GUS AZZAM

By itsnour29

4.7M 285K 44K

[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas... More

Prolog : Gus Azzam
01 - Pertemuan setelah sekian lama
02 - Pesantren Al-Furqan
03 - Kewajiban
04 - Tidur bersama?
05 - Hukuman
06 - Takdir, bukan kebetulan.
07. Sahabat
08. Akish dan Alaska
09. Sakit, Rindu, Alaska.
10. Fitnah dan Jebakan?
11. Di balik kejadian.
13. Hijrah itu lebih baik
14. Cacing Alaska
15. Tahajjud dan cinta nya
16. Aku, kamu, dan salah tingkah
17. Menjadi imam yang baik.
18. Masalalu yang lucu
19. Kecemburuan akan masa
20. Pembicaraan dan Renungan
21. Ada apa?
22. Sebagai Guru
23. Panggilan resmi
24. Bersama dengan nya
25. Kunjungan Mertua
26. Kehilangan di Pasar
27. Kemunculan Sadam
28. Putra Tengah Al-Furqan
29. Kedatangan & Kepergian
30. Pulang atau Pergi
31. Makanan Halal & Haram
32. Tabungan?
33. Beginilah cinta mereka
34. Perasaan Umma
35. Kembalinya Putra Tengah
36. Di balik Bingkai Foto
37. Secara tiba tiba
38. Kabar dan Sebuah Kurma
39. Beberapa panggilan
40. Perempuan yang di temui
41. Ngidam
42. Cerita setelah kerja bakti
43. Meninggalkan Pesantren
44. Pemuda Pemuda Syam
45. Hari Kelahiran
46. Hujan dan Maaf
47. Perihal Sadam
48. Mata yang indah
49. Yang menemukan nya
50. Perempuan perempuan
51. Bertengkar dingin
52. Kembali berdamai
53. Berada di rumah kayu
54. Sebelum pamit
55. Sebuah Tragedi?
56. Pilihan yang mutlak
57. Kedatangan dalam diam
58. Keputusan berpoligami
59. Ada nya bukti?

12. Perasaan yang berlebihan

103K 6.4K 69
By itsnour29

Eyyow. Kembali lagi bersama saya ☺️

Ah ya, tak terasa kita sudah sampai di part 12. Saya terkaget kaget dengan betapa gercep nya kalian semua. Dan saya merasa senang sekalihh 👏

Kalau ada yang mau komen, bisa nihh. Sekali kali gitu, jangan cuma 'next' & 'lanjut'. Apakah bisa ya?

Sementara ini, saya masih suka promosi di tik tok. Tolong, kalian ramaikan ya ges ya ☺️☺️✌️

Tik tok [saya suka spoiler di sini] :
@nourrthe

Instagram saya :
@wp.itsnour29
@nnourshanie

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

"Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa muhammad wa'alaa aali sayyidinaa muhammadin."




Perlahan, keadaan mulai membaik. Suasana di ndalem menjadi terasa tenang ketika terdengar suara Azzam dari dalam kamar nya sedang melantunkan ayat Al-Qur'an nya.

Pria itu tengah membereskan kamar nya di sana. Suara merdu nya yang terdengar, membuat Umma Hansa yang ada di dapur sempat tersenyum, ia hanya bisa menggelengkan kepala.

Tidak ada yang ragu bagaimana nyaman nya memakai kaos hitam bersama sarung di hari hari yang tengah panas. Jika di tanya, Azzam mungkin akan mengakui nya demikian.

Azzam membuka pintu dan dia sejenak berhenti ketika melihat Hana yang sedang asik minum teh di sofa ruang tamu.

"Uhuk!!"

Sontak, Gus Azzam mendekat ketika melihat gadis itu tersedak dan akhirnya batuk. Hana memegangi dada nya karena ia juga terkejut.

"Ah, panas panas!!"


Hana mendongakkan kepala dan memperbaiki posisi hijab nya. "Gus Azzam ini ngagetin tau!"

"Saya tidak tau jika kamu di sini."

Hana kembali batuk walau sekali. Azzam memberanikan untuk duduk di dekat nya dan mengusap punggung belakang nya.

"Sunnah Rasulullah itu, ketika makanan atau minuman masih hangat, jangan meniup nya. Makan dalam keadaan hangat."

Gadis itu mengambil teh nya kemudian meminum nya lagi. Rasanya tidak terlalu panas sekarang, Hana menatap Azzam sembari meletakkan cangkir teh.

"Kamu ke sini tidak memberitahu saya?"

"Aku ke sini di panggil Umma. Abah nanti pulang, aku ke sini buat bantu Umma bikin kue." Mendengar nya, Azzam tersenyum. Tangan nya mengusap kepala Hana.

"Saya pernah memberi kamu tugas surah Ar-Rahman, kamu sudah lancar membaca nya?"

Hana berpikir sejenak, dan menggeleng pelan. "belum lancar banget sih. Tapi lumayan dari biasa nya. Aku di kasih tutor sama Najwa tadi"

"Oh, kamu dengan Najwa dan Syifah sudah baikan?"

"Iya, kata nya ga boleh nyimpan dendam. Allah saja pemaaf," sahut Hana dengan cepat.

"Dari mana kamu dengar?"

"Kamu nanya?"

Hana tertawa, menyentuh hidung Azzam. Pria itu sempat terkejut, "bercanda! Aku baca itu dari salah buku pemberian Bunda. Di sana banyak banget kata kata motivasi, jadi aku baca aja biar ga gabut. Terus nemu kata kata tadi"

Gus Azzam mengangguk kepala. Dia memberanikan diri untuk mendekat dan mencium kening gadis itu.

"Alhamdulillah kalau begitu. Saya senang mendengar nya."

Mendengar itu, Hana memperlihatkan senyum meski tipis. Semburat merah pada wajah dan gestur salah tingkah nya tidak dapat berbohong.

"Oh ya btw, aku denger Gus Azzam ngaji di dalam kamar."

"Lalu?"

"N-ngga, cuma... Dengar aja."

"Manis sekali kamu. Tidak takut jika ada semut yang menggigit?"

Gadis itu sedikit merasa kesal dan mencoba menyembunyikan senyum nya. Dengan sontak, ia memukul pelan paha kanan Gus Azzam di sebelah nya.

"Gus Azzam mah gitu, agak agak nya udah berpengalaman gombal ya? Aku ngga bakal kemakan sama gombalan buaya Gus Azzam"

"Saya tidak yakin dengan ucapan kamu. Kamu saja senyum salah tingkah"

"Apasih. Ngga, ya! Emang Gus Azzam aja yang buaya"

"Buaya buaya begini, saya hanya bisa menggombali kamu, Hana"

"Hana sayang, kamu di mana? Bantuin Umma dulu nih, kamu cicipin kue nya bentar"

Mendengar panggilan dari Umma Hansa barusan sudah terdengar seperti kesempatan bagi Hana sebelum tenggelam ke gombalan buaya milik Gus Azzam.

"Iya, Umma! Hana datang nih!"

Sementara Azzam hanya bisa bersandar di sofa dengan senyum. Sesaat dia baru mengambil nafas, dia melihat Hana keluar dari dapur dengan cepat.

"Gus Azzam, Akish si kucing itu di mana?"

Azzam tersenyum, ia pun berdiri.

"Kamu bantu umma saja. Saya carikan Akish. Mungkin sedang bermain dengan santriwan bersama Zhafran."

Hana mengangguk senang. Dengan langkah bahagia, ia pun kembali masuk ke dapur.

*


"Jadi semua santri sudah tau tentang pernikahan kamu bersama Hana?"

Kyai Zayn menatap Azzam yang baru saja duduk di sebelah nya, pria itu menunduk dan menggenggam tangan nya sendiri.

"Iya, Abah. Semua santri sudah tau. Saya sempat sedih, dan merasa bersalah pada Hana. Harus nya dari dulu, saya memberitahu semua santri." Kyai Zayn termenung diam mendengar perkataan putra sulung nya.

Memang pada awalnya, Kyai Zayn maupun Umma Hansa sedikit tidak setuju saat Azzam ingin merahasiakan status pernikahan nya bersama Hana saat Hana baru menginjakkan kaki di pesantren.

Namun Azzam bercerita, bahwa ayah dan bunda dari gadis itu ingin jika status pernikahan mereka di rahasiakan sementara. Agar Hana bisa merasakan bagaimana kehidupan santri di sana.

"Tapi Abah senang, Hana sudah mulai berubah." Kemudian, Abah tertawa pelan, memukul pelan pundak Azzam.

"Begini saja, gimana kalau kamu ajak dia jalan jalan besok? Kamu kan punya motor. Sekalian healing. Hana pasti rindu sama lingkungan luar."

"Abah mengijinkan?"

"Tentu, nak."

"Abah yakin?"

"Insyaallah, Azzam. Kamu ini kenapa jadi banyak bicara seperti Umma?"

Azzam tertawa, memegangi leher belakang nya. "Tapi kalau soal umma, jangan di tanya. Tidak ada yang menandingi nya."

"Tuh kan, kamu tau. Ya sudah, sudah jam berapa ini. Tidur lah, kasihan Hana di dalam sendirian. Abah juga mau tidur."

Sahutan Abah, membuat Azzam sempat tersenyum malu.

"Ah, Abah jadi ingat masa masa muda dulu saat menikah bersama Umma." gumam Abah sebelum meninggalkan tempat duduk nya, kemudian memasuki kamar nya.

Sementara Azzam sendiri, pria itu baru saja ingin melangkahkan kaki setelah meninggalkan tempat duduk nya. Namun tiba tiba saja berhenti ketika mendengar suara ketukan pintu dari luar.

Tok. Tok. Tok.

Tak lama, Azzam mendekat lalu membuka pintu. Dia cukup terkejut saat melihat Adara yang yang berdiri di sana dalam keadaan menunduk. Gadis itu menggenggam tangan nya sendiri.

"Assalamualaikum, Gus Azzam. Maaf mengganggu."

"Kamu,"

Azzam melihat sekitar, dia sedikit menjaga jarak dengan Adara. "Apa yang kamu lakukan di sini di malam malam seperti ini? Kamu tidak malu jika di jadikan omongan?"

"Gus Azzam, saya tidak bisa tidur malam ini. Saya terpikirkan. Saya ingin meminta maaf pada Gus Azzam karena sudah menyebarkan fitnah itu dengan sengaja."

Adara mendekat dan ingin menyentuh tangan Azzam, namun Gus Azzam langsung menjauhkan tangan nya.

"Maaf, Adara. Saya tidak tau tujuan jelas kamu ke sini untuk apa. Kenapa harus di malam hari seperti ini?"

"Gus Azzam, saya tidak tau jika ternyata Gus Azzam telah beristri. Saya ke sini untuk... meminta maaf"

Azzam mengerutkan alis nya dengan tajam.

"Kenapa kamu bisa melakukan itu kepada Hana? Bahkan mengunci dia sendirian di kamar mandi sampai dia pingsan? Apa maksud kamu?"

"Saya minta maaf, Gus Azzam."

Adara mengepalkan tangan nya perlahan.

"Saya mengaku, saya melakukan hal itu karena saya tuh iri. Hana dengan Gus Azzam sendiri lama berduaan dan sangat dekat. Saya tidak nyaman melihat itu"

"Saya tau, Gus. Saya sudah tau dari awal" Adara kembali melanjutkan sahutan nya.

Tentu, perkataan Adara membuat Gus Azzam terkejut. "Kamu sudah tau dari awal kapan?"

"Saya melihat Hana ketika baru datang menginjakkan kaki di pesantren, dia di antar oleh Ayah nya. Saya mendengar percakapan nya, Gus. Ayah nya menyuruh Hana untuk tidak memberitahu santri santri bahwa dia adalah istri dari Gus Azzam. Saya terkejut mendengar percakapan itu."

"Hati saya rasanya sakit sekali. Saya menyimpan perasaan pada Gus Azzam sejak saya mendengar banyak hal tentang Gus Azzam, dan melihat Gus Azzam sendiri untuk pertama kali nya setelah pulang dari Arab."

Lagi, helaan nafas kasar dari Gus Azzam terlihat. Pria itu sempat menundukkan kepala sembari beristighfar.

"Astaghfirullahaladzim, Adara. Jadi kamu memang sengaja menyebarkan fitnah? Padahal sudah tau Hana adalah istri saya?"

Perlahan, Adara mengangguk.

Adara nampak gelisah. "Tapi, Gus Azzam. Apa salah nya saya menyimpan perasaan kepada Gus Azzam-"

"Adara." Azzam menyela.

"Jelas itu salah. Kamu bahkan sudah tau duluan jika Hana adalah istri saya. Kamu sengaja menyebar fitnah untuk mengotori nama Hana sendiri. Dia tidak bersalah, dia ke pondok ini untuk menerima ilmu."

Adara menyadari, raut wajah dan suara Azzam menjadi lebih serius.

"Tapi, saya seorang manusia biasa. Manusia biasa yang memiliki perasaan. Di mulai dari kagum, hingga menyukai Gus Azzam sendiri. Saya rasa itu tidak salah. Saya hanya ingin Gus Azzam menghargai perasaan saya"

Azzam yang mendengar perkataan itu, terdiam dengan wajah penuh kecewa. Ia menggelengkan kepala nya, kemudian beristighfar kembali.

Astaghfirullahaladzim...

"Adara, pikirkan lah kembali. Jelas, tindakan kamu waktu itu salah. Apa yang telah kamu lakukan, di dasarkan karena iri dan perasaan yang lebih?"

Adara memejamkan mata ketika kepala nya masih dalam keadaan menunduk.

"M-maaf, Gus.. saya tau, saya salah."

"Bagus lah jika kamu ingin mengintrospeksi diri. Saya harap, Allah menakdirkan seseorang yang lebih baik untuk kamu, Adara."

Adara menghapus air mata nya yang sempat lolos. Ia menganggukkan kepala.

Apakah... Ini rasanya sakit hati? Rasanya, di tolak secara halus?

Adara tau, sebenarnya Gus Azzam ingin marah. Namun amarah itu di pendam, mendengar Adara sendiri mengatakan bahwa dia mengaku bersalah.

"Saya, saya akan belajar lebih banyak lagi, Gus! Saya akan berusaha untuk tidak mengulangi nya lagi." Sahut Adara, gugup. Perempuan itu sedikit menjauh.

Azzam tidak mengatakan apapun. Dia hanya merespon dengan anggukan.

"Maaf mengganggu, Gus. Kalau begitu, saya pergi, assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Adara kembali menjauh dan segera berjalan, kemudian berlari kecil meninggalkan ndalem. Alih alih berjalan, sambil menghapus air mata nya yang kembali lolos.

Mungkin, setelah ini, ia akan berubah.



“Janganlah cintamu menjadikan keterlenaan bagimu, dan jangan pula kebencianmu menjadikan kehancuran bagimu."
- Umar bin Khaththab

*

"Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 191)

*

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 6)

Adara itu, cuma tokoh tambahan, mungkin dia akan berlalu di part part kedepannya. Adara muncul, untuk mengingatkan kita ketika menyukai seseorang, cukup menyukai nya saja. Jangan sampai perasaan itu membuat kamu sendiri terjerumus pada perbuatan salah.

Jangan sampai kita seperti Adara ya 👍😅

Saya tunggu vote gercep kalian semuah. Lope lopeeee ❤️🫶

Continue Reading

You'll Also Like

272K 35.5K 67
penasaran gimana kalo 23 bujang dari daerah yang berbeda disatuin dalam project hidup bersama selama 1 tahun ditanah rantau? mulai dari perasaan cang...
2.7M 36K 8
#Rank 1 (21 mei 2018) Darel, pria dengan hati dingin tak tersentuh. Kepribadian yang sangat kejam. Hanya memikirkan satu hal dalam hidupnya, Dia haru...
Hakim By ul

Spiritual

1.3M 75.2K 53
[Revisi] Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Hakim tidak, awalnya tidak. Bahkan saat hatinya berdesir melihat gadis berisik yang duduk satu...
165K 1.9K 3
FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit nakal dan usil. Memiliki masa lalu yang menyeramkan. Tentu setiap orang memp...