𝐁𝐋𝐎𝐎𝐃 𝐀𝐍𝐃 𝐓𝐄𝐀𝐑𝐒...

By LeefaTyn

85.7K 14.6K 855

Tidak ada penjelasan bagaimana (y/n) bisa isekai ke dunia manhwa. (Y/N) hanyalah seorang gadis biasa yang tid... More

Prolog
1. Keluarga Hitam, Agriche
2. Erel & Ether
3. Jangan Tinggalkan Aku Sendiri
4. Tekad
5. Perjamuan Makan Besar
6. Protagonisnya Adalah Roxana
7. Kupu-Kupu Beracun
8. Kepulangan Dion
9. Undangan Tea Party
10. Mainan Roxana
11. Kedatangan Ether
12. Tokoh Ekstra
13. Kunjungan Keluar
15. Makan Malam
16. Keberangkatan
17. Habitat Karantul
18. Pasukan Pedelian
19. Helena Agriche
20. Brianna Reissyl- End of Season 1
QnA
[Side Story] Ethersyl Agriche
[Side Story] Dion Agriche
21. Dimulai Kembali - Season 2
22. Yggdrasil
23. Noel Vertium
24. Pertemuan Kembali
[Side Story] Cassis Pedelian
[Side Story] Roxana Agriche

14. Pangeran si Biru

2.7K 540 47
By LeefaTyn

The Way To Protect Female Lead's Older Brother © Juniljus, Baek Ji-Hyeon.
.

.

.

A fanfiction written by LeefaTyn

***

This story might be different from the original manhwa.

Potong—

"Sudah selesai." Ucap Ether.

Ia menaruh gunting yang baru saja digunakan untuk memotong perban baru yang membungkus tanganku di meja.

"Jika kau terus seperti ini, lukamu tidak akan sembuh."

Ya, maafkan aku.

Tolong salahkan semuanya pada Dion.

"Aku akan lebih berhati-hati."

"Kau harus benar-benar melakukannya."

"Iya, aku berjanji."

"Seharusnya aku bunuh saja anjing Pedelian itu."

Tidak, tidak.

Jika kau melakukannya maka kau akan mati, Ether.

Orang yang kau panggil anjing itu adalah pemeran utama laki-laki dalam dunia ini. Jika kau sembarangan, bisa-bisa nyawamu hilang.

"Jangan terlalu berlebihan. Ini hanya luka ringan."

Syuuur—

Larry menuangkan teh hangat untuk kami. Semenjak berada di dunia ini, aku jadi sedikit ketagihan dengan teh.

Hampir setiap saat aku selalu menikmati teh hangat berserta camilan yang baru dikeluarkan dari oven.

Menjadi bangsawan memang menyenangkan.

Tapi kenapa pula aku menjadi bagian dari keluarga Agriche? Kan, masih ada banyak keluarga lain.

Keluarga Pedelian misalnya.

"Silahkan tehnya, Nona."

Asap mengepul dari teh hangat yang Larry seduhkan. Seperti biasa, teh buatan Larry memang yang terbaik.

Ngomong-ngomong, berdasarkan apa yang Ether pernah katakan, Larry adalah pelayan yang melayani Ibu dari dia muda.

Itu artinya Larry seumuran dengan Ibu, atau bahkan lebih tua.

Namun anehnya, wajah dia sangat muda. Seperti seorang wanita yang baru menginjak umur 25an.

Benar-benar rahasia awet muda yang sangat menggiurkan.

Andai aku juga bisa seperti itu.

Hari ini aku memutuskan untuk bersantai-santai di dalam rumah.

Setelah pergi berjalan-jalan seharian bersama Dimitri, aku ingin mengisi ulang tenagaku dengan bersantai di kamar seharian.

Ya, setidaknya itulah yang aku inginkan.

Aku tidak mengerti kenapa aku bisa ada disini saat sekarang.

Aku menatap pintu kamar dimana Cassis Pedelian berada.

Beberapa waktu yang lalu Roxana datang menemuiku dan berkata bahwa wewenang untuk menghukum Cassis ada ditanganku.

Aku sungguh tidak mengerti. Tindakan Roxana begitu aneh di mataku.

Bukankah seharusnya dia melindungi Cassis Pedelian dengan sekuat tenaga? Bukankah dia adalah tali yang bisa menyelamatkan Roxana?

Tindakannya saat ini memang patut dipertanyakan.

Ether yang mendengar hal itu langsung kegirangan. Dia berniat untuk ikut denganku namun dihentikan oleh Roxana.

"Anjingku melukai Erel, jadi kau tidak memiliki hak untuk ikut."

Katanya.

Aku ingin menolak. Tapi akan terlihat aneh jika aku melakukannya.

Menolak untuk menyiksa seseorang tidak mencerminkan seorang Agriche sama sekali.

Haaah...

Tidak ada pilihan lain. Aku akan memberi Cassis Pedelian hukuman sebisaku.

Ceklek-

Begitu membuka pintu, aku langsung berhadapan dengan Cassis Pedelian yang terlihat seperti menungguku.

Hm?

"Sepertinya ini pertama kalinya kita berbincang empat mata seperti ini." Ucapku.

Kedua mata kami saling bertemu. Tatapannya berbeda dengan sebelumnya yang penuh dengan amarah.

Kali ini dia menatapku dengan mata yang begitu tenang.

"Hm? Apa kau tidak bisa berbicara?" Tanyaku.

Karena sedari tadi Cassis Pedelian tidak berbicara sepatah katapun, makanya aku menanyakan hal tersebut.

"Ini bukan pertama kalinya kita bicara empat mata. Sebelumnya bukankah kita sudah pernah bicara?"

Kapan? Sepertinya tidak pernah tuh.

Aku kembali mengingat-ingat kapan terakhir kali kita bertemu secara empat mata.

Ah, waktu itu, ya.

Kilasan ingatan kembali memenuhi kepalaku.

Saat itu, aku bertemu dengan Cassis Pedelian yang berada di luar kamarnya. Aku berpikir dia sedang mencoba untuk kabur dan aku mencegatnya dengan menodongkan parasol.

Benar, hari sial itu dimana aku bertemu dengan Lant Agriche dan Dion.

"Apakah itu bisa disebut berbicara? Aku tidak yakin akan hal itu."

Aku berjalan mendekatinya.

"Ngomong-ngomong... Roxana memintaku kemari untuk menghukummu."

Jariku mengangkat dagu Cassis dengan perlahan hingga mata kami bertemu.

"Kira-kira, hukuman seperti apa yang harus kuberikan padamu?" Tanyaku.

Bibirku membentuk senyuman mengerikan, hingga membuat Cassis Pedelian terkejut.

Namun wajahnya kembali datar seperti tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Apa aku kurang menyeramkan hingga dia terlihat tidak takut padaku ?

"Laki-laki yang mengaktifkan alat pengekangan hari itu, namanya Dion Agriche, bukan?"

Oh, dia membicarakan tentang insiden yang dibuat oleh Jeremy aktu itu, ya.

"Itu benar. Kau beruntung ada Roxana waktu itu. Jika tidak, kau pasti sudah kehilangan nyawamu."

"Ha?"

"Dia itu... Dion Agriche itu orang yang gila."

Grep—

Aku menatap tangan Cassis yang tiba-tiba mencengkram tanganku.

"Kau boleh menghukumku sesukamu."

Apa?

Aku menatap Cassis Pedelian dengan wajah tanpa ekspresi.

Aneh, kenapa dia malah mengizinkanku untuk menghukumnya?

Aku rasa sifatnya dalam manhwa tidak seperti ini.

"Tapi sebelum itu..."

Cassis Pedelian meraih tanganku yang masih diperban. Ia melepas perban itu perlahan-lahan.

Aku hanya menatapnya, mencoba menganalisis apa yang ingin dia lakukan.

Ketika perban yang membungkus tanganku telah lepas, Cassis menatap tanganku yang masih dipenuhi oleh luka.

Di telapak tanganku ada garis luka yang cukup lebar. Awalnya luka tersebut tidak selebar itu.

Namun karena kemarin aku kurang berhati-hati dan malah bertarung dengan Dion, lukanya menjadi semakin membesar.

Cup—

Whaaa...-?

Mata kami kembali bertemu.

Cassis Pedelian mencium tanganku yang terluka.

Tentu saja hal ini membuatku terkejut, namun untung saja wajah datarku tidak pecah.

Aku tidak bisa memperlihatkan sisiku yang lemah pada siapapun.

Tiba-tiba saja, telapak tanganku yang barusan dicium oleh Cassis Pedelian memancarkan sebuah cahaya kebiruan.

Perlahan-lahan lukaku mulai menutup dengan sendirinya dan rasa perih yang selalu kurasakan mulai menghilang.

Ah, ini membuatku kembali teringat.

Pedelian adalah keluarga yang memiliki kekuatan penyembuhan. Mereka bisa menyembuhkan luka mereka sendiri dan juga orang lain dengan menyentuhnya.

Semakin intim sentuhannya, maka akan semakin kuat pula kekuatan penyembuhan tersebut.

Mungkin karena itu jugalah, Sylvia Pedelian dilecehkan dalam novel aslinya.

Wanita malang itu berakhir menjadi seperti itu karena kekuatan yang dimilikinya.

Setelah luka ditanganku benar-benar telah sembuh, Cassis Pedelian melepaskan tanganku.

"Meskipun kau melakukan hal ini, aku tidak akan bersikap lembut padamu."

"Tidak masalah, aku tidak mengharapkannya."

Lihatlah dia. Kenapa dia bisa sepercaya diri itu?

Padahal situasinya tidak baik. Dia bisa mati kapan saja di tempat ini.

"Sepertinya Roxana merasa bosan denganmu, ya. Bagaimana caramu melayaninya sampai dia cepat merasa bosan?"

"Kenapa tidak cari tahu sendiri?"

Ha?!

Apa yang salah dengan pemeran utama laki-laki satu ini? Sejak tadi dia bersikap seolah-olah aku ini bukan musuhnya.

Dan, kenapa juga Roxana menyuruhku untuk memberinya hukuman?

Bukankah dia seharusnya melindungi Cassis Pedelian agar bisa menghancurkan keluarga Agriche yang busuk ini?

Bikin pusing saja.

"Sayang sekali aku tidak berminat pada mainan yang telah dipakai orang lain."

Aku dapat melihat mata Cassis berkedut tatkala mendengar ucapanku barusan.

"Jadi... Hukuman seperti apa yang harus kuberikan pada anjing yang tidak sopan dan menggigit majikannya?" Tanyaku.

Cassis Pedelian tetap tidak bereaksi meski aku mencelanya.

Dia ini terlalu baik atau bodoh?

Orang manapun akan marah jika diejek seperti itu. Tapi dia malah tenang-tenang saja.

"Kau pernah bilang padaku... Kalau aku ingin kabur, aku akan membutuhkan Roxana."

Kapan, ya, aku bilang begitu?

Aku tidak ingat.

Sepertinya ingatanku tidak lebih baik dari seekor simpanse.

Katanya hewan itu bisa melupakan kejadian yang baru saja terjadi hanya dalam 20 detik. Bahkan itu lebih buruk dari ingatan jangka pendek yang dimiliki seekor tikus.

"Itu benar."

Walaupun tidak ingat kapan aku pernah mengatakannya, aku membenarkan ucapan Cassis.

Lagipula itu menang benar, kan? Jika ingin kabur dari sini dia membutuhkan bantuan dari Roxana.

"Karena itu, bukankah gawat kalau Roxana sampai kehilangan minatnya padamu? Seharusnya kau melayaninya dengan baik." Ucapku menyarankan.

Walaupun aku tahu di manhwa Roxana dan Cassis tidak memiliki hubungan antara pemilik dan mainan seperti seharusnya.

Namun, seharusnya tidak ada seorangpun yang mengetahui fakta tersebut selain Roxana dan Cassis sendiri.

Karena itulah sejak tadi aku menyuruh Cassis untuk 'melayani' Roxana dengan baik. Karena di matanya, seharusnya yang aku tahu adalah Cassis itu mainan Roxana.

Dan, Roxana melatihnya untuk melakukan 'pelayanan'.

Grep—

Aku memegang rantai yang mengikat leher Cassis.

Tarik—

Lalu menariknya hingga ia jatuh ke tanah dengan tidak etis.

Bruk

"Aku ini bukan orang yang lembut seperti Roxana. Jadi jangan salahkan aku jika aku terlalu kasar padamu."

Sebenarnya aku masih tidak tahu harus menghukumnya seperti apa. Karena dia adalah pemeran utama laki-laki, maka aku tidak bisa menyiksanya.

Jika kulakukan, bisa-bisa aku tidak akan selamat.

Tapi jika aku meninggalkannya tanpa memberi hukuman, maka akan lebih aneh lagi.

Sebenarnya apa sih, yang ada dipikiran Roxana hingga mengizinkanku untuk menghukum Cassis?!

"Ya, aku tidak akan menyalahkanmu."

Sepertinya Cassis Pedelian telah siap menerima hukuman apapun.

Mungkin saja menurutnya, dibanding mendapat hukuman dari Dion, Ether, atau Jeremy, akan lebih baik jika aku yang melakukannya.

Apa ini karena kemarin aku menghentikan Ether makanya dia berpikir aku akan ragu untuk memberinya hukuman?

Aku mengangkat kakiku dan bersiap untuk menendangnya.

Berbeda dari dugaanku, Cassis Pedelian tidak memberikan reaksi apapun.

Brak-

Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka dengan kasar.

Seorang ksatria datang dengan nafas terengah-engah.

"Nona Erel." Ucapnya.

Aku melepaskan rantai Cassis dari genggaman dan menurunkan kakiku ketika melihat ksatria tersebut.

"Berani sekali kau menggangguku." Suaraku turun satu oktaf, membuat tubuh ksatria tersebut merinding.

"Maafkan saya, Nona Erel. Saya datang kemari karena mendapat perintah dari Tuan Besar."

Ksatria tersebut langsung membungkuk dan meminta maaf.

Tapi... perintah dari Lant Agriche?

Dahiku mengerut tatkala mendengar kalau ksatria tersebut diutus oleh Lant Agriche.

"Nona Erel diminta untuk makan malam bersama dengan Tuan di ruang makan."

Apa?

Lant Agriche memintaku untuk makan malam bersamanya?

Tidak sudi. Siapa juga mau melakukannya.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Saat itu, aku tidak menyadari mata Cassis Pedelian yang terus menatapku dengan lekat.

TBC

***

I'm back!! Gimana kabar kalian? Jangan lupa tekan bintang, yah~

Adios~

Continue Reading

You'll Also Like

248K 36.9K 68
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
335K 27.9K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
316K 23.9K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
826K 87.3K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...