Hiraeth [1] โœ“

By qtskles

12.5K 1.1K 40

๐Ÿญ๐—ฆ๐—ง ๐—•๐—ข๐—ข๐—ž ๐—ข๐—™ ๐—ฆ๐—”๐—จ๐——๐—”๐——๐—˜ [ ส™แด€แด„แด‹๊œฑแด›แดส€ส ส™แด€๊œฑแด‡แด… แดษด แด›สœแด‡ แด€แด แด‡ษดษขแด‡ส€๊œฑ] โ ๐™–๐™ ๐™ช ๐™Ÿ๐™ช๐™œ๐™–. ...๐™จ๐™ช๐™ฃ๐™œ๐™œ๐™ช๐™... More

saudade.
introduction
00 the first avenger.
1. PEGASUS
2. russian spy
3. that green guy
4. a soldier and loss
5. the girl with blonde hair
6. the slayer and cold brew
7. the old-fashioned man in coffee shop
8. stark tower is your baby
9. the day we met
10. steve, this is lynn. lynn, this is steve
11. i said kneel
12. are we done in here?
13. i understood the reference
14. blueberries
15. S.H.I.E.L.D dirty secrets
16. you are a monster
17. misunderstood and stupidity
18. chaos and disaster
19. loki escape
20. gloomy day, isn't it?
21. son of a bitch
22. where all the chaos begins
23. all this shit is crazy
24. i'll call this, 'party'
25. that's my captain
26. we won
27. shawarma and farewell
28. lynn and her dark past
29. saturday nights
31. farewell, new york
32. 'first love will never end well'. they said
announcement (not new chapter)
bonus! chapter: dr. ellison

30. washington d.c

202 25 1
By qtskles

A/N: hi readers, this is fis. gmn kabar kalian? semoga hari kalian bagus dan kalian baik2 aja. seperti biasa, seminggu author akan posting 2 chapter. selamat membaca dan semoga kalian suka <3

enjoy the story!




[AU POV] - [A MONTH LATER]

Siang hari bolong, musim panas yang menyengat. sebulan berlalu tanpa disangka-sangka, kalaupun bisa dihitung hari. pun itu masih belum bisa dipercaya.

Itu yang dipikirkan pria yang menghabiskan waktu untuk bekerja, liburan, bekerja dan liburan. Steve berada di kantor S.H.I.E.L.D dikarenakan dirinya yang tiba-tiba dipanggil seorang agen yang dikirim Fury.

Sembari berjalan dari lantai ke lantai, Steve bertanya pada agen yang dikirim tersebut. "Maafkan aku tapi, kenapa aku dapat panggilan mendadak dari Direktur? apa... ada misi yang harus ku kerjakan?"

Agen pria itu sama sekali tak menoleh. "Nanti kau akan tahu semuanya dari dia." dan melangkah menaiki tangga. "Direktur Fury tidak hanya memanggilmu, agen Josephine juga sempat menghadap Direktur."

Agen Josephine? Steve bergeming. ia mulai mengingat lagi, pemilik nama Josephine itu. sebulan yang lalu, jembatan Brooklyn.

-

"Aku..." Lynn tercekat akibat tangis, beralih memandangi sungai. "Aku banyak merahasiakan sesuatu, termasuk mimpi buruk itu. mimpi yang... kadang aku berpikir aku pantas mendapatkan semua ini hanya karena yang di atas sana ingin mengujiku. ...tapi mungkin ini sudah kelewatan."

Ada keheningan diantara mereka, sisa hembusan angin penuh sedih menerpa. Steve menghela. "Mungkin agar kau semakin kuat. ...semua yang terjadi pasti memiliki alasan. kadang hanya menunggu alasan itu datang."

"Alasan apalagi, Steve..?" Lynn merunduk. "Alasan agar aku bisa di tuduh satu dunia sebagai pembunuh hanya karena aku tak bisa menyelamatkan keluargaku?"

"Alasan agar kau bisa bertahan dan bisa berdiri disini sampai sekarang." balas Steve cepat, tersenyum. Lynn terdiam, keduanya saling memandang dalam satu sama lain. Steve melanjutkan. "Mungkin tanpa latar, kau tak akan jadi siapa-siapa."

Lynn mengernyit. "Sungguh?"

"Ya." Steve mengangguk singkat. "Semua di dunia ini lahir dengan latar belakang. kau jadi seperti ini karena latar tersebut, itu tak masalah. ...selama kau bisa merelakan, memperbaiki apa yang seharusnya kau perbaiki, kau... akan tetap jadi seseorang yang sama."

Lynn mengernyit terkejut, makin deras air mata nya. mendengar kata-kata yang tak ia duga dari seorang Steve Rogers yang baru dia temui beberapa minggu lalu, itu sebuah anugerah.

Dia harus mensyukurinya.

-

Lamunan lama membuat Steve tak menyadari langkahnya berhenti dengan sendirinya di tujuan. di depan pintu dengan plat bertuliskan 'Director Nicholas J. Fury'. Steve tersentak saat sang agen mengetuk pintu tersebut.

Hingga pintu terbuka, tampak Fury dengan tampang datar. Fury lalu berjabat tangan dengan Steve. "Oh, Captain Rogers. terima kasih sudah menyempatkan waktu datang kesini."

"Sama-sama, pak." Steve tersenyum. Fury beralih melihat sang agen. "Kau bisa pergi sekarang, terima kasih."

Sang agen membungkuk, pergi berlalu. sedang Fury mengajak Steve masuk ke ruangannya.

"Jadi begini."

Fury duduk, menaruh beberapa berkas S.H.I.E.L.D di meja, di depannya ada Steve yang menunggunya untuk bicara.

"Sudah 1 bulan sejak tragedi New York. Avengers, ...mendapat banyak apresiasi dari masyarakat dunia. walau ada beberapa orang yang kontra dan membenci, termasuk pemerintah dan dewan keamanan." tutur Fury. "Mungkin akan sulit bagi para regu termasuk kau sendiri."

Steve mengangguk. "Tentu."

Fury terdiam. "Aku sudah lihat set rekaman untuk Midtown School, aku suka dengan tema video nya." sambil mengernyi, seolah menahan tawa.

Tentu Steve tahu Fury sedang menahan tawa, ia hanya memberi respon senyum getir. "Ya, terima kasih."

Kemudian, Fury membuka berkas S.H.I.E.L.D dan menunjukkannya pada Steve. "Ada beberapa hal yang harus kau tahu. kau mungkin.. tak akan terus bekerja di New York untuk waktu yang lama, ditambah... kami sudah menaikkan pangkat mu ke level 8."

Steve meraih berkas yang merupakan CV S.H.I.E.L.D miliknya dan surat mutasi tempat kerja. ia mengernyit, saat membaca isi surat yang menyatakan dirinya akan dipindahkan dari New York.

Menuju Washington D.C.

Rogers mengernyit. "Aku.. dipindahkan ke Washington D.C? ...untuk apa?"

"Ini yang ingin ku jelaskan. ...setelah tragedi New York, kami memilih menaikkan jabatan mu sebagai penasihat S.H.I.E.L.D. serta, pekerjaan mu kami pindahkan ke 1 dari 3 markas besar kami, The Triskelion. ...jadi hingga seterusnya, kau akan bekerja disana. beberapa proyek kami juga akan dipindahkan ke Washington."

Steve masih mengernyit. "Maksudmu, ...aku akan tinggal disana juga?"

Fury mengangguk. "Semua itu akan kami urusi. transportasi, tempat tinggal, ...kau tak perlu khawatir. jika kau keberatan, beritahu aku segera. ...aku tak punya banyak waktu, aku juga harus mengurusi perpindahan ku ke Washington."

"Tidak, aku tak keberatan." balas Steve. "Tak masalah."

"Bagus. berarti kita sepakat." Fury mengambil berkas dari Steve. "Ada yang ingin ditanyakan?"

"Nampaknya." Steve bertanya-tanya. "Aku dengar dari agen yang kau kirim itu. ...Lynn. dia sempat dipanggil untuk menghadap padamu. apa dia juga dipindahkan?"

Fury mengangguk. "Ya. Agen Josephine dipindahkan ke Washington D.C karena beberapa kasus yang harus ia selesaikan. jabatan nya sama dengan mu, dan kami merekomendasikannya untuk menjadi partner mu selanjutnya."

"Partner- apa?" Steve terkejut.

Menuruni tangga, jalan yang sedikit lebih cepat. menuju lobi markas yang ramai. Steve merunduk, berusaha menutupi wajah nya. pikiran yang penuh, ia terus memikirkan perbincangannya dengan Fury beberapa menit lalu.

-

"Partner- apa?" Steve mengernyit terkejut. "Dia akan jadi pasangan-ku?"

Fury mengangguk. "Hanya jika tugas-tugas berat yang membutuhkan bantuan dan rekan. ...jangan begitu panik, aku tahu kau sedikit canggung untuk bekerja dengan wanita."

"Tidak juga." Steve menggeleng ragu.

Fury terdiam. "Tenang, Rogers. Lynn adalah orang yang fleksibel jika bekerja dengan siapapun. hanya... dia tertutup dengan rekan-rekan nya. ...itu selalu terjadi jika dia jadi kapten, satu tim selalu tegang karena sikap nya yang tegas dan serius."

Sekali lagi, Steve terkejut. "Lynn? ...pernah jadi kapten?"

Fury bersandar, kedua lengan di dada. "Kau sejak tadi terkejut terus. ...begini saja. coba kau urusi semua ini dengan Lynn, berdiskusilah dengan dia. ...kau akan terbiasa dengan sikapnya yang kadang suka berubah-ubah itu."

Steve kemudian bangkit dari sofa. "Dimana dia sekarang?" disaat Fury ikut berdiri, membawa berkas S.H.I.E.L.D "Ruang pelatihan, lantai bawah tanah."

-

Melewati lorong panjang yang akhirnya membawa Steve sampai di ruangan yang telah dikatakan Fury. Steve kemudian melakukan pemindaian sidik jari, membuka pintu ruang pelatihan.

Suara tembakan menggema, puluhan badan peluru jatuh berserakan. bidikan sempurna dilakukan Lynn. tak sadar bahwa dirinya diperhatikan Steve dari lantai atas, melihat dari kaca besar ruangan.

Steve mengambil ponsel di saku, mengirim pesan menuju Lynn.

Tembakan masih dilakukan Lynn, berulang kali mengenai angka bidik sepuluh. hingga notifikasi ponsel menghancurkan fokus nya. Lynn berhenti menembak, mengambil ponsel di saku dan mengecek notifikasi pesan yang ternyata dikirim Steve.

Steve Rogers: 'Cek ruang persenjataan, bisa kita mengobrol sebentar?'

Lynn segera mendongak, melihat Steve yang menggenggam ponsel sambil memandanginya. Lynn segera membuka Ear Protection, menarik tuas pistol, kemudian memberi kode untuk menunggu.

"Pasti Fury yang mengatakan keberadaanku."

Lynn mengenakan jaket, berjalan bersama Steve keluar dari ruang pelatihan menuju koridor. Steve menghela. "Yah, aku yang menanyakan keberadaanmu."

"Kau ingin bicara apa?" tanya Lynn. "Hampir bidikan ku berganti kearahmu karena notifikasi pesan itu."

"Kau tak akan berani menembakku."

"Aku tak perlu izin untuk membunuhmu." Lynn menaikkan bahu. ada hening sejenak sebelum Steve balik bicara. "Tentang surat mutasi kita ke Washington D.C. kau... mendapatkannya juga, kan?"

Lynn mengernyit. "Kita? ...ah benar, kau juga di minta menghadap padanya. ...yah, aku dapat surat itu. nampaknya mengejutkan, tapi tak begitu saat Fury bilang jika aku ada kasus pula setelah keberangkatan ku kesana."

"Kasus apa?" Steve bertanya saat mereka sampai di depan lift. Lynn menekan tombol panah atas, tak lama menunggu hingga pintu lift terbuka. "Pembunuhan. ...tak banyak informasi yang diketahui tentang kasusnya. aku dan regu STRIKE akhirnya turun tangan."

"Kau akan begitu sibuk berarti." balas Steve saat Lynn menekan tombol lobi lift. membawa mereka menuju lantai utama markas.

Kedua lengan Lynn di dada, bersandar di handle. "Kemungkinan kau memiliki banyak misi pula setelah dipindahkan. Washington D.C adalah tempat mu mengambil kesempatan jadi bintang lagi setelah membeku."

Steve mendesis. "Akan jauh lebih sulit bagiku untuk beradaptasi. ...hanya itu yang sedang ku sibukkan. orang baru, kota baru, semua yang sudah berubah."

Lynn mengibas tangan. "Relax, no one will kick your pretty ass just because you have a hard time adapting to them. anyway, coffee?" sambil menyodorkan kopi yang ia bawa sejak tadi di ruang pelatihan.

Steve bergeming heran. tepat saat pintu lift terbuka. menunjukkan lobi markas yang agak ramai.

Segera Rogers dan Lynn kelur lift, berjalan menuju pintu gedung. masih berbincang tentang perpindahan mereka.

"Kau pernah jadi kapten, bukan?" Steve bertanya membuat Lynn menoleh. "Hm? ...Ya, beberapa kali saja. jika Fury meminta ku bertugas dengan beberapa agen S.H.I.E.L.D, aku yang akan memimpin. ...ku harap Fury tak bilang tentang sifat ku yang membuat satu tim tegang."

"Dia memberitahuku."

"Screw him." Lynn memutar kedua mata. "He thought the way I treated my team to be tense was terrible. ...asserting it wasn't wrong."

Sesampainya di pintu lobi, keduanya berbalik menatap satu sama lain. Lynn melanjutkan. "Atau jika aku keras berarti aku hanya khawatir terhadap para regu. ...I'm a sweet person, y'know?"

Steve menatap malas. "Baiklah, harus ku akui itu. kau akan pulang setelah ini?"

"Ya, ...sepertinya?" Lynn melihat sekitar. "Karena kau sudah mengajakku mengobrol, dan aku terlanjur keluar membawa tas kerja jadi... ya. aku pulang. ...mungkin membereskan barang-barang yang akan ku bawa untuk keberangkatan."

"Kapan?" tanya Steve. Lynn lalu mengecek kalender di ponsel. "Besok."

Steve mengernyit. "Itu terlalu cepat."

"Steve, kita hanya singgah beberapa waktu. bukan selamanya." Lynn membalas, ikut mengernyit. "Aku ingin mencuri waktu. kali-kali aku ada urusan mendadak dan jadi tidak sempat membereskan barang-barang ku di apartemen baru, itu trik pintar."

Lynn segera keluar dari gedung. tapi sebelum itu, ia berbalik. "Oh ya, kalau kau ingin menitipkan kardus barang, kirim pesan padaku. ...aku akan ke Apartemen mu secepatnya. dah, partner." kemudian balik pergi berlalu.

Partner, kata itu lagi.



[]



[10:30 PM]

Menaruh barang yang akan ia bawa di lantai, berceceran berantakan. Steve mengusap dahi nya yang berkeringat, puluhan pakaian ia masukkan ke koper besar. sebenarnya tak membantu, ia butuh tas atau koper lagi.

Sejujurnya, ini merepotkan. pikirnya, akan lebih mudah membawa banyak barang untuk jaga-jaga. tapi saat Steve mencoba menutup koper, ternyata tidak muat. seperti yang sudah diprediksi.

"Baiklah, nampaknya aku butuh bantuan dia." gumam Steve. ia pun mengeluarkan barang-barang yang tak perlu dibawa, membiarkan isi koper kembali berceceran.

Steve menghela lelah, ia tahu ini hanya 'memindahkan barang-barang yang perlu dibawa dan meninggalkan perabotan Apartemen karena-yah-itu dari sana nya'. tapi entah otak nya jadi pusing sendiri saat melihat barang berantakan seperti ini.

Mengambil ponsel di saku, Steve segera mengetik pesan pada Lynn.

Bagaimana dengan Lynn? gadis itu santai, seluruh barang-barang miliknya di Apartemen sudah dimasukkan ke tiga kardus. serta pakaian-pakaian dan barang-barang pribadi masuk koper.

Lynn bangkit, membuang napas berat. "Akhirnya... jam berapa ini?" sambil beralih melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Lynn menaikkan kedua alis, ia akan merelakan waktu tidur hanya untuk ini.

Baru Lynn ingin menutup sofa dengan terpal, ponsel nya bergetar di saku. Lynn pun segera mengambil ponsel, mengecek notifikasi pesan yang dikirim Steve beberapa detik lalu.

Steve Rogers: 'Bisa kau ke Apartemen ku? nampaknya benar, aku butuh bantuan. alamat nya akan ku kirim setelah aku beres-beres'

Lynn spontan tersenyum, dia sudah menduga pria itu akan butuh bantuannya.

Rogers mengangkat kardus berisi barang-barang miliknya, ditumpuk jadi dua tumpukan. serta koper dan tas besar sudah ia taruh dekat tumpukan kardus-kardus tersebut. hingga getar ponsel menghentikannya.

Steve mengambil ponsel di saku celana, mengecek notifikasi pesan dari Lynn.

Lynn Ken: 'Bawa semua barang keluar 2 menit sebelum aku sampai, nanti akan ku kabari esok hari.

Lynn Ken: 'Good night, Steve.'

Steve bergeming, 3 kata terakhir pesan Lynn. 'Good night, Steve.' pipi nya bersemu merah, bisa dikatakan agak merona. senyum kecil berakhir jadi seringai malu, Steve kemudian menaruh ponsel di saku kembali, menghela napas.

Aku gila. Steve bergumam.




A/N NOTES: hi readers, ini fis. thank you very much telah membaca buku ku yang berjudul HIRAETH. please vote, comment, atau share tentang buku ini jika kalian suka dan ingin tahu kelanjutan chapter selanjutnya <3

Continue Reading

You'll Also Like

6.5K 598 39
๐Ÿฎ๐—ก๐—— ๐—•๐—ข๐—ข๐—ž ๐—ข๐—™ ๐—ฆ๐—”๐—จ๐——๐—”๐——๐—˜ [ ส™แด€แด„แด‹๊œฑแด›แดส€ส ส™แด€๊œฑแด‡แด… แดษด แด„แด€แด˜แด›แด€ษชษด แด€แดแด‡ส€ษชแด„แด€: แด›สœแด‡ แดกษชษดแด›แด‡ส€ ๊œฑแดสŸแด…ษชแด‡ส€ ] โ๐™ข๐™–๐™–๐™›๐™ ๐™–๐™ฃ ๐™–๐™ ๐™ช ๐™Ÿ๐™–๐™™๐™ž ๐™ข๐™š๐™ง๐™š๐™ฅ๐™ค๐™ฉ๐™ ๐™–๐™ฃ๏ฟฝ...
110K 18.2K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
18K 2.6K 20
[BOOK ONE OF THE LOST SERIES] Captain America : The First Avenger X Reader "She's from another universe!" Bagaimana perasaan Y/n ketika ia terbangun...
30.3K 4.4K 52
Bagaimana kalau ternyata pelabuhan terakhir dari hati Steve Rogers atau yang biasa dikenal sebagai seorang Captain Amerika itu adalah seorang wanita...