Ex Boyfriend | Jung Jaehyun

By selvimeliana

18.2K 1.2K 696

๐‚๐จ๐ง๐ญ๐ž๐ง๐ญ ๐ฐ๐š๐ซ๐ง๐ข๐ง๐ (๐ฌ) ; ๐๐ก๐ฒ๐ฌ๐ข๐œ๐š๐ฅ ๐ญ๐จ๐ฎ๐œ๐ก, ๐ค๐ข๐ฌ๐ฌ๐ข๐ง๐ , ๐œ๐ฎ๐๐๐ฅ๐ž, ๐š๐ฅ๐œ๐จ๐ก๐จ๐ฅ... More

PROLOG
01. Masih Tentang Liana
02. Dia?
03. Mimpi Buruk
04. Masa Lalu yang Kembali
05. Kisah Itu Sudah Berakhir
06. Berawal Tantangan
07. Hari Pertama
08. Hanya Sebatas Bertemu Lagi
09. Realita Mereka
10. Pantas Bahagia
11. Galen Daumzka
12. Serpihan Kebenaran Tentang Aldi
13. Satu Kebenaran Lagi
14. Masa yang Berbeda
CERITA BARU
PEMBERITAHUAN ! ! !
15. Mereka Hanya Masa Lalu, kan?
16. Lekas Sembuh
17. Apa Damai itu Benar Ada?
18. Ending
19. Putus Asa
20. Terima Kasih
21. Reuni Masa Lalu
22. Reuni Masa Lalu 2
23. Deja Vu
24. Lunch
25. Hujan Malam Ini
26. Kenangan Masa Lalu
27. Bukan Sekedar Harapan
28. Masih Butuh Waktu
30. Tersampaikan
31. Terbalaskan
32. Bagian Masa Lalu
33. Janji
34. Menikmati Waktu
35. Lamaran
36. Terungkap
37. Happy Wedding
EPILOG

29. Tahapan

188 27 8
By selvimeliana

Banyak sekali kejadian tidak terduga yang membuat Liana, dan Aldi terlibat bersama, bahkan bisa sampai sedekat itu. Dan kejadian-kejadin itu terjadi persis setelah Aldi mengaku jika ia kembali jatuh cinta pada Liana. Liana tidak tahu ini hanya sekedar kebetulan atau hal yang lainnya, yang jelas sebelumnya tidak pernah ada hal semacam ini. Contohnya seperti beberapa hari yang lalu, mereka berdua tiba didepan lift bersamaan. Tidak sampai disitu, tepat setelah keduanya masuk bersamaan, tiba-tiba saja segerombolan karyawan lain berdatangan mencegah pintu lift yang sudah hampir tertutup, lalu mereka segera masuk kedalam lift tersebut. Dan itu menyebabkan lift terisi penuh sampai-sampai Liana, dan Aldi berdempetan di pojok belakang.

Kemarin saja, saat jam makan siang, mereka tidak sengaja bertemu di restoran yang sama. Dan pada akhirnya, mereka jadi makan bersama tanpa rencana sama sekali. Selain itu masih ada beberapa kejadian tidak terduga lainnya. Hal ini sampai membuat Liana hampir tidak bisa mengendalikan perasaannya sendiri, apalagi dengan Aldi yang juga semakin menunjukan perasaannya kepada Liana. Bagi Liana, ini sudah seperti godaan besar untuknya, sungguh.

Dan entah apa lagi yang akan terjadi hari ini, tapi Liana harap tidak akan ada kejadian yang semakin membuat jantungnya bekerja dengan tidak normal. Jika itu sampai terjadi, ia tidak tahu bagaimana lagi caranya untuk menahan diri.

"Kamu lagi gak enak badan?"

"Huh?" Liana otomatis menghentikan langkah kakinya, menatap kearah Aldi yang ada disampingnya. Dari apa yang Liana lihat, ada sorot khawatir di mata Aldi. "Enggak, kok," jawab Liana meyakinkan, karena nyatanya ia memang baik-baik saja.

"Hari ini kamu sering melamun. Kamu juga kelihatan lebih letih dari biasanya."

"Ah, itu?" Liana terdiam sesaat karena ia cukup ragu harus memberitahu Aldi atau tidak. "Itu cuma efek dari tamu bulanan aku doang, kok." Liana langsung menatap kearah lain saat mengatakan itu. Ia tidak tahu ekspresi apa yang Aldi tunjukan, ia juga tidak mau tahu. Tapi yang jelas Aldi sempat terdiam lebih lama dari seharusnya.

"Kalo mau, kali ini kamu boleh gak ikut aku meeting. Aku bisa suruh orang lain atau kesana sendiri juga bisa, kok."

"Nanggung, kita udah disini juga." Liana menjawabnya sambil menatap kesekeliling tempat mereka berdiri. Saat ini mereka sudah ada di depan lift, untuk pergi ke tempat meeting yang kali ini bisa memakan waktu sampai setengah jam-an. "Lagian aku gak papa, kok. Nyeri sama pegelnya juga masih wajar, masih bisa dibawa kerja."

Aldi boleh mengaku jika ia kembali jatuh cinta pada Liana, tapi itu bukan berarti Liana bisa menjadikan hal tersebut sebagai bahan agar ia bisa santai-santai padahal sedang di jam kerja. Liana juga tidak mau sampai Aldi membiarkannya seleluasa itu. Kerja tetaplah kerja, tidak ada kaitannya dengan perasaan pribadi.

"Kalo ada apa-apa, langsung ngomong ke aku aja!" Aldi tidak hanya memberikan senyuman kecil pada Liana, tapi kali ini Aldi juga memberikan usapan lembut tepat di punggungnya.

Liana gelagapan, ia sampai menatap ke sekeliling, takut-takut ada yang melihat kelakuan Aldi ini. Kalau itu terjadi, bisa-bisa dirinya menjadi bahan gosip di kantor, apalagi semua karyawan disini tahunya jika Aldi adalah suami dari Oliv.

Dan berbeda dari Liana, Aldi malah tergelak pelan. "Gak ada orang lain, Na. Mereka lagi pada sibuk kerja," ujarnya terlalu enteng sebelum akhirnya masuk lebih dulu kedalam lift. Aldi nyatanya sadar maksud dari gelagat Liana. "Ayo, masuk!" ujarnya yang membuat Liana menghela napas pelan dan akhirnya mengikuti Aldi.

Awalnya mereka hanya berdiri digaris yang sama dalam keterdiaman, tapi tidak berangsur lama karena begitu pintu lift tertutup, Liana langsung menatap kearah Aldi.

"Al?" panggil Liana yang dibalas deheman pelan oleh Aldi. Pria itu juga balik menatap Liana, membuat mereka kali ini saling berhadapan. "Jangan berinteraksi lebih dari atasan sama bawahan kalo lagi di kantor. Aku gak mau sampe ada kabar yang enggak-enggak. Kamu paham maksud aku, kan?" walaupun sempat ragu, pada akhirnya Liana bisa mengatakan hal yang terlintas di pikirannya.

Lantas Aldi yang mendengar itu jadi tersenyum kecil sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Pria itu terlihat gemas, tapi tetap berusaha ia kontrol. "Iya, aku paham," katanya masih sambil senyum-senyum kecil.

"Orang-orang kantor taunya kamu itu suaminya Oliv, dan Ayahnya Raina."

Sebelah alis Aldi terangkat. Dari raut wajahnya, pria itu terlihat bingung. Hal ini tentu membuat Liana menyimpulkan suatu hal.

"Kamu gak tau?" Liana bertanya dengan nada tidak percaya.

Dan Aldi menggeleng pelan, membuat Liana membuang napasnya kasar. "Padahal itu jadi pembicaraan hangat bahkan sampai sekarang. Tapi kamu sendiri malah gak tau." Liana masih terlihat tidak percaya.

"Mereka aja ngomongnya dibelakang aku, kan? Jadi gimana aku bisa tahu?"

"Ah." Liana mengangguk pelan, baru sadar jika apa yang dikatakan Aldi memang ada benarnya.

"Kamu risih dengan kabar itu?" Aldi bertanya yang membuat Liana menatapnya bingung. "Kalo iya, aku bisa kasih tau ke mereka yang bener itu gimana."

"Enggak!" Liana berseru saat menjawab pertanyaan Aldi. "Kalo mau kasih tau mereka, jangan jadiin aku alasannya," lanjutnya dengan suara yang lebih lirih dari sebelumnya.

Tidak lama setelah Liana mengatakan itu, baik Liana maupun Aldi merasakan sesuatu yang aneh. Aldi yang hendak menjawab Liana saja sampai tidak jadi.

Dan benar saja, lampu lift tiba-tiba mati bersamaan dengan guncangan yang cukup terasa didalam lift. Bahkan guncangan tersebut sampai membuat tubuh Liana terdorong kedepan. Aldi yang menyadari itu segera menarik tangan Liana, takut jika perempuan itu terjatuh. Hingga pada akhirnya tubuh mereka jadi bertubrukan.

Cup

Kejadian tidak terduga nyatanya kembali terjadi pada mereka berdua. Karena tepat saat tubuh mereka berdua bertubrukan, bibir mereka tanpa sengaja juga saling menubruk. Liana tentu terkejut bukan main, tapi anehnya perempuan itu tidak segera menjauh. Ia malah terdiam dalam posisi tersebut dengan detak jantung yang menggila. Tidak hanya Liana, Aldi juga merasakan hal yang sama. Mereka seolah tidak ingin hal ini berakhir.

Dalam keadaan gelap seperti ini, bibir mereka tidak kunjung saling menjauh. Mereka malah mulai terbuai dengan daging kenyal milik satu sama lain.

Dan setelah lampu darurat menyala, mereka justru tetap mempertahankan posisi tersebut. Bedanya, bibir mereka tidak lagi sekedar saling menempel saja, tapi kali ini bibir mereka saling bergerak diatas satu sama lain. Mereka saling menyecap dan melumat diberbagai titik sampai tidak ada yang terlewat sama sekali.

Memang ciuman ini Aldi yang memulainya, tapi Liana juga mengikutinya dengan kedua tangan yang berani merayap masuk kedalam jas Aldi yang tidak terkancing, lalu perempuan itu meraih kemeja Aldi untuk ia remas.

Seiring detik terus berjalan, mereka berdua malah semakin menikmati ciuman tersebut sampai-sampai keduanya memejamkan mata. Kedua tangan Aldi bahkan sampai menangkup pipi Liana untuk memperdalam ciuman mereka hingga pada akhirnya lidah mereka saling membelit satu sama lain.

"Al, emmm." Liana bergumam lirih, meminta Aldi untuk menghentikan kegiatan mereka ini, karena ia sudah sadar apa yang tengah mereka lakukan dan ia tidak ingin semakin terbuai dengan permainan bibir Aldi. Lagipula napasnya sudah hampir habis, ia tidak sanggup lagi jika harus melanjutkannya.

Bibir Aldi akhirnya mulai melepaskan bibir Liana dengan kedua tangan yang masih menangkup pipi perempuan itu. Pertama-tama, Aldi amati terlebih dahulu wajah Liana dalam jarak sedekat ini, menyaksikan sendiri bagaimana bibir Liana basah karena ulahnya, dan jangan lupakan juga wajah malu perempuan itu.

"Maaf, Na," kali ini Aldi benar-benar menyesal. Ia sudah melewati batas, bahkan lebih. Walaupun tadi Liana sama-sama menikmati ciuman mereka, tapi tetap saja ia yang sudah memulainya.

"Gak papa, aku juga salah."

Tanpa Aldi duga, selesai mengatakan itu dengan ekspresi malu-malu, Liana justru menubruk tubuhnya kembali. Menyembunyikan wajahnya di dada Aldi sambil memeluk Aldi yang membuat lelaki itu terkejut.

"Maaf, tapi aku malu."

Mendengar lirihan yang hampir tidak jelas itu, membuat Aldi tersenyum lebar sambil membalas pelukan Liana.

Apakah mereka benar-benar akan memulai semuanya kembali?

Tapi jika sudah seperti ini, boleh bukan Aldi berharap lebih pada hubungan mereka?

_-_-_-_-_

Di umurnya yang sudah segini, Aldi tentu paham betul jika segala sesuatu berhak untuk diluruskan, dan jika segala sesuatu yang belum rampung harus diselesaikan. Jadi karena itulah sekarang ia ada disini, didalam mobilnya seorang diri sambil memperhatikan Liana yang tengah membicarakan sesuatu dengan Galen.

Kebetulan yang tidak terduga memang, di basement sebuah gedung tempat janji temu Aldi dengan salah seorang klien justru juga membawa mereka berdua, Aldi, dan Liana bertemu dengan Galen.

Pada awalnya, Aldi sendiri khawatir luar biasa pada Liana, tapi begitu Liana meyakinkan dirinya sendiri untuk berbicara empat mata dengan Galen, Aldi ikut yakin jika semuanya akan baik-baik saja. Liana hanya membutuhkan waktu untuk benar-benar mengakhiri semuanya dengan Galen, sampai mereka berdua menemukan titik akhir yang nyata. Agar mereka tidak lagi terombang-ambing pada hal yang nyatanya sudah berlalu.

Aldi tidak berharap lebih seperti setelah ini Liana benar-benar akan kembali padanya. Hanya sebatas Liana yang mengakhiri segalanya dengan pria semacam Galen saja, itu sudah lebih dari cukup untuknya. Karena Aldi sendiri sadar diri, jika dirinya dengan Galen tidak berbeda jauh. Mereka berdua sama-sama telah menyakiti Liana dengan sengaja. Jadi apapun nantinya, Liana berhak mendapatkan yang lebih baik. Entah itu dirinya yang sudah berubah versi menjadi lebih baik lagi, atau bahkan dari orang lain yang memiliki versi lebih baik lagi daripadanya.

Harapan Aldi yang pertama yaitu, hanya sebatas Liana bahagia. Baik itu dengannya ataupun tidak sekalipun.

Sekitar dua belas menit Aldi menunggu, pada akhirnya pembicaraan Liana, dan Galen berakhir. Mereka benar-benar mengakhirinya tanpa banyak drama, dengan Liana yang memutuskan untuk lebih dulu pergi menjauhi Galen.

Dari ekspresi yang Aldi tangkap di wajah Liana, sepertinya pembicaraan perempuan itu dengan Galen sangat berat sampai menggambarkan gurat lelah yang kentara di wajahnya.

Semuanya akan berakhir baik-baik saja bukan?

Aldi jadi khawatir setelahnya.

Pintu mobil terbuka, dan Liana segera masuk kedalam sana.

Perempuan itu diam, Aldi-pun akhirnya ikut diam tanpa melepaskan tatapannya dari Liana. Namun setelah beberapa detik berlalu, Aldi menyadari sesuatu. Kedua tangan Liana yang berada dipangkuan perempuan itu, gemetaran.

Kali ini Aldi tertampar kenyataan. Ternyata semuanya belum juga baik-baik saja.

"Gak papa," dengan suara yang begitu lembut, Aldi berujar. Salah satu tangannya juga tergerak menggenggam tangan Liana yang saling meremas dan gemetar. "Semuanya emang butuh waktu."

"Al?" Liana memalingkan wajahnya untuk menatap Aldi. Perempuan itu juga sempat menyelusuri mata Aldi dengan teliti, membuat Aldi tersenyum simpul.

Entah apa memang yang sedang Liana pikirkan, hanya saja Aldi ingin membuat Liana tenang tanpa banyak tindakan. Jadi ia sedikit berharap jika senyuman serta tatapannya kali ini mampu menenangkan Liana, walaupun hanya sebatas sesaat.

Liana berakhir menggelengkan kepalanya pelan sampai berkali-kali. Dari tatapan sendunya saja, Aldi sudah bisa menebak apa yang perempuan itu rasakan. "Aku belum baik-baik aja," perempuan itu melirih, hampir tidak terdengar suaranya. "Aku pikir, aku udah jauh lebih baik. Tapi nyatanya gak sama sekali," lanjutnya.

"Bicara sama dia lagi, berusaha benar-benar mengakhiri ini semua ternyata malah cuma buat aku cemas. Aku cemas karena kepribadian dia yang kompetitif."

Aldi terus menjadi pendengar. Matanya juga sekilas melirik kearah dimana terakhir Galen terlihat. Dan nyatanya pria itu masih ada disana, menatap kearah mobilnya dengan tatapan nyalang.

"Dia belum sepenuhnya lepasin aku, Al," dan untuk kali ini, Liana mengatakannya sambil memejamkan matanya.

"Aku sadar kalo dia emang benar-benar mencintai kamu, tapi aku gak bisa membenarkan caranya mencintai kamu." Aldi mengatakannya dengan jujur.

"Na, kamu pasti tau, melepaskan seseorang gak semudah itu. Dia juga kaya gitu, aku juga.  Walaupun kaya gitu, kamu jangan cemas, jangan takut, karena kamu gak sendiri," dalam posisi yang sudah menghadap ke arah Liana persis, Aldi menatap lembut mata perempuan tersebut. Mencoba meyakinkan sesuatu untuk kesekian kalinya. "Trauma kamu adalah sesuatu yang harus kamu hadapi dengan berani. Gak harus melakukan itu dalam waktu singkat, kamu bisa melakukannya secara bertahap. Lambat tapi pasti lebih baik daripada cepat tapi gak berarti sama sekali, bukan?"

Entah kalimatnya ini berhasil menenangkan Liana atau tidak, Aldi juga tidak tahu karena Liana hanya diam saja sambil terus menatapnya.

"Aku antar pulang sekarang." Aldi akhirnya berujar kembali dengan usapan terakhir yang ia berikan tepat di puncak kepala Liana. "Semuanya akan baik-baik aja, Na."

_-_-_-_-_

Kayanya 3 cerita on going aku bakalan slow update lagi, ya. Faktor utama ya readers-nya gak berkembang terus. Jadi maaf ya, kalo slow update

Semoga kita dipertemukan di part selanjutnya

Bye

25 Juni 2022
Selvi Meliana

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

271K 758 7
Vote masa cuma sange aja vote juga lah 21+
6.5M 334K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
537K 20.7K 46
โš ๏ธ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ โ€ผ๏ธ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
1.9M 90.9K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...