Heyy, aku update lagi nih, seperti biasa sebelum baca jangan lupa Vote terlebih dahulu.
Happy Reading
••••••••
Di sebuah kamar mewah terdapat dua insan yang tengah menikmati tidur nyenyak mereka, dengan sipria yang senantiasa memeluk wanitanya.
Sedangkan siwanita yang nyaman berada di dekapan si pria sembari menelusupkan wajahnya di dada bidang sipria.
Semalam Meli menginap di istana karena Javier yang memintanya. Javier juga sudah mengirimkan surat kepada orang tua Meli, agar mengizinkan Meli menginap di istana.
Awalnya orang tua Meli tidak mengizinkannya, tapi setelah Javier memberitahu kondisi Meli yang tidak memungkinkan Meli untuk pulang. Akhirnya Meli di izinkan untuk menginap tetapi hanya hari ini saja.
Javier perlahan-lahan mulai membuka matanya dan mendapati Meli tengah tidur nyenyak dengan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah cantiknya.
"Kau sangat cantik Lily, bahkan kau jauh lebih cantik saat sedang tertidur seperti ini." Ucap Javier melihat Meli yang tengah berada dibawahnya.
Javier menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah Meli. Karena tindakan Javier, membuat Meli terusik dan dia perlahan-lahan mulai membuka matanya.
"Morning sayang." Ucap Javier sembari mengecup kening Meli.
"Morning." Balas Meli sembari tersenyum manis ke arah Javier.
"Apa tidurmu nyenyak Lily?" Javier mengusap puncuk kepala Meli.
"Emm.." Meli menganggukan kepalanya. "Avi, apa Yang Mulia tidak akan tahu jika aku dan kau tidur dalam satu kamar seperti ini? Kita bahkan belum menikah. Avi aku takut Yang Mulia marah."
"Tenang saja sayang, aku sudah memberitahu ayah jika kau tidur di kamar tamu, lagi pula bagus jika ayah mengetahui kita tidur sekamar seperti ini, itu berarti pernikahan kita akan segera di percepat." Meli yang mendengar ucapan Javier langsung mencubit kecil perut Javier.
"Akhhh... Sayang kau menyakiti ku." Tentu saja ucapan yang di lontarkan oleh Javier hanya kebohongan belaka. Cubitan Meli tidak sakit, bahkan tidak terasa sama sekali olehnya.
"Siapa suruh kau bicara seperti itu." Kesal Meli.
"Memangnya kau tidak mau jika pernikahan kita di percepat. Lily, aku ingin selalu berada disamping mu, aku ingin tidur bersama mu dan melihat wajah mu saat tertidur seperti ini setiap hari." Ucap Javier sembari menatap Meli dengan lekat.
Disaat Meli tengah fokus mendengarkan Javier tiba-tiba saja Javier berkata.
"Dan kau tahu apa yang sangat ku inginkan Lily." Ucap Javier yang Membuat Meli penasaran.
"Apa?" Tanya Meli penasaran.
Javier mendekatkan bibirnya ke arah telinga Meli dan berkata. "Membuat anak." Ucap Javier dengan suara rendahnya.
Mendengar perkataan Javier. Meli langsung membulatkan matanya. Dan langsung bangun dari ranjangnya.
"AVI! Dasar mesum, menjauh kau dari ku." Ucap Meli sembari memukul Javier.
"Aww...Aww... sakit sayang, kau sudah menyiksaku dua kali pagi ini." Ucap Javier sembari menghindar dari pukulan Meli.
"Salah mu sendiri, siapa suruh bicara mesum seperti itu." Meli mulai berhenti memukul Javier.
"Lagipula apa salahnya? Memang benar, jika kita sudah menikah kita bisa membuat anak. Jika kau mau kita bisa melakukannya sekarang."Ucap Javier sembari menampilkan seringaian menyebalkannya.
"Kau mau berapa sayang 10 emm... tidak-tidak, kurasa 20 lebih bagus. Pasti nanti akan sangat ramai di istana ini dengan suara anak kecil." Mendengar perkataan Javier Meli kembali mencubit perut Javier.
"Akhh... sayang ini ketiga kalinya kau menyiksa ku pagi ini. Bagaimana jika kita sudah menikah, mungkin aku akan menjadi Javier panggang."
"Iya kau akan menjadi Javier panggang, karena aku akan memanggang mu nanti di tempat pembakaran. Dasar menyebalkan." Ucap Meli sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
"Aku bercanda sayang, jangan marah." Javier berusaha untuk memeluk Meli. Tapi sebelum Javier memeluknya, Meli sudah lebih dulu menghindar dari Javier.
"Jangan menyentuhku! Aku masih marah padamu!" Ucap Meli sembari memberikan pelototan tajam pada Javier.
Bukannya takut, Javier malah di buat gemas melihat ekspresi yang di berikan Meli padanya sekarang.
Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dari kamar itu, membuat Meli yang sedang berada disana dibuat panik seketika.
"Avi siapa itu?" Tanya Meli berusaha untuk tidak panik.
"Mungkin itu Pelayan yang akan menyiapkan kebutuhan ku hari ini. Apa kau lupa, dulu kau juga selalu melakukannya setiap pagi saat masih menjadi Pelayan pribadi ku." Mendengar ucapan Javier, Meli agak sedikit tenang sekarang.
"MASUK." Teriak Javier.
Mendengar teriakan Javier pintu kamar itu langsung terbuka dan munculah Erik dan Lena. Lena yang mendapati Meli tengah berada di kamar Javier sempat terkejut, tapi setelahnya Lena langsung memeluk Meli tanpa memperdulikan Javier dan Erik yang tengah bersama mereka.
"Melisya." Ucap Lena sembari memeluk Meli.
"Lena, bagaimana kabarmu?." Tanya Meli sembari membalas pelukan Lena.
"Aku baik Melisya, bagaimana dengan mu? Ku dengar kemarin kau sempat pingsan, bagaimana keadaanmu apa kau baik-baik saja sekarang?" Tanya Lena sembari melepas pelukannya dari Meli.
"Aku baik-baik saja sekarang, terima kasih karena sudah mengkhawatirkan keadaanku, Lena. Ohh iya.. Dimana Emma? Aku belum sempat melihatnya?" Tanya Meli.
"Emma sedang didapur, dia sedang menyiapkan sarapan bersama para Pelayan lainnya. Aku kesini untuk menyiapkan keperluan Pangeran Javier." Jawab Lena.
"Kau sekarang menjadi Pelayan Avi?" Tanya Meli.
"Bi-Bisa di bilang begitu." Ucap Lena sembari menundukan kepalanya.
"Wahh. Aku tidak menyangka." Ucap Meli tak percaya.
"Sayang, kau tidak perlu cemburu, bukan aku yang menyuruhnya, tapi Bunda. Aku sudah menolak, tapi tetap saja Bunda menjadikannya Pelayan ku, kau tenang saja sayang. Setelah kita menikah aku akan langsung memecatnya." Ucap Javier tiba-tiba, yang membuat Meli, Lena dan Erik terkejut.
Terutama Lena. Jika dia di pecat, dimana lagi dia akan mencari pekerjaan?
Mendengar perkataan Javier, Meli mulai mendekat kearah Javier dan langsung menjitak kening Javier.
PLETAK
Lena dan Erik dibuat terkejut oleh tindakan Meli. Memang hanya Meli yang bisa melakukan hal seperti itu kepada Javier.
"Sayang sakit." Ucap Javier sembari mengusap keningnya. "ini keem-" Ucapan Javier terpotong karena Meli menyelanya.
"Keempat kalinya aku menyiksamu, itu yang ingin kau katakan, dan aku akan melakukannya lagi sepuluh kali jika kau bicara sembarangan lagi seperti tadi." Ucap Meli memperingati Javier.
Meli kembali mendekati Lena yang tengah menunduk dan berkata. "Lena tenanglah! Kau tidak akan di pecat, pekerjaanmu bagus. Aku tahu saat aku masih menjadi Pelayan, kau adalah Pelayan yang sangat rajin. Ratu memilihmu untuk menjadi Pelayan si menyebalkan itu karena tugasmu bagus Lena, jadi tenanglah."
Meli kembali memeluk Lena untuk menenangkannya. "Bagaimana kau bekerja bersamanya, dia pasti banyak memerintah mu dan membuat mu repot. Dia memang menyebalkan aku juga pernah merasakan berada di posisimu dulu. Jadi kau harus banyak bersabar." Bisik Meli kepada Lena.
Meli memang berbisik kepada Lena. Tapi Karena suaranya yang keras otomatis Javier dan Erik yang masih berada disamping Meli, masih bisa mendengar suaranya.
"Pfttt." Erik yang mendengar bisikan Meli berusaha untuk menahan tawanya.
"Tidak ada yang lucu!" Ucap Javier yang membuat Erik langsung kembali menampilkan ekspresi datarnya.
"Sayang, aku masih bisa mendengar suara mu." Meli menghiraukan ucapan Javier.
"Ti-Tidak Melisya, aku sama sekali tidak di repotkan oleh Pangeran Javier. Aku senang bisa menjadi Pelayan Pangeran Javier." Ucap Lena.
"Benarkah? Kalau begitu semangat untukmu. Aku akan kembali ke kamar tamu, Bibi Marry pasti tengah mencariku sekarang. Sampai nanti Lena." Ucap Meli sembari melambaikan tangannya kearah Lena.
"Sampai nanti Melisya." Lena membalas lambaian tangan Meli.
"Lily, kau tidak berpamitan padaku?"
Tanpa menjawab ucapan Javier, Meli langsung pergi dari kamar Javier untuk kembali ke kamar tamu.
••••••••
Saat sampai di kamar tamu, Meli sudah mendapati Bibi Marry tengah berada di dalam kamar tersebut.
"Nona, anda darimana? Baru saja saya akan mencari anda? Saya khawatir terjadi sesuatu pada anda seperti kemarin." Ucap Bibi Marry sembari menghampiri Meli dengan wajah khawatirnya.
"Bibi, kau tidak perlu khawatir aku sudah baik-baik saja sekarang, tadi aku hanya berjalan-jalan sebentar untuk mencari udara segar."
"Syukurlah jika anda sudah baik-baik saja. Nona, saya sudah menyiapkan air hangat dan keperluan anda untuk mandi." Ucap Bibi Marry memberitahu Meli
"Baik Bibi, Terima kasih."
Meli langsung pergi ke dalam kamar mandi dan memasukan tubuhnya ke dalam Bathup yang sudah terisi air hangat.
Saat tengah menikmati mandinya, tiba-tiba saja Meli merasakan pusing di bagian kepalanya.
"Akhhh." Ucap Meli sembari memegang kepalanya.
"Syukurlah keadaan pasien semakin membaik." Meli di kejutkan oleh suara yang tiba-tiba saja muncul di pikirannya.
Gak, gue mohon jangan sekarang, gue masih pengen disini. Please jangan sekarang. Batin Meli sembari memegang kepalanya.
"AKHHH." Teriak Meli.
Bibi Marry yang tengah menunggu Meli selesai mandi di kejutkan oleh suara teriakan seseorang.
"Nona, apa anda baik-baik saja?" Tanya Bibi Marry dengan wajah khawatir sembari mengetuk pintu kamar mandi.
"Hah..." Meli menghela nafas panjang setelah rasa sakit di bagian kepalanya menghilang.
"A-Aku tidak apa-apa, Bibi tidak perlu khawatir. Sebentar lagi aku akan segera selesai." Ucap Meli sembari keluar dari Bathup.
Setelah menyelesaikan mandinya, Meli berjalan keluar untuk mengganti pakaian.
"Nona anda tidak apa-apa? Tadi saya mendengar teriakan dari dalam." Ucap Bibi Marry saat Meli keluar dari kamar mandi.
"Aku tidak apa-apa Bibi." Ucap Meli yang membuat Bibi Marry merasa lega.
"Nona, saya sudah menyiapkan pakaian anda. Mari, saya bantu bersiap-siap."
"Terima kasih Bibi." Meli dan Bibi Marry berjalan ke sebuah ruangan khusus yang di sediakan di kamar itu untuk berganti pakaian dan bersiap-siap.
Setelah selesai bersiap-siap, Meli memutuskan untuk pergi ke ruang makan, untuk menemui Javier dan yang lainnya.
Bersambung.....
Jangan lupa buat "VOTE & KOMEN."
Nantikan Part Selanjutnya.