【𝐄𝐍𝐃】 𝐓𝐬𝐮𝐤𝐢 𝐧𝐨 𝐇𝐚...

By xyybc_

234K 32.1K 5K

[SECOND BOOK] Hidup sendirian sejak kecil memang tidak menyenangkan, apalagi setelah diberi kesempatan kedua... More

𝐁𝐈𝐎𝐃𝐀𝐓𝐀
1 - {𝐒𝐞𝐜𝐨𝐧𝐝 𝐜𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞?}
2 - {𝐖𝐨𝐫𝐬𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲 𝐢𝐧 𝐦𝐲 𝐥𝐢𝐟𝐞}
3 - {𝐃𝐞𝐦𝐨𝐧 𝐬𝐥𝐚𝐮𝐠𝐡𝐭𝐞𝐫 𝐜𝐨𝐫𝐩𝐬}
4 - {𝐄𝐱𝐞𝐫𝐜𝐢𝐜𝐞}
5 - {𝐔𝐛𝐚𝐲𝐚𝐬𝐡𝐢𝐤𝐢 𝐟𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲}
6 - {𝐟𝐢𝐧𝐚𝐥 𝐬𝐞𝐥𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧}
7 - {𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐦𝐢𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧 𝐚𝐧𝐝 𝐠𝐢𝐟𝐭𝐬}
8 - {𝐜𝐨𝐧𝐬𝐞𝐜𝐮𝐭𝐢𝐯𝐞 𝐦𝐢𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧𝐬}
9 - {𝐁𝐥𝐮𝐞 𝐬𝐩𝐢𝐝𝐞𝐫 𝐥𝐢𝐥𝐲}
10 - {𝐌𝐞𝐞𝐭𝐢𝐧𝐠 𝐭𝐡𝐞 𝐝𝐞𝐦𝐨𝐧 𝐥𝐨𝐫𝐝}
11 - {𝐌𝐞𝐞𝐭 𝐓𝐚𝐧𝐣𝐢𝐫𝐨 𝐚𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐀𝐬𝐚𝐤𝐮𝐬𝐚 𝐦𝐢𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧}
12 - {𝐌𝐢𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐏𝐢𝐥𝐚𝐫}
13 - {𝐔𝐩𝐩𝐞𝐫𝐦𝐨𝐨𝐧 𝟏}
14 - {𝐁𝐞𝐜𝐨𝐦𝐞 𝐚 𝐇𝐚𝐬𝐡𝐢𝐫𝐚}
15 - {𝐔𝐩𝐩𝐞𝐫𝐦𝐨𝐨𝐧 𝟐}
16 - {𝐌𝐢𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐏𝐢𝐥𝐚𝐫 𝐩𝐭𝟐}
17 - {𝐎𝐲𝐚𝐤𝐚𝐭𝐚-𝐬𝐚𝐦𝐚'𝐬 𝐇𝐞𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐅𝐫𝐨𝐦 𝐭𝐡𝐞 𝐂𝐮𝐫𝐬𝐞}
18 - {𝐑𝐞𝐬𝐭 𝐭𝐢𝐦𝐞}
19 - {𝐀 𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐀𝐝𝐯𝐢𝐜𝐞}
20 - {𝐈𝐬𝐞𝐤𝐚𝐢?}
~ˢᵖᵉˢⁱᵃˡ ᶜʰᵃᵖᵗᵉʳ~
21 - {𝐓𝐬𝐮𝐠𝐨𝐤𝐨}
22 - {𝐓𝐫𝐢𝐨 𝐊𝐚𝐦𝐚𝐛𝐨𝐤𝐨}
23 - {𝐏𝐫𝐞𝐝𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐞𝐝 𝐃𝐞𝐬𝐭𝐢𝐧𝐲}
24 - {𝐓𝐡𝐞 𝐣𝐮𝐝𝐠𝐞}
25 - {𝐒𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞 𝐅𝐞𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠}
26 - {𝐌𝐮𝐠𝐞𝐧 𝐓𝐫𝐚𝐢𝐧 𝐌𝐢𝐬𝐬𝐢𝐨𝐧}
27 - {𝐁𝐞𝐚𝐮𝐭𝐢𝐟𝐮𝐥 𝐝𝐫𝐞𝐚𝐦𝐬 𝐚𝐧𝐝 𝐦𝐞𝐦𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬}
28 - {𝐔𝐩𝐩𝐞𝐫𝐦𝐨𝐨𝐧 𝟑}
29 - { 𝐀 𝐬𝐢𝐧𝐜𝐞𝐫𝐞 𝐬𝐦𝐢𝐥𝐞}
𝐎𝐧𝐞𝐬𝐡𝐨𝐨𝐭 01
30 - {𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭'𝐬 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭}
31 - {𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞..}
32 - {𝐑𝐞𝐧𝐠𝐨𝐤𝐮 𝐇𝐨𝐮𝐬𝐞}
33 - {𝐄𝐧𝐭𝐞𝐫𝐭𝐚𝐢𝐧𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐃𝐢𝐬𝐭𝐫𝐢𝐜𝐭]
34 - {𝐓𝐡𝐞 𝐅𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐒𝐭𝐚𝐫𝐭𝐬 𝐒𝐨𝐨𝐧}
35 - {𝐔𝐩𝐩𝐞𝐫𝐦𝐨𝐨𝐧 𝟔}
36 - {𝐆𝐲𝐮𝐭𝐚𝐫𝐨 𝐚𝐧𝐝 𝐃𝐚𝐤𝐢'𝐬 𝐃𝐞𝐟𝐞𝐚𝐭}
37 - {𝐔𝐧𝐰𝐚𝐧𝐭𝐞𝐝 𝐦𝐞𝐞𝐭𝐢𝐧𝐠}
38 - {𝐃𝐢𝐦𝐞𝐧𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥 𝐢𝐧𝐟𝐢𝐧𝐢𝐭𝐲 𝐟𝐨𝐫𝐭𝐫𝐞𝐬𝐬}
39 - {𝐥𝐨𝐬𝐭 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲}
𝐎𝐧𝐞𝐬𝐡𝐨𝐨𝐭 02
40 - {𝐒𝐥𝐨𝐰𝐥𝐲 𝐬𝐭𝐚𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠 𝐭𝐨 𝐮𝐧𝐟𝐨𝐥𝐝}
41 - {𝐑𝐞𝐯𝐞𝐚𝐥𝐞𝐝!}
42 - {𝐒𝐡𝐢𝐬𝐨𝐮!!}
43 - {𝐒𝐢𝐜𝐤 𝐌𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭}
➥𝐒𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭 𝐓𝐚𝐢𝐬𝐡𝐨 + 𝐑𝐮𝐦𝐨𝐫𝐬
44 - {𝐅𝐥𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐩𝐞𝐭𝐚𝐥𝐬}
45 - {𝐏𝐫𝐨𝐩𝐨𝐬𝐞𝐝!?}
46 - {𝐏𝐢𝐥𝐥𝐚𝐫 𝐓𝐫𝐚𝐢𝐧𝐢𝐧𝐠}
47 - {𝐁𝐞𝐟𝐨𝐫𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐁𝐚𝐭𝐭𝐥𝐞}
48 - {𝐅𝐢𝐧𝐚𝐥 𝐛𝐚𝐭𝐭𝐥𝐞}
49 - {𝐖𝐞 𝐦𝐞𝐞𝐭 𝐚𝐠𝐚𝐢𝐧, 𝐊𝐨𝐤𝐮𝐬𝐡𝐢𝐛𝐨}
50 - {𝐁𝐞𝐟𝐨𝐫𝐞 𝐬𝐮𝐧𝐫𝐢𝐬𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐝𝐞𝐟𝐞𝐚𝐭 𝐨𝐟 𝐌𝐮𝐳𝐚𝐧}
52 - {𝐇𝐚𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐟𝐨𝐮𝐧𝐝 𝐲𝐨𝐮𝐫 𝐡𝐚𝐩𝐩𝐢𝐧𝐞𝐬𝐬?}
𝕭𝖔𝖓𝖚𝖘 𝕮𝖍𝖆𝖕𝖙𝖊𝖗
𝕭𝖔𝖓𝖚𝖘 𝕮𝖍𝖆𝖕𝖙𝖊𝖗
➥𝐓𝐚𝐢𝐬𝐡𝐨 𝐬𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭 + 𝐑𝐮𝐦𝐨𝐫𝐬
𝕭𝖔𝖓𝖚𝖘 𝕮𝖍𝖆𝖕𝖙𝖊𝖗

51 - {𝐂𝐨𝐧𝐭𝐫𝐨𝐥 𝐲𝐨𝐮𝐫𝐬𝐞𝐥𝐟}

2.2K 328 94
By xyybc_

"A-apa..?" Beo Kiriya tidak percaya. Mereka semua yang berada di sana juga terkejut.

"B-bagaimana bisa hal itu terjadi?!" Tanya Kiriya kini panik.

"Mendengar informasi yang disampaikan, bisa disimpulkan bahwa Muzan memberikan setengah kesadarannya pada (Y/n) yang memang lemah saat itu." Ujar Shinjuro memahami situasi yang terjadi.

Kiriya yang mendengar itu mengangguk mengerti. "Perintah terakhir. Kita akan berusaha menyadarkan (Y/n) kembali. Jika tidak berhasil... Dengan terpaksa, kita harus membunuhnya."

...

"(Y/n).. apa?" Tanya Jigoro tak percaya. Tangannya menggenggam erat gelang pemberian (Y/n). "Kendalikan dirimu, (Y/n). Jangan biarkan ambisi Muzan menguasai dirimu."

Oyakata-sama juga terkejut. Dia terlihat sangat khawatir. "Apa perintah Kiriya pada mereka di medan perang?"

"Kwak! Mereka akan berusaha menyadarkan kembali (Y/n)! Jika tidak berhasil, dengan terpaksa mereka harus membunuhnya Kwak!!" Pekik Nao.

Oyakata-sama terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum teduh. "Hanya satu yang bisa kita lakukan yaitu.. percaya padanya."

.

.

Para Hashira dan pemburu iblis yang mendengar itu terdiam. Terlihat di depan sana, (Y/n) dalam bentuk iblisnya yang hanya berdiam diri menatap kosong.

Mereka mengepalkan tangannya erat berusaha agar emosinya tidak meledak. Muzan benar-benar membuat mereka bimbang. Di satu sisi, mereka tidak ingin menyakiti (Y/n). Namun disisi yang lain, mereka harus menghentikan (Y/n) sebelum semuanya memburuk.

Pada saat seorang kakushi bergerak, di saat itulah kepalanya sudah terpisah dari tubuhnya. Mereka semua melotot kaget dengan kecepatan mengerikan (Y/n) saat ini.

"Jangan ada yang... Bergerak.." Ucap Kyoujuro pelan berusaha tidak membuat pergerakan sedikitpun.

(Y/n) mulai mengeluarkan Nichirin miliknya. Matanya menatap tajam sekaligus lapar pada mereka.

"... Kita tidak punya pilihan." Ujar Sanemi menggenggam erat katananya.

"Kita belum mencoba salah satu pilihan. Jangan sembarang mengambil kesimpulan." Sahut Giyuu.

Dalam sekejap mata, Muichiro langsung menangkis serangan sulur daging milik (Y/n) yang tiba-tiba menyerangnya. Para Hashira langsung bersama-sama menyerang (Y/n) berusaha untuk menyadarkannya.

"Kalian berlima! Tetap disini dan jangan masuk untuk bertarung!" Perintah Obanai sambil menatap tajam Tanjiro, Zenitsu, Inosuke, Kanao dan Emiko.

Mitsuri dan Shinobu menatap pertarungan disana khawatir. Ditambah dengan luka-luka parah yang mereka dapatkan membuat kemungkinan menang mereka akan sangat sedikit. Dan jika itu terjadi, maka mau tidak mau, (Y/n).. harus dibunuh.

Trang!!

"(Y/n) sadar!" Pekik Kyoujuro sembari melompat mundur.

Dengan santai, (Y/n) menghindar dan memukul Kyoujuro hingga terpental. Sanemi yang melihat itu geram dan melesat tepat di depan (Y/n).

"Sialan kau gadis datar! Lemah!" Sanemi mengayunkan katananya beberapa kali namun tidak mengenai (Y/n) sama sekali. Giyuu melesat ke belakang (Y/n) berusaha memenggalnya, namun (Y/n) segera menunduk dan menendang jatuh Sanemi dan melemparkan Giyuu.

Obanai dan Muichiro melesat ke depan dan berusaha melukai (Y/n) dengan katana mereka yang sudah berubah warna.

Kekkijutsu..
Gelombang udara.

Bugh!

"Apa yang terjadi?!" Pekik Inosuke penasaran.

"Iguro-san dan Tokito-san tiba-tiba terpental tanpa ada yang menyentuh." Jawab Tanjiro yang sedari tadi memperhatikan.

"Kekkijutsu milik Sensei.." Emiko menatap nanar pertarungan tersebut. Dia tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang.

Mata (Y/n) berkilat terang dan dengan mudah memukul jatuh Giyuu dan Obanai. Sanemi mengayunkan katananya ke kiri berusaha memotong tangan (Y/n), Kyoujuro yang tadi terpental langsung menyusul ke sebelah kanan (Y/n) membantu Sanemi.

"Gggrrrr!" Dengan kuku panjangnya, (Y/n) berhasil mencakar Sanemi dan Kyoujuro dan menendang mereka hingga terpental ke tempat Tanjiro berada.

"Rengoku-san! Shinazugawa-san!" Pekik Tanjiro.

"Biarkan kami ikut bertarung!" Ucap Emiko meminta izin diikuti anggukan kepala oleh Inosuke, Zenitsu dan Kanao. "Kecepatan Sensei tidak bisa dilihat karena kecepatan Petir miliknya!" Ucap Emiko.

"Itu benar. Apalagi kita belum melihat pernapasan (Y/n) setelah dia berubah!" Sahut Shinobu dari belakang.

"Baiklah! Kalian aku izinkan bertarung!" Ucap Kyoujuro dan langsung menghilang dari sana. Muichiro yang sedari tadi diam akhirnya memutuskan untuk bertarung melawan (Y/n).

Saat semuanya bersiap kembali bertarung, Emiko dikejutkan oleh suara seseorang yang memasuki pikirnya.

"Namikaze Emiko! Aku memerlukan bantuanmu!"

Emiko mengedipkan matanya beberapa kali. "Siapa kau? Enak aja tiba-tiba datang minta bantuan."

"Bodoh! Kau ingin (Y/n) selamanya seperti itu, hah?! Astaga tak ku sangka muridnya sebodoh ini."

"Apa maksudmu?!"

"Kita tidak punya waktu untuk berkenalan, kau harus ke kediaman bulan sekarang juga! Ada cara untuk menghentikan (Y/n)!"

Emiko bimbang. Dia takut untuk mempercayai suara tersebut. Namun, suara tadi terdengar sudah mengenal dekat (Y/n). "Baiklah."

"Kochou-san, Kanroji-san aku akan pergi sebentar. Ini penting."

"Ditengah pertarungan?!" Mitsuri terkejut.

"Percayalah. Ini untuk (Y/n) Sensei."

Mereka berdua terdiam sebentar dan akhirnya mengizinkan Emiko untuk pergi. "Waktu kita tidak banyak. Kau harus cepat, Emiko-san." Ucap Shinobu.

Dengan secepat kilat, Emiko segera menghilang berlari menuju kediaman bulan. "Kau sudah pergi? Bagus. Percepat langkahmu. Para Hashira hanya bisa menahan (Y/n) selama 1 jam."

"Bagaimana kau tau hal itu? Dan siapa kau ini? Kau mengenal Sensei?"

"Katakan saja aku ini sahabatnya sejak dia bertekad untuk menjadi pemburu iblis."

Tak!

"Aku baru tahu soal itu. Sensei terlalu dingin dan cuek untuk mendapatkan seorang sahabat. Itu pendapatku."

"(Y/n) hanya tidak bisa mengekspresikan perasaannya sejak pembantaian keluarganya. Dia sebenarnya sangat hangat jika kau tau."

"Benarkah?"

"Tentu saja. Sekarang percepat langkahmu!"

Emiko mendarat tepat di tempat lapangan latihan. Ia segera memasuki kediaman. "Jadi apa yang harus aku cari?"

"Gelang bintang pemberian (Y/n) untuk Jigoro. Cepat!"

SREK!

"Kuwajima-dono!" Pekik Emiko. Matanya membulat ketika melihat Kagaya, Amane dan kedua anak kembarnya yang sedang duduk disana. "Oyakata-sama?!"

"Namikaze Emiko/ Emiko?" Ucap Oyakata-sama dan Jigoro bersamaan.

Emiko segera menggelengkan kepalanya dan mendekati Jigoro. "Kuwajima-dono, aku memerlukan gelang bintang anda sekarang juga! Sensei menjadi iblis dan para Hashira yang lainnya sedang berusaha menahannya. Waktu kami tidak banyak!"

Jigoro yang mengerti langsung melepaskan gelang tersebut dan memberikannya kepada Emiko. "Sekarang apa yang harus kulakukan?"

Asap putih tiba-tiba muncul dan Kuro secara tiba-tiba berdiri di hadapan mereka membuat Jigoro hampir saja jantungan. "Kerja bagus! Kau bisa kembali sekarang. Mereka membutuhkanmu."

"Kau ini sebenarnya siapa?!" Tanya Emiko yang kesal.

"Aku pemandu (Y/n) di dunia ini. Namaku Kuro. Baiklah, sekarang kita harus menghancurkan gelang ini!" Jawab Kuro dan mengambil batu besar untuk menghancurkan gelang tersebut.

"Tunggu!" Cegah Jigoro. "Apa tidak apa? Karena dulu gelang ini pernah retak dan membuat (Y/n) kesakitan."

"Tidak apa-apa. Gelang ini adalah buatanku untuk (Y/n). Aku sudah menduga ini akan terjadi karena itu, aku membuat gelang ini dan memasukkan setengah nyawa (Y/n) ke dalam gelang ini." Jelas Kuro pada mereka.

Kuro langsung saja memukul gelang tersebut tapi dia malah terpental ke belakang membuat mereka disana terkejut. "Oh, aku lupa.. aku memberikan pelindung khusus untuk melindungi gelang ini.."

Emiko menepuk jidatnya dan mengambil sesuatu yang berat agar bisa menghancurkan gelang tersebut. "Kuro! Cepatlah!"

"Sebentar!"

"Baiklah kita buka pelindungnya." Kuro mulai menghafalkan mantra-mantra aneh membuat Emiko melongo kek orang bego. Cahaya kebiruan tersebut perlahan berubah menjadi ungu kemudian kuning dan terakhir merah.

"Jika tau seperti ini, aku tidak akan membuat pelindung berlapis-lapis." Batin Kuro tertekan. "Cepat hancurkan!!"

Emiko dengan sekuat tenaga langsung menghancurkan gelang tersebut hingga muncul gelombang energi dashyat yang membuat mereka sedikit terpental. Kuro segera menutup pola sihirnya.

"Sekarang apa?" Tanya Emiko.

"(Y/n) harus mengendalikan dirinya dari alam bawah sadarnya... Baiklah. Aku harus pergi. Waktu kalian tersisa 20 menit. Jika tidak berhasil.. (Y/n).. harus dibunuh.." setelah mengatakan itu, Kuro menghilang meninggalkan mereka disana.

.

.

Di garis depan, terlihat Muichiro yang sudah bermandikan darah karena turus berusaha mendekati (Y/n). Giyyu dengan cepat berusaha menyelamatkan Muichiro yang kesadarannya kian menipis. "Kocho! Obati Tokito!"

Sanemi, Obanai dan Kyoujuro masih berusaha mendekati bahkan melukai (Y/n). Namun setiap (Y/n) terluka, dengan segera luka tersebut akan langsung menutup.

"Kita tidak bisa mendekatinya!" Pekik Sanemi.

"Sulur-sulur dagingnya melesat dengan cepat. Bahkan bocah kuning itu bahkan tidak bisa mendekati (Y/n)." Sahut Obanai.

"Tubuhku sudah sangat lemas." Batin Obanai. Tubuhnya sudah mencapai batas akhir dan mungkin sebentar lagi akan tumbang.

Trang!!

?!

Pedang Kyoujuro berhasil mengenai leher (Y/n) dan berusaha memenggalnya. "Lehernya sangat keras!" Batin Kyoujuro kesusahan.

"Rengoku-san!" Pekik Tanjiro dan melancarkan pernapasan matahari.

Tsuki no Kokyū..
Ichi no kata
Mikadzuki en

Wush!!

Sring!!

Sebuah bangunan yang tidak jauh dari mereka terbelah menjadi dua dan rubuh. Kekuatan (Y/n) kali ini sangat berkali-kali lipat lebih dari yang sebelumnya.

Zenitsu dengan segera kembali melancarkan serangannya kepada (Y/n) menggunakan pernapasan petirnya. (Y/n) melompat menghindar namun dari belakang terdapat Giyuu dan Sanemi yang menebas dari belakang dan membuat (Y/n) sedikit terluka.

"Cepat!! lumpuhkan (Y/n)!" Pekik Sanemi menyerang bertubi-tubi.

Muichiro melesat ditambah dengan Obanai dan Inosuke langsung menyerang (Y/n) bertubi-tubi.

"GRAAAAAAAHHHH!!" Dengan secepat kilat, (Y/n) mencakar satu persatu dari mereka membuat para Hashira ditambah Trio Kamaboko terjatuh dengan luka dalam.

"Akh.. Nee-san.." lirih Zenitsu yang masih bertahan. Pupil mata (Y/n) bergetar menandakan bahwa dia sudah sangat lapar.

Sesaat kemudian, Zenitsu mendadak membeku. Detak jantung kakaknya.. perlahan mulai melemah. Tepat saat itu juga, sebuah gelombang dashyat muncul yang disebabkan oleh gelang bulan yang dihancurkan oleh Kuro tadi. Zenitsu terkejut namun ia kembali menatap (Y/n) yang mulai linglung.

Zenitsu yang sadar dengan (Y/n) yang mulai melemah langsung memanggil Kyoujuro dan Giyuu yang dekat dengan posisi (Y/n). "Rengoku-san! Tomioka-san!" Pekik Zenitsu. "Lumpuhkan Nee-san! Tidak ada tanda perlawanan lagi!" Kyoujuro dan Giyuu yang baru saja bangkit langsung menjatuhkan (Y/n) ketanah. Sulur-sulur dagingnya juga tidak menyerang mereka sama sekali.

"Kocho!" Pekik Giyuu memanggil Shinobu.

Dari jauh, Shinobu, Mitsuri dan Nezuko langsung berlari ke arah mereka berada dan melihat (Y/n) yang sudah di tahan oleh Kyoujuro dan juga Giyuu. Terdengar juga Geraman pelan dari (Y/n) seakan berusaha mengendalikan dirinya.















































































(Y/n) menatapnya sekitarnya yang hanya terdapat ruangan gelap tanpa pencahayaan sama sekali. Matanya terlihat kosong menatap kedua tangannya yang berlumuran darah.

Suara-suara teriakan dan sayatan pedang membuat tubuh (Y/n) bergetar hebat. Itu adalah suara keluarganya saat pembantaian. Teriakkan sang ibu, bunyi pedang sang ayah, dan suara kesakitan sang kakak membuat (Y/n) seakan-akan berada disana.

"Itu hanya masa lalu.. ya. Tidak apa, (Y/n). Itu hanya mimpi buruk.." Ucapnya berusaha menenangkan diri.

Pranggg!

Sebuah vas bunga jatuh di dekat (Y/n) membuat air yang didalamnya terciprat ke wajahnya.

"Kau membiarkan kamu mati, (Y/n). Itu sangat tidak adil. Kau membuat Tou-san, Kaa-san mati karena keegoisan mu."

"Harusnya kau membantu kami, (Y/n). Pengundang lemah yang bersembunyi di semak-semak. Aku tidak mempunyai putri seperti mu."

"Mendekati kami saja tidak. Apa kau tidak menyayangi kami lagi, (Y/n)? Sampai-sampai kau membuat kami terbunuh malam itu."

Tubuh (Y/n) bergetar hebat. Kepalanya terangkat menatap ayah, ibu dan Haruka yang berdiri bercucuran darah. "Tidak.. begitu.."

(Y/n) sangat ketakutan sekarang. nafasnya tercekat akibat tidak bisa bernafas dengan benar. Tangannya terulur menggapai wajah sang ibu. "Kaa-san.. aku.."

Plakk!

Tangan (Y/n) segera ditepis. "Jangan menyentuhku. Kau bukan putriku. Putriku hanyalah Haruka seorang."

"Kaa-san.. onegai.. dengarkan aku.. dulu.."

"Pembunuh." (Y/n) terkejut mendengar ucapan sang ayah. "Menjauh dari keluarga ku!"

"Tou-san.. aku bukan pembunuh.."

"Aku tidak sudi memiliki adik sepertimu. Tidak, aku bahkan tidak memiliki adik. Jadi, kau hanyalah orang asing disini." Perkataan Haruka membuat (Y/n) tertampar kenyataan.

Dia bukan dari dunia ini.

Ia tersenyum getir mendengar pernyataan tersebut. "Benar.. aku hanyalah jiwa tersesat yang diberikan kesempatan disini.."

(Y/n) mulai menjambak rambutnya frustasi. Ia mulai menangis meraung-raung agar bisa keluar dari sini. Bagaimanapun caranya.

"Aku bisa membantumu.."

Perlahan (Y/n) mengangkat wajahnya. Sejauh mata memandang hanya terlihat ruangan putih. "Suara... Siapa itu..?" Lirih (Y/n) tanpa tenaga. Matanya berubah kosong seakan tidak memiliki semangat hidup.

"Balas dendam. Dengan begitu hidupmu akan terasa lebih baik."

"... Balas dendam...?"

"Benar." Ruangan tersebut berubah menjadi merah dengan sebatang pohon wisteria yang berdiri tepat di depan (Y/n).

"Aku mempunyai tekad membuat kehidupan yang sebenarnya. Tapi, aku terlalu lemah untuk itu. Jadi, aku ingin kau, (L/n) (Y/n) meneruskan ambisi ku. Kau bisa membalas dendam dan membuktikan dirimu pada dunia." Tawar suara tersebut meyakinkan (Y/n) yang mulai berdiri.

"Membuktikan diriku.. ya, tidak ada salahnya menolak, bukan?" (Y/n) mulai berjalan mendekat ke arah pohon wisteria tersebut. Sebelum (Y/n) menggapai tangan yang terulur disana, seseorang menepuk bahunya lumayan kencang membuat (Y/n) terkejut.

"(Y/n)!"

Deg!

"Nee-san?"

"Kenapa kau bisa berada disini, (Y/n)?! Bukannya kau sedang bertarung disana?!" Tanya Haruka berteriak. Ia langsung saja menggoyangkan bahu (Y/n) agar membuatnya sadar. "Kau mati?! Kenapa kau mati, hah?! Ibu dan ayah akan mengomelimu!"

Greb!!

Haruka membeku dengan (Y/n) yang tiba-tiba memeluknya. "Maaf.. jangan membenciku. Aku.. tidak akan sanggup dibenci oleh kalian seumur hidupku.." suara (Y/n) bergetar karena menangis.

"Aku bukan pembunuh. Aku tidak pernah... ingin membiarkan kalian mati. Aku memang pengecut dan lemah tapi tidak pernah sekalipun terlintas di kepalaku.. untuk meninggalkan kalian disiksa disana.." (Y/n) menangis seunggukan memeluk Haruka.

Haruka tersenyum kecil dan membalas pelukan adiknya. "Sssttt.. jangan menangis lagi. Tenang ya." Haruka akhirnya membiarkan (Y/n) menangis di pelukannya.

Ia sedikit berbalik menatap ayah dan ibunya di ujung sana. "Ilusi itu membuatnya ketakutan." Ucap Haruka tanpa suara. Kedua orangtuanya mengangguk mengerti dan berjalan mendekat.

Sang ayah menepuk pelan kepala (Y/n) karena tahu tubuh putri bungsunya yang bergetar hebat. "Kami tidak pernah menyalahkan dirimu dengan apa yang terjadi pada kami, (Y/n)."

"Kamu adalah harta berharga bagi kami, (Y/n). Kami tidak akan pernah bisa membencimu, sayang." Sahut sang ibu mengusap punggung (Y/n) lembut.

"Kau adalah adikku! Kami akan selalu menyayangimu apapun yang terjadi walaupun dunia membencimu!" Balas Haruka.

(Y/n) yang mendengar itu tidak bisa berkata-kata. Hatinya benar-benar tersentuh dengan ucapan mereka. "A-aku, hiks.. Huwaaaaa~"

Setelah lama menangis, ruangan yang mereka tempati kini berubah menjadi nuansa hutan lebat dengan angin sejuk.

"Kau menjadi iblis karena terlalu banyak menerima darah Muzan, (Y/n). Kau harus bisa mengendalikan dirimu. Pikirkan sesuatu yang membuatmu bahagia." Jelas sang ibu membelai Surai hitam (Y/n).

"T-tapi, bagaimana jika aku gagal dan melukai teman-temanku?" Tanya (Y/n) dengan nada suara serak sehabis menangis.

"Kami membantumu disini." Jawab sang ayah. "Jika ilusi itu datang kembali, ingatlah bahwa kami selalu di belakangmu dan mendukungmu."

"Jadi, jangan lemah. Kau ini seorang Pilar yang diakui. Membuatku malu saja." Sahut Haruka mengejek namun berhasil membuat (Y/n) terkekeh.

Perlahan-lahan, tubuh (Y/n) mulai menghilang yang artinya, kesadarannya perlahan diambil. "Kendalikan dirimu. Jangan gentar." Ucap mereka bertiga serempak.

(Y/n) mengangguk mengerti akhirnya menghilang dari sana.

.

.

Jauh di dalam kegelapan, (Y/n) bertemu dengan kesadarannya yang lain alias, kesadaran yang diberikan Kibutsuji Muzan padanya.

"Bagaimana dengan ilusiku? Menikmatinya?"

"Untuk apa percaya dengan ilusi itu? Keluargaku tidak pernah mengatakan itu."

"Oh, bagaimana jika ku katakan bahwa yang tadi memelukmu adalah ilusiku juga? Kau percaya?"

(Y/n) mengepalkan tangannya erat. Ingat. Dia tidak boleh emosi karena dipancing oleh dirinya yang 'Lain'.

"Tidak. Karena bisa membedakan mereka dari perhatian dan perkataan mereka. Oh, dan satu hal lagi. Iblis brengsek sepertimu pantas mati berkali-kali, Kibutsuji Muzan!"

Kobaran api ditambah beberapa elemen lainnya mulai menyelimuti (Y/n). Matanya berkilat marah menatap dirinya yang 'Lain'di ujung sana. "Ambisi bodohmu tidak akan pernah terwujud. Camkan itu!"

Dirinya yang 'Lain' mulai terbakar hingga hangus meninggalkan (Y/n) yang masih diselimuti beberapa elemen. "Jadi, bagaimana aku bisa keluar sekarang?" Monolognya kebingungan.

"(L/n) (Y/n)! Gadis es sialan! Kau membuatku takut!" (Y/n) berbalik menatap Kuro yang berlari ke arahnya dan langsung memeluknya tanpa aba-aba.

"Kuro? Wah, aku terkejut dengan wujudmu ini." Sapa (Y/n) dengan wajah watdos membuat perempatan imajiner muncul di dahi Kuro.

Pletakk!

"Mudah sekali kau mengatakannya! Kau tau tidak, jantungku hampir keluar karena dirimu yang menjadi iblis. Dasar gadis es, untung saja gelang pemberianmu pada Jigoro sangat membantuku!" Ucap Kuro sambil menggoyangkan bahu (Y/n).

"Maaf-maaf. Itu salahku." Kuro membuang wajahnya kesal.

Kini, Kuro menatap (Y/n) serius. "Sedikit lagi kau sadar, (Y/n). Dan... Pertempuran sudah selesai yang artinya, tugasku juga sudah selesai."

(Y/n) menatap Kuro dengan sendu. "... Sepertinya aku akan merindukan obrolan tidak pentingmu."

Kuro tertawa mengingat hal itu. "Jadi, sebagai hadiah perpisahan, aku ingin mengabulkan 1 permintaan untukmu. Jadi, apa permintaanmu?"

"Tumben sekali. Tapi baiklah." (Y/n) mulai berfikir tentang keinginannya. Dengan sabar Kuro menunggu (Y/n) yang dari berfikir.

"Mungkin ini sedikit egois.." (Y/n) memberikan jeda untuk kalimatnya. "Aku hanya ingin rekan-rekanku yang terluka, mati kembali kepada kami dan juga nona Tamayo."

Kuro tersenyum sebagai jawaban. "Baiklah."

Kesadaran (Y/n) mulai menipis, Kuro menatapnya dengan sedih. "Kau menangis, Kuro."

"Benarkah? Mungkin debu." Jawab Kuro berbohong membuat (Y/n) terkekeh.

"Selamat tinggal, Kuro.."

"Selamat tinggal... (Y/n). Senang bertemu denganmu.."

"Aku juga.."




























































































Perlahan, (Y/n) mulai membuka matanya. Terdengar suara-suara yang dia kenal sedang meneriaki namanya.

"Sensei!"

"Emiko, ya.. maaf.. kalian terluka karenaku..."

"DIA KEMBALI!! (Y/N)!!!!!" Pekik mereka yang ada disana kegirangan.

"Huwee Nee-san!"

"(Y/n)-chan, syukurlah kau baik-baik saja, hiks."

"(Y/n)-san.. terima kasih karena tidak menyerah.

(Y/n) yang mendengar itu tersenyum lemah sebagai jawaban. Karena kelelahan, ia akhirnya tertidur dalam dekapan Kyoujuro dengan nafas lemah. Pertarungan akhirnya berhasil. Mereka semua disana menangis terharu dengan kekalahan Muzan dan Kembalinya (Y/n).

Kyoujuro menatap gadis yang berada di dekapannya lembut. "Terimakasih sudah bertahan untuk kami.." Ucapannya pelan.

~

Note: anjay ga jadi sad end🌝
Tapi Kuro ༎ຶ‿༎ຶ

TBC~
Tinggalkan jejak

Continue Reading

You'll Also Like

117K 18.5K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
1M 86.6K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
47.3K 6K 24
Ia sama sekali tidak menginginkan perubahan. Gadis itu ditarik paksa dari kehidupannya untuk menjalani kehidupan lain oleh sosok misterius Demi kemba...
18.6K 2.4K 25
[completed] tentang karin, bagian keamanan yang udah capek batin ngehadapin sho, tukang berantem sekolah. was : #1 on webtoon #1 on originalcharacter...