GUS ILHAM MY HUSBAND || TERBIT

By nrasya_

18.6M 1.3M 205K

⚠️FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ [Bijak dalam berkomentar dan hargai karya penulisnya, follow sebelum di baca] ____... More

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06
bagian 07
bagian 08
bagian 09
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29
bagian 30
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 35
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 39
bagian 40
bagian 41
bagian 42
bagian 43
bagian 44
bagian 45
bagian 46
bagian 47
bagian 48
bagian 49 belum revisi.
bagian 50
bagian 51
bagian 52
bagian 53
bagian 54
bagian 55
bagian 56
bagian 57
bagian 58
bagian 59
bagian 60
bagian 61
bagian 62
bagian 63
bagian 64
PO 'GIHM' (ekstra part)
GIMH2: AISYAH
Spin off GIMH dan Aisyah Aqilah
bagian 66

bagian 65

174K 18.2K 4.6K
By nrasya_

❗Tandai kalo masih ada typo.

Selamat membaca.
🦩

Aisyah melamun di meja makan, menunggu suaminya yang pergi ke ndalem untuk meminta makanan kepada umminya.

"Assalamualaikum" salam itu berasal dari Gus Ilham yang membawa rantang.

"Waalaikumsalam, Gus Ilham. Ummi bilang apa?" Tanya Aisyah.

Gus Ilham duduk dulu sebelum menjawab pertanyaan Aisyah "Ngga bilang apa-apa"

"Aisyah jadi ngga enak, merepotkan ummi. Nanti ummi pikir Aisyah pemalas lagi. Masak aja Aisyah malas,"

"Enggak kok, ummi ngga marah dan ngga akan bilang begitu. Jangan suudzon"

"Tapi Aisyah ngga enaklah." Ucap Aisyah.

"Terus, mau bagaimana lagi, sudah terlanjur juga, aku meminta makanan di ummi"

"Yah, kan Aisyah sudah bilang masak mie aja, Gus Ilham sih selera tinggi"

"Maksud kamu?"

"Udah deh, sini lauk nya Aisyah udah lapar"

Aisyah Mulai menyendok semua lauk di piringnya dan mulai memakan. Berbeda dengan Gus Ilham yang tidak makan dan hanya memerhatikan Aisyah yang sedang lahap makan.

Menyadari itu, Aisyah menoleh "Gus Ilham ngga mau makan?"

"Kamu saja yang makan, aku sudah kenyang"

"Oh ya udah, Aisyah makan ya," Gus Ilham mengangguk.

"Besok ke ruangan ustazah Erna, minta maaf"

"Kan tadi sudah"

Gus Ilham menggeleng "No, Bukan seperti itu cara meminta maaf."

"Terus bagaimana dong, Aisyah juga ngga salah kok di sini"

"Kenapa kamu mengatakan tidak salah, apa seperti itu adab kamu kepada guru. Bukannya di pesantren sudah di ajarkan tentang adab"

"Emang salah ya," bantah Aisyah.

Gus Ilham tersentak kaget. "Ya jelas salah, dia guru kamu, ustazah kamu"

"Ustazah? Apa seperti itu ustazah yang selalu menjelekkan muridnya, berghibah, memberitahu semua aib murid nya kenapa orang lain. Seperti itu yang harus di hormati?!" Setelah mengatakan itu, Aisyah berdiri hendak pergi namun di cekal oleh Gus Ilham.

"Kamu mau kemana?"

"Naik ke atas"

"Makan dulu"

"Sudah kenyang,"

Gus Ilham menghela nafas "Duduk Aisyah, habiskan makanan kamu" titah Gus Ilham yang tidak digubris Aisyah.

"Duduk!" Aisyah benar-benar tidak menurut, membuat Gus Ilham menariknya untuk duduk di pangkuannya.

"Apaan sih!" Sentak Aisyah.

Gus Ilham tersenyum tipis memeluk pinggang ramping istrinya "Ngambekkan" ejek Gus Ilham tertawa pelan.

"Apaan sih, jangan sok akrab kita ngga kenal"

"Masa ngga kenal sama suami sendiri, aku ayah anak dalam perut kamu" ucap Gus Ilham Mengusap perut Aisyah.

"Aisyah ngga hamil!"

"Tadi bilangnya hamil"

"Bercanda"

Gus Ilham terkekeh "Maunya kamu beneran hamil" Gus Ilham menggigit bahu Aisyah karena terlalu gemas dengan tingkah istrinya.

Aisyah mencubit perut suaminya membuat pria itu meringis pelan.

"Jangan kurang ajar" ucap Aisyah.

"Siapa yang kurang ajar disini?" Tanya Gus Ilham menantang.

Aisyah memalingkan wajahnya, rasa sangat kesal sekarang dengan suaminya ini.

"Aaa... Ayo buka mulutnya?" Pinta Gus Ilham menyodorkan sendok depan mulut Aisyah.

"Aisyah bukan anak kecil, bisa makan sendiri!" Ujar Aisyah ketus.

"Kan, memang bukan anak kecil. Kamu itu istri aku,"

Aisyah berdercak, "Suapi cepat" titah Aisyah.

"Yang lembut, kalau suruh suami,"

"Ish! Cepetan, Aisyah ngga jadi makan nih," Aisyah berancang-ancang untuk turun dari pangkuan suaminya.

"Makan dulu, nanti perutnya bunyi-bunyi, di kira hamil lagi"

"Ilham!"

"Iya ngga kok, maaf ya," kata Gus Ilham "sekarang buka mulutnya lebar-lebar" pinta Gus Ilham.

Aisyah membuka mulutnya menerima setiap suapan yang Gus Ilham beri padanya, dengan telaten juga Gus Ilham menyuapi istri bandelnya ini agar mau makan.

Masih tidak ada yang menyangka

Lihatlah sekarang, bagaimana Allah telah mempersatukan mereka dalam ikatan pernikahan. Yang jika di pikir-pikir sangat tidak masuk di pikiran keduanya bahkan semua orang yang melihat, seorang Gus Ilham yang dulunya sering menghukum gadis nakal ini. Bahkan saat menikah pun tidak ada cinta di antara mereka, tetapi Allah maha membolak-balikkan hati, siapa sangka kedua sudah saling mencintai dan serta Takut kehilangan satu sama lain.

Lihatlah takdir Allah, Sungguh di luar dugaan. Jika ada yang bertanya, Antara takdir dan doa manakah yang paling kuat? Jawaban adalah Sama-sama kuat. Takdir adalah kehendak Allah. Sedangkan doa adalah kehendak kita. Kadang kala Allah merubah kehendak nya hanya karena kita. Itu makanya jangan pernah untuk berhenti berdoa. Sesungguhnya Allah maha pengasih lagi maha penyayang.

Kembali lagi kedua pasutri ini, semua lauk di piring telah habis, Aisyah meneguk air minum hingga habis, dan bersendawa kecil.

"Alhamdulillah," ucap Aisyah

"Alhamdulillah," ucap Gus Ilham juga.

Aisyah tersenyum tipis, kemudian memegang perutnya yang sudah sedikit buncit. "kayaknya Aisyah ngga jadi hamil deh, soalnya perut nya sudah tidak bunyi-bunyi lagi"

Gus Ilham terkekeh kecil "Iya Aisyah, yaallah kamu tadi bukan hamil tapi lapar karena belum makan"

"Oh. Hehe, Aisyah kira ada bayi dalamnya" ujarnya cengengesan.

"Sudah ngga sabar ya, hamil?"

"Iyalah mau liat reaksi papa Aisyah," ucap Aisyah.

"Kenapa mau liat reaksi papa?" Tanya suaminya bingung.

"Dulu Aisyah bilangin papa tua, kata papa dia belum tua kalau belum punya cucu,"

"Terus apa hubungannya?"

"Kalau Aisyah hamil berarti papa sudah tua. Aisyah mau bilangin papa tua, biar ngga sok paling muda"

"Heh! Ngga boleh gitu sayang" ucap Gus Ilham menegur, walaupun sedikit tertawa kecil.

***

Jam tiga pagi Gus Ilham terbangun, pria itu perlahan menetralkan penglihatannya. Gus Ilham tersenyum tipis kala tangan kecil memeluk erat tubuhnya. Wajah indah yang selalu menjadi candu nya kini tenggelam dalam ceruk lehernya.

"Aisyah" panggil Gus Ilham lembut.

Aisyah tidak merespon masih tetap terlalap, membuat Gus Ilham semakin gencar menggangu nya.

"Hey! Aqilah jelek" ucap Gus Ilham lagi sambil terkekeh geli. Pria itu mengelus tangan mungil istrinya bahkan sampai mencubit.

Tentu saja hal itu membuat Aisyah terusik "ehmm..." Kemudian Aisyah membalik tubuh memunggungi suaminya yang jahil di pagi-pagi begini.

"Aisyah bangun" bisik Gus Ilham.

"Aisyah masih mau bobo, Jangan ganggu ih, Aisyah ngga bisa layani Gus Ilham"

Mendengar ucapan Aisyah membuat Gus Ilham tertawa "Aku ngga minta jatah kok, tolong bantuin aku packing."

"Aisyah!" Panggil Gus Ilham lagi saat Aisyah belum menggubris ucapan nya.

"Bantu packing barang aku sayang, aku mau ke luar kota, nanti"

Walaupun Aisyah tidur, wanita itu masih bisa mendengar ucapan suaminya. Aisyah kemudian menoleh dengan Mata yang di pejamkan.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Aisyah dengan suara serak.

"Jam tiga"

Aisyah memeluk kembali badan suaminya, "Aisyah mau ikut" rengek Aisyah.

"Jangan, kamu kan sekolah"

"Gus Ilham ngapain ke luar kota?"

"Mau dakwah sayang, sekalian mau ziarah ke makam ulama juga"

Aisyah mendongak menatap suaminya, mata Aisyah sedikit memerah karena terpaksa bangun "kapan pulang nya?"

"Malam, sayang"

"Gus Ilham berangkat kapan?"

"Sesudah sholat subuh, bareng sama Abi,"

Aisyah bangun, mengubah posisi menjadi duduk begitu pun dengan Gus Ilham "Yaudah Aisyah siapin dulu baju-baju Gus Ilham"

"Peci jangan lupa di masukin juga," peringkat Gus Ilham.

"Iya"

***

Aisyah menutup ransel yang Gus Ilham akan bawa, setelah selesai memasukkan semua keperluan suaminya.

"Sudah selesai?" Tanya Gus Ilham yang baru selesai shalat Sunnah tahajud, Menyimpan sajadah nya.

Aisyah mengangguk. "Iya."

"Mau tidur lagi?"

"Jam berapa?" Tanya Aisyah.

"Hampir jam empat,"

"Yaudah deh, Aisyah ngga usah tidur, sebentar lagi juga masuk waktu subuh"

"Memangnya tidak mengantuk?"

Aisyah menggeleng "Ngga kok,"

"Ya sudah, mau muroja'ah?" Tawar Gus Ilham.

"Mau!"

Gus Ilham kemudian melangkah duduk di atas sofa di susul Aisyah yang sudah duduk di lantai.

"Sudah juz berapa?"

"Baru juz 12."

"Lho Kenapa kamu lambat sekali," ujar Gus Ilham bingung, pasalnya para seangkatannya bahkan sudah ada yang khatam Al-Quran 30 juz. Dan Aisyah juga terbilang cukup baik dalam menghapal.

Aisyah sedikit merenung "Semenjak Aisyah jadi santri dalam pengawasan sudah jarang menyetor hapalan,"

Gus Ilham mengangguk mengerti "Ya sudah, mulai bacanya aku dengar"

Aisyah mulai membaca dengan mengucap bismillah sebagai awalan dan sadakallahul azim, diakhir bacaan nya.

Seperti biasanya Gus Ilham selalu terhipnotis akan suara merdu yang selalu begitu sempurna keluar dari mulut Aisyah.

"Masyaallah, suara bagus sekali Aisyah. Sangat merdu" puji Gus Ilham setelah Aisyah selesai.

"Aisyah ngga ada yang salahkan?"

"Sedikit, cuman tajwid nya diperjelas lagi, biar makin sempurna bacaan nya.

"Alhamdulillah,"

"Lain kali kalau mau menyetor sama aku saja,"

"Iya Gus Ilham, Aisyah juga sekarang mau fokus menghapal,"

Gus Ilham mengangguk, tangannya mengusap kepala Aisyah penuh kelembutan.

"Sudah jam berapa?" Tanya Aisyah lagi.

"Masih ada sepuluh menit lagi masuk waktu subuh,"

Aisyah mengangguk menatap mata sipit suaminya yang dulunya menatap nya dengan penuh amarah sekarang penuh cinta, tersirat.

"Mau ciuman?" Tawar Gus Ilham.

Aisyah mengangguk antusias, duduk di samping suaminya. Kedua tangannya sudah melingkar indah di leher suaminya.

"udah. Aisyah mau mandi," ucap Aisyah menghela nafas.

"Yasudah, sana,"

Aisyah beranjak dari duduknya, namun satu benda terjatuh dari pangkuan yang membuat nya menunduk untuk mengambilnya.

"Ya ampun, tasbihnya mau putus," ucap Aisyah.

Mata Gus Ilham mendelik fokus ke arah tasbih yang di pegang Aisyah, seperti nya tasbih itu tidak asing baginya.

"Aisyah?" panggil Gus Ilham.

"Iya"

"Itu tasbihku, Kenapa bisa ada di kamu,"

Aisyah menoleh "Oh, ini tasbih milik Gus Ilham?"

"Iya, kamu dapat ini di mana?" Tanya Gus Ilham mengambil dari tangan Aisyah.

"Oh iya. Waktu itu Aisyah ngga sengaja nabrak seseorang, terus ketemu tasbih ini, punya Gus Ilham ya?"

"Iya, ini punya ku" ucap Gus Ilham menatap Lamat tasbih tersebut.

Aisyah mengangguk "Jadi Gus Ilham ya, yang ngga sengaja Aisyah tabrak waktu itu?"

"Di toilet cafe dekat mall."

"Iya di situkan?"

Mata Aisyah melihat satu tanda huruf S yang berada di ujung gantungan tasbih. Membuat Aisyah penasaran.

"S? Kok ada huruf S di sini" ujar Aisyah membuat Gus Ilham terkesiap, dan langsung menyimpan tasbih itu di saku bajunya.

"Ngga apa-apa, kamu mau mandikan, sana mandi,"

"Oh iya ya," ucap Aisyah kemudian beranjak ke kamar mandi. Walaupun dalam hati Aisyah ada yang janggal.

Setelah Aisyah enyah di balik pintu kamar mandi, Gus Ilham yang masih ada di tempat nya menghela nafas gusur.

"Astagfirullah, lupakan dia Ilham," gumamnya.

***

Pagi harinya Aisyah, Gus Ilham serta ummi dan Abi mertuanya sudah berada di depan rumah Gus Ilham, yang sebentar lagi akan berangkat ke tempat tujuan mereka.

"Kamu nanti jangan bolos," ucap Gus Ilham memperingati.

"Siap bos!" Balas Aisyah hormat.

"Awas saja kalau kamu bolos, Dan juga aku mau kasih tugas buat kamu"

Pupil mata Aisyah membesar "Tugas apa?"

"Kamu awasi semua santri dan juga para guru yang tidak masuk mengajar, setelah itu lapor ke aku"

"Kok Aisyah sih, Aisyah ngga mau ah, jadi mata-mata Gus Ilham,"

"Harus mau,"

"Tapi Gus Ilham-"

"Kamu itu santri,"

"Khusus" sela Aisyah.

Gus Ilham menggeleng "Bukan. Kamu itu istri saya, Ning Aisyah. Jadi saya minta untuk menjaga pesantren, selama saya tidak di pesantren ini. Cuman satu hari kok"

"Tapi kalo ketahuan sama orang-orang, Aisyah bisa di benci. Bukan jadi mata-mata Gus Ilham aja banyak yang benci apalagi-"

"Ssstt... Saya bilang secara diam-diam. Masa bolos kamu jago, sampai ngga ada yang tau, kamu bisa, kan ini cuman mengawasi,"

Aisyah terpaksa mengangguk "Iya deh."

Gus Ilham tersenyum simpul, Semoga lah Aisyah bisa di andalkan. Gus Ilham tidak suka bila ada dewan guru atau para pengurus yang makan gaji buta, yang kerjanya cuman bermalas-malasan.

Abi Syakir menyusul anak-anaknya, setelah berpamitan kepada istrinya, kini pria yang hampir setengah abad umurnya siap untuk berangkat.

"Sudah siap Ilham?" Tanya Abi Syakir dan Ilham mengangguk.

"Ummi mana Abi?" Tanya Aisyah bersahut.

"Lagi simpan barang di bagasi"

"Ummi!" panggil Aisyah.

"Sudah selesai semuanya?" Tanya Abi Syakir pada istrinya.

Ummi Maryam mengangguk "Sudah, mas,"

"Ummi, Ilham sama Abi berangkat dulu" ucap Gus Ilham mencium punggung tangan ummi Maryam.

"Hati-hati, nak"

"Aisyah, aku pergi dulu," ucap Gus Ilham mencium kening Aisyah.

"Nanti jangan lupa minta maaf ya sama ustazah Erna. Bagaimana pun dia adalah guru kamu. Rasulullah Saw., bersabda: "Barangsiapa mengajar satu ayat dari Kitabullah kepada seorang hamba, maka orang itu menjadi junjungan hamba tersebut, hamba tidak boleh merendahkan orang tersebut, dan tidak boleh mendahuluinya (harus memuliakannya)"

"Rasullullah juga bersabda "Barangsiapa memuliakan orang berilmu (guru), maka sungguh ia telah memuliakan aku. Barangsiapa memulikan aku, maka sungguh ia telah memuliakan Allah. Barangsiapa memuliakan Allah, maka tempatnya di surga".

"Mau masuk surga kan sayang?" Ucap Gus Ilham. Aisyah mengangguk.

"Aisyah, menghormati guru itu hukumnya wajib karena guru adalah orang yang memberi kita ilmu, meskipun guru marah tetap itu adalah orang tuamu sementara dan guru ialah orang yang lebih tua dari kita."

"Apa salahnya juga kan meminta maaf duluan. Padahal, meminta maaf bukan berarti kamu salah dan dia benar, tapi semata karena hatimu harusnya lebih tinggi daripada egomu."

Aisyah tersenyum tipis "Iya Aisyah mau kok, makasih ya, Gus Ilham"

"Sama-sama, aku berangkat dulu ya, jaga rumah sama anak kita Aurora" ucap Gus Ilham yang tertawa di akhir katanya.

"Hati-hati Gus Ilham," Gus Ilham mengangguk mengusap kepala Aisyah.

"Ayo," ajak Abi Syakir.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam,"

Aisyah dan ummi Maryam saling merangkul pundak menatap keberangkatan suami mereka.

"Mas! Mas!" Panggil Aisyah pada Gus Ilham yang hendak naik ke mobil.

Gus Ilham tersenyum senang "Iya Aisyah kenapa?"

"Semangat jual baksonya" Kekeh Aisyah, sedangkan ummi Maryam hanya menggeleng pelan walaupun sedikit tertawa.

Sedangkan nasib sang empu hanya bisa menghela nafas panjang. Untuk kedua kalinya Aisyah mengejeknya tukang bakso.

Di dalam mobil Abi Syakir terbahak karena panggil Aisyah itu. "Sabar," ucap Abi Syakir tertawa.

***

Aisyah berdiri di depan ruangan guru, hari ini seperti yang Gus Ilham bilang tadi pagi, meminta maaf kepada Ustazah Erna atas kenakalannya.

Dengan helaan nafas panjang Aisyah memutar kenop pintu dan masuk kedalam.

"Assalamualaikum" salam Aisyah.

"Waalaikumsalam," salam semua orang di dalam sana.

"S-saya mau bertemu ustazah Erna" ucap Aisyah sopan.

"Kenapa?" Tanya ustadzah Erna.

Aisyah melangkah mendekat ke arah meja ustazah Erna untuk menghadap ke hadapannya. Aisyah mengambil tangan ustazah Erna untuk di selamanya.

"Saya datang kesini, mau meminta maaf ustazah, mewakili kedua teman saya Fatia dan luna atas perbuatan saya, kemarin sore"

"Saya minta maaf bersungguh sungguh ustazah, saya sadar. Saya seorang murid, dan tidak sepantasnya saya melakukan hal yang tidak beradab itu kepada anda. Sungguh saya menyesali perbuatan saya"

"Itu saja?" Tanya ustadzah Erna bersedekap dada bersandar di sandaran kursi.

Aisyah mengangguk.

"Wow! Tertimpa apa?" Tanyanya.

Aisyah menggeleng"Tidak ada ustazah, kedatangan saya kesini memang dari hati tulus. Bukan paksaan ataupun tertimpa apapun itu."

"Ustazah Erna, guru saya di sini tempat saya bersekolah. Guru adalah orang tua yang memberi kita Ilmu. Saya tau ustazah marah kepada saya itu sebabnya saya datang baik-baik ke sini meminta maaf"

Aisyah tersenyum begitu tulus di hadapan ustazah Erna "Ada seseorang yang mengatakan kepada saya, meminta maaf bukan berarti kamu salah dan dia benar, tapi semata karena hatimu harusnya lebih tinggi daripada egomu. Dan yang memaafkan juga hatinya pasti sangat mulia"

Ucapan Aisyah di dengar semua guru yang ada di sana, semuanya menatap Aisyah penuh takjub atas apa yang ia ucapkan.

Bahkan ustazah Erna yang tadinya memasang wajah songongnya seketika terlena.

"Ustazah mau kan memaafkan saya dan kedua teman saya?" Tanya Aisyah.

Ustazah Erna terdiam membisu, siapa sangka wanita ini terkesiap akan ucapan Aisyah "Iya saya maafkan, lain kali jangan di ulangi"

Aisyah menghela nafas lega, "Terima kasih ustazah, saya tau hati ustazah sangat mulia," setelah mengatakan itu Aisyah menghampiri ustazah Erna dan memeluk sejenak wanita itu kemudian mengambil tangan kanan ustazah nya untuk ia Salim.

"Saya permisi dulu, assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

***

Malam harinya Aisyah sendirian di rumah nya, tidak sendirian sih, kan ada anaknya Aurora. Tapi itu sedikit berbeda jika saja Aurora itu manusia pasti Aisyah tidak terlalu kesepian malam ini.

Apalagi malam hari ini, hujan turun begitu deras, serta angin berhembus begitu kencang. Untung saja tidak ada petir sehingga Aisyah tidak terlalu takut.

"Kok Gus Ilham belum pulang sih, Aisyah kan jadi kangen banget" gumam Aisyah duduk di sofa sambil memeluk kedua lututnya yang di tekuk.

"Gus Ilham!" Teriak Aisyah, tanpa sadar.

Aisyah menghela nafas panjang, setidaknya teriakan tadi bisa menghilangkan sedikit stres nya karena di tinggal suaminya.

"Atau Aisyah, ke rumah ummi saja,"

"Tapi hujan, nanti Aisyah sakit. kasian tau suami Aisyah, nanti repot jagain Asya sakit" monolog Aisyah.

Rasa benar-benar sunyi dan membosankan, jika saja Aisyah punya hp pasti tidak se membosankan ini. Jangankan hp bahkan televisi pun tidak ada di rumah ini.

"Hiss! pokoknya Aisyah mau ke rumah ummi" ucap Aisyah bangkit dari duduknya menuju pintu rumah nya.

Sebelum keluar Aisyah terlebih dahulu memakai jas hujan berwarna pink dan juga tak lupa memakai payung.

Sedikit aneh, di luar hujan dan angin kencang. Aisyah mungkin tidak berpikir dua kali untuk memakai payung di malam dengan angin yang kencang.

***

Sesampainya di ndalem tempat tinggal mertuanya yang kebetulan jarak antara rumahnya tidak terlalu jauh.

Aisyah menyimpan payung nya di lantai, walaupun saat perjalanan payung hampir terbang, tapi itu tidak menjadi penghalang bagi seorang Aisyah Aqilah, ini.

Hujan hanya membasahi bukan menghalangi!

Masih berbalut jas hujan berwarna pink, setelah menutup payung nya, Aisyah mengetuk pintu rumah sang mertua.

"Assalamu'alaikum, ummi!"

"Ummi ini Aisyah!" Panggil Aisyah lagi.

"Wa'alaikumsalam, Aisyah" ummi Maryam keluar, walaupun sedikit tercengang melihat menantu yang datang di hujan deras seperti ini.

"Gus Ilham sama Abi sudah datang ummi?" Tanya Aisyah.

"Belum, nak. Ayo masuk dulu" ajak ummi Maryam.

Aisyah mengangguk hendak membuka jas hujannya, namun mendengar suara mobil masuk ke pekarangan ndalem, Aisyah menoleh begitu juga dengan ummi Maryam.

"Kayaknya mereka yang datang" ucap ummi Maryam.

Dan yah, dua orang keluar dari mobil dan berlari ke arah kedua wanita ini. Abi Syakir dan Gus Ilham datang sambil mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam, Gus Ilham!" Pekik Aisyah kegirangan menghampiri suaminya.

"Eh, jangan peluk Aisyah, kamu masih pakai jas hujan, nanti aku ikutan basah" ucap Gus Ilham.

Sedangkan Abi Syakir, pria tua itu langsung masuk ke dalam, Abi dari Gus Ilham memang tidak bisa terlalu kedinginan karena memiliki riwayat sakit asma.

"Ya sudah Aisyah buka cepat jas hujan kamu, lalu masuk. Ummi ke dalam dulu mau liat abi kamu"

Aisyah mengangguk, sedangkan Gus Ilham menutup payung nya. Pria itu kemudian menatap istrinya.

"Ngga bolos?" Tanyanya.

Aisyah mendongak menatap suaminya "Enggak kok, tenang aja sayang," ucapnya mengedipkan satu matanya.

Gus Ilham mengangguk. "Ayo"

Aisyah mau melangkah, namun terhenti karena mendengar suara sesuatu yang jatuh.

Bruk!

Bruk!

"Suara apa itu?" Tanya Aisyah.

"Mangga jatuh" ucap Gus Ilham

Mendengar itu mata Aisyah seketika berbinar, buah mangga kesukaan Aisyah.

"Mangga" gumam Aisyah menatap ke arah depan ndalem.

"Ayo Aisyah, masuk" ajak Gus Ilham yang sudah ada di ambang pintu.

Aisyah berbalik menatap suaminya "Gus Ilham masuk duluan aja, Aisyah mau lipat jas hujannya dulu"

Gus Ilham menatap intimidasi wanita dihadapannya itu "Kamu ngga ada niatan kan, mau ambil mangga itu"

Aisyah terkejut, Astaga suaminya ini cenayang kah? Kenapa sangat tau apa dalam pikiran Aisyah. "E-engga kok, kan lagi hujan deras"

Gus Ilham tentunya tidak langsung percaya dengan ucapan istrinya itu. "Benarkah?"

"Iya , sayang. Aisyah mau lipat jas hujan dulu payung Aisyah juga mau di simpan. Sayang masuk duluan aja ya, nanti Iis nyusul"

Gus Ilham menghela nafas dan mengangguk"Jangan lama"

"Iya, masuk sana. Gus Ilham pasti kedinginan"

Gus Ilham pun masuk, setelah memastikan suaminya tidak lagi di luar Aisyah kemudian memakai kembali baju Anti air nya itu dan melangkah ke arah buah mangga itu.

***

"Ummi! Ilham juga mau teh" ucap Gus Ilham duduk di sofa.

Ummi Maryam datang karena mendengar panggilan dari sang anak "Kenapa?"

"Buatkan teh" pinta Gus Ilham.

"Ish, kamu suruh ummi?" Tanya wanita paruh baya itu.

Gus Ilham tertegun "Ilham minta tolong ummi"

"Ya, istri kamu mana?" Tanya ummi Maryam Celingukan.

"Masih di luar"

"Kenapa nggak di suruh masuk?"

"Lagi lipat jas hujannya, katanya
"

Ummi Maryam terdiam sejenak "Ummi keluar dulu" ucapnya, setelah itu pergi keluar menghampiri Aisyah.

Saat keluar menyusul Aisyah, ummi Maryam Celingukan mencari keberadaan menantunya yang tidak terlihat di teras ndalem. Hingga netranya melihat seseorang di bawah pohon mangga yang berada di depan rumahnya.

Wanita bertubuh mungil itu sedang sibuk memungut buah mangga yang berjatuhan, akibat hujan deras dan angin kencang.

"AISYAH!" panggil ummi Maryam.

Dari arah seberang sana Aisyah menoleh menatap mertuanya "Ummi" gumam Aisyah.

"Aisyah ayo kesini cepat!" Perintah ummi Maryam berteriak.

Aisyah menggeleng "Aisyah mau ambil mangga dulu!"

"Aisyah nanti kamu sakit, ayo kesini cepat!"

Lagi-lagi Aisyah keras kepala, dan menggeleng "Aisyah ambil mangga ummi!"

"Hujan Aisyah, ayo cepat kesini, Jangan keras kepala!"

Aisyah mengangguk tidak menggubris wanita itu tetap saja masih berada di bawah hujan deras untuk mengambil buah kesukaannya.

"Ya Allah Aisyah! Ilham! Cepat kesini!" Teriak ummi Maryam frustasi.

Ilham datang dengan terbirit-birit "Kenapa ummi?"

"Liat itu istri kamu" ucap ummi Maryam.

Gus Ilham menatap arah tunjuk ummi Maryam. "Aisyah!" Panggil Gus Ilham.

Seketika badan Aisyah tegang, mendengar suara keras itu berasal dari suaminya, membuat nya tidak bisa bergerak.

"AISYAH! KESINI CEPAT!" teriak Gus Ilham marah.

Aisyah menoleh menatap suaminya yang wajah marah, mata sipit itu kini menatapnya penuh amarah yang berkobar.

"AYO CEPAT KESINI, ATAU SAYA YANG KESANA SERET KAMU!"

Aisyah menelan Selivanya bulat-bulat. Kakinya bergetar hebat dan juga bibirnya pucat karena kedinginan.

"Aisyah sini, nak!" Panggil ummi Maryam.

"T-tapi Jangan pukul Aisyah" ucap Aisyah bergetar.

"Cepat!" Perintah Gus Ilham tegas.

Aisyah berjalan dengan pelan, membuat Gus Ilham Menggertak giginya untuk menahan kekesalannya.

"Astagfirullah Aisyah, kenapa main hujan nak" ucap ummi Maryam langsung menghampiri menantunya yang membawa ember berisikan mangga.

Gus Ilham merampas ember itu dan membuangnya ke sembarang arah. Membuat Aisyah tersentak kaget.

"Kenapa kamu bandel sekali, saya sudah bilang jangan main hujan!" Sentak Gus Ilham memarahi Aisyah.

Aisyah menoleh ke arah mertuanya meminta perlindungan, namun ummi Maryam menggeleng "Maaf Aisyah, kali ini ummi berpihak pada Ilham. Jangan marah kalau kamu di marahin, ini demi kebaikan kamu Aisyah. Nanti kamu sakit nak, kalau main hujan seperti itu"

"Aisyah cuman Ambil mangga ummi" cicit Aisyah.

"Masih ada waktu besok, kenapa tidak kesabaran sekali kamu!" Ucap Gus Ilham menatap tajam Aisyah.

"Sudah-sudah, lebih baik masuk ke dalam saja. Buka dulu jas hujan nya Aisyah" ucap ummi Maryam.

***

Setelah Aisyah selesai mengganti pakaian yang basah, wanita ini kini telah duduk di ruang keluarga bersama suaminya yang duduk di hadapannya dengan wajah datar.

Ummi Maryam datang membawakan selimut untuk menantunya memakai kan nya pada badan Aisyah.

"Yuyun, tolong bawakan air hangat" pinta ummi Maryam.

Yuyun adalah salah satu abdi ndalem yang membantu ummi Maryam di sini "Ini nyai,"

"Kasih ke Aisyah"

"Ini Ning" Aisyah mengangguk dan menerima nya. Yuyun sendiri adalah orang kedua di pesantren ini yang mengetahui hubungan Aisyah dan Gus Ilham setelah ustadz Abraham teman dari Gus Ilham.

"Makasih mba Yuyun"

"Sama-sama, Ning"

"Huhh, dingin" gumam Aisyah.

"Makanya jangan main hujan" ujar Gus Ilham.

"Aisyah cuman Ambil mangga"

"Masih ada waktu besok kan? Kamu kayak ngga pernah makan mangga saja" cibir Gus Ilham.

"Aisyah takut kehabisan, nanti mba Yuyun ambil duluan"

Mba Yuyun yang masih di sana kaget dan kemudian tertawa kecil "Ngga kok Ning, kebetulan saya ngga suka mangga" ucapnya sopan.

Aisyah menoleh dan tercegoh "Mba Yuyun ngga suka mangga, kok bisa. Padalah mangga enak banget Loh"

"Dari kecil Ning memang ngga suka, mangga rasa kecut"

"Ish, mana ada Mangga kecut. Tidak semuanya ya, mba"

Mba Yuyun hanya menyegir saja dan berpamit untuk kebelakang.

Kemudian dari arah dapur Abi Syakir datang, membawa semangkuk bubur kacang hijau yang ia beli di pinggir jalan tadi.

"Aisyah kenapa?" Tanya pria tua itu duduk di salah satu sofa.

"Main hujan, cuman mau ambil mangga" balas ummi Maryam.

Abi Syakir tertawa, memaklumi. Sedari kecil memang Aisyah sangat aktif dan jika berurusan dengan mangga, gadis ini tidak bisa diam.

"Sini nak, makan bubur sama Abi" titah Abi syakir pada menantunya.

Aisyah menurut dan beranjak duduk di samping mertuanya. Dengan telaten Abi Syakir menyuap bubur kacang hijau itu pada menantunya dan makan bersama.

"Tinggal satu sendok, buat kamu"

Aisyah menggeleng "Ngga usah Abi, buat Abi saja. Aisyah tadi makan terlalu banyak"

"Buat kamu saja,"

Aisyah membuka mulutnya dan memakan suapan terakhir dari bubur kacang hijau.

"Suka?" Tanya Abi Syakir. Aisyah mengangguk.

Sementara itu Gus Ilham memerhatikan keduanya hanya bisa menghela nafas sedangkan ummi Maryam juga memerhatikan mereka hanya saja wanita ini juga sibuk mengemil.

"Duduk sini Aisyah" pinta Gus Ilham.

Aisyah mendongak menatap sang mertua, kemudian menggeleng menolak. "Aisyah mau duduk di sini aja"

"Sini, kamu tidak malu. Dia suami ummi"

"Kenapa, ummi ngga keberatan kok" sahut ummi Maryam.

"Ummi tidak cemburu?" Tanya Gus Ilham.

"Heh! Aisyah itu istri kamu. Abi kamu juga sudah anggap Aisyah anak" ucap ummi Maryam.

Ilham berdecak lidah, pria itu bersandar di sandaran sofa sambil bersedekap dada.

"Sini juga Maryam," panggil Abi Syakir. Ummi Maryam bangkit duduk di samping suaminya.

Kini Abi syakir berada di tengah tengah antara menantu dan anaknya, hak itu membuat Gus Ilham memalingkan wajahnya. Rasa dirinya seperti anak pungut di sini, yang duduk sendiri.

"Kenapa? Mau di gabung juga?" Tanya Abi Syakir.

"Ngga usah, makasih" ucapnya, kemudian pergi dari sana.

Hal itu membuat ketiga orang ini tertawa lepas. "Sudah sana, bujuk suaminya" ucap Abi Syakir pada Aisyah.

Aisyah mengangguk "Selamat malam Abi, ummi"

"Selamat malam" jawab ke dua pasangan tua itu.

Setelah mendengar balasan dari mertua Aisyah berpamitan naik ke atas menghampiri suaminya.

"Kamu ngga cemburu kan?" Tanya Abi Syakir pada istrinya.

"Ngga sih, biasa aja"

Abi Syakir mengangguk dan merangkul istrinya tercinta "Dingin ngga"

"Iya, dingin. Mau di peluk kamu" ucap ummi Maryam manja.

Dasar tua bucin!








_GUS ILHAM MY HUSBAND _


JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN SEBANYAK BANYAKNYA.

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INSTAGRAM DAN WATTPAD @wattpadasya

Wow kira-kira inisial S itu siapa ya? Jangan ada yang beranggapan dia orang ketiga ya, cerita ini ngga akan ada orang ketiga selain ustazah Erna si benalu, itu pun juga kalau bisa rebut Gus Ilham dari Aisyah.

Sampai berjumpa lagi di part selanjutnya, tapi sebelum 9k vote saya ngga akan update.

#gusilhammyhusband

See u assalamualaikum 🧡


Sabtu, 02 juli 2022
J

umat, 29 maret 2024

Continue Reading

You'll Also Like

Ayesha By Diaaan

Teen Fiction

22.7K 1.1K 51
"Kata orang kalo kita suka sama seseorang lebih dari 4 bulan itu nama nya sayang, terus kalo menyukai seseorang lebih dari 4 tahun itu apa nama nya?"...
4.8K 296 16
Author nggak pinter buat deskripsi ini lanjutan dari fanfic "setelah perang dunia Shinobi ke 5" dari akun ku yg satunya yaitu weningnurutami12.jadi b...
275K 22.3K 34
"pih, papih nara pengen cimol" "iya sayang beli ama gerobaknya" "pih, papih nara mau ke pasar malem dong" "gak usah kesana nanti papih suruh pasar...
8.2M 752K 58
(SUDAH TERBIT DAN PART MASIH LENGKAP) Novelnya MGMH tersedia di gramedia dan TBO, link ada di bio aku🌷 ⚠Follow dulu sebelum baca!⚠ ⚠PARA PLAGIAT DIL...