GUS ILHAM MY HUSBAND || TERBIT

By nrasya_

18.7M 1.3M 205K

⚠️FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ [Bijak dalam berkomentar dan hargai karya penulisnya, follow sebelum di baca] ____... More

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06
bagian 07
bagian 08
bagian 09
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29
bagian 30
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 35
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 39
bagian 40
bagian 41
bagian 42
bagian 43
bagian 44
bagian 45
bagian 46
bagian 47
bagian 48
bagian 50
bagian 51
bagian 52
bagian 53
bagian 54
bagian 55
bagian 56
bagian 57
bagian 58
bagian 59
bagian 60
bagian 61
bagian 62
bagian 63
bagian 64
bagian 65
PO 'GIHM' (ekstra part)
GIMH2: AISYAH
Spin off GIMH dan Aisyah Aqilah
bagian 66

bagian 49 belum revisi.

347K 24.7K 5.7K
By nrasya_

Tandai kalo masih ada typo.

"Wanita hebat adalah dia yang bisa berdamai dengan keadaan."

Selamat membaca.
🦩

Gus Ilham membakar kayu di luar rumahnya, pandangan pria itu benar-benar kosong.

Setelah kayu di bakar menjadi arang, Gus Ilham mengambil dengan tangan kosong, bayangkan saja arang panas yang baru saja di bakar Gus Ilham mengambil dengan tangannya sendiri.

Tak peduli tangannya melepuh dan perih.

"Karena lisan ini, Aisyah membenci saya, kamu harus di hukum"

Gus Ilham hendak memakan arang panas itu namun, terdengar suara teriakan dari belakang.

"Astagfirullah, Gus Ilham!"

Aisyah berlari menghampiri Gus Ilham yang hendak memakan arang yang sudah di bakar.

Bruk!

Telat tiga detik saja Gus Ilham akan memakan arang panas itu. Untuk Aisyah mendorong tangan Gus Ilham, sehingga membuat arang itu terlepas dari tangan suaminya.

"Gus Ilham apa-apaan sih!" Bentak Aisyah hampir frustasi.

Gus Ilham menoleh ke arah Aisyah dengan wajah datarnya. "Kenapa hentikan saya?"

"Gus Ilham..."

"Kenapa!?" Sentaknya.

Gus Ilham merosot ke tahan. Menunduk sambil memukulkan tangannya di tanah. "Akh! Kenapa saya harus se brengsek ini!"

Plak!

"Gara-gara mulut ini, mulut bodoh ini!" Ucap Gus Ilham terus melukai dirinya.

"Bodoh sekali kamu Ilham!"

"Lidah ini harus di di hukum Aisyah, lidah ini harus di beri pelajaran, arang panas akan-"

Aisyah menjatuhkan dirinya dihadapan suaminya. "Jangan seperti ini, Gus..."

Aisyah memeluk tubuh suaminya itu yang nampak begitu kacau. "Gus Ilham kenapa begini?"

"Maaf."

"Gus Ilham jahat!"

"Maaf."

"Gus Ilham jahat!"

Gus Ilham semakin menenggelamkan dirinya di dalam pelukan Aisyah. "Maaf Aisyah.."

Gadis itu melepaskan pelukannya, Aisyah menatap suaminya. "Gus Ilham sudah gila mau makan arang?"

"Maaf..." kata Gus Ilham menatap penuh kesesalan.

Aisyah mengambil kayu bakar, di ujungnya sudah menjadi arang. "Ini, makan lagi!"

Gus Ilham memang gila, menuruti titahan Aisyah itu. "Gus Ilham!" Dercak Aisyah membuang jauh kayu bakar tersebut.

"Maaf Aisyah."

"Kamu sudah sakit hati karena lisan saya,"

"Maaf."

Maaf' kata simpen itu. Apakah Aisyah bisa memaafkan pria di hadapannya ini atas semua yang telah ia lakukan padanya.

"Gus Ilham janji, nggak akan ulang lagi?"

"Saya janji Aisyah," kata Gus Ilham bersungung-sunggu.

Melihat sorot mata Gus Ilham begitu tulus Aisyah terlena. Ia memutuskan untuk memaafkan suaminya. "Aisyah maafkan."

Gus Ilham tersenyum sumringah, menatap Aisyah dengan senang. "Terima kasih Aisyah. Kamu sangat baik, dan saya begitu jahat."

"Baru nyadar, kalau Gus Ilham jahat?"

"Maaf."

Aisyah mengangguk. "Iya, Aisyah maafin."

Gus Ilham memeluk tubuh Aisyah. "Terima kasih."

"Iya." ucap Aisyah singkat.

"Boleh kamu balas pelukan saya?" Aisyah mengangguk,  membalas pelukan dari suaminya.

"Jangan tinggalkan saya," bisik Gus Ilham berada di ceruk leher Aisyah.

"Tapi janji Jangan ulangi lagi?"

Gus Ilham mengganguk cepat. "Demi Allah. saya berjanji tidak akan menyakiti kamu lagi."

Aisyah tersenyum tipis melihat ketulusan dari sorot mata suaminya. Dalam hati ia mengucapkan syukur.

Gus Ilham menyudahi pelukannya, ia lalu mengangkat Aisyah ala bridal style.

"Ehhh! Gus Ilham apa-apaan sih, turunin!"

"Kita masuk kedalam."

"Iya, tapi turunin dulu!"

"Saya gendong masuk."

"Aisyah nggak mau!" Bentak Aisyah. "Nanti ada yang liat!"

"Memang ada orang di sini selain kita?"

"Iya juga ya," pikir Aisyah. "Aish! Tetap aja Aisyah nggak mau di gendong!"

Gus Ilham menatap lamat wajah Aisyah yang terus tercelote, walaupun terlihat begitu kesal Aisyah masih tetap cantik.

"Tangan Gus Ilham melepuh, memang kuat angkat Aisyah?"

"Kuat say—Aisyah."

"Turunin!" Titah Aisyah yang tidak di hiraukan Gus Ilham yang masih menatap dirinya.

"Turunin Gus Ilham..."

"Syarat."

Aisyah berdecak kesal. Sudah dimanfaatkan malah lupa kulitnya. "Apa Syarat nya?"

"Cium." Kata Gus Ilham dengan lirih.

Panuturan Gus Ilham itu mampu membuat Aisyah tercengang.

"Dih!"

"Kenapa?" Tanya Gus Ilham.

"Aisyah masih marah sama kamu!"

"Maaf."

Ya Tuhan, rasa Aisyah benar-benar ingin mencekik leher pria yang sedang mengendongnya.

"Ngga jadi"

"Ngga jadi apa?" Tanya Gus Ilham

"Masuk aja."

"Di dalam kissnya?"

"GUS ILHAM!" Aisyah mencubit keras lengan Gus Ilham karena terlalu kesal.

Gus Ilham tertawa pelan. Senang sekali rasanya sang istri mulai memekik seperti ini. Ia melangkah masuk membawa sang istri yang terus saja mencelotehi dirinya.

Sedangkan di sisi lain, tanpa Aisyah dan Gus Ilham sadari abi Syakir menyaksikan keduanya.

"Alhamdulillah sudah membaik."

"Semoga lebih baik lagi." setelah mengatakan itu Abi syakir pun beranjak pergi.

***

Keesokan paginya, kedua pasutri yang baru saja baikan, tidur nyenyak di kasur miliknya sambil berpelukan satu sama lain membagi kehangatan.

Posisi tidur keduanya kali ini benar-benar berbeda dari hari sebelumnya. Aisyah dan Gus Ilham yang dulunya tidur berjarak kini tak ada jarak diantara mereka. Aisyah dan Ilham yang dulunya saling memunggungi ketika tidur kini saling berhadapan. Guling yang selalu mereka peluk masing-masing, kini keduanya tidak membutuhkan bantal itu lagi.

Suara kokokan ayam yang nyaring bak terompet membuat Aisyah menggeliat di pelukan suaminya.

Aisyah mengerjapkan matanya seakan tersihir oleh pria dihadapannya yang masih pulas sambil melingkarkan kedua tangannya di pinggang Aisyah.

Sudut bibir Aisyah terangkat, takkalah kembali berkelana pada kejadian semalam. Di mana Gus Ilham tidak ingin jauh dari Aisyah, bahkan sampai marah-marah menduga Aisyah belum ikhlas memaafkan dirinya, hanya karena pelukan Aisyah kurang kencang.

"Gus Ilham."

"Iya Aisyah," sahutnya.

Aisyah tersentak, secepat itukaan suaminya dibangunkan. "Udah bangun dari tadi ya?"

Gus Ilham mengangguk. "Baru bangun masih cantik."

Aisyah mengangkat sebelah alisnya. "Beneran?

"Saya juga ganteng kan?" Tanya Gus Ilham dengan narsisnya. Entahlah, mengapa suaminya ini tiba-tiba menanyakan hal itu.

"Narsis" cibir Aisyah masih berada di pelukan Gus Ilham.

Gus Ilham mengusap pipi Aisyah. "Saya mencintai kamu Aisyah."

"Hah?"

"Mungkin kata itu terlalu lambat ya?" Tanya Gus Ilham sempat membuat Aisyah terhipnotis.

"Kamu cinta sama saya?" Tanya Gus Ilham menatap Aisyah.

Aisyah menggeleng dengan mudahnya. "Aisyah pernah jatuh cinta sama kamu. Tapi kalau di tanya sekarang, tidak lagi."

"Sekarang memang hilang Aisyah. Tapi saya pastikan akan kembali lagi," kata gus Ilham dengan sungguh-sungguh.

"Gus Ilham jahat ya?"

Gus Ilham tersenyum tulus.  Ia tidak membantah ucapan dari Aisyah. Dirinya memang jahat.

"Saya usahakan kamu mencintai saya kembali."

"Aamiin..."

"Ngga cinta tapi jantungnya berdetak kencang" kekeh Gus Ilham.

Aisyah membulatkan matanya, panik sendiri. "I-itu, jantung Aisyah memang baperan, jangan di ambil hati!" katanya.

"Masa?"

"Aisyah mau mandi," ucap Aisyah mengalihkan pembicaraan.

"Jangan dulu," Gus Ilham semakin menarik badan Aisyah agar menempel padanya.

"Lepas ihh! Gus Ilham bau belum mandi dari kemarin"

"Kalo gitu kita mandi sama-sama ya?"

"Dih. Aisyah nggak mau!"

"Kenapa? Sayakan suami kamu?"

"Ya nggak boleh lah!"

"Boleh. mandi dengan pasangan itu hukumnya sunnah. Katanya mandi dengan pasangan juga bisa menghilangkan stres dan mempererat hubungan suami istri."

"Kan Sunnah, jika di kerjakan akan mendapat pahala, jika tidak di kerjakan juga tidak berdosa." Ucap Aisyah. "Lagian Aisyah nggak lagi stres kok, dan kalau Gus Ilham mau mempererat hubungan kita, pakai metode mandiri."

"Memang kamu tidak mau dapat pahala?"

"Pahala bisa di dapat lewat jalur baik mana pun, tapi ngga dengan cara itu juga."

"Kalo gitu kasih saya—morning kiss."

Aisyah membelalak matanya, mendengar permintaan suaminya. "Ngarep!"

"Memang tidak mau dapat pahala?"

Aisyah menempelkan punggung tangannya, ke dahi Gus Ilham mengecek suhu tubuhnya. "Ngga panas."

"Saya ngga lagi sakit, Aisyah." Bentak Gus Ilham halus.

"Gus Ilham kenapa jadi berubah begini?"

"Saya mau memperbaiki dari awal lagi, demi keluarga kecil kita," ucap Gus Ilham sambil menarik gemes hidung Aisyah.

Gus Ilham tersenyum tipis dan memberi kecupan singat di bibir Aisyah.

"Tukang nyosor!"

Aisyah lari masuk ke kamar mandi sebagai tempat pelarian agar Gus Ilham tidak melihat wajah Aisyah yang sudah merah bak kepiting rebus.

***

"Kamu ngga siapkan baju buat saya?"

Aisyah berbalik menatap Gus Ilham yang hanya memakai sarung menutup hanya bagian bawa tubuhnya, sedangkan badan kekarnya terpampang jelas.

Aisyah menunduk pipinya memanas memandang Gus Ilham yang jahdhs tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

"K-katanya ngga suka kalo Aisyah siapkan baju"

Damn! Gus Ilham terdiam membisu.

"Oh iya" ucap Gus Ilham Pelan.

Aisyah diam di tempat memperhatikan Gus Ilham menyetrika bajunya sendiri, sedikit kesusahan.

"Gus Ilham mau sholat di masjid?" Tanya Aisyah.

"Di rumah aja, bareng kamu."

"Beneran?" Gus Ilham mengganguk.

"Sana ambil wudhu dulu."

"Oke!"

......

"Assalamualaikum warahmatullah... " salam dari mulut Gus Ilham yang menjadi imam, tanda selesainya Sholat.

Aisyah yang menjadi makmum menghela nafas panjang setelah kakinya sudah keram karena terlalu lama Berdiri. Bayangkan saja Gus Ilham membaca seperdua surat Ar Rahman. Surat Ar Rahman terdiri dari 78 ayat, 78÷2=39. 39 lagi di bagi menjadi dua, pada rakaat pertama Gus Ilham membaca 19 ayat rakaat kedua membaca 20 ayat. Bisa di mengertikan.

Gus Ilham berbalik ke belakang menyodorkan tangan untuk Aisyah.
Aisyah tidak menghiraukan dengan sengaja tidak melihat dan sibuk melipat sajadah.

"Ngga mau salim suaminya?" Tanya Gus Ilham bersahut.

Aisyah mengedikkan bahunya tak peduli.

"Aisyah," panggil Gus Ilham lagi dengan lembut 

"Hm."

"Setelah sholat, dianjurkan menyalami tangan suami, biar makin berkah." Ucap Gus Ilham dan belum digubris Aisyah. "Kamu marah?" Tanyanya.

"Kenapa, kenapa. Coba sini cerita, saya salah dimana? Saya klasifikasi sini. Saya nggak mau kamu marah atau kesal sama saya lagi."

Aisyah menghela nafas.

"Kamu marah kenapa?"

"Gus Ilham, nggak berpikir. Aisyah jadi makmum dibelakang. Malah baca surah Ar Rahman!"

"Bukannya bagus baca surat panjang kalau sholat subuh?"

"Iya bagus sih bagus, tapi ingat dong ada Aisyah di belakang. Kakinya sampai pegal berdiri lama," Ucap Aisyah. "Tau gini, Aisyah sholat sendiri aja."

Gus Ilham tersenyum, mengusap kepala Aisyah. "Jangan suka ngeluh yabis sholat.  Surah Ar Rahman nggak terlalu panjang kok."

"Iya, kenapa tidak Al baqarah aja sekalian.

"Bagus juga ide kamu."

"Ish! Gus Ilham kok nyebelin?"

Gus Ilham tersenyum tipis, kembali menyodorkan tangan nya di depan wajah Aisyah.

"Salim, sayang."

Aisyah berusaha keras menahan senyumnya agar tidak terbentuk dihadapan Gus Ilham. Ia segera mencium tangan suaminya.

"Tangan Gus Ilham," ucap Aisyah melihat tangan suaminya yang melepuh. Pasti sangat perih.

"Nggak apa-apa. Saya anggap ini hukum atas kesalahan saya." Ucap Gus Ilham membuat Aisyah mengangguk.

"Maaf Aisyah. Selama kita menikah kamu tidak pernah bahagia. Tapi saya janji, saya pastikan setelah ini kamu akan menjadi wanita paling bahagia." ucap Gus Ilham memeluk penuh cinta Aisyah.

Aisyah terdiam, sudut bibirnya terangkat sedikit membentuk senyum kecil. Aisyah juga senang sekali jika Gus Ilham benar-benar sudah berubah sekarang.

Aisyah melepas pelukannya  dan beranjak untuk menyimpan alat sholat mereka.

Aisyah menoleh ke arah suaminya yang duduk di sofa yang sedang tadarus Qur'an.

"Gus Ilham, Aisyah mau masuk sekolah sekarang"

Ketika namanya di sebut Gus Ilham berhenti dengan aktivitas nya menutup Al Qur'an "Jangan dulu kamu masih pucat, saya sudah izinkan kamu selama tiga hari"

Aisyah berdecak sebal, menurutnya Gus Ilham terlalu berlebihan. Semalam memang Aisyah sedikit demam dan mengeluh sakit kepala.

Aisyah keluar kamar, Gus Ilham melirik ke pintu yang sudah di tutup oleh Aisyah. Helaan nafas terdengar Pria itu tersenyum tipis ketika semua perlahan mulai membaik.

Sekarang misinya tinggal dua, pertama membuat Aisyah jatuh cinta lagi dengan nya dan membahagiakan Aisyah.

Gus Ilham berdiri menuju meja belajar Aisyah. Setelah mengambil wudhu tadi ada satu benda yang menarik perhatiannya.

Gus Ilham mengulurkan tangannya mengambil kertas yang sedari tadi menarik perhatiannya.

Gus Ilham membaca depan surat itu tertulis jelas 'surat peringatan'. Masih ingatkan surat dari bendahara pesantren. Surat peringatan pembayaran uang SPP Aisyah.

Gus Ilham mengerutkan keningnya surat peringatan? Bukannya dia-

Pria itu menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya gusur.

"Ya Allah, Aisyah kuatnya kamu"

***

Aisyah di dapur sedang sibuk memasak sarapan buat Gus Ilham, menu kali ini sedikit berat, ada ayam tempe kesukaan Gus Ilham dan juga sayur tak lupa sambel.
FYI Gus Ilham sudah membeli semua bahan makanan di rumah.

Sewaktu Gus Ilham memarahi Aisyah saat bertemu ustadz Fahri, sore itu Gus Ilham baru pulang dari berbelanja bahan makanan masuk ke dalam pesantren, matanya tak segaja melihat dua orang yang dia kenal sedang tertawa bersama. Nah disana Gus Ilham menghampiri mereka berdua dan memarahi Aisyah. Lanjut

Aisyah sedang menumis tempe, terkejut ketika Gus Ilham memeluk pinggang ramping istrinya.

"Mau saya bantu?" Tanya Gus Ilham setengah berbisik.

Aisyah melepaskan tangan Gus Ilham yang melingkar di pinggang. "Ngga usah"

Bukannya terlepas Gus Ilham malah semakin memeluknya walaupun dia tau Aisyah kurang nyaman. Aisyah berdecak sebal, gadis itu melepas tangan Gus Ilham dan terlebih dahulu mematikan kompor dan berbalik menghadap Gus Ilham.

Gus tersenyum manis menatap mata Aisyah. Aisyah mendorong dada Gus Ilham agar memberi jarak antara mereka.

"Ngga usah peluk-peluk"

"Kenapa?" Tanya Gus Ilham maju, memengang kedua pinggang Aisyah.

"Saya risih"

Gus Ilham melepas pelukannya menatap Aisyah dengan wajah datar "biar saya yang masak" ucapnya menggeser badan Aisyah.

Aisyah berbalik ke arah kompor berkacak pinggang menata Gus Ilham. Sedangkan pria itu diam menatap semua makanan yang sudah jadi.

"Mana-"

"Apa?!"

Aisyah memutar bola matanya "sudah selesai semua Gus "

Gus Ilham mengganguk dan membawa semua yang Aisyah masak ke meja makan.

Aisyah juga ikut ke meja makan membawa nasi yang masih panas. Mereka berdua duduk di meja makan.

Gus Ilham menatap Aisyah yang hendak memakan nasi yang masih panas "jangan dulu masih panas" peringatnya.

Aisyah menoleh ke Gus Ilham yang berpindah tempat ke sampingnya. Pria itu menatap Aisyah dengan wajah yang susah di artikan.

"Kita satu piring" tawar Gus Ilham dan Aisyah langsung menggeleng cepat.

"Kan masih banyak piring Gus"

"Kita satu piring" Gus Ilham menarik piring Milik Aisyah agar berada di tengah tengah antara dirinya dan istrinya.

Aisyah diam saja dan kembali menyendok nasi masuk ke mulutnya. Melihat itu Gus Ilham menghela nafas dan menghentikan Aisyah.

"Masih panas, Aisyah. Nanti kamu sariawan" katanya "tunggu sampai dingin"

"Kan bisa di tiup"

"Makanan tidak boleh di tiup.Rasulullah SAW melarang meniup minuman dan makanan, dan hal ini makruh, karena hal ini dapat mengubah aroma dari air, dan narasi dari Abi Sa'id al-Khudri juga menjelaskan bahwa larangan meniup makanan panas agar cepat dingin itu mengindikasikan sifat serakah dan tidak sabaran"

"Sesungguhnya makanan yang sudah tidak panas itu lebih besar berkahnya".

"Dalam hadist lain disebutkan, "Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang bernafas dalam sebuah wadah, atau meniup makanan dalam wadah tersebut. (H.R at-Tirmidzi)."

"Berati haram dong Gus?"

"Tidak haram hanya saja makruh, lebih baik di hindari. Jika masih ada yang makan atau minum, dengan cara seperti itu belum tentu haram juga."

Aisyah mengganguk mengerti.

"Jadi menunggu lama dong." Aisyah melemas.

"Hapal surat Ar Rahman kan?" Tanya Gus Ilham. Dan Aisyah mengganguk.

"Baca itu sampai habis, saya pastikan setelah baca surahnya, nasi kamu sudah tidak panas lagi."

Aisyah mengernyit bingung. "Teori dari mana?"

Gus Ilham menoleh. "baca saja, biar dapat pahala, sembari menunggu makanan dingin, apa salahnya mencari pahala lain, kan?""

Aisyah mengganguk membernarkan juga. "Tapi nanti makanan kurang enak dong kalo dingin."

"Enak kok, malahan makanan dingin itu bisa menjadi obat dalam tubuh. Kalau menurut aku, makanan yang dingin jauh lebih enak, karena lebih puas makanya."

Aisyah lagi lagi mengganguk, membenarkan ucapan Gus Ilham.

"Mulai bacanya," pinta Gus Ilham dan Aisyah mulai membaca dengan suara biasanya bukan suara emas miliknya.

"Bernada Aisyah.."

"Tapi—"

"Ayo mulai."

Aisyah mengganguk dan perlahan menarik nafas dalam-dalam kemudian mulailah Aisyah melantunkan ayat ayat Al Qur'an.

Gus Ilham sendiri hanya menatap Aisyah yang memejamkan matanya, sesekali Gus Ilham mengoreksi bacaan Aisyah yang salah.

Sampai selesailah gadis itu membaca dan mengakhiri dengan ucapan 'shadaqallahul adzim'

"Yey bisa makan!" Aisyah memeriksa nasi dengan tangannya dan benar benar sudah tidak terlalu panas.

Aisyah membaca doa makan dan mulai memasukkan makanan dalam mulutnya. Sedangkan Gus Ilham hanya memperhatikan Aisyah di sampingnya makan dengan lahap.

"Gus Ilham kenapa tidak makan?" Tanya Aisyah di sela sela makanya.

"Suap," pinta Gus Ilham.

Aisyah membulatkan matanya. "Ngelunjak!"

"Makan dari tangan orang lain itu enak apalagi tangan istriku"

Aisyah berdecak pelan. "Alah alasan aja kamu!"

"Suap dong istri ku," ucap Gus Ilham dengan manja.

Aisyah menyuapi menggunakan sendok, lantas Gus Ilham menolak lagi. "Pakai tangan Aisyah sayang!"

"Banyak mau, kamu!" Walaupun suaranya terdengar ketus, Aisyah tetap menuruti keinginan suaminya.

"Aaa!" Dengan menggunakan jemari Aisyah, ia menyodorkan nasi pada Gus Ilham.

Dengan senang hati Gus Ilham membuka mulut lebar lebar, menerima suapan pertama dari Aisyah.

"Aduh!"

"Kenapa?"

Aisyah memukul lengan Gus Ilham. "Gus Ilham ih! Jari Aisyah kenapa di gigit?"

"Maaf saya ngga sengaja."

Aisyah hanya berdehem singkat. Gus Ilham juga ikut menyuapi Aisyah menggunakan tangannya, dengan senyum jahil Aisyah menerima makanan itu dan menggigit jari Gus Ilham.

Bukan teriak Gus Ilham malah tertawa melihat wajah Aisyah yang seperti kelinci menggigit wortel.

"Lagi ngapain?" Tanya Gus Ilham tertawa.

Aisyah melepas gigitannya menata Gus Ilham "balas dendam"

Gus Ilham mengganguk saja dan kembali menyuapi Aisyah begitu pun dengan Aisyah menyuapi suaminya dengan telaten.

Kini meja makan tak lagi senyap seperti biasa.

***

Selesai acara makannya, Gus Ilham duduk di ruang tamu sibuk dengan hpnya. Sedangkan Aisyah berada di dapur membereskan peralatan dapur.

Setelah selesai menyesuaikan semua di dapur Aisyah keluar menghampiri Gus Ilham, mendarat dirinya di samping Gus Ilham.

Melihat istrinya sudah ada di samping Gus Ilham menghentikan bermain hp. Pria itu menatap Aisyah yang duduk menyandar pada sandaran sofa.

"Cape yah?"

"Ngga kok udah biasa" Aisyah membuka matanya menatap Gus Ilham.

"Oh yah Gus, Aurora mana yah?"

"Ngga tau"

"Aurora!"

Meong...

Aurora datang menghampiri Aisyah, melompat duduk di pangkuan Gus Ilham.

"Selama kita marahan Aurora ngga pernah muncul yah Gus"

Gus Ilham hanya memilih diam tak membalas ucapan Aisyah. Jika mengingat itu lagi dirinya selalu di selimuti dengan rasa bersalah.

Aisyah juga ikut diam mengelus badan Aurora. Gus Ilham menoleh ke arah samping menatap Aisyah.

"Aisyah"

"Iya"

Gus Ilham merongo saku bajunya mengeluarkan kertas yang dia ambil dari meja belajar Aisyah.

"Bisa jelaskan ini" Gus Ilham menyodorkan kertas itu.

"G-gus Ilham dapat dari m-mana?"

"Meja belajar kamu"

"Gus..."

"Siapa yang kasih?"

"Ibu ayu, bendahara pesantren." Jawab Aisyah.

Gus Ilham mengernyit bingung. "Dari Bu ayu?" Tanya nya di angguki Aisyah. "Kamu sudah bayar?" Lagi-lagi Aisyah mengganguk.

"Bayar pakai apa?"


"Pakai ATM Aisyah, Gus"

"ATM?"

"I-iya Gus, Aisyah kabur dari pesantren cuman ambil ATM."

"Jadi itu alasan kamu kabur?" Aisyah mengganguk.

Gus Ilham menghela nafas "kenapa tidak bilang?"

Aisyah diam tak menjawab.

"Tapi kenapa Bu Ayu kasih kamu surat peringatan? Bukannya saya sudah bayar semuanya?" Menolong nya.

Aisyah mendongak menatap Gus Ilham "G-gus Ilham sudah bayar uang SPP Aisyah?" Gus Ilham mengganguk "setelah saya dari lamar kamu, semua sudah saya bayar lunas uang SPP, bahkan uang catering dan koperasi sudah saya bayar lunas. Kamu juga bisa Ambi sepuasnya tanpa bayar"

Aisyah diam Bingung "kamu tidak di beri tahu-" Gus Ilham menghentikan ucapannya mengingat sesuatu.

Pria itu mengambil benda pipih miliknya dan menelpon seseorang.

"Halo"

"Siapa orang yang saya suruh memberitahu pihak catering dan koperasi"

"...."

"Pinda? Kapan?"

"...."

"Oky, kamu saja yang beri tahu"

"...."

"Aisyah aqilah"

"...."

"Waalaikumsalam"

Tut!

Gus Ilham menutup panggil dan kembali menatap Aisyah yang menatap bingung dirinya.

"Ada apa, Gus?"

"Uang SPP, catering dan koperasi sudah saya bayar setelah selesai dari lamar kamu"

"Orang yang saya suruh memberitahu kamu pindah"

Aisyah membulatkan mulutnya dan Mengangguk kecil.

"Saya kira selama ini kamu sudah tau, jadi saya ngga kasih uang saku."

Aisyah juga baru tau ternyata selama ini Gus Ilham sudah memenuhi tanggung jawabnya hanya saja ada sedikit kesalah pahaman.

"Saya juga selalu lupa kasih tau kamu"

Aisyah mengganguk. "Nggak papa kok, Gus Ilham."

"Tapi uang SPP kamu? Saya sendiri yang sudah kasih bu Ayu." Gus Ilham berpikir sejenak. "Kenapa bisa yah?"

"Aisyah juga nggak tau, Gus."

Gus Ilham menghela nafas, mengusap kepala Aisyah lembut. "Besok biar saya yang urus."

















_GUS ILHAM MY HUSBAND_

halo haloha semua ☺️❤️

Gimana nih, masih ada yang kurang puas atau tidak sesuai dengan ekspektasi kalian Gus Ilham di maafkan Aisyah semudah itu. Silahkan yang mau komen tapi bijak yah dalam berkomentar ☺️🙏

Siapa nih yang masih emosi sama Gus Ilham angkat 🦶

Oh yah kalo ada kesalahan penjelasan di atas tentang makan dan minum yang di larang di tiup, Mohon di maafkan juga masih salah atau berbeda pendapat silahkan diberi tahu.

Jangan lupa follow akun Instagram dan wattpad @wattpadasya
Dan juga tik tok @wattpadasya
#gusilhammyhusband

See you assalamualaikum 🧡

Sabtu, 16 April 2022
Rabu, 24 mei 2023

Sebelum tinggalkan part ini, saya mau tanya dong pendapat kalian kalo cerita 'GUS ILHAM MY HUSBAND' di jadikan novel? Apa ada dari kalian yang berminat untuk membeli? Soalnya sudah beberapa penerbit yang menawarkan cerita ini untuk di angkat menjadi sebuah novel. Tapi masih pikir pikir dulu soalnya ini cerita pertama saya dan saya juga masih dibilang tahap belajar, jadi agak bimbang gitu.

Komen dong yang setuju Gus Ilham my husband terbit jadi novel 🤭👉

GUS ILHAM MY HUSBAND CETAK 2

Siapa nih yang sudah  punya novel Gus Ilham. Nah, kali ini bakalan ada cetak dua jangan sampai kehabisan ya. Tulisan nya tidak sekecil cetakan satu dan akan ada beberapa part yang ku rombak dan hanya ada di versi novel.

Info lebih lanjut cek @wattpadasya

Continue Reading

You'll Also Like

4.1K 157 14
DON'T REPOST MY STORY! ISTRI Tengil Pilihan CEO ________________________________ Publish 3 April 2023 Ending? ••• Thanks udah mau klik cerita ini...
915K 13.4K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
3M 106K 41
"Gus arti bismillah itu apa sih?"tanya Aisyah "Dengan menyebut nama Allah" "Kalo Alhamdulillah?" "Segala puji bagi Allah "jawab ammar "Kalo subhana...
6.5M 468K 58
⚠️ JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ ⚠️ PERINGATAN ⚠️ Cerita ini saya buat hasil imajinasi saya sendiri. Jadi tolong jangan ada yang beranggapan kala...