Nyonya Duchess [END]

By BubblesGey14_

6.5M 1M 160K

[Proses Revisi] Nurul Bojonggede nyasar di tubuh orang? Wow! Impresif!! Nurallisa Rulline, gadis hiperaktif y... More

1 (Revisi)
2 (Revisi)
3 (Revisi)
4 (Revisi)
5 (Revisi)
6 (Revisi)
7 (Revisi)
8 (Revisi)
9 (Revisi)
10 (Revisi)
11 (Revisi)
12 (Revisi)
13 (Revisi)
14 (Revisi)
15 (Revisi)
16 (Revisi)
17 (Revisi)
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
58
59
60 (END)
Extra Part
Sequel

57

90.3K 15.5K 1.3K
By BubblesGey14_

WARNING++!! (baca setelah buka puasa)

Happy Reading 💜💜💜

•••••••

Mengetukkan jarinya di atas meja makan dengan tatapan mengedar menatap satu persatu orang yang ikut duduk di kursi meja makan.

Menghela nafas ringan, dia menarik kedua sudut bibirnya. Memberikan senyuman tipis yang menawan,
"Baiklah, silahkan di nikmati."

Semua orang yang ada di meja makan meneguk ludahnya kasar, mereka menatap semangkuk makanan berkuah berwarna oranye agak gelap dengan tatapan ngeri. Bisa mereka bayangkan betapa pedasnya makanan itu saat menyentuh lidah.

Berbeda dengan wanita yang menyiapkan makanan itu, dia terlihat sangat bersemangat dan memakan makanannya dengan lahap.
"Woah, emang surga dunia." Decaknya geleng-geleng kepala dan kembali memakannya.

"Kenapa gak di makan?" Tanya Elle saat melihat mereka yang hanya menatap makanan itu tanpa minat.

Mereka langsung gelagapan dan tersenyum paksa. Kemudian dengan berat hati menyendok makanan itu dan memakannya dengan mata terpejam rapat. Seketika itu juga mereka langsung meraih satu gelas air dan meneguknya dengan rakus. Bahkan ada yang sampai menjulurkan lidahnya yang terasa terbakar.

"Pada kenapa sih? Seblak enak anjir! Bisa-bisanya gada yang suka." Matanya mendelik menatap Arsen lalu berlanjut pada Amber, Helios, Nana, Caca, dan Diana.

"Nura, kupikir ini sajian neraka." Ucap Arsen dengan menatap horor sepiring seblak di depannya.

Elle mengetukkan sendok nya cukup kuat di atas meja,
"Enak begini dikata sajian neraka. Lidah kalian ada yang ketinggalan jaman." Protesnya dengan mata mendelik kesal.

"Kalo gitu ganti hidangan selanjutnya!" Seru Elle bersandar di sandaran kursi dengan bersedekap dada.

Para pelayan yang sudah bersiap di dekat meja makan langsung saja melangkah mengambil semangkuk seblak dan di gantikan dengan hidangan yang masih menjadi misteri karena masih tertutup.

Elle menepuk tangannya dua kali,
"Okeh! Silahkan di buka!" Ucapnya girang.

Mereka semua berdoa dalam hati agar makanan kali ini lebih manusiawi dan bisa dimakan dengan sehat.

Satu

Dua

Tiga!

Serempak mereka semua membuka penutup hidangan itu. Mata mereka membola bahkan seperti ingin keluar dari tempatnya.

"E--el, ini apa?" Tanya Amber menatap ngeri bulatan berlumur cabai yang sudah dihaluskan.

Mereka semua menatap Elle horor, sedangkan yang ditatap tengah tersenyum lebar dengan mata berbinar.

"Ini namanya BAKSO LAVA!!" Pekiknya kencang dengan sangat girang begitu mengatakan apa nama makanan di depan mereka.

"APA?!"

Elle mengerutkan keningnya saat mereka terpekik secara bersamaan.
"Apa? Ada yang salah?"

"B-bukan begitu El. Maksud kamu-----ini bukan lava gunung berapi kan?" Tanya Helios dengan wajah yang sudah pucat pasi.

Bibir Elle berkedut, dia melipat bibirnya kedalam agar tidak sampai meledakkan tawanya.
"Tentu saja bukan! Kalian pikir aku gila?"

Mereka bernafas lega mendengar hal itu.

"Potong baksonya, ada isinya di dalam. Dan aku yakin kalian akan suka!" Kata Elle dengan mata berbinar terang. Dia memotong baksonya dengan pisau kecil yang sudah disediakan begitupun dengan mereka semua yang melakukan hal yang sama.

Beberapa menit hening, mereka semua seakan dihantam sesak nafas secara masal.

"Apa ini yang dinamakan pembunuhan berencana?" Gumam Diana menatap nanar pada lelehan cabai dan bakso kecil-kecil yang keluar dari dalam bakso besar.

"Hei hei hei! Ini tidak semengerikan yang kalian duga!"

"Nura, kau tidak berencana mengantarkan kami ke akhirat dengan cepat kan?"

Mata Elle memicing tajam pada Arsen yang tengah menampilkan raut tersiksanya. Dia mengangguk tegas,
"Ini sebagai balasan dariku. Jika mas Duke tidak memakannya, maka jangan harap bisa mengusap perutku lagi!" Ancamnya dengan tangan bersedekap dan membuang muka sok kesal.

"Ayo di makan sekarang! Jika tidak, siap-siap saja mendapat hukuman dari ku!" Desisnya tajam dan menuntut membuat mereka semua hanya bisa pasrah memakannya.

Baru sekali suap, kini mereka langsung meraih gelas dan meminum airnya dengan sangat ganas, bahkan Caca sudah berlari terbirit-birit ke arah dapur karena air minumnya telah habis. Wajah mereka semua memerah padam dengan keringat yang membasahi seluruh tubuh dan wajah karena kepedasan.

Berbeda dengan Elle yang dengan lahap memakannya karena dia sudah lama tidak makan bakso seperti ini. Bibirnya membengkak karena kepedasan dan wajahnya juga memerah tapi tak sampai membuatnya berhenti untuk memakan baksonya.
"Astaga, ini sangat luar biasa!" Racaunya dengan menikmati setiap rasa yang terdapat di bakso buatannya. Hingga memakan seperempatnya saja karena tidak mau membahayakan bayi di kandunganya.

"AKU MENYERAH!! OH ASTAGA MULUTKU TERASA TERBAKAR!!" Diana mengikuti Caca berlari ke arah dapur untuk mengambil minum sebanyak mungkin.

"JAN LUPA BALIK LAGI ATAU GUE SERET LO BEDUA!!" Teriakan menggelegar Elle membuat telinga mereka terasa pengang.

Hanya tersisa lima orang termasuk Elle di meja makan. Mereka memakannya dengan keringat yang membasahi tubuh serta wajah memerah padam. Bisa dilihat Amber tengah menyingkirkan selai cabai di area bakso dan memakannya dengan mata terpejam menahan pedas. Begitupula dengan Helios dan Arsen. Tapi tidak dengan Nana, perempuan itu memakannya tanpa henti dan minum karena dia berpikir jika makannya setengah-setengah, maka akan lebih terasa pedasnya. Ia memakannya dengan sangat cepat bahkan sampai menangis.

Elle tersenyum geli menatap mereka semua yang tengah berusaha menghabiskan makanannya.

"Oke sudah cukup!" Serunya yang membuat mereka bernafas lega dan meminum minumannya.

Mereka semua membuka mulut yang terasa mengeluarkan uap panas dengan lidah yang menjulur. Persis seperti anjing.

"Ganti lagi!" Perintah Elle yang kembali jalankan oleh para pelayan yang sudah membawa piring baru dengan hidangan baru.

Mengganti sepiring bakso dengan hidangan yang baru yang masih tertutup rapat.

Arsen memijat pelipisnya yang terasa pening, bukan hanya mulutnya yang terbakar tapi ini sudah menjalar ke kedua telinganya yang terasa sakit dan panas. Ia rasa otaknya juga ikut mencair.
"Ampun Nura, bisa-bisa kau menjadi janda jika aku memakan makanan seperti itu lagi." Keluhnya dengan bersandar di sandaran kursi. Sangat terlihat tak berdaya.

Elle hanya tersenyum jenaka melihat itu, ia juga sedikit memakannya karena mengingat jika ia tengah mengandung.

Melihat Caca dan Diana sudah kembali duduk, Elle memerintahkan mereka untuk kembali membuka penutup hidangan yang sudah disediakan.

"Kupikir ini lumayan manusiawi." Desah lega Nana yang sudah mengambil ancang-ancang akan menyerah jika saja makanan itu masih saja pedas. Tapi tetap saja bisa dia lihat beberapa cabai di dalamnya.

"Ini namanya rujak buah. Kalian harus mencocol buah yang sudah di potong memanjang itu ke saus ini. Tenang saja, ini tidak begitu pedas." Jelas Elle yang mulai mencolekkan mangga muda di sambal rujak lalu memakannya. Dia terpekik begitu merasakan manis, asam, dan sedikit pedas di mulutnya.

Mereka yang melihat itu jadi ngeri sendiri. Dengan ragu-ragu, mereka mulai mengambil potongan buah dan mencelupkannya di sambal rujak. Sebelum benar-benar memakannya, mereka menatap Elle yang tengah terpejam menikmati rasanya.

"Baiklah, ibunda akui ini memang enak." Tak di sangka Amber justru menyukainya membuat mereka jadi penasaran bagaimana rasanya.

Tanpa keraguan lagi, mereka memakannya dan berekspresi sama seperti Amber. Tak disangka, mereka memakannya tanpa henti sampai tandas.

"Apakah perut kalian masih muat?" Tanya Elle karena masih ada satu hidangan penutup.

Mereka mengangguk pelan.

Para pelayan kembali menyajikan makanan dan mengambil piring bekas rujak buah.

"Baiklah, silahkan di buka!" Elle menatap penuh binar dengan Sop buah di depannya.

Begitupun dengan mereka yang speechless melihat beberapa aneka buah dipotong kecil-kecil dan dijadikan satu dengan kuah susu serta air es yang tentu sangat sulit di dapatkan.

Tanpa kata lagi, mereka langsung mencicipinya. Dan seketika itu, mata mereka berbinar. Dengan kurun waktu yang singkat, SOP buah itu sudah habis disantap.

"Ouh aku kenyang." Desah Elle dengan mengusap pelan perutnya yang terlihat sedikit menonjol. Kebanyakan makan.

Nana dan Caca berdiri, mereka berdua cukup sadar jika sudah waktunya mereka kembali ke posisi menjadi pelayan.

Arsen berdiri dan mengangkat tubuh Elle dengan begitu mudahnya.
"Kita pamit ke kamar." Ucapnya sebelum benar-benar pergi dari sana.

Mata Elle terpejam dengan kedua tangannya yang melingkar di belakang leher Arsen.
"Mas Duke ayo main."

"Bermain? Bermain apa?"

Mata Elle terbuka dan menatap tepat di manik mata Arsen. Tangannya yang berada di belakang tengkuk Arsen mendorong kepala Arsen agar menunduk. Elle memajukan wajahnya hingga bibir keduanya bertemu. Beruntung kini mereka telah sampai di dalam kamar mereka berdua, jadi Elle lebih leluasa melakukannya.

Perlahan tapi pasti, dia mulai melumat bibir Arsen yang terbentuk dengan sangat indah. Tidak tipis juga tidak terlalu tebal, sangat pas seperti ombak. Melepas pagutannya begitu ia merasa kehabisan nafas, tapi tidak lama karena Arsen kembali meraup bibirnya dan mencumbunya dengan begitu dalam dan lembut.

Tanpa melepas ciumannya, Arsen membaringkan tubuh Elle di atas ranjang dan menindihnya. Ciumannya semakin turun ke bawah membuat Elle mendongak memberikan akses pada Arsen untuk mengambil alih tubuhnya.

Tangan besar Arsen merobek gaun yang Elle kenakan dengan sekali hentak membuat Elle terpekik tapi langsung di bungkam oleh bibir Arsen. Tangannya yang bebas mulai merambat ke dua gundukan milik istrinya yang sudah tak tertutup sehelai benangpun.

Mencecap dan menghisap bibir istrinya sampai membengkak, lalu beralih pada leher jenjang Elle. Dan semakin tubuh tepat di dada istrinya, membenamkan wajahnya di tengah-tengah gundukan Elle yang sudah membesar dari sebelumnya. Tangan besarnya meremas dan memainkan puting Elle hingga membuat wanita itu menggelinjang, melenguh dan mendesah tak karuan.

Tangan Elle menjambak tidak begitu kuat rambut belakang Arsen dan semakin menekan wajah suaminya yang ada di tengah-tengah gundukannya.

"Bisa aku memasukkannya sekarang?" Tanya Arsen dengan mata yang sudah tertutup oleh kabut nafsu apalagi setelah melihat ekspresi Elle yang begitu seksi dan menggoda.

"My body is yours. Whatever you do," jawab Elle dengan suara serak yang seksi.

Arsen tersenyum mendengar itu.

•••••••••

Update nya lama?
Maaf banget soal itu,
Dan aku tekankan sekali lagi kalau aku buat cerita ini itu untuk mengisi waktu luang. Tapi bukan berarti aku selalu memiliki waktu luang tiap hari buat nulis.

Di real life aku juga ada kegiatan, nggak selalu nganggur. Dan juga nulis cerita itu butuh imajinasi yang tentunya memakan waktu entah itu sebentar ataupun lama. Nulis cerita nggak bisa asal tulis, semuanya brain play.

Jadi mohon untuk kesabaran kalian, aku juga berusaha banget buat update cepet biar kalian nggak nunggu lama.

That is all,

See you
💜💜💜💜

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 433K 95
Hidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel...
3.1M 295K 84
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.
1M 122K 41
Bagaimana jadinya jika seorang agen intelijen yang tewas karena terkena rudal, bangkit kembali dalam tubuh seorang perempuan penderita gangguan kejiw...
809K 137K 24
Sequel 'Nyonya Duchess' 🔥🦋🦋🦋🔥 Menceritakan kembali kisah hidup seorang gadis cantik bernama Nurallisa Rulline. Kehidupannya yang penuh dengan ke...