GUS ILHAM MY HUSBAND || TERBIT

By nrasya_

19.5M 1.4M 215K

⚠️FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ [Bijak dalam berkomentar dan hargai karya penulisnya, follow sebelum di baca] ____... More

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06
bagian 07
bagian 08
bagian 09
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29
bagian 30
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 35
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 39
bagian 40
bagian 41
bagian 42
bagian 43
bagian 44
bagian 45
bagian 46
bagian 47
bagian 48
bagian 49 belum revisi.
bagian 50
bagian 51
bagian 52
bagian 53
bagian 54
bagian 55
bagian 56
bagian 57
bagian 58
bagian 59
bagian 61
bagian 62
bagian 63
bagian 64
bagian 65
PO 'GIHM' (ekstra part)
GIMH2: AISYAH
Spin off GIMH dan Aisyah Aqilah
bagian 66
bagian 67
bagian 68

bagian 60

270K 22.4K 8.7K
By nrasya_

Tandai kalo masih ada typo

Selamat membaca.
🦩

Setelah menghabiskan waktunya bermain bersama temannya di rumah asrama, akhirnya Aisyah masih ingat pulang.

"Assalamualaikum" salam Aisyah masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam, masih ingat pulang?" Ujar Gus Ilham yang duduk di sofa ruang tamu. Memang sejak tadi, ia menunggu kedatangan istri yang katanya meminta izin untuk pergi ke asrama untuk mengerjakan tugas.

Aisyah menyegir, gadis itu menutup pintu dan berjalan menuju ke suaminya. Aisyah menyalim tangan suaminya.

"Kenapa lama?" Tanya Gus Ilham

"Yah, kan, tinggal main dulu sama temen"

"Sini duduk" titah Gus Ilham.

"Bau matahari" ujar Gus Ilham mencium puncak kepala Aisyah.

"Emang Gus Ilham pernah cium matahari sampai tau baunya?" Tanya Aisyah jengah.

"Pernah!"

"Kapan?" Tanya Aisyah mendongak menatap wajah suaminya.

Cup!

"Tuh, udah"

"Hah? Maksudnya Aisyah?" Tanyanya yang diangguki oleh Gus Ilham. "Oh, mungkin Aisyah sebagai matahari yang buat es krim kayak Gus Ilham cair yah, Gitu kan?" Ucap Aisyah polos.

Gus Ilham hanya terkekeh dan mengangguk pasrah.

"Sudah makan sayang?"

"Sudah, tadi di asrama"

"Main apa di sana sampai keringatan begini?"

"Tadi habis lari maraton" ujar Aisyah melantur.

"Ada-ada saja" gumam Gus Ilham sambil mengelap keringat pada dahi istrinya.

"Sudah, sana mandi"

"Nanti deh, Aisyah masih cape"

"Mandi sana, kamu bau, bau keringat" sedangkan Aisyah hanya mengangkat kedua bahunya acuh.

"Mandi sayang, atau mau di mandiin?" Goda Gus Ilham.

"Bisa sendiri!" Ujar Aisyah naik keatas.

"Nanti siapkan baju aku, untuk ke masjid"

"Iya!"

***

"Ilham!" Panggil abi Syakir menghampiri putranya.

"Abi. Ada apa?" Tanya Gus Ilham.

"Bisa bicara sebentar?" Ilham mengangguk, mereka berdua berjalan ke gazebo yang berada di depan ndalem.

"Jadi bagaimana, Aisyah sudah mau?"

"Belum Abi, Ilham belum kasih tau."

Abi Syakir menatap anaknya dengan raut wajah susah di artikan "Kamu yakin Aisyah mau ikut?"

"Kurang yakin Abi, waktu lomba ceramah saja Aisyah masih bimbang, mau ikut atau tidak."

"Di coba dulu, tanya ke dia."

"Iya" ujar Gus Ilham pendek.

"Masih ingat nggak, murid nakal kakek kamu yang perempuan itu. Dia Aisyah kecil."

"Salah satu, bukannya cuman Ilham dan Iksan yang-" Gus Ilham menghentikan ucapannya mengingat sesuatu.

"Si jelek." Kekeh Gus Ilham.

flashback

"Kita di mana Kakek?" Ujar anak kecil yang memakai kepang dua

"Ini namanya pesantren" jawab Kakek Ismail.

"Mau ngapain ke sini?"

"Kamu kan mau belajar mengaji jadi kakek bawa ke sini"

"Mengaji itu apa Kakek?"

"Mengaji itu mempelajari Al Qur'an. Yang seperti Kakek baca di rumah."

"Oh, gitu ya kakek"

"Iya, yasudah ayo masuk" ajak Kakek Ismail memegang satu tangan cucunya.

Di perjalanan Aisyah terus mengedarkan matanya menatap seluruh pesantren yang nampak begitu luas. Hingga matanya menatap sesuatu yang menarik perhatiannya.

"Jambu." gumam Aisyah kecil. Mungkin umurnya berkisar 5 tahun lah.

"Kakek Aisyah boleh ke sana kan?" Tanya  Aisyah.

"Kita ketemu teman kakek dulu yah?"

Aisyah kecil menggeleng. "Nanti aja"

"Jangan yah, sebentar lagi kita sampai kok"

Aisyah mendengus, terpaksa menurut saja. Sampai akhirnya mereka sampai di ndalem tempat tinggal Kyai Ibrahim sahabat dari Kakek Ismail.

"Assalamualaikum" salam kakek Ismail masuk ke dalam, menghampiri sahabatnya yang sudah menunggu di ruang tamu sampai- sampai melupakan Aisyah yang terlepas dari genggamannya.

Mendapat kebebasan, akhirnya gadis kecil itu berlari ke tempat yang membuat air liurnya ingin menetes-netes.

"Jambu!" Pekik Aisyah kecil dengan mata yang berbinar kegirangan, melihat banyak sekali buah dari pohon jambu biji di hadapannya.

Aisyah tersenyum licik, gadis itu menatap sekeliling melihat situasi sebelum memulai aksinya.

"Yes! Nggak ada orang" Dengan kaki kecil pendek nan lincah itu berhasil memanjat pohon jambu yang cukup tinggi dari postur tubuh nya yang kecil.

"Pencuri!" Teriak seorang anak laki-laki yang berada di bawah pohon.

"Turun!"

"Ngga mau! Aisyah bukan pencuri enak aja" sewot Aisyah, dengan santainya gadis itu masih sibuk memilih buah yang dia akan petik.

"Kalo bukan mencuri terus kamu sedang apa di pohonjambu milik saya?" Tanyanya penuh emosi.

"Buta yah matanya!? Yah ambil jambu lah!"

"Memangnya itu punya kamu?!"

Aisyah langsung diam tak bergeming, gadis kecil itu menunduk kebawa melihat siapa sih yang sedari tadi memarahinya.

"Turun!" Titah anak laki-laki itu yang berumur sekitar sepuluh tahun.

Aisyah terpaksa turun, selain itu kantong bajunya juga sudah tidak muat lagi menyimpan buah jambu biji.

"Dasar pencuri" ujar Gus Ilham sinis.

"Aisyah ngga mencuri yah!" Pekik Aisyah menggebu.

"Kalo bukan mencuri terus kamu ngapain di atas pohon jambu saya? ambil sembarangan tanpa izin" marah anak laki-laki itu yang membuat telinga Aisyah panas mendengar nya.

"Cerewet banget sih" ujar Aisyah yang membuat anak itu melotot marah "Aisyah ngga mencuri, Aisyah sudah minta kok sama pemilik aslinya" ujar Aisyah memakan satu buah jambu biji.

"Siapa?"

"Allah. Dia kan yang menciptakan seluruh alam semesta ini, berarti jambu ini punya Allah"

Gus Ilham menepuk jidatnya. Astaga dari manakah asalnya gadis di depannya ini? kenapa bisa berpikiran sampai ke situ.

"Tapi keluarga ku yang menanamnya"

"Terus kalo keluarga kamu mau tanam apa,  kalo Allah nggak ciptakan jambu?"

"Ish! Pokonya kamu ikut saya, pergi menghadap ke kakek!" anak laki-laki itu menarik lengan baju Aisyah, membuat Aisyah memberontak.

"Lepas ih! Kakek tolong Asya!"

****

Sedangkan di sisi lain Kakek Aisyah, sudah duduk bersama sahabatnya di ruang tamu.

"Tumben ke sini." ujar Ibrahim pada sahabatnya Ismail.

"Mau minta tolong"

"Kenapa?"

"Cucuku sudah mau mengaji, bisakan kamu ajar mengaji cucuku?"

"Anaknya Adhes?"

"Iya"

Ibrahim mengangguk "bisa kok, kebetulan Iksan dan Ilham juga ngaji di saya."

"Alhamdulillah."

"Ngomong-ngomong orangnya mana?"

"Dia-"

"Lepas! Kakek!" Teriak Aisyah dari luar ndalem yang membuat kedua kakek itu menoleh ke sumber suara.

"Ayo masuk!" Ilham menarik sampai mereka sampai ke hadapan kakeknya, Ibrahim.

"Ngga mau ihh lepas! Kakek hiks... tolong Aisyah!"

"Kenapa Ilham?" Tanya Ibrahim pada cucu nya.

"Kakek dia mencuri" adu Ilham. Sedangkan Aisyah berhasil melepaskan dirinya dari Ilham. Ia langsung berlari kepada kakeknya.

"Kakek..." sang jagoan menangis dipangkuannya Ismail.

"Dari mana?" Tanya Ismail mengusap kepala cucu ke sayangnya.

"Dia jahat kakek, baju Aisyah hampir robek,  gara-gara di tarik sama dia." ujar Aisyah menunjuk anak laki-laki itu yang bernama Ilham, yah Ilham Syakir Vernando.

"Kakek dia mencuri" ujar Ilham.

"Nggak!" Bantah Aisyah.

"Kamu ambil jambu tanpa seizin punyanya"

"Aisyah sudah izin ke Allah, kata papa kita semua ciptaan Allah. Jadi jambu itu juga punya Allah, iya kan Kakek?"

Ibrahim dan Ismail saling menatap, kedua terbahak mendengar ucapan dari Aisyah itu.

"Sudah-sudah, duduk dulu Ilham" titah Ibrahim.

"Namanya siapa nak?" Tanya Ibrahim lembut. Aisyah menoleh sejenak menatap nya, lalu kemudian menatap sang Kakek.

"Dia siapa Kakek?" Tanya Aisyah berbisik

"Dia sahabat Kakek namanya Kakek Ibrahim. Dia yang nantinya ajarin kamu mengaji. Salam dulu sana." Aisyah mengangguk turun dari pangkuan Kakek nya dan menghampiri Ibrahim.

Aisyah melewati Ilham gadis itu dengan segaja menginjak kaki pria itu yang membuat Gus Ilham memekik keras.

"Aduh!"

Aisyah tertawa terbahak-bahak membuat Gus Ilham emosi. "Rasain!" Ejek Aisyah mengeluarkan lidahnya.

"Kurang ajar!" Ujar Ilham emosi bahkan wajah sampai memerah.

"Aisyah" tegur Ismail. "Ngga boleh begitu nak, ayo minta maaf."

"Enggak mau kakek."

"Sudah tidak apa-apa, iya kan Ilham?" Tanya Ibrahim yang membuat Gus Ilham memalingkan wajahnya, ia sudah muak.

"Jadi kapan mau ngaji nya?" Tanya Ibrahim.

"Besok."

"Berarti besok nak Aisyah datang ke sini yah, ngajinya bareng Ilham juga." Kata Ibrahim.

"Ilham? Manusia ini?" Tanya Aisyah menunjuk tepat di depan wajah Ilham.

"Iya."

"Ih ngga mau! mukanya ngeselin kakek!"

"Saya juga ngga mau ngaji bareng kamu, mukanya jelek!" Ujar Gus Ilham tak mau kalah.

"Ish! Mana ada Aisyah jelek, Aisyah cantik! Kata bunda Aisyah cantik iya kan Kakek?"

"Mana ada, kamu jelek!"

"Enggak"

"Si jelek!" Ejek anak laki laki itu.

"Kakek bilangin ke Kakeknya dia suruh marahin"

"Tukang ngadu!"

"Ngeselin!"

"Jelek!"

Plak!

Aisyah menendang Ilham yang membuat anak laki-laki itu, bangkit hendak melawan.

"Ilham" tegur Ibrahim.

"Tapi dia duluan Kakek!"

"Duduk."

Ilham menghela nafas panjang, dengan wajah di tekut ia pun pasrah dan mengalah.

"Dasar galak" cibir Aisyah.

"Jelek!"

"Nama kampungan!" Cibir Aisyah.

"Namanya pasaran!" Balas Gus Ilham tak mau kalah.

"Mana ada!"

"Memang benar kok"

Aisyah berkaca-kaca menatap kakeknya. "hiks...huaahhhh Kakek Aisyah mau ganti nama!"

flashback off

Tawa Gus Ilham meledak, mengingat kejadian tempo dulu. Sangat indah rasanya untuk di kenang,  ternyata istrinya itu adalah teman ngajinya yang sangat nakal.

Terjawab lah sudah pertanyaan Gus Ilham yang terus berusaha mengingat seakan pernah melihat Aisyah dan juga tingkahnya yang hampir sama.

Namun apakah begitu juga dengan orang lain yang seakan tidak asing melihat Aisyah?

"Sama seperti dulu, tidak ada yang berubah." gumam Gus Ilham sambil cekikikan.

Abi Syakir ikut tertawa saat mengingat abahnya menceritakan semua kejadian tempo dulu itu, pertengkaran antara Aisyah dan Ilham. Sampai di mana perjanjian kedua sahabat itu termula untuk menjodohkan kedua cucu mereka.

"Kamu dan Aisyah bagaimana?" Tanya Syakir tiba-tiba.

"Baik." ucap Ilham.

"Kelihatan sih, kamu agak berisi." gumam Syakir.

Kyai Syakir menepuk bahu anaknya beberapa kali "Kamu Jangan terlalu melarang Aisyah, dia masih labil. Biarkan dia bebas nak. Bagaimana pun Aisyah masih tahap pendewasaan dia juga butuh kebebasan"

"Usahakan berpikir dewasa. Kalo ada masalah jangan selesai dengan emosi. Sampai keluar kata yang tidak pantas dari mulut. Lebih baik diam memendam, dari pada mengungkap tapi menyakitkan."

"Seorang pria kalo dia benar-benar sayang dengan pasangannya, dia tidak akan marah ataupun berkata kasar kepadanya. Walaupun kesalahan wanitanya sangat fatal"

"Iya Abi"

"Ya sudahlah ayok pulang" Abi syakir berdiri dari duduknya begitu dengan Gus Ilham. Mereka berdua berjalan beriringan menuju rumah masing-masing.

"Duluan yah, ham" ujar Abi syakir masuk ke dalam rumah.

Sesampainya di rumah Ilham masuk ke dalam tak lupa mengucap salam agar setan yang mengikuti dari luar tidak bisa masuk ke dalam rumah.

Pria itu melangkah naik ke atas rumahnya menuju kamarnya untuk menjumpai istrinya tercinta. Eakk

"Assalamualaikum" salam Gus Ilham. Pria itu tersenyum simpul melihat Aisyah duduk di atas sajadahnya sambil membaca selembar tulisan Al Qur'an.

"innamā amruhū iżā arāda syai'an ay yaqụla lahụ kun fa yakụn..."

"Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu."

"fa sub-ḥānallażī biyadihī malakụtu kulli syai'iw wa ilaihi turja'ụn..."

"Maka Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas––atas apa yah?" Ujar Aisyah membaca ulang hapalan nya.

"Maka Maha suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan." Sambung Gus Ilham dari arah pintu.

"Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan." Ujar Aisyah mengulang kembali hapalan.

"shadaqallahul adzim..."

"Masih ingat sama hukuman yang itu?" Ujar Gus Ilham menghampiri Aisyah.

"Yaiya lah. Kan Aisyah ngga pernah  lupa sama hukuman Gus Ilham"

"Aku malah lupa sama hukuman yang itu"

"Tumben, biasanya juga Gus Ilham tagih terus"

"Sudah di hapal?" Tanya Gus Ilham mengecup kening istrinya.

"Belum sih hehe."  Ucap Aisyah cengengesan "Oh yah Gus Ilham sudah makan?"

"Makan kamu aja boleh?" Ucap Gus Ilham tersenyum tipis.

Aisyah terkekeh kecil "Aisyah belum selesai mungkin besok bersih nya" ujar Aisyah "Gus Ilham nggak kesabaran banget sih" kekeh Aisyah lagi.

"Iya"

"Iya apa?"

"Ngga sabar bikin perut kamu bunting" ujar Gus Ilham frontal.

"Besok Aisyah udah bersih"

"Bagus"

"Cieee... Gus Ilham"

Gus Ilham dan Aisyah tertawa bersama.

"Oh yah, aku mau tanya" ucap Gus Ilham mulai mengubah raut wajahnya menjadi sedikit serius.

"Tanya apa sayang?" Ucap Aisyah genit.

"Kamu mau nggak ikut lomba Quri?" Tanya Gus Ilham.

"G-gus Ilham..." Cicit Aisyah menunduk mendengar pertanyaan suaminya.

"Suara kamu bagus Aisyah, sayang sekali kalo kamu tidak ikut lomba Qori 2022 ini."

"A-aisyah nggak mau"

"Kenapa sayang? Bukannya bagus kalo kamu ikut lomba Qori. Setidaknya bisa mengasah kemampuan kamu kan"

"Aisyah ngga mau Gus Ilham jangan paksa Aisyah!" Pekik Aisyah meninggikan suaranya. Sontak saja membuat Gus Ilham terkejut dan tidak suka.

"Suara kamu Aisyah" tegur Gus Ilham.

"Aisyah ngga mau jangan paksa Aisyah, hiks..."

"Ya Allah, aku tidak memaksa kok. Jangan menangis, hai" ucap Gus Ilham memengang kedua pipi Aisyah.

"Aisyah tidak mau ikut lomba itu, Aisyah juga ngga mau perlihatkan wajah dan suara Aisyah ke orang lain Gus Ilham... Aisyah takut" lirih Aisyah.

"Ya sudah, nggak usah. Tapi jangan nangis, aku ngga suka kamu nangis sayang" Aisyah mengangguk. Gadis itu naik ke pangkuan suami memeluk erat badan kekar itu sampai dirinya merasa benar- benar nyaman.

Sedangkan Gus Ilham sedang merunduk dengan pikirannya, entahlah mengapa dirinya merasa ada yang tidak beres di sini. Mengapa Aisyah sensi itu padahal pertanyaan itu hanya lah biasa.

"Balas pelukan Aisyah" gumam Aisyah.

"Jangan nangis lagi sayang" ucap Gus Ilham membalas pelukan istrinya.

"Gus Ilham Aisyah takut..."

"Jangan takut ada aku kok"

"Jangan pernah tinggalkan Aisyah, Gus Ilham. Ada saatnya Gus Ilham tau semua" ujar Aisyah membuat Gus Ilham mengerutkan keningnya sedikit bingung, walaupun begitu Gus Ilham tidak ingin bertanya lagi.

Kenapa tidak terus terang saja sih Aisyah kalo kamu itu...

Wana bein ideik mehtaga eih
Fii haga akbar min keda
wana omri kunt ahlam fi youm
Aish haya be-shakli da...

Kini Aisyah Mulai bersenandung begitu merdu menghayati setiap baid- baid liriknya.

koll elli fat min Amri fat
O mosh be 'edna nraggao
khallina aktar felle gai
maba'ash fe wa't indayaao

wana mosh hadayaa Amr tani
law sawani hayenfaouu

ana mosh hafakkar fe-elli fat
Ana Amri lessa f'awwelo
kefaya inni ba'ait maak
wu maak haaisho wa akamelo

koll elli fat min Amri fat
O mosh be 'edna nraggao
khallina aktar felle gai
maba'ash fe wa't indayaao

wana mosh hadayaa Amr tani
law sawani hayenfaouu...

Aisyah memundurkan sedikit tubuhnya agar bisa menatap suaminya "Sudah puas sayang dengar suara Aisyah, hm..." Ujar Aisyah mengusap surai suaminya.

"Suaranya kamu bagus" puji Gus Ilham mengecup kedua mata istrinya.

"Gus Ilham suka?"

"Banget!"

Aisyah terkekeh gemes menatap suaminya.

"Boleh aku buka jilbab nya?" Tanya Gus Ilham meminta izin.

"Gus Ilham mau liat rambut Aisyah?"

"Aku mau liat mahkota istri ku"

Aisyah mengangguk "Boleh kok"

Mendapat izin akhirnya Gus Ilham melepas jilbab milik istrinya itu.

"Bismillahirrahmanirrahim... Masyaallah, istriku" ucap Gus Ilham takjub melihat bidadari di depannya ini. Sungguh demi apapun Aisyah sangat sangat sangat cantik.

Rambut panjang lurus,  warna nya hitam sedikit warna pirang merah dan juga sangat wangi, itu begitu menawan pada diri Aisyah, sungguh ciptaan Tuhan yang satu ini sangat indah.

Sedangkan Aisyah menunduk malu, bagaimana pun Aisyah tidak pernah memperlihatkan mahkota nya selain kepada papanya bahkan saudara laki-laki nya saja sangat jarang melihat Aisyah tidak mengenakan jilbab.

Mungkin Gus Ilham sudah beberapa kali melihat dirinya tanpa kain penutup kepala, namun tetap saja masih ada rasa canggung dalam dirinya, apalagi setiap suaminya melihat dirinya tanpa jilbab itu adalah hal ketidak sengajaan.

"Udah liat kan, Aisyah mau pakai lagi jilbabnya lagi" ujar Aisyah hendak memakai kembali jilbab milik nya namun di hentikan oleh Gus Ilham.

"Jangan sayang, aku masih belum puas liat kamu seperti ini. Kalau bisa seperti ini saja kalo di rumah."

"T-tapi Aisyah malu" Cicit Aisyah.

"Kenapa malu, kamu malah semakin cantik" ujar Gus Ilham memegang helai rambut panjang istrinya yang begitu lembut dan wangi.

"Yah tetap aja Aisyah masih malu"

"Biar seperti ini yah, sampai besok. memang kamu tidak gerah pakai jilbab terus kalo mau tidur?"

"Gerah lah"

"Ya makanya seperti ini saja, lagian rambut kamu bagus ngga greeting"

"Kok Gus Ilham malah mencela"

"Nggak! Maksudnya kan, kenapa di tutup sayang. Aku suami kamu yah berhak dong liat rambut kamu"

"Ya yaudah sih, oke, Aisyah gini aja" ujar Aisyah. "Udah deh, Aisyah mau beresin ini dulu"

"Jangan dulu" Gus menarik tangan istrinya agar kembali duduk.

"Kenapa lagi Gus, nanti aja tatapnya, Aisyah mau beresin ini dulu" Aisyah hendak bangkit namun di hentikan oleh Gus Ilham lagi.

"Duduk dulu, ya Allah! aku mau ngomong"

Aisyah menghela nafas dan terpaksa menunda pekerjaannya "Kenapa?"

"Kalau di rumah jangan panggil Gus" ujar Gus Ilham.

"Terus Aisyah panggil apa dong?"

"Ya terserah kamu, mas, atau apa atau Abang, sayang juga bisa asal jangan panggil Gus kalau di rumah"

Aisyah mengetuk dagunya, berpikir. Hm yang mana yang bagus? Gadis itu melirik suaminya yang membuat Gus Ilham mengangkat satu alisnya.

Aisyah menutup wajahnya karena salting memikirkan panggil untuk suaminya. "Masa Aisyah panggil m--mas Ilham" Aisyah terbahak sekaligus salting sendiri merasa begitu geli dengan ucapannya.

"Bagus kok" imbuh Gus Ilham tersenyum.

"Ngga ah, ngga bagus" ujar Aisyah sisa tawanya.

"Kalo A'a Ilham... Aisyah kurang suka"

"Kalo Abang, nanti dikira Aisyah adeknya Gus Ilham lagi, kayak yang di restoran dulu". Ujar Aisyah berkelana kejadian di restoran.

"Terus mau panggil apa?" Tanya Gus Ilham.

"Ngga tau ih, Aisyah bingung"

"Senyaman kamu aja sayang"

"Aisyah sih nyaman panggil Gus Ilham"

Gus Ilham tersenyum tipis "Ya sudah kalo nyaman panggilan itu"

"Panggil nya sayang aja deh" sahut Aisyah "Ayang Ilham" Kekeh Aisyah Gus Ilham ikut tertawa mendengar panggilan Aisyah kepadanya.

"Ayang" ucap Aisyah lagi yang membuat Gus Ilham menyerangnya dengan ciuman di pipi Aisyah.

"Aduh! Gus Ilham Ilham ih jangan gigit pipi Aisyah"

Gus Ilham mencium kening istrinya setelah itu baru dia lepaskan.

"Sudah, sekarang kamu bersihkan ini" ujar Gus Ilham, Aisyah mengangguk membuka mukena miliknya sehingga piyama tidur nya pun kelihatan, yah piyama berwarna coklat.

Entahlah mengapa humor Gus Ilham sekarang begitu rendah mungkin karena pengaruh dari istrinya, bagaimana tidak melihat Aisyah yang setiap malam nya memakai piyama warna-warni  yang warna nya selalu berbeda di setiap malamnya menjadi lucu bagi Gus Ilham.

"Piyama tidur kamu banyak warna yah?" Ujar Gus Ilham terheran heran.

Aisyah menoleh "Iya Gus, dari pertama Aisyah masuk pesantren sampai udah nikah, bunda beliin terus"

"Warna-warni yah"

"Kalo yang di sini polos semua, belum lagi yah di asrama motif nya banyak"

"Kenapa ngga di ambil?"

"Ngga usah lah, kan, ada Luna dan Fatia yang pakai"

"Kamu kasih?"

"Iya, Kita bertiga itu satu baju, satu jilbab, satu rok, pokoknya satu barang milik Bertiga"

"Oh, berarti aku juga punya mereka berdua" ujar Gus Ilham yang tentunya itu adalah candaan.

"Ya enggak lah! kalo yang satu ini ngga bisa di bagi-bagi" ujar Aisyah tersenyum  "lagian kalo Aisyah bagi pasti Luna dan Fatia nolak"

"Kenapa?"

"Ya emang mereka mau sama Gus galak, ada yang tahan sama Gus galak, kecuali Aisyah Aqilah cantik pake banget yang seikhlas dan sesabar Aisyah" tutur Aisyah sedikit ke-narsisan nya.

Gus Ilham tertawa "Narsis" ucapnya tertawa.

"Biarin!"











_GUS ILHAM MY HUSBAND_

HALOHA 🕊️

thanks banget yang masih mau nungguin saya up dan juga yang udah komen dan vote. Lovv banyak dari Gus Ilham.

Dua part lagi insyaallah kalo ngga ghosting kita akan tau sama-sama tentang Aisyah.

Doain juga yah guys mudah mudahan ada penerbit yang mau melirik lirik cerita 'Gus Ilham my husband' agar bisa muncul dalam bentuk cetak. Aamiin 🤲

Jangan lupa follow akun Instagram @wattpadasya

Vote dan komen 7k langsung up

See you assalamualaikum 🧡

Sabtu, 04 Juni 2022

Continue Reading

You'll Also Like

Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 68.4K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
273K 10.6K 40
"bego ini obat perangsang bukan antimo" #lapakbxb Top : gamma Bot : nelv (mpreg) (BxB)
995K 31.1K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
855K 6.3K 11
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...