan kesinisan dan keangkuhannya terjadap adik kelasnya, juga mereka dikenal karena mereka terang-terangan menyukai Raskal.

Kini Nala melihat kakak kelas itu mendorong bahu Lea, menyemburkan amarahnya karena Lea terlalu dekat dengan Raskal. Nala ingin sekali menolong Lea di sana, tapi ia tak berkutik karena mereka sangat banyak mengerubungi Lea seperti lalat peganggu.

Suasana sekolah mulai semakin ramai dan hal itu membuat kegiatan pembulian di dekat kantin menjadi pusat perhatian para siswa.

Namun banyaknya pasang mata menyaksikan mereka membuat mereka berkobar menunjukkan kekuasaan. Salah satu kakak kelas ingin menunjukkan kemarahannya pada semua orang yang menyaksikan, satu tangannya naik dan menarik rambut Lea asal hingga Lea meringis kesakitan.

Banyak pasang mata ikut meringis melihat kebrutalan kakak kelas, Nala sudah tak tahan lagi, hendak mendekati mereka namun terhenti ketika Raskal menyeruak dan mendorong kakak kelas tersebut menjauhi Lea hingga terjatuh ke lantai.

Kakak kelas itu mengadu sakit, dorongan Raskal tidak main-main. Tidak peduli dia perempuan atau laki-laki, menurut Raskal tindakannya sudah benar untuk mendorong kakak kelasnya sampai jatuh.

Nala senang melihat Raskal ke sekolah lagi, benaknya mengucapkan syukur.

"Kamu nggak apa-apa?" Raskal mendekati Lea dan membantu menyisir rambut Lea yang kusut. Lea menggeleng dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja, meski tubuhnya menggigil ketakutan.

Tak lama kemudian Jian muncul di belakang Raskal. Melihat keadaan Lea, Jian turut prihatin.

Sementara kakak kelas tersebut langsung kabur, disoraki para siswa dan menyebutnya pengecut. Tapi Nala tak memusingkannya, karena saat ini ia diam menyaksikan kepedulian Raskal terhadap Lea.

Pemuda itu tak segan menyentuh bahu Lea dan merapikan rambut Lea yang tampak berantakan dan halus ketika disentuh. Bahkan Raskal menawarkan dirinya untuk mengantar Lea ke kelasnya dan Lea menyampirkan tangannya ke tangan Raskal. Mengalungnya seakan tangan Raskal adalah tempat teraman dan ternyaman yang pernah Lea temukan.

Nala berbalik, menunduk dan menuju kelas dengan hati teriris.

-0-

Nala merasa telinganya berdengung, sedikit muak mendengar aksi hiroik Raskal menjadi buah bibir hampir seluruh seisi gedung sekolah.

Tapi yang membuat telinga Nala pengang bukan karena alasan tersebut, aksi Raskal memperkuat rumor antara Raskal dan Lea.

Ditambah mendengar kepedulian Raskal yang bersedia mengantarkan Lea menuju kelas gadis itu. Tak tanggung-tanggung, Raskal mengantarkannya masuk sampai di meja Lea.

Santa hanya diam mendengarkan cerita teman-temannya tentang Raskal dan Lea. Memperhatikan Nala murung di sampingnya. Wajah Nala lesu. Padahal jam pelajaran sekolah belum dimulai.

Tak lama Raskal masuk ke kelas dan sontak hampir semua teman-temannya bersorak akan kedatangan Raskal. Raskal memang terkenal berani dengan siapa pun yang berbuat jahat di sekolah. Meski ada beberapa temannya juga menyayangkan aksi Raskal yang mendorong seorang perempuan—bagi mereka Raskal tidak bisa mendorong seenaknya terhadap perempuan.

Tapi pendukung Raskal terlalu banyak. Jadi komentar tersebut tenggelam dengan kalimat kebanggaan pada sosok dingin itu.

Di belakang Nala menatap kehadiran Raskal menuju mejanya. Teman-temannya berbondong-bondong mendekati Raskal, memberikan dukungan penuh atas tindakannya. Mereka tampak senang dan bangga karena Raskal berhasil melawan kakak kelas.

Sementara, Nala, ia hanya terdiam dan melamun. Mengingat rangkulan tangan Lea dan Raskal menyita pikirannya.

Lalu aksi hiroik Raskal disambungkan dengan rumor yang beredar selama ini, teman-temannya menyatukan rumor tersebut dengan perbuatan Raskal terhadap Lea. Teman-temannya memberanikan diri untuk menanyakan status dua insan yang hangat dibicarakan pagi ini.

Di depan sana Raskal tak menanggapi. Dari awal ia memasuki kelas, Raskal merasa tak terusik dengan kebisingan kelas. Pertanyaan dan prasangka teman-temannya sama sekali tak digubris Raskal. Raskal memang tak minat menanggapi dari awal.

Sampai diantara teman-temannya berceletuk asal, namun celetuknya sampai ke telinga Nala.

"Jadi, bagaimana nasib pengagum Raskal setelah melihat Raskal dan Lea tadi?"

"Kalau aku jadi salah satu pengagum Raskal, sudah pasti aku mundur. Lawanku Lea. Udah kalah telak aku."

Nala mendongak ke depan. Benar. Melihat aksi dan kedekatan Raskal dan Lea tadi secara tidak langsung membuat Nala—sebagai pengagum rahasia Raskal—merasa kalah.

Kalah telak.

Surat-surat yang selama ini Nala buat dengan kalimat seindah mungkin, serapi mungkin dan dibuat sedemikian rupa sudah tak berarti apapun melihat kedekatan Raskal dan Lea. Hampir semua siswa dan siswi di sekolah ini mengakui itu. Nama Raskal dan Lea akan selalu disandingkan dan dicocok cocokkan.

Raskal dan Lea--seperti seorang Pangeran yang berhasil bertemu dengan Cinderella-nya.

Sementara Nala, seorang rakyat kecil yang menyaksikan akhir kebahagiaan Pangeran dan Cinderella. Begitulah bunyi dari akhir di sebuah cerita dongeng.

Nala bukan apa-apa.

Dengan ini, Nala memutuskan untuk berhenti menuliskan isi hatinya.

Continue Reading

You'll Also Like

17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
326K 4.3K 8
"Gue tau lo suka sama gue! Tapi gue muak dengan cara lo yang selalu recokin kehidupan gue!" Perkataan pedas yang sangat menggores hati Sofia itu tela...
124K 10.4K 43
"Mbak, mbak kenapa?" tanya Zeendy cukup khawatir. "Bawa saya pergi." "Lahh?" Zeendy bingung. "Saya pengantar paket mbak, bukan tukang ojek," lanjut Z...
579 112 9
Hi, this is my fifth story It's about romantic comedies but later I'll add other genres to make it more fun So, just read on . . let's go to my sto...