[SATU JEJAK ANDA, SUDAH SANGAT BERARTI. Apalagi jika banyak. Beuh]
Jangan lupa follow Instagram :
@wp.itsnour29
@nnourshanie
Tik tok [saya suka spoiler di sini] :
@nnourthe
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
"Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa muhammad wa'alaa aali sayyidinaa muhammadin."
*
Pagi nya. Matahari benar benar telah terbit. Setelah selesai membaca Al-Qur'an dan juga buku buku nya, Azzam merapikan kondisi kamar yang sedikit berantakan.
Pria itu, berusaha untuk tidak membuat suara gaduh, melihat Hana yang tertidur pulas dengan selimut yang menutupi badan nya. Gadis itu, masih sakit.
"Zawjati."
Azzam menolehkan kepala nya ketika selesai berpakaian. Melihat wajah Hana yang sibuk dengan dunia mimpi. Pria itu hanya terdiam berdiri untuk beberapa saat.
"Ah, iya. Saya sudah punya istri sekarang." Gumam nya. Memegangi dagu nya sendiri.
Azzam sempat mengalihkan pandangan ke arah lain. Sesaat, ia tersenyum.
Ia pun keluar dari kamar. Langkah kaki nya menuju ke ruang dapur. Azzam tersadar bahwa umma mungkin sedang menjemur cucian nya di halaman belakang. Itu jelas, bagaimana suara aliran air dan sedikit suara gaduh antara pakaian dan gantungan jemuran.
"Azzam? Kamu ngapain di dapur? Kamu masak?"
Masuk dari halaman belakang, Umma Hansa cukup terkejut ketika melihat kehadiran Azzam yang sedang melakukan sesuatu di dapur. Tepat nya di dekat kompor.
Azzam menolehkan kepala nya. "Hana sedang sakit, Umma. Dia demam"
"Ya Allah, kenapa bisa?"
"Mungkin kepikiran orang tua nya terus."
Umma Hansa hanya mengangguk. Wanita itu mendekat. "biar Umma yang lanjut. Kamu ini kenapa harus di dapur sih?"
Azzam menoleh. "Tidak perlu. Biar saya yang bikin bubur nya. Umma kata nya mau keluar ya? Saya bisa jaga pesantren hari ini. Ah iya, Zhafran kan ada di sini. Bisa bantu bantu juga"
"Kamu yakin? Kamu sendiri di sini bersama Zhafran. Abah juga sedang ada di luar kota."
Pertanyaan itu membuat Azzam tersenyum, ia pun mengangguk. "Iya, Umma sayang."
Balasan Azzam barusan membuat Umma Hansa tersenyum dan memukul pelan pundak anak nya sendiri. Azzam lagi lagi tersenyum manis.
"Ya sudah, ya. Umma keluar dulu. Nanti balik lagi. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Sebelum membiarkan Hansa pergi, tidak lupa Azzam mencium tangan nya. Hansa pun pergi keluar dari ndalem. Dia tidak pergi sendiri. Ada santriwati yang menemani nya keluar.
Beberapa menit berjalan dan bubur sudah siap. Gus Azzam menoleh saat mendengar suara pintu yang terbuka.
Azzam cukup terkejut ketika melihat Hana dengan langkah memelan ke arah meja makan dan duduk di kursi nya. Mata Hana memejam, wajah nya masih terlihat pucat.
Gus Azzam ikut duduk di kursi dan menatap. "Na, kenapa keluar kamar? Baru saja saya ingin membawa bubur ini"
"Aku kepikiran ayah sama bunda terus..."
Melihat air mata nya keluar, Azzam mengusap punggung belakang gadis itu. Hana menghapus air mata nya dengan cepat.
"Aduh, aduh. Gila!" Hana memukul pelan kepala nya. "Aku cengeng ya, Gus?"
"Tidak, Hana. Rindu itu wajar. Rindu itu juga berat. Cukup doakan mereka, itu sudah cukup. Allah sudah pasti melindungi mereka."
Hana terdiam, membiarkan Azzam memperbaiki posisi hijab nya dengan memperlihatkan senyum tipis.
"Mereka pasti bangga sama kamu, Hana. Kamu sudah pandai menutup aurat kamu."
"Gus Azzam jangan gitu ih"
"Memang nya kenapa?"
"Ngga, aku ngerasa aneh aja" balas Hana sembari memalingkan pandangan dan wajah nya. Hal itu membuat Azzam semakin tersenyum.
"Kamu pasti lapar kan? Makan dulu bubur nya, itu buatan saya loh"
Hana tertawa. "Masa?"
"Iya, kamu cobain aja"
"Gus Azzam udah makan?"
"Kenapa jadi bertanya ke saya? Yang sakit kamu di sini"
"Jawab dulu, Gus!"
"Iya, belum. Saya membaca Al-Qur'an dan buku buku sampai matahari terbit. Lalu ke dapur untuk membuat bubur."
"Oke. Kita makan bareng ya?"
"Kita?"
"Iya. Aku ga yakin bisa ngabisin ini." Jawab Hana dengan suara lemah nya. Sempat sempat nya ia tertawa kecil.
"Ya sudah. Saya suapin"
Hana memasang raut bingung, seakan sedikit tidak terima. "Suapin? Ah, ngga mau! Kayak anak kecil aja. Biar aku aja."
Gadis itu kemudian mengambil alih sendok, namun Gus Azzam menjauhkan nya.
Azzam mendekatkan wajah nya. "Kamu mau suapin saya, ya?"
Hana membelakkan mata nya terkejut, kemudian menjauhkan wajah Azzam dengan mendorong pelan jidat pria itu.
"Apasih, Gus! Ga gitu, ya!! Gus Azzam ambil sendok untuk Gus Azzam sendiri!"
Mendengar jawaban itu, Azzam sempat terdiam dan menarik nafas sedalam mungkin. Dia bisa melihat, bagaimana wajah Hana yang pucat tadi, sekarang telah berubah menjadi kemerahan.
"Hana."
"Iya." ketus nya. Tidak ingin menatap Azzam saat itu.
"Kamu lucu. Jika sekarang kamu sedang tidak sakit, sudah sekalian saya memakan kamu dari tadi.
Perkataan Azzam membuat Hana langsung mengambil tindakan untuk mencubit lengan nya. Azzam hanya bisa tertawa, dan berpikir bahwa istri nya ini adalah yang paling lucu sedunia.
•
"Hey, tau Hana ga? Yang kata nya tamu Kyai, aku lihat akhir akhir ini kok sering masuk di ndalem ya?"
"Ih, iya! Kemarin aja aku lihat dia ke ndalem terus ga keliatan lagi! Apa terjadi sesuatu?"
"Kayaknya dia mau deketin Gus Azzam pakai cara kotor! Lihat, dia baru aja keluar dari ndalem. Muka nya langsung pucat ga tuh"
Semua santriwati tengah membicarakan Hana sekarang, melihat gadis itu baru saja keluar dari ndalem, walau kondisi nya masih dalam keadaan sakit. Dia tidak ingin berlama lama dengan Gus Azzam di sana.
Seiring kaki nya berjalan, melewati banyak santriwati. Hana merasa tegang, para santriwati melihat ke arah nya dengan tatapan berbeda dari biasa nya.
Bahkan mereka berbisik bisik. Seakan tengah membahas nya.
Hana tidak berani untuk mengatakan apapun dan langsung saja pergi mendekat ke arah Najwa dan Syifah yang sedang berdiri di sana.
"Mba Hana? Mba Hana dari mana aja? Kok baru keliatan?"
Najwa langsung bertanya seperti itu. Syifah nampak nya sedikit berbeda, nyaris tatapan nya sama dengan santriwati lain yang Hana temui.
"Mba Hana, ngapain aja di ndalem semalaman?"
Tiba tiba saja, pertanyaan Syifah muncul yang membuat hening awalan perkataan Najwa tadi. Hana menatap Syifah.
"Mba, rumor nya udah beredar luas loh. Semua santriwati, bahkan santriwan udah tau ini. Ada yang lihat kamu sering keluar masuk ndalem tanpa tujuan yang jelas. Mba Hana juga ga pernah cerita sama kita."
Tunggu tunggu! Syifah baru saja menyudutkan nya. Tentu saja Hana bingung harus mengatakan apa.
"Mba Syifah, aku ga ngelakuin apapun. Rumor apa sih yang beredar? Aku ga ngapa ngapain"
"Aku, sama Mba Najwa ga nemu kamu kemarin malam. Udah nyari ke kamar tamu, kamu ga ada. Sampai ada yang bilang ke kami kalau kamu itu ke ndalem sendirian dan belum keluar sama sekali. Pas shalat subuh aja, Mba Hana sama Gus Azzam ga keliatan."
"Mba Syifah!" Tekan Hana, alis nya menajam.
"Mba Syifah, aku ga ngelakuin apapun!! Aku lagi sakit jadi ga shalat subuh ke masjid!" Lanjut nya.
"Terus, gimana Gus Azzam? Dia juga ga keliatan" Syifah lagi lagi memberikan balasan.
Sedangkan Najwa hanya bisa diam, tatapan nya juga sedikit berubah. Dia sebenarnya ingin membela Hana, namun dia sendiri tidak memiliki bukti untuk membela nya. Sementara rumor saja sudah beredar luas, dan belum ada pernyataan apapun.
"Mba Hana, semua santri di sini tuh mengerti bagaimana Gus Azzam. Sempat ada yang lihat kamu berduaan sama Gus Azzam berteduh di bawah pohon. Saling tatapan, bicara, itu aneh banget"
Hana menatap ke arah Najwa, memegangi tangan Najwa dengan tatapan memohon, "mba Najwa, aku yakin mba Najwa ga berpikiran seperti Syifah kan? Aku yakin Mba Najwa ga kemakan omongan buruk soal aku."
"Mba Hana, aku juga agak.. kaget sama kamu." Hanya itu yang Najwa katakan. Melepaskan tangan Hana.
"Kalian berdua dengar rumor buruk itu dari mana sih! Kok bisa kalian percaya?" Saat itu, Syifah menghela nafas.
"Gue, gue bilang itu ke mereka"
Ketiga perempuan ini langsung saja menoleh ketika melihat Adara muncul, dan mendekat ke arah mereka.
"Hana. Mendingan, lu jujur aja. Lu suka sama Gus Azzam, terus mau godain dia kan? Gue pernah lihat lu lari lari ke area santriwan, cuma karena kata nya lu di kejar pocong"
Adara tertawa. "Ya ga mungkin juga Gus Azzam orang nya yang berilmu mau mendekati zina. Jadi gue pikir, lu aja yang mau godain Gus Azzam"
Hana mengepalkan tangan nya, "eh, gue ga godain dia, ya!! Enak banget lu bilang gitu ke orang orang!!"
"Ada bukti, loh! Lo aja baru keluar dari ndalem setelah semalaman ga ke keliatan? Rencana lu buat godain Gus Azzam lancar, ya? Sampai sampai Gus Azzam aja ga pergi shalat subuh loh"
Hana mendekat dan mendorong nya begitu saja. Tatapan nya seperti sedang marah.
"Asal lu tau, ya!! Gue ga godain dia! Dan ga ada niatan apapun sama seperti yang lu pikirin! Otak lu aja yang kotor!! Gue ini istri nya Gus Azzam"
Plak!!
Hana memegangi pipi nya yang terasa hangat setelah Adara menamparnya barusan.
"Istri?" Adara mengulang nya
"Istri? Istri nya Gus Azzam? Mimpi nya tinggi banget. Mana mungkin seorang Gus Azzam menikahi perempuan kek lu yang ga jelas ini"
"Lagian ya, selera Gus Azzam pasti bagus. Bakalan berjodoh sama perempuan yang ilmu agama nya juga bagus. Mungkin berjodoh dengan seorang Ning." lanjut Adara.
Hana terdiam dengan kepalan tangan nya. Tatapan nya mengarah ke arah Adara yang berbicara dengan Najwa dan Syifah.
"Udah ya, kalian tuh ga usah deket sama ni orang. Kalian juga ga suka yang namanya zina kan?"
Akhirnya, mereka bertiga pergi meninggalkan Hana yang sendirian di sana. Gadis itu terdiam dan menundukkan kepala nya, menutup wajah nya dengan kedua tangan.
*
Mendengar suara adzan membuat Hana bergerak menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu nya. Menghabiskan beberapa waktu untuk melakukan nya, gadis itu pun selesai.
Namun, ketika ingin membuka kamar mandi, pintu nya tidak bisa di buka.
Alis Hana mengerut tajam.
"Ga bisa di buka?"
Tok.. tok.. tok!! Hana memukul pintu.
"Ada orang di luar?"
Adzan terdengar sudah selesai dan mungkin akan melaksanakan shalat isya pada saat itu juga. Hana tentu merasa panik.
"Oyy!! Ada yang sengaja ngunci pintu kamar mandi kah ini?!!"
Dugh! Dugh!!
"Ada orang?!" Teriak nya kembali. Dia berusaha sekeras mungkin membuka pintu kamar mandi.
Sesaat, suasana menjadi terasa sejuk. Hana memeluk tubuh nya sendiri. Dalam keadaan seperti nya, dia masih demam. Tentu merasa tidak nyaman jika di dalam kamar mandi berlama lama seperti itu.
"Siapa sih yang ngunci pintu!!"
Hana terduduk di lantai dalam keadaan menggigil. Dia mengetuk pintu dari dalam, berusaha untuk berteriak.
"Shh..."
Tubuh nya terjatuh sebab kehilangan keseimbangan. Hana bersandar pada dinding. Dan merasakan lantai yang basah yang membuat nya semakin menggigil. Kedinginan.
"Bunda..."
Dugh! Dugh!!
Upaya untuk mengetuk pintu, kini sudah tak ada gunanya lagi. Tidak ada yang mendengar nya.
Gadis itu, hanya bisa memeluk badan nya sendiri. Air mata nya keluar dengan isakan. Ada banyak lirihan yang keluar dari mulut nya.
"Gimana ini..."
Hana mengusap tubuh nya sendiri agar tetap hangat, namun seperti nya tidak cukup berhasil. "Pintu nya ke kunci. Ngga shalat isya..."
Lagi lagi, air mata nya keluar. Kepala Hana tertunduk. Hanya itu yang bisa ia lakukan.
Kemudian sesaat, ia mendongakkan kepala ketika menyadari bahwa lampu kamar mandi tiba tiba saja mati tanpa sebab. Hal itu membuat nya terkejut. Ia kembali memegangi kepala nya ketika merasa pusing.
"Ah.." ringis nya. Mata nya memejam.
•
Jangan lupa follow dan ramaikan akun tik tok saya juga. Saya suka spoiler banyak di sana, karena masih banyak draft yang harus di perbaiki typo nya 🥲✌️
Oh iya, rencana nya sih saya mau nya up tiga kali dalam satu Minggu (kalau memang vote nya banyak, atau ngga, saya lagi mood awkwk).
Okehh dehh. Tunggu di chap selanjutnya!