Hiraeth [1] โœ“

By qtskles

12.5K 1.1K 40

๐Ÿญ๐—ฆ๐—ง ๐—•๐—ข๐—ข๐—ž ๐—ข๐—™ ๐—ฆ๐—”๐—จ๐——๐—”๐——๐—˜ [ ส™แด€แด„แด‹๊œฑแด›แดส€ส ส™แด€๊œฑแด‡แด… แดษด แด›สœแด‡ แด€แด แด‡ษดษขแด‡ส€๊œฑ] โ ๐™–๐™ ๐™ช ๐™Ÿ๐™ช๐™œ๐™–. ...๐™จ๐™ช๐™ฃ๐™œ๐™œ๐™ช๐™... More

saudade.
introduction
00 the first avenger.
1. PEGASUS
2. russian spy
3. that green guy
4. a soldier and loss
5. the girl with blonde hair
6. the slayer and cold brew
7. the old-fashioned man in coffee shop
8. stark tower is your baby
9. the day we met
10. steve, this is lynn. lynn, this is steve
11. i said kneel
12. are we done in here?
13. i understood the reference
14. blueberries
15. S.H.I.E.L.D dirty secrets
16. you are a monster
17. misunderstood and stupidity
18. chaos and disaster
19. loki escape
20. gloomy day, isn't it?
21. son of a bitch
22. where all the chaos begins
23. all this shit is crazy
24. i'll call this, 'party'
25. that's my captain
26. we won
27. shawarma and farewell
28. lynn and her dark past
29. saturday nights
30. washington d.c
31. farewell, new york
32. 'first love will never end well'. they said
announcement (not new chapter)

bonus! chapter: dr. ellison

185 11 1
By qtskles

A/N: hi readers, this is fis. aku bener-bener minta maaf banget karena selama tiga bulan ini hilang tanpa kabar karena thor sibuk dengan urusan akademik dan pribadi :( jadi sebagai gantinya, thor mencoba membuar chapter tambahan untuk HIRAETH yg ditulis sedikit panjang sebagai permintamaafan thor.

terima kasih sudah menunggu thor untuk upload chapter terbaru. anyway happy reading dan semoga kalian suka yaa. terima kasih sekali lagi <3


enjoy the story!





[STEVE POV] - [A YEAR LATER, DECEMBER 7TH, 2013]

"WINNER!"

Dan, aku menang.

Bersandar lagi ke sofa, menatap santai Lynn yang nampak tidak percaya dengan kenyataan bahwa aku sudah mengalahkannya dua kali dalam permainan basket. dan tentu, aku tahu aku akan mendengarnya mengamuk lagi seperti bayi.

Lynn mengernyit, memandangiku sesaat sebelum raut nya berubah malas. "Oh, jangan menatapku seperti kau berpikir aku akan merengek layaknya anak bayi, Steve."

"Apa? aku bahkan tak melakukan apapun." balasku. "Kau sendiri yang salah menekan tombol joystick."

"Sekarang kau menyalahkanku karena hal itu?" Lynn tersenyum lebar, dahi mengernyit. menunjukkan joystick yang ia cengkram seolah sebentar lagi benda itu akan dilempar kearahku.

Baik, aku akan ambil kesimpulan. jangan pernah menatap santai seorang perempuan, kau akan dianggap melakukan penghinaan terhadapnya.

Lynn mengerang, menaruh joystick di sofa kemudian berjalan mendekati kulkas. aku memperhatikannya, mengambil segelas air putih, kemudian menegak air putih itu habis.

Segera, Lynn menaruh gelas sedikit lebih keras di meja. "Baiklah, begini."

Terdiam, aku menunggunya untuk melanjutkan.

Lynn menghela. "Aku akan membiarkanmu menang hari ini. ...ditambah aku tidak mau terlihat konyol dengan cara bertengkar dengan seorang lansia."

"Ha, lucu. Lynn." balasku sambil mendecak malas. "Harus ku akui humor ku jauh lebih baik darimu. ...sangat-sangat-lebih-baik."

Gadis itu mencemooh, berjalan kembali ke ruang tamu. "Bilang saja kau tersinggung. ...kau sungguh tidak bisa diajak bercanda, Rogers. itu saja intinya." dilanjut ia segera duduk di sofa depan ku.

"Ditambah... game online bukan keahlianku. aku lebih ahli dalam menghitung seberapa banyak waktu kita terbuang untuk bermain." kemudian Lynn nyengir.

Aku menatap malas. "Sekarang aku tanya. siapa yang mengajakku kesini kemudian bertanya apakah aku bisa bermain game online lalu mengajariku bagaimana menggunakan joystick sebelum dia memintaku tanding basket di game?"

Seketika Lynn menatapku tak percaya. membiarkan sunyi menjawab pertanyaanku yang membuatnya membeku.

Sabtu di awal bulan Desember, musim salju mulai menyapa masyarakat di Washington D.C sejak beberapa minggu lalu. apakah badai? syukurlah tidak. hanya terpaan angin dingin yang menusuk tulang rusuk, serta jalanan-jalanan yang tertutup salju.

Sejujurnya, musim ini bisa dijadikan waktu ku beristirahat di kamar Apartemen sambil menikmati coklat panas. sayang, gadis Kennedy yang satu ini menelepon ku dan memintaku menemaninya sore ini.

Tidak, tidak. bukan menemaninya. mendengarkan Lynn mengomel tidak jelas akibat kalah saat tanding permainan basket online.

Tiga puluh menit berlalu. aku duduk menghabiskan sekaleng Bir. keadaan tidak sunyi, sambil ku mendengarkan obrolan Lynn dengan seseorang lewat telpon. gadis itu mondar-mandir tidak jelas, raut nya nampak tidak percaya.

"Kau benar-benar kembali ke Amerika bulan ini? benarkah?"

"Sebetulnya aku kesini hanya untuk liburan natal saja. ...toh, seorang dokter butuh istirahat dari pekerjaannya. ...kenapa kau terdengar begitu kaget?"

"Ya, hanya..." Lynn menggaruk kepala. "Biasanya kau bilang hanya akan berlibur di Namsan karena kau tidak punya uang untuk memesan tiket pesawat."

"Itu terdengar seperti ledekan, Josephine." balas seorang wanita dari sambungan telepon. membuat Lynn tertawa.

Aku mengernyit, sebetulnya siapa yang Lynn telepon sampai-sampai ia bisa memberi ledekan aneh seperti itu?

Butuh lima menit bagi Lynn sebelum ia mengakhiri panggilan tersebut. "Baiklah. ku temui kau disana. ...iya, iya. jangan khawatirkan masalah cuaca. ...dah." kemudian segera mematikan ponsel nya.

Lynn memandangiku yang dibuat terdiam bisu, sebelum Lynn buka mulut. "Oh, maaf membuatmu menunggu. hanya... panggilan mendadak dari seseorang."

"Siapa?" tanyaku. Lynn kemudian berjalan ke sofa dan duduk di sampingku. "Dr. Ellison, dokter pribadi ku. ...kau mengenalnya?"

Aku terdiam. namanya tidak asing di telinga, sepertinya pernah di singgung Nathan setahun yang lalu saat aku masih di New York, tepatnya di pesta milik Stark di Avengers Tower.

Ku mengangguk. "Sepertinya. ...adik mu pernah menyinggungnya saat bicara denganku."

"Bagus." Lynn memukul telapak tangannya dengan tangan kanan yang dikepal. rautnya berubah cerah. "Aku ingin kau ikut denganku untuk bertemu dengannya."

Untuk bertemu dengan, siapa?

Aku kebingungan. kenapa aku jadi di bawa-bawa untuk bertemu dokter pribadinya di saat aku tak punya urusan apapun untuk bertemu atau segala macam hal seperti itu?

Lynn mencemooh. "C'mon, Rogers. you need to meet her. ...she's very friendly, one of my favorite people in my life. ...you'll gonna like her."

"No, I mean," aku tertegun. "I heard she just wanted to meet you."

"Really?" tanya Lynn dengan tatapan memicing. "Bahkan dia tidak menyinggung kata hanya saat tadi bicara. ...jangan beralasan, Steve. ikut saja denganku."

Baiklah, ku akui memang aku lemah dalam beralasan.

Aku menghela. "Alright, okay. ...tapi untuk sekali ini saja." sambil bangkit dari sofa untuk mengambil jaket. Lynn pun ikut bangkit, berkacak pinggang sambil menatapku heran. "Memangnya kenapa sekali saja?"

"Karena itu pertemuan pribadi, bukan?" ku bertanya. "Aku- aku tidak punya hak untuk ikut campur dan mendengarkan percakapan kalian berdua-"

"Kau berlebihan, Steve. sudahlah.." Lynn mengernyi malas, segera mengenakan jaket serta syal nya. "Lagipula, kau sudah tahu nama nya dari Nathan. ...kan?"

Ku terdiam, menatap datar Lynn sambil mengenakan jaket ku. "Terserah kau saja."


[]



[03:45 PM, Constitution Ave. NW]

Kembali dengan ku dan Lynn. dimana kami sekarang? sepuluh menit dihabiskan untuk berjalan kaki dari Apartemen menuju restoran dimana Lynn akan bertemu dengan dokter pribadi nya.

Sebagai catatan, aku melakukan ini karena rayuan Lynn sangat manjur. membuatku berakhir di trotoar bersalju ini, diam mendengarkan dia berbicara mengenai hari Thanksgiving yang aku dan Lynn rayakan beberapa hari yang lalu.

Aku dan Lynn? ya, kami merayakan Thanksgiving di Apartemen nya. bersama Fury, Hill, dan beberapa kolega kami di S.H.I.E.L.D.

"Kalkun nya memang agak gosong saat itu. dan," Lynn terdiam. "Menurutku tetap enak. ...maksudku, aku sudah meracik bumbu se-lezat mungkin. dan syukurlah jika Hill dan Fury menyukainya. ...mungkin tahun depan aku tidak akan memasak kalkun. kau ada ide?"

"Tidak," balasku. "Maksudku- jangan tanyakan aku. ...aku tidak begitu peduli hidangan berat apa saja yang akan dimasak untuk Thanksgiving."

"Oh, jangan bilang kau hanya peduli dengan menikmati hidangannya saja, Steve." Lynn mendecak. dengan cepat aku membalas. "Hei, semuanya aku pedulikan. aku akan berusaha membantu untuk mencari hidangan apa saja. tapi tetap, itu bukan tugasku."

Lynn kemudian berpikir. "Mungkin aku akan coba buat Spagetti atau Pizza. ...ditambah, harga nya tidak begitu mahal seperti membeli kalkun."

Aku mengangguk. "Juga, jangan lupa untuk minumannya. sajikan Wine, Bir, mungkin jus atau susu dingin, atau sekaleng soda. seperti yang dua hari lalu kita-"

"Kau sendiri yang cari." balas Lynn cepat. "'Semuanya aku pedulikan, aku akan berusaha membantu untuk mencari hidangan apa saja'. ingat itu." sambil kemudian Lynn berjalan sedikit cepat, meninggalkanku dengan raut terkejut.

Enam belas menit berlalu, salju mulai turun sedikit lebih deras, angin dingin semakin menusuk walau kami sudah mengenakan baju tebal. langkah cepatku mengikuti Lynn yang sibuk celingak-celingukan mencari restoran dimana ia akan bertemu dengan Dr. Ellison.

Syukurlah tak butuh waktu lama. Lynn dan aku sampai di sebuah kedai besar yang tidak jauh dari jalan raya. kami memasuki restoran, pandangan menuju seluruh pelanggan yang tengah menikmati hidangan yang mereka pesan.

Lynn dan aku segera menaruh mantel di gantungan yang tersedia. gadis di sampingku kemudian memicing, celingak-celinguk mencari meja dimana Dr. Ellison berada. "Dimana dia? ku harap dia sudah sampai lebih dahulu dari kita."

Pencarian tersebut tidak lebih dari beberapa detik. Lynn langsung menemukan wanita yang ia cari setelah wanita tersebut bersiul dan melambaikan tangan dari ujung ruangan. kedua mata Lynn melebar, segera berjalan menuju meja wanita tersebut diikuti aku dari belakang.

Dr. Ellison menghela lega, bangkit dari kursi dan segera memeluk Lynn. "There you are... oh my God, I miss you so much."

Lynn terkekeh, membalas pelukan tersebut. "I'm more than that. ...welcome to Washington D.C, Ellison." setelahnya, ia melepaskan pelukan tersebut.

Dr. Ellison mengangguk. "Terima kasih banyak. ...ngomong-ngomong kau banyak berubah, terakhir kita bertemu setahun yang lalu dan kau sudah memotong rambutmu saja."

"Seperti biasa, aku harus menyamar." balas Lynn. "Ditambah aku malas jika rambutku panjang. ...terlalu sulit bagiku jika sedang bertugas."

Keduanya tertawa dan sibuk bercengkrama. sedangkan aku jadi nyamuk dadakan, berada di belakang Lynn sembari memandangi keduanya dalam diam.

Sebelum kemudian Dr. Ellison beralih pandangan menujuku, sembari menunjuk. "Oh? Lynn, ini.. apakah dia..?"

Gadis di depanku langsung menengok. "Ah... aku lupa memperkenalkan dia padamu. ...ini Steve Rogers, dia rekan kerja ku selama di S.H.I.E.L.D."

"Ah, sebentar. ...kau adalah Captain America, bukan?" Dr. Ellison nampak terkejut. aku mengangguk, mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. "Senang bertemu denganmu, Dokter."

Dr. Ellison tersenyum. "Senang bertemu denganmu juga, Captain. sebuah kehormatan bagiku."

Segera, Dr. Ellison duduk di kursi nya. dilanjut Lynn dan aku duduk di kursi di depan sang Dokter. Lynn menghela panjang. "Jadi, bagaimana kabar mu? sudah lama aku tak menanyakan itu."

Senyum hangat diberi Dr. Ellison. "Aku baik-baik saja. senang bisa berada di Washington D.C, walaupun pesawatku baru mendarat dua hari yang lalu dan aku belum sempat bersenang-senang disini. kau tahu, karena cuaca disini tidak menentu jadi ada badai yang melanda. ...bagaimana denganmu?"

"Sangat baik. akhir-akhir ini aku tidak mengalami sesuatu yang membuatku terbebani. ...semuanya berjalan lancar." Lynn mengangguk. Dr. Ellison kemudian menyesap kopi hangat. "Mungkin karena minggu liburan telah tiba. itu hal yang normal."

Lynn menggeleng. "Tidak, tidak. Fury tidak memberikanku hari libur. aku masih harus menjalankan tugas. ...tapi dia membuat kelonggaran, jadi aku bekerja jika aku benar-benar dibutuhkan."

"Pilihan bagus." Dr. Ellison menaikkan kedua alis. "Kau tahu sendiri jika Fury jarang-jarang memberi kelonggaran pada setiap agen di bawah naungannya."

"Itu karena aku agen favoritnya." Lynn nyengir, menyenggol lengan bahu ku. dahi ku langsung mengernyit. "Benarkah? aku dengar dari dia, aku agen favoritnya."

"Ah, sial. kau tak bisa diajak kerja sama." raut Lynn langsung berubah, menggerutu dan balik menyenggol lengan bahu ku. Dr. Ellison merespon dengan tawa. "Aku bersyukur kau menemukan seorang rekan seperti Steve yang terlalu jujur."

Lynn mencemooh. "Karena itu sifat aslinya."

"Oh, ayolah. jangan tersinggung. aku hanya mengatakan yang sebenarnya." aku tertawa pelan, menepuk bahu Lynn.

Butuh beberapa detik sampai hening memisahkan kami bertiga. namun Lynn bisa menghancurkan sunyi tersebut. "Ah, sebentar. aku lupa ingin pesan makanan." Lynn kemudian bangkit dari kursi. menoleh padaku. "Kau mau apa, ngomong-ngomong?"

Ku menjawab. "Aku ikut apapun yang kau mau."

"Kau serius? ...baiklah. tapi jangan salahi aku jika pesanannya tidak sesuai dengan kesukaanmu, ya." Lynn menunjukku, sembari berjalan menuju barisan pelanggan yang tengah menunggu giliran untuk memesan di kasir.

Kini, tersisa aku dan Dr. Ellison di hadapan. mulutku terkunci, sibuk mencari topik pembicaraan namun tak kunjung ketemu. hingga tak lama, Dr. Ellison melipat kedua tangannya di meja. tatapannya tajam seolah sudah memiliki ratusan pertanyaan yang akan dilontarkan padaku.

"Jadi... Steve? sudah berapa lama kau berteman baik dengan Lynn?" tanya Dr. Ellison. aku terdiam sesaat. "Satu tahun yang lalu. ...tepatnya tahun 2012."

"Ah." Dr. Ellison mengangguk, menyesap kopi lagi. "Berarti tepat saat misi di New York?"

Ku mengiyakan. "Sebenarnya kami pertama bertemu saat aku tak sengaja melihatnya di kedai kopi dekat Stark Tower. dia tengah mengambil footages gedung tersebut, sedang aku tengah sarapan pagi dan menggambar."

"Menggambar?" tanya Dr. Ellison. "Oh, kau menggambar dia?"

Anggukan sesaat aku beri. "Tapi aku tidak memberitahunya."

"Tentang gambarnya?"

"Em."

"Kurasa kau punya alasan pasti kenapa tidak memberitahunya." Dr. Ellison menyeringai sesaat. aku terkekeh. "Entahlah, menurutku... itu adalah sebuah kenang-kenangan. aku tak perlu memberitahunya karena hanya aku yang tahu saja sudah cukup."

Dr. Ellison memicing, memiringkan kepala. "Aku lihat-lihat kau dan dia seperti memiliki hubungan lebih dari-"

"Ah, tidak, tidak. aku- aku tidak memiliki hubungan apapun selain rekan kerja dan sahabat." ku tertawa panik, menggeleng cepat. Dr. Ellison langsung mengangguk, tertawa pelan. "Baiklah, baiklah. aku mengerti. ...nampaknya kau jarang mendapatkan pertanyaan itu. kau tampak gugup."

"Bisa dibilang." tanganku naik menuju leher, menggaruknya sebagai tanda malu. "Entahlah, maksudku, akhir-akhir ini aku sering sekali menemaninya di Apartemen untuk berdiskusi dan bekerja bersama. jadi kami nampak seperti.. em,"

"Berpacaran?"

"Ah, ya. semacam itu." balasku gugup sembari menjentikkan jari. "Tapi serius, kami tidak memiliki hubungan lebih dari teman. hanya seorang rekan kerja sekaligus partner tim selama bertugas di S.H.I.E.L.D."

Dr. Ellison tertawa renyah. "Yah, baiklah. aku mengerti. ...aku hanya senang saat tahu kalian berdua bisa berteman baik."

Aku tersenyum. "Terima kasih. aku juga berusaha untuk bisa jadi rekan yang baik baginya. ...maksudku, aku harus jujur. awalnya lumayan sulit bagiku untuk bisa bergaul dengannya."

"Itu hal mudah yang bisa kau lalui. kau hanya butuh mengenal dia lebih jauh." Dr. Ellison membalas. "Lynn memang menahan dirinya untuk bisa berteman luas dengan siapa saja. karena itu bisa mengganggu keadaan dia sekarang."

Ku mengernyit. "Tidak percaya pada siapa saja?"

"Exactly." Dr. Ellison menjentikkan jari. "Lynn sering bertemu dengan orang yang salah selama dia kuliah dan bekerja. identitas nya sebagai pembunuh hampir terbongkar karena orang-orang bajingan di luar sana."

"Itu mungkin rahasia umum sebetulnya." balas ku. sesaat Dr. Ellison terdiam. "Did Nathan Kennedy tell you?"

"What?"

"Her mental instability?"

"Ah," ku mengangguk. "Dia memberitahuku karena aku bertanya lebih dulu. ...saat kejadian di New York, sebelum kami masuk ke medan perang, aku melihatnya menegak dua pil obat yang awalnya ku sangka adalah obat penenang. ...ketika aku tanyakan pada Nathan, dia menceritakan kenyataannya padaku. juga tentang kau yang mendiagnosa-nya."

Dr. Ellison tersenyum datar, menghela panjang. "Sebetulnya aku khawatir terhadap bagaimana dia bisa bertahan. ...aku sering melihat berita tentang Lynn di internet, banyak sekali orang-orang yang merendahkannya hanya karena tragedi dua puluh tahun lalu. mereka memaki, menghina, menganggap bahwa kematian kedua orang tua nya adalah kesalahannya."

Aku tersenyum datar. "Nathan juga menceritakan itu padaku. ...awalnya aku tak percaya, kukira dia tidak bersungguh-sungguh. namun dua hari setelah pesta malam itu, aku kembali ke Apartemenku dan mencari setiap berita mengenainya di Internet."

"Dan kau mendapatkannya?"

Aku terdiam, mengangguk. "Sangat banyak. ...mengerikan. ...aku temukan secara anonim rekaman detik-detik pembunuhan, foto-foto otopsi Joshua dan Eva, serta berkas-berkas berisi dugaan dan bukti pembunuhan mereka berdua. semua bukti tidak diketahui karena sidik jari saja tidak ditemukan. ...dan Lynn menjadi saksi karena dia satu-satunya yang melihat secara jelas pembunuhan tersebut. dia disalahkan, tapi karena alasan yang konyol."

"Dan itu sebabnya akan ku anggap bahwa tuduhan atas Lynn adalah pilihan terburuk yang sebuah negara lakukan bagi warga nya sendiri." balas Ellison cepat. "Percaya-atau-tidak, Lynn sudah dianggap mati oleh pemerintah Korea Selatan. ...'seorang malaikat yang seharusnya menyelamatkan dua jiwa yang mulia namun jatuh ke neraka karena dosa-dosanya yang tak diampuni oleh Tuhan'."

Dahi mengernyit dalam sebagai jawaban dariku. "Mereka memanggilnya seperti itu?"

"Ada yang jauh lebih parah dari panggilan itu, Steve." sesapan kopi Dr. Ellison ambil kembali. "Keluarga Kennedy benar-benar dipandang besar pada tahun-tahun tersebut. kematian Joshua dan Eva membuat seluruh media dunia menyorot Lynn karena ia merupakan saksi yang melihat pembunuhan tersebut dengan jelas. ...tapi sebaliknya, ia disalahkan karena dianggap tidak bisa menyelamatkan orang tua nya."

"Itu masih tidak masuk di otakku. bukankah saat itu ia masih berusia sepuluh tahun?"

Dr. Ellison mengangkat bahu. "'The world is not a place for someone who is weak. ...when someone's born in a family full of strength, that person should be able to protect his or her family'. ...itu kata-kata yang diungkapkan oleh salah satu Menteri Korea Selatan saat pidato di pemakaman Joshua dan Eva."

Seolah kerutan di dahiku tidak memudar, raut ku menggambarkan ketidakpercayaan.

"Tidak masuk akal, bukan?" Dr. Ellison mencemooh. "Sayangnya, hal itu semakin diperburuk ketika pidato tersebut tersebar dan masuk ke Amerika Serikat. banyak dari mereka yang mempercayainya. ...and I have to admit, that's a whole horse shit."

Aku pun merunduk, memijat dahiku. rasanya berat walaupun semua cerita itu tidak di alami oleh ku. helaan berat ku buang. "Apa itu jadi alasan kau memberikannya serum?"

"Bukan aku yang menginginkan, keluarga Kennedy yang meminta." jawab Dr. Ellison. "Aku memegang beberapa serum Super Soldier yang dibuat Howard Stark sebelumnya. dia memintaku untuk merahasiakan karena besar kemungkinan setiap pemegang serum akan dipastikan terbunuh karena menjadi buron beberapa organisasi gelap yang mengincar."

"Howard Stark?" aku mengernyit. "Apa dia juga bernasib sama sepertimu?"

Dr. Ellison menggeleng. "Entahlah, tapi bisa saja ada kemungkinan. ...kau Captain America, kau juga pengguna serum yang sama seperti dia. kau tahu pasti banyak konspirasi yang mengelilingi serum tersebut."

Aku mengangguk. "Itu benar."

"Yang jelas, keluarga Kennedy mengetahui bahwa aku memegang serum Super Soldier. mereka kemudian meminta Lynn untuk disuntikkan karena berharap serum tersebut dapat membawa Lynn untuk menemukan siapa pembunuh dari Joshua dan Eva." tutur Dr. Ellison.

Tatapan ku kembali heran. "Apa itu sama saja seperti memanfaatkan dia?"

"Tidak, mereka tidak memanfaatkannya." Dr. Ellison menjawab. "Lynn yang mengubah nasibnya sendiri, dia setuju mengambil kesempatan tersebut. ...itu sudah belasan tahun yang lalu dan aku tidak habis pikir mengenai dia yang memilih mengambil jalan bunuh diri. padahal dia tahu dia masih sangat muda untuk semua ini. ...dan tak bisa dipungkiri, dia lakukan ini demi harga dirinya dan harga diri keluarganya."

Bahkan semangat untuk menanyakan pertanyaan saja sudah habis, aku hanya diam dan menghela berat setelah mendengar seluruh cerita dari Dr. Ellison tentang Lynn.

Beberapa menit setelah percakapan ku dan Dr. Ellison, Lynn tiba dengan membawa papan saji dengan makanan dan minuman pesanannya, diserta senyum tergores di bibirnya. "Ah, akhirnya. maaf karena sedikit lama, tadi aku menunggu makanannya siap lebih dulu."

Ku menggeleng. "Tidak apa-apa. kau tidak begitu lama." sembari Lynn menaruh dua gelas kopi. aku mendongak kearah gadis tersebut. "Kau pesan apa memangnya?"

Lynn menaruh dua piring dengan hidangan makanan. "Fish and Chips, and coffee. ...pilihan di menu terlalu banyak, jadi aku cari yang cepat untuk disajikan. tidak apa-apa, bukan?"

"Hm, lebih dari cukup." aku tersenyum, segera mengambil pisau dan garpu. sedang Lynn kembali duduk disampingku, bersiap menyantap sajian siang ini. "Oh, by the way, what were you guys talking about? ...tadi aku lihat kalian dari sudut ruangan, kelihatannya seru sekali."

Aku tersenyum getir, menelan daging ikan yang sekarang rasanya sedikit hambar. Dr. Ellison pun ikut memberi senyum getir pada gadis di depannya itu. "Hanya sedikit perkenalan dan bagaimana dia bisa bertemu denganmu."

"Ah, benarkah? seharusnya tadi aku duduk disini, banyak hal yang ingin aku ceritakan padahal." Lynn terkekeh, menyesap kopi pesanannya.

Ku berbalik dari menoleh kearah Lynn, senyumku perlahan memudar. ya,'kelihatannya seru sekali'. mungkin untuk dia yang tidak tahu apa yang sebetulnya kami bicarakan.



[]


Satu jam berlalu, seluruh obrolan manis dengan pahit yang terselip diam-diam akhirnya selesai. perut telah terisi penuh dengan makan siang, berakhir dengan aku, Lynn dan Dr. Ellison yang keluar dari kedai dan sudah mengenakan jaket tebal.

"Yah... hari ini menyenangkan." Lynn menarik kedua lengan keatas, membuang nafas panjang. "Aku senang untuk apa yang kita lakukan hari ini."

"Pun begitu untukku." Dr. Ellison menyelempang tas nya di bahu. "Kurasa akan banyak pembicaraan selanjutnya jika kita punya kesempatan bertemu lagi."

Lynn mengangguk. "Semoga tahun depan kita bisa melakukan ini lagi."

"Oh, dan jangan lupa ajak Steve pula." Dr. Ellison melirikku yang langsung terkejut dan terkekeh canggung. Lynn pun merespon dengan tawa. "Baiklah, baiklah. ...itu pun jika ia tidak mencari alasan."

Dr. Ellison kemudian menepuk bahu ku. "Ah, tidak perlu canggung. toh, kau sahabat dekat Lynn. aku bisa mempercayaimu untuk melindunginya. ...jangan segan untuk bicara padaku jika ada sesuatu yang terjadi pada Lynn."

"아... 그럼 그가 나에게 일어난 일을 계속 보고할 것이라는 말씀이신가요? 공간을 , 엘리슨... (Aih... jadi maksudmu dia akan terus melaporkan apa yang terjadi padaku? berikan aku ruang sedikit, Ellison...)" Lynn langsung menggerutu, memicing kearah Dr. Ellison yang tertawa pelan.

Ku mengangguk. "Akan ku usahakan sebaik mungkin. ...sekali lagi, terima kasih." kemudian menjulurkan tangan untuk berjabat tangan dan membungkuk.

Segera, Dr. Ellison membalas jabatan tangan tersebut. "Seharusnya aku yang berterima kasih karena kau bisa jadi rekan dan sahabat yang baik untuk Lynn. aku berutang padamu, Captain."

Dr. Ellison kemudian menghampiri Lynn, segera melebarkan kedua tangan dan memeluknya. "C'mere, sweetheart. ...I'm gonna miss you so much."

Lynn tersenyum kecil, membalas pelukan hangat tersebut. "I'll try to make time to call you or send messages and mails during the holidays. ...thank you once again, Ellison."

Keduanya segera melepas pelukan. setelahnya, Dr. Ellison segera melangkah menjauhi kami. melewati jalan raya yang lumayan padat, dan perlahan pergi dari pandanganku dan Lynn.

Gadis disampingku menghela, tersenyum memandangi bayangan Dr. Ellison yang menghilang. "Dia baik, bukan? ...aku senang kau bisa mengenalnya."

Ku mengangguk, menaikkan alis. "Mungkin aku tidak akan menolak lagi jika harus mengabari kondisimu setiap saat."

"Ah, kau saja yang suka cari alasan." Lynn menyenggol bahuku, membuatku terkekeh. "Yah, maksudku, banyak hal yang ia ceritakan padaku tentangmu. dan ku hanya memikirkan satu hal setelah pembicaraan tersebut."

"Huh?" Lynn mengernyit. "Tunggu, apa yang ia bicarakan tentangku?"

Ku tersenyum, menoleh kearah lain sembari mengambil langkah menjauh dari kedai. "Bukan apa-apa."

"Ah... beritahu aku..." Lynn langsung menggerutu, menyusulku sembari terus menyenggol bahuku. "Steve, ayolah... jangan lakukan ini... apa dia menceritakan tentang kejadian memalukanku? tentang saat aku masih kuliah? ayo, Steve... katakan..."

Tawa pelan ku keluarkan, meliriknya yang masih terus menggerutu seperti anak kecil, memohon agar aku buka mulut dan menjelaskan semua yang telah diceritakan Dr. Ellison satu jam yang lalu.

Aku tahu, ia mengharapkan seseorang bisa menariknya dari kubangan rasa pahit yang menenggelamkan dirinya selama ini. keinginan yang cukup membuatnya berpikir bahwa itu semua tidak mungkin terjadi.

Namun jika dia bertanya jika aku akan bersedia menyelamatkannya, maka aku akan menyelamatkannya.

END.

Continue Reading

You'll Also Like

17.9K 2.6K 20
[BOOK ONE OF THE LOST SERIES] Captain America : The First Avenger X Reader "She's from another universe!" Bagaimana perasaan Y/n ketika ia terbangun...
6.5K 598 39
๐Ÿฎ๐—ก๐—— ๐—•๐—ข๐—ข๐—ž ๐—ข๐—™ ๐—ฆ๐—”๐—จ๐——๐—”๐——๐—˜ [ ส™แด€แด„แด‹๊œฑแด›แดส€ส ส™แด€๊œฑแด‡แด… แดษด แด„แด€แด˜แด›แด€ษชษด แด€แดแด‡ส€ษชแด„แด€: แด›สœแด‡ แดกษชษดแด›แด‡ส€ ๊œฑแดสŸแด…ษชแด‡ส€ ] โ๐™ข๐™–๐™–๐™›๐™ ๐™–๐™ฃ ๐™–๐™ ๐™ช ๐™Ÿ๐™–๐™™๐™ž ๐™ข๐™š๐™ง๐™š๐™ฅ๐™ค๐™ฉ๐™ ๐™–๐™ฃ๏ฟฝ...
21.7K 3.5K 53
Seseorang pernah berkata bahwa "Cinta selalu bisa sembuhkan luka", tapi itu sangat tak berarti untuk james dan rosie. Cinta membuat keduanya terluka...