Ellea

Autorstwa Ramdan_Nahdi

72.9K 9.6K 320

Alby dan Ellea baru saja pindah ke rumah Belanda yang sudah lama tak berpenghuni. Malam pertama, terdengar su... Więcej

Kering
Ringkikan Kuda
Susanne
Sosok Negatif
Kembali ke Masa Lalu
Nippon
Dimensi Waktu
Rumah Tuan Ruben
Bekas Tragedi
Jendral Yamamoto
Gasha
Ellea
Rumahku
Rumah Sakit Jiwa
Pantai
Ayunan
Sulastri

Jeritan Tengah Malam

8.7K 681 40
Autorstwa Ramdan_Nahdi

"Rumah Belanda lagi, El?" Aku melirik Ellea — adikku, yang berdiri di samping.

"Iya, Kak," balasnya, sembari melihat ke depan.

"Apa kamu belum kapok juga tinggal di Rumah Belanda?"

Ellea menggelengkan kepala. "Kak Alby, takut?" Ia malah menatapku dan tersenyum tipis.

"Menurut kamu?"

Tatapan matanya berubah tajam, "Aura kakak sedikit gelap. Berarti kakak takut." Ia melebarkan senyum.

Bagaimana tidak takut?

Terakhir kali kami tinggal di rumah Belanda, aku sempat diteror oleh sosok Noni Belanda. Bahkan, setelah pindah pun ia terus mengikutiku.

"Kakak sedang memikirkannya?" tanya Ellea.

"Siapa?"

"Hannah."

"Apa dia datang lagi?" Seketika, bulu kuduk ini meremang.

"Seharusnya kakak tidak memikirkannya. Soalnya itu bisa mengundangnya."

"Suruh dia pergi, El!" Jujur, aku masih terbayang dengan wajahnya yang pucat.

"Dia tidak berani mendekati rumah ini."

"Kenapa?"

"Nanti kakak juga tau. Yuk sekarang masuk." Ellea berjalan melewati pintu pagar kayu.

"Bawa barang kamu, El!" perintahku, tapi tak diindahkan. Ia malah berdiri di teras sembari mengedarkan pandangan.

"Apa yang kamu lihat?" tanyaku sembari menenteng dua koper dan berjalan mendekatinya.

"Tidak ada apa-apa, Kak."

"Jangan bohong! Terakhir kali kamu bilang tidak ada apa-apa, eh ternyata ada Kuntilanak Merah."

"Kakak yang memilih rumah itu, kan? Aku cuman tidak mau kakak takut saja."

"Seharusnya kamu jujur dari awal, El! Sekarang kamu harus jawab dengan jujur. Apakah rumah ini aman?"

"Lumayan," balasnya singkat, membuatku sedikit kesal.

"Kakak ganti pertanyaannya. Apakah di rumah ini pernah terjadi sesuatu yang mengerikan?"

Ella mengangguk pelan. Seketika itu tubuhku merinding hebat. Diikuti suasana hati yang mendadak sedih. "Apa kakak bisa merasakannya?"

"Kenapa kakak tiba-tiba jadi sedih? Kamu jangan iseng, El!" omelku.

"Aku hanya mentransfer perasaan salah satu penghuni rumah ini, Kak."

Aku sudah pasrah, baru datang sudah mendapatkan sambutan hangat. Namun, kini tidak bisa berbuat apa-apa. Membujuknya untuk mencari rumah lain pun percuma. Toh, sekarang giliran adikku itu yang memilih rumah.

"Kakak jangan bengong saja. Buka pintunya."

Kuambil kunci di kantong celana, lalu membuka pintu.

Krek! Kriet!

Lagi-lagi, bulu kudukku meremang. Saat udara dingin dari dalam rumah menyentuh kulit.

"Ada dua kamar, aku pilih kamar yang depan," ucapnya sembari berlalu melewatiku yang masih berdiri di dekat pintu. Ia berbelok ke kanan, seakan-akan sudah hafal dengan rumah ini.

Aku memindai setiap sudut ruangan. Dari luar memang tampak seperti rumah Belanda, tapi interior rumahnya sudah lebih modern.

Berbeda dengan rumah Belanda yang sebelumnya. Tempat Hannah tinggal. Ups, aku tak sengaja memikirkannya lagi.

"KAK AL!" Ella beteriak kencang.

Bergegas aku menghampirinya. Terlihat ia sedang berdiri di atas tempat tidur. "Ada apa, El?" tanyaku.

"Ada kecoak!"

Adikku ini memang aneh. Ia lebih takut dengan kecoak daripada hantu.

"Mana?" Aku mengamati sekitar.

"Tadi kecoaknya masuk ke kolong kasur."

"Terus ... kakak harus cari di kolong kasur?"

Ia mengangguk tanpa rasa bersalah.

__________

Setelah drama mencari kecoak yang melelahkan, aku bisa juga istirahat di kamar. Kamar yang cukup nyaman, dengan lampu yang tidak begitu terang. Yang paling aku suka dari kamar ini adalah memiliki kamar mandi dalam. Sehingga tidak perlu berebut kamar mandi dengan Ellea.

Baru berbaring sebentar, perut ini sudah keroncongan. Lapar. Terpaksa aku bangkit, lalu berjalan ke dapur. Cukup terkejut, saat melihat Ellea sudah ada di sana. Berdiri, seperti menyambut kedatanganku.

"Kamu lapar juga?" tegurku.

"Iya, Kak."

"Tapi cuman ada Mie Instan."

"Tidak apa-apa, Kak."

"Kamu tunggu di ruang tengah saja," perintahku.

Ellea pergi ke ruang tengah. Aku melirik dua bungkus Mie Instan yang tadinya inginku makan semuanya. Namun, adikku itu selalu muncul di saat yang tepat. Entah lah, terkadang ia seperti bisa membaca pikiranku.

Setelah semuanya siap, aku membawa dua mangkuk Mie ke ruang tengah. Terlihat adikku yang cantik itu sedang mengobrol sendirian. "Kamu sedang bicara dengan siapa, El?" tegurku. Padahal sudah tau kalau ia sedang bicara dengan hantu.

"Kering," sahutnya.

"Apanya yang kering?" tanyaku heran, sembari meletakan mangkuk di atas meja.

"Namanya Kering, Kak Al!"

Aku tertawa, "Padahal kakak nanya serius, eh ... kamu malah bercanda."

"Aku tidak bercanda, Kak. Memang namanya Kering." Ellea menoleh ke samping kiri. Sepertinya hantu itu berada di sana. "Dia tidak suka namanya ditertawakan."

Spontan aku terdiam, menahan tawa. "Maaf, habis namanya lucu."

"Mungkin bagi kakak itu lucu, tapi bagi dia nama itu memiliki arti."

"Memang artinya apa?"

"Laki-laki."

"Itu dari bahasa Belanda?" tebakku.

"Iya."

"Bilang ke dia, sekali lagi kakak minta maaf."

"Dia bilang, jangan begitu lagi."

"Siap! Yuk makan, nanti keburu dingin." Kuraih mangkuk mie, lalu mulai menyantapnya.

Kami pun makan sambil mengobrol tentang sosok yang bernama Kering. Ternyata ia adalah seorang anak Belanda yang dulunya tinggal di rumah ini.

"Kakak mau tau bagaimana dia mati?" tanya Ellea.

Aku menggelengkan kepala, "Tidak, El." Tak mau ceritanya nanti malah mengganggu selera makanku.

Selesai makan, buru-buru aku mencuci mangkuk itu di dapur. Daripada harus mendengarkan adikku bercerita tentang teman barunya itu. Sekembalinya dari dapur, ia masih duduk di ruang tengah. "Katanya tidak jauh dari sini ada pantai, Kak," ucapnya.

"Iya. Ada di belakang rumah. Tapi, harus melewati jalan setapak di tengah hutan." Aku berusaha sedikit menakutinya, agar ia tidak berniat pergi ke sana sendirian.

"Kering bilang, kalau malam langitnya bagus."

"Jangan macam-macam ya, El! Awas saja kalau kamu sampai pergi ke sana malam-malam!" Aku langsung memberi peringatan keras.

"Tidak, Kak."

Aku menguap, "Kakak mau ke kamar dulu, El. Ngantuk."

"Iya, Kak."

"Kamu masih mau di sini?"

"Iya, aku masih mau mendengar cerita Kering."

"Oh, baiklah."

Aku pergi ke kamar. Tiduran sambil menatap layar ponsel. Membalas komentar yang masuk di halaman Facebook.

- EL -

Nama akun Facebook-ku sekaligus nama pena. Diambil dari nama Ellea, karena ia yang menjadi sumber inspirasi semua novelku.

Semakin lama menatap ponsel, mata ini terasa semakin berat. Kuatur posisi bantal, lalu menaruh ponsel di atas nakas dan memejamkan mata.

_______

Srek! Srek!

Suara itu berhasil mengganggu tidurku. Dengan mata setengah terpejam, aku melirik gordin yang bergerak-gerak.

"Tolong jangan ganggu!" batinku, kesal. Kemudian lanjut tidur.

"Bangun." Ada suara berbisik di telinga. Sontak aku membuka mata, lalu mengedarkan pandangan. Tak ada siapa-siapa di kamar. Belum juga satu hari, tapi gangguan sudah berdatangan.

Aku duduk sembari menyandarkan punggung ke tembok. Kuraih ponsel, lalu melihat jam. Sudah hampir tengah malam. Sepertinya aku tidur terlalu lama. Kasihan, El. Pasti ia belum makan.

Aku bangkit, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka.

ARGH!

Terdengar suara orang menjerit. Sontak aku berlari ke luar kamar, menuju kamar Ellea. "EL!" Aku membuka pintu. Ternyata Ellea sedang duduk di kursi, menghadap jendela yang terbuka. "Kamu kenapa menjerit, El?"

Ia menoleh padaku, "Apa kakak mendengarnya?"

"Iya."

"Itu bukan suara jeritan dari masa sekarang, tapi jeritan dari masa lalu."

"Jeritan dari masa lalu? Maksud kamu apa?"

"Jerita dari orang-orang yang dulu dibantai di tempat ini. Mereka sepertinya senang, karena suaranya kini bisa didengar."

Deg!

Ucapan Ellea membuatku merinding, " Apa kamu serius, El?"

Ia tak menjawab. Malah tersenyum lebar.

BERSAMBUNG

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

708K 46.3K 17
Nakal tapi manja? Siapa lagi kalau bukan Reydar Galaxy Éros. "ish, aku mau pelukkk Liaa" ⚠️BAPER AREA⚠️
164K 468 6
(FIKSI) Vivi terbangun dari tidurnya dalam kondisi tanpa busana... cairan lendir yg masih merembes dari Lubang surgawi miliknya membuat gadis itu pah...
1M 74.5K 31
Setelah tujuh hari kematian ibu, suasana rumah berubah mencekam. Suara rintihan kerap kali terdengar dari kamarnya. Aku pun melihat, ibu sedang membe...
9.8M 883K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...