Ex Boyfriend | Jung Jaehyun

By selvimeliana

18.1K 1.2K 696

๐‚๐จ๐ง๐ญ๐ž๐ง๐ญ ๐ฐ๐š๐ซ๐ง๐ข๐ง๐ (๐ฌ) ; ๐๐ก๐ฒ๐ฌ๐ข๐œ๐š๐ฅ ๐ญ๐จ๐ฎ๐œ๐ก, ๐ค๐ข๐ฌ๐ฌ๐ข๐ง๐ , ๐œ๐ฎ๐๐๐ฅ๐ž, ๐š๐ฅ๐œ๐จ๐ก๐จ๐ฅ... More

PROLOG
01. Masih Tentang Liana
02. Dia?
03. Mimpi Buruk
04. Masa Lalu yang Kembali
05. Kisah Itu Sudah Berakhir
06. Berawal Tantangan
07. Hari Pertama
08. Hanya Sebatas Bertemu Lagi
09. Realita Mereka
10. Pantas Bahagia
11. Galen Daumzka
12. Serpihan Kebenaran Tentang Aldi
13. Satu Kebenaran Lagi
14. Masa yang Berbeda
CERITA BARU
PEMBERITAHUAN ! ! !
15. Mereka Hanya Masa Lalu, kan?
16. Lekas Sembuh
17. Apa Damai itu Benar Ada?
18. Ending
19. Putus Asa
20. Terima Kasih
21. Reuni Masa Lalu
22. Reuni Masa Lalu 2
23. Deja Vu
24. Lunch
25. Hujan Malam Ini
26. Kenangan Masa Lalu
27. Bukan Sekedar Harapan
29. Tahapan
30. Tersampaikan
31. Terbalaskan
32. Bagian Masa Lalu
33. Janji
34. Menikmati Waktu
35. Lamaran
36. Terungkap
37. Happy Wedding
EPILOG

28. Masih Butuh Waktu

189 17 5
By selvimeliana

Sudah sejak sore, langit kota ini mengelabu. Liana pikir hujan akan langsung turun bebarengan dengan kilat dan guntur, tapi nyatanya tidak. Dan ketika malam menjelang bersamaan dengan jam kerja usai, barulah gerimis berjatuhan. Untungnya saat mulai gerimis, Liana sudah ada didepan restoran, tempat janji temu antara dirinya dengan Bela, dan juga Clara.

Begitu Liana masuk kedalam restoran, tatapannya menyelusuri setiap sudut untuk mencari keberadaan teman-temannya. Dan sesaat setelah Liana menemukan keberadaan mereka, Liana tersenyum kecil.

Semakin Liana mendekat, Bela, dan Clara malah sama-sama menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa. Jika tidak salah kira, tatapan itu terlihat layaknya tatapan penuh dengan rasa penasaran sekaligus curiga.

"Kalian kenapa liatin gue gitu?" barulah saat Liana sampai di meja mereka, Liana menanyakan hal tersebut. "Ada yang salah sama gue?" lanjutnya sambil memilih untuk duduk tepat didepan Bela.

Dan tanpa Liana duga, mereka berdua mengangguk dengan serempak. Liana jadi semakin bingung karenanya.

"Akhir-akhirnya, lo sama Aldi gimana?"

Mendengar pertanyaan dari Clara, Liana jadi otomatis langsung menatap Bela dengan bola mata membesar. Sudah jelas-jelas jika dalang dari pertanyaan Clara tadi itu adalah Bela, karena sebelum ini  hanya Bela yang tahu tentang kejadian kemarin di rumah Aldi. Dan Bela yang di tatap seperti itu oleh Liana malah tidak merasa bersalah sama sekali, perempuan itu justru tetap menatap Liana dengan sorot penasaran.

"Mending cerita sekarang deh, Na! Kita-kita ini udah penasaran, nih," tuntut Bela. "Yang gak bisa kumpul disini juga udah penasaran banget. Nih, liat!" lanjutnya sambil menunjukan grup obrolan mereka.

Liana tentu langsung melotot mendengarnya, dan ketika ia melihat grup obrolan mereka di ponselnya sendiri, ternyata memang sudah banyak pesan yang belum ia baca. Liana pikir Bela hanya mengatakannya pada Clara saja, tapi sepertinya perempuan itu malah mengatakannya di grup obrolan mereka.

"Kenapa lo udah ngasih tau mereka aja sih, Bel?" suara Liana terdengar frustasi sambil menatap Bela dengan tampang memelas.

"Lah emangnya gak boleh? Berita besar kaya gini kalo gak disebarin mah, sayang banget." Bela bertanya balik. "Berita ekslusif hari ini. Setelah putus hampir selama enam tahun lamanya, ternyata Aldi masih menyimpan foto-foto mantannya, bahkan foto saat mereka lagi "ekhm". Apakah itu artinya karena Aldi masih sangat mencintainya?"

Clara tergelak pelan mendengar ucapan Bela yang sudah seperti seorang pembawa berita. Sedangkan Liana sendiri hanya mendesah pelan tanpa bisa berkata-kata lagi.

"Jadi gimana, Na?"

Liana mendongakan wajahnya, menatap Bela dengan sorot jengkel bukan main. "Gue gak akan jawab," final Liana tanpa pikir panjang lagi yang jelas membuat Bela maupun Clara mendesah kecewa. Mereka tidak menerimanya.

"Sumpah Na, lo gak asik banget."

Liana mengacuhkan protesan dari Bela. Perempuan itu malah mengangkat tangannya, memanggil seorang pelayan yang ada disekitarnya. "Mas, mau pesan," katanya.

"Na!" Bela lagi-lagi merengek, tapi Liana masih tidak mempedulikannya. "Gue tanya langsung ke Aldi, nih!" ancamannya itu membuat Liana menatapnya. Bela jadi merasa senang, karena ia menganggap jika dirinya sudah menang.

"Sana, kalo lo berani!"

"Wah, nantangin lo, Na." Bela menatap Liana tidak percaya sambil menyandarkan punggungnya dengan lemas pada sandaran kursi.

"Udah lah, Bel. Nanti pasti Liana bakalan cerita, kok." Clara menengahi, jika tidak entah akan sampai kapan Bela merengek sekaligus memaksa Liana seperti ini.

_-_-_-_-_

Aldi tahu jika malam ini Liana berkumpul dengan teman-temannya di sebuah restoran. Aldi mengetahui hal ini bukan dari Liana yang mengatakannya sendiri, tapi dari ia yang tanpa sengaja melihat mereka bertiga, saat ia hendak masuk kedalam sebuah cafe yang ada di sebrang persis restoran itu. Kebetulan juga tiga perempuan itu duduk disamping jendela kaca, sehingga Aldi bisa mengenalinya langsung.

Sambil menunggu hujan reda, Aldi berdiam diri di cafe ini dengan mata yang beberapa kali melirik kearah restoran disebrang jalan. Memastikan apa Liana sudah pulang atau belum.

Namun setelah sekitar sepuluh menitan Aldi ada disana, matanya menangkap sosok lain. Sosok itu baru saja keluar dari sebuah mobil yang terparkir disekitar restoran. Tapi sosok itu tidak langsung pergi dari sana, ia malah terdiam ditempatnya berdiri, membiarkan hujan membasahi tubuhnya sambil menperhatikan kearah Liana. Dan tidak lama setelah hanya berdiam diri disana, sosok itu akhirnya malah masuk kedalam mobilnya lagi.

Aldi tidak salah melihatnya, sosok itu adalah Galen. Hanya dengan mengingat nama itu saja, tangan Aldi mengepal cukup kuat.

Tidak ingin Liana diganggu lagi oleh pria semacam Galen, Aldi jadi bergegas mengambil ponselnya. Mencari kontak Liana untuk ia telfon.

Satu dering, dua dering, dan akhirnya Liana menjawab telfonnya.

"Halo?"

Suara Liana terdengar begitu tenang, membuat kepalan tangan Aldi berangsur-angsur melemas. "Hujan masih lebat. Jadi nanti kalo kamu udah mau pulang, kabari aku aja! Aku bakalan antar kamu pulang."

Aldi tidak mendapat balasan apapun dari Liana. Disebrang sana Liana terdiam, Aldi jelas-jelas tahu alasannya. Liana pasti bingung dengan dirinya, karena tiba-tiba saja ia menelfon, lalu menyuruhnya untuk pulang bersamanya.

"Gimana bisa kamu tau kalo aku belum pulang?"

"Karena sekarang aku liat kamu lagi kumpul sama Bela, dan Clara."

Aldi sempat tersenyum kecil karena disebrang sana Liana menengok kesegala arah, untuk mencari keberadaannya yang tentu sama sekali tidak ia temukan.

"Kamu ada disini? Dimana? Aku gak liat kamu sama sekali."

"Aku ada di cafe sebrang."

Begitu Liana menatap kearah yang Aldi maksud, Aldi jadi langsung melambaikan tangannya pelan, memberi tanda jika dirinya benar-benar ada disini.

"Kamu sendirian?"

"Iya. Tadi niatnya cuma mau beli kopi, tapi malah akhirnya hujan makin deras. Jadinya aku pilih buat disini aja dulu, apalagi kebetulan banget kamu juga ada disekitar sini."

Liana yang sempat terdiam, akhirnya berucap kembali."Aku bisa pulang sendiri, Al, jadi gak usah repot-repot. Lagian rumah kita juga berlawanan arah dari sini."

"Nah, siapa tuh, Na. Aldi, ya? Woy, Al!"

"Bel, apaan sih? Gak usah berisik! Gak usah kepo juga!"

"Halah pasti beneran Aldi, kan? Ngaku, deh lo sama Aldi beneran balikan, kan?"

"Bel!"

"Bel, diem dulu deh!"

"Al, maaf banget ya, disini berisik banget soalnya."

Aldi tersenyum kecil sambil memperhatikan Liana yang sekarang berjalan menjauhi teman-temannya. "Bela bener-bener gak berubah," tuturnya.

"Ya, gitu deh. Udah bawaan."

Kali ini Aldi mengalihkan tatapannya ke tempat terakhir ia melihat mobil Galen, dan ternyata mobil pria itu memang masih disana. Seolah sama dengannya, pria itu juga sedang menunggu Liana.

"Nanti kabarin aku aja kalo mau pulang, Na jangan pulang sendirian!" pintanya lagi. "Aku bakalan nunggu disini, kok bukan ikutan ngumpul sama kalian," akunya tanpa Liana minta.

"Al?"

"Hem?"

"Aku gak mau repotin kamu. Jadi daripada nungguin aku, mending kamu pulang aja dulu. Nanti aku bisa kok, minta dianter sama Bela kalo enggak sama Clara."

"Aku terlalu khawatir kalo biarin kamu pulang sendiri ataupun sama teman-teman kamu. Kalian sama-sama perempuan, dan sekarang udah malam." Aldi mengatakannya dengan jujur, walaupun alasan utamanya adalah ia yang melihat Galen ada disekitar Liana. "Jadi untuk kali ini, jangan tolak aku, Na."

_-_-_-_-_

"Al, mampir dulu aja, jangan langsung pulang," setelah mobil Aldi berhenti tepat didepan rumah Liana, Liana berujar sambil menatap Aldi. Perempuan itu juga sempat menatap kemeja Aldi yang cukup basah akibat dari pria itu yang hujan-hujanan dari parkiran restoran hanya untuk menemui Liana. "Seenggaknya kamu harus ganti baju, biar gak masuk angin," lanjut Liana yang kali ini sambil menatap lekat mata Aldi.

"Di rumah kamu lagi ada orang atau enggak?"

Liana mengangguk pelan. "Mamah aku ada di rumah. Kenapa emangnya, Al?"

Aldi tersenyum kecil. "Aku gak akan berani mampir kalo lagi gak ada siapapun di rumah kamu."

Liana tahu persis apa yang dimaksud oleh Aldi, jadi ia tidak bertanya lebih lanjut lagi. "Kalo gitu, tunggu sini dulu, biar aku bukain gerbangnya!"

Belum sempat tangan liana menyentuh pintu mobil, Aldi sudah lebih dulu mencekal pergelangan tangannya yang lain, membuat ia langsung menatap Aldi dengan tatapan bingung.

"Aku aja, Na."

Liana tidak sempat protes karena ia kalah cepat dengan Aldi yang langsung keluar dari mobilnya. Pria itu berlari menerobos hujan lagi hanya untuk membuka gerbang rumah Liana.

Didalam mobil, Liana hanya bisa terus menatap Aldi dengan tatapan yang ia sendiri tidak tahu apa artinya. Yang ia tahu akhir-akhir ini hanya tentang keseriusan Aldi dengan ucapannya kemarin. Tanpa harus diperjelas lagi, Aldi benar-benar sedang berusaha meyakinkan Liana. Perempuan itu bisa merasakan hal tersebut dengan jelas. Namun lagi dan lagi, semuanya butuh proses, semuanya juga butuh waktu. Baik Liana ataupun Aldi, mereka jelas-jelas masih perlu waktu yang lebih untuk menjalin kembali hubungan yang pernah pupus beberapa tahun lalu. Walaupun nyatanya mereka sudah sama-sama yakin dengan perasaan yang mereka punya untuk satu sama lain.

Selesai membuka gerbang, Aldi kembali masuk kedalam mobil dengan keadaan tubuh yang semakin basah. Pria itu sampai mengibas-ngibaskan rambutnya.

Setelahnya, Liana tidak menyangka jika tangannya akan bergerak sendiri untuk merapikan rambut Aldi yang berantakan. Liana yang menyadarinya, langsung menatap Aldi dengan raut terkejut, sedangkan Aldi menatapnya sambil tersenyum simpul.

"Kamu jadinya basah kuyup." Liana menatap kearah lain, lalu segera menjauhkan tangannya dari rambut Aldi, bersamaan dengan Aldi yang melajukan mobilnya.

Liana adalah anak tunggal, jadi tidak heran jika rumahnya terlihat sepi, sekalipun jika orang tuanya ada di rumah. Karena sejak sekolah Liana lebih sering di rumah sendiri, perempuan itu jadi lebih suka berkumpul dengan teman-temannya. Namun semenjak ia dan teman-temannya sibuk bekerja, waktu berkumpul mereka jadi berkurang. Ya, itu wajar saja mengingat di usia mereka ini, mereka sedang gencar-gencarnya merintis karir. Liana juga sebenarnya begitu.

"Mah?" Liana memanggil mamahnya yang sedang duduk seorang diri sambil menonton televisi di ruang tengah.

Ketika mamahnya menatap kearahnya, Liana menatap sekilas Aldi yang masih berjalan dibelakangnya, menunjukan pada mamahnya jika malam ini ada seseorang yang mampir ke rumah mereka.

Dari yang Liana lihat, mamahnya itu bingung saat mendapati keberadaan Aldi. Saking bingungnya, wanita itu jadi terus-terusan menatap Aldi sambil berjalan mendekati mereka berdua. "Kamu bawa siapa, Na?"

Liana menatap Aldi, bersamaan dengan pria itu yang berjalan dengan langkah lebar untuk mendekati mamahnya Liana. Begitu Aldi sampai didepan wanita itu, Aldi langsung mencium punggungnya, memberikan salam dengan sopan setelah lama mereka tidak bertemu. Entah kenapa adegan seperti itu membuat senyum Liana terpatri dengan begitu indah.

"Kamu Aldi?"

Tangan lembut mamah Liana mengusap sebagian wajah Aldi dengan tatapan yang tidak kunjung terlepas dari Aldi. Dari sorot matanya, mamah Liana terlihat bahagia melihat Aldi, bahkan senyumannya semakin melebar saat Aldi menganggukan kepalanya pelan.

"Iya tante, aku Aldi. Tante apa kabar?"

Tanpa melunturkan senyuman, mamahnya Liana memukul-mukul pelan bahu Aldi dengan begitu antusias. Beliau terlihat sangat bahagia mendapati Aldi ada didepannya seperti ini. "Harusnya tante yang tanya. Kamu apa kabar? Udah lama banget tante gak denger kabar kamu. Liana kalo tante tanya juga jawabannya selalu gak tau."

"Mah!" Liana memprotesnya. Ia enggan membahas masa lalu itu.

Aldi terkekeh pelan sambil menatap Liana sekilas. Dan setelahnya, ia kembali menatap mamahnya Liana. "Aku baik-baik aja, kok tan. Maaf karena udah lama gak mampir kesini."

Dulu, saat Aldi memacari Liana, pria itu memang sering main kesini. Bahkan pernah saat itu Aldi beserta kedua orang tua Liana merencanakan kejutan untuk ulang tahun Liana. Jadi bisa dianggap jika Aldi, dan kedua orang tua Liana itu dekat, bahkan sudah seperti anak dengan orang tuanya. Dan dari kedekatan inilah yang membuat kenangan mereka semakin membekas, bukan hanya untuk Aldi, dan Liana saja, tapi juga untuk orang tua mereka.

"Lah, ini kenapa kamu bisa basah kaya gini?"

Liana mendekat, lalu menarik Aldi perlahan. "Tadi sempet kehujanan, mah," yang menjawab pertanyaan itu justru Liana. "Jadi mah, bisa tolong cariin baju papah yang pas buat Aldi? Kalo gak bersih-bersih sekarang dan juga ganti baju, dia nanti malah bisa sakit," lanjutnya sambil menatap Aldi sekilas.

"Ya, udah mamah carikan dulu. Sebentar ya, Al."

"Maaf, tan jadi repotin."

Mamah Liana hanya tersenyum sebelum akhirnya berlalu menuju kamarnya.

"Al, kamu bisa pakai kamar mandi di kamar aku. Soalnya kamar mandi di lantai bawah lagi di renovasi. Gak papa, kan?"

"Kamu sendiri gimana?"

"Aku bisa pakai kamar mandi di kamarnya mamah, kok." Liana menunjuk lantai atas. "Ayo, bibir kamu udah terlalu pucet soalnya. Pasti kedinginan banget."

Aldi dengan reflek menyentuh bibirnya sendiri yang ternyata juga terasa kering. Kemudian pria itu mengikuti langkah Liana dengan senyuman yang muncul kembali di wajahnya.

Tiba di undakan tangga terakhir, Liana balik badan untuk menatap Aldi. "Al, kamu masuk dulu aja! Biar aku ambilin bajunya dari mamah," ujarnya.

Aldi memang tidak mengatakan apapun, tapi pria itu tersenyum sambil mengusap pelan rambut Liana. Dan setelahnya, ia berjalan mendahului Liana, seperti apa yang tadi perempuan itu perintahkan.

Aldi memang sudah menjauh, tapi debaran yang Liana rasakan berkat perlakuan Aldi tadi masih terasa sampai sekarang. Debaran yang sampai membuat Liana membuang napasnya secara perlahan. Liana harus mengendalikan dirinya sendiri. Ia harus memberi waktu untuk hati mereka yang nyatanya masih sama-sama menyimpan luka.

_-_-_-_-_

FEEL-NYA MAKIN SINI MAKIN GAK DAPAT. IYA NGGAK SIH? AKU NGERASANYA GITU, SIH. MUNGKIN AKU TERLALU MEMAKSA BUAT NULIS PART INI, PADAHAL OTAK LAGI GAK BERFUNGSI DENGAN BAIK. MAAFIN, YA BUAT HAL INI 🙏🏻🥺

SEMOGA KITA DIPERTEMUKAN DI PART SELANJUTNYA ❤

BYE 👋🏻

Minggu, 5 Juni 2022
Selvi Meliana

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

4.9M 183K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
6.4M 329K 59
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
1M 41K 65
Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba - tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi...
684K 68K 49
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...