GUS ILHAM MY HUSBAND || TERBIT

By nrasya_

18.5M 1.3M 205K

⚠️FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ [Bijak dalam berkomentar dan hargai karya penulisnya, follow sebelum di baca] ____... More

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06
bagian 07
bagian 08
bagian 09
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29
bagian 30
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 35
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 39
bagian 40
bagian 41
bagian 42
bagian 43
bagian 44
bagian 45
bagian 46
bagian 47
bagian 49 belum revisi.
bagian 50
bagian 51
bagian 52
bagian 53
bagian 54
bagian 55
bagian 56
bagian 57
bagian 58
bagian 59
bagian 60
bagian 61
bagian 62
bagian 63
bagian 64
bagian 65
PO 'GIHM' (ekstra part)
GIMH2: AISYAH
Spin off GIMH dan Aisyah Aqilah
bagian 66

bagian 48

322K 24.3K 8.7K
By nrasya_

Welcome ☺️ selamat membaca.

Tandai kalo masih ada typo 👍

"Terkadang kita didorong maju oleh perasaan. Namun dipaksa tarik mundur oleh keadaan. Tugas kita sebagai manusia adalah menggunakan kekuatan didampingi dengan semesta yang memiliki kenyataan."

******

PLAKKKK!

Tangan kecil Aisyah menampar wajah pria dihadapannya itu. Sungguh Kesabaran telah habis. Aisyah juga manusia memiliki batas Kesabaran.

Aisyah menunduk, menatap kedua tangannya yang ditumpai air mata kesedihannya.

"Hiks..."

"Aisyah..."

Aisyah mendorong tubuh suaminya itu. "Gus Ilham jahat!" Ucapnya kemudian berlari pergi dari sana.

Gus Ilham membisu, tamparan dari Aisyah baru menyandarkan nya atas perbuatan yang ia lakukan. Tamparan itu bahkan membekas di pipinya.

Gus Ilham merosot kebawa dengan tatapan kosongnya. "Cerai?"

"Aisyah meminta cerai?" Tanya Gus Ilham pada dirinya sendiri. Pada akhirnya ia baru menyesali perbuatannya.

***

"Sudah selesai perbaikan?" Tanya Kyai Syakir. Sore ini memang cuaca sangat mendukung untuk berjalan-jalan mengelilingi pesantren.

"Sudah pak kiyai, tinggal tanda tangan dan persetujuan anda saja."

"Berkasnya?"

"Ini pak."

Saat hendak membaca berkas di tangannya, abi Syakir tak sengaja melihat satu objek yang di tangkap matanya, menarik perhatiannya.

"Pak Kyai?" Panggil dari abdi pesantren itu lantas membuyar lamunan dari abi Syakir. "Kamu pergi duluan saja, nanti saya menyusul, berkasnya langsung bawa ke ndalem."

Abdi pesantren  mengangguk. "Kalau begitu saya pamit duluan pak kyai. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh."

Setelah kepergian orang tersebut, abi Syakir kembali menatap objek tersebut.  Di mana seseorang yang sedang duduk, punggungnya terlihat bergetar.


"Ilham?" panggil Abi Syakir saat sampai kedalam mushola.

"Hiks.."

"Ilham?" panggil Abi Syakir lagi memegang pundak pria itu mematikan.

Pria itu mendongak menatap Abi Syakir dengan matanya yang sudah sembab karena menangis.

"Astagfirullah al adzim!" Abi syakir mengusap dadanya  terkejut.  "Ilham,  kamu kemana nak?"

"Abi..." lirih Gus Ilham.

"Ada apa Ilham?" Tanya Syakir duduk dihadapan putranya, Gus Ilham terlibat benar-benar kacau.

"Aisyah, bi, Aisyah...'

"Aisyah kenapa?"

"Aisyah minta cerai ke Ilham.."

Abi Syakirmembulatkan matanya terkejut. "Astagfirullah, kenapa, coba cerita baik-baik sama abi kronologi nya?"

"Ilam bodoh abi, Ilham t3lah menyakiti hati Aisyah."

"Istighfar nak, kamu tenang dulu," kata Abi Syakir berusaha menenangkan Gus Ilham yang sudah kacau.

"Abi..."

Gus Ilham menceritakan semuanya kepada Abinya. Mendengar cerita dari anaknya itu, membuat abi Syakir naik pitam.

PLAKKKK!

Tamparan keras kembali dilayangkan pada Gus Ilham dari abi Syakir. Rasa sakit, malu, kesal, dan marah menjadi satu, setelah mendengar semua penjelasan kejujuran Gus Ilham.

Abi syakir menarik kerah baju Gus Ilham yang sudah tersungkur di lantai akibat tamparan dasyat.

"Kurang ajar kamu Ilham! Siapa yang mengajarkan kamu kasar kepada istri mu hah?"

BUGH!

Abi Syakir kembali melayangkan pukulan pada wajah Gus Ilham. Sedangkan sang empu hanya diam tak mampu melawan ataupun menghindari dari pukulan sambil menahan rasa perih pada sudut bibirnya.

"Ini mulut iblis!"

BUGH

BUGH

BUGH

Kembali dilayangkan tiga pukulan keras pada bibir Gus Ilham hingga mengeluarkan darah.  Gus Ilham terbatuk.

"Ayo Abi, bunuh Ilham. Manusia seperti Ilham memang tidak pantas hidup!"

"Kenapa kamu jadi seperti ini Ilham?" Tanya abi Syakir penuh kekecewaan.

"Abi merasa gagal membesarkan dan mendidik kamu!"

"Sedari kecil sampai kamu sudah menikah, bahkan sampai sudah menikah, apa abi pernah mengajarkan kamu bersikap seperti itu Ilham?"

Abi syakir mendekat ke arah wajah Ilham, satu tangan menangkap kedua sudut bibi anaknya yang sudah berdarah, membuat Gus Ilham meringis kesakitan.  "Aggrhh! Sakit Abi!"

"Buka mata kamu dan tatap mata abi."

"Apa pernah Abi membentak ummi kamu? Apa Abi pernah mengatainya dengan kata kasar? Apa kamu pernah liat Abi mengangkat tangan kepada Ummi kamu hah? Dari mana kamu mendapat contoh buruk itu?"

"Saya memang tidak berguna, Tolong bunuh saja pria brengsek ini Abi!" Mohon Gus Ilham yang masih menangis.

"BERDIRI!" perintah Abi Syakir keras.

Dengan susah payah Ilham, Berdiri menghadap Abinya.

Abi syakir melangkah mengambil rotan panjang yang kebetulan berada dihadapannya. Ia mengusap rotan tersebut sampai keujung.

Tak!

Tak!

Tak!

Tak ada puasnya, Abi Syakir kembali memberikan cambukkan keras itu pada punggung gus Ilham, membuat pria itu mengepal kuat tangannya menahan rasa sakit itu.

Gus Ilham hanya terdiam merasakan perih di punggungnya. Tak ada rasa sakit atau tangisan  halus yang ia keluarkan. Gus Ilham lebih membayangkan rasa sakit hati Aisyah.

Tak!

Tak!

Sudah cambukan ke sepuluh, Gus Ilham masih kokoh, ia diam menahan rasa perih sekaligus panas di punggung nya.

Tak!

Tak!

Tak!

Tak!

Tak!

Bruk!

tubuh Ilham ambruk, pria itu tak kuat lagi menahan rasa sakit atas cambukan itu. Sedangkan abi Syakir terlihat kesetanan mencambuk anaknya.

Pada cambukkan ke 50, Syakir berhenti. Pria itu menatap putranya yang sudah tersungkur tak berdaya di lantai.

"K-kenapa berhenti A-bi, Cambuk terus, Hati Aisyah lebih sakit di banding cambukan A-bi.." dengan sisa tenaga Ilham mencoba berdiri, Namum rasa nyeri di punggung tak bisa dia Tahan.

"Maaf Aisyah..." gumam Gus Ilham hanya itu yang bisa dia ucapkan setiap kali Abinya memukulnya.

Abi syakir berhenti, ia melempar rotan tersebut. Lalu mendepak tubuh Gus Ilham.  Bagaimana pun Gus Ilham  tetaplah anaknya.

"Kenapa jadi sebrengset ini, hm?"

"Saya memang brengsek Abi."

"Abi sudah peringatkan, jangan kasar kepada istri kamu. Sekeras apapun watak kamu, berusaha lembut pada Aisyah, istri kamu."

"Satu hal yang kamu harus  tau Ilham jauh dari sebelum kamu dan Aisyah  di jodohkan, sangat banyak pria yang ingin menikahinya. Tapi kamu mendapat kesempatan, malah menyakitinya nya.

"Ilham memang bodoh, abi." Gus Ilham memukul kepala sendiri dan terus memaki dirinya.

"Beri tau Ilham, abi. Cara agar Aisyah tidak pergi dari Ilham. Ilham tidak mau cerai dengan dia abi, ilham mencintai Aisyah." Gus Ilham  kembali menangis dengan pilu menyesali perbuatannya yang lalu.

Abi Syakir hanya mampu menghela nafas. Mendengar semua ucapan dari Gus Ilham yang tak karuan.

"Bagaimana ini abi.. Ilham tidak mau cerai."

"Abi kira setelah dari pesantren Darussalam, kamu berubah, nak," sahut Abi Syakir.

"Aisyah mau cerai!"

Ilham menggeleng cepat. Kembali terbayang ucapan Aisyah. "Tolong abi, Ilham tidak mau cerai."

Abi Syakir menepuk bahu putranya. "Ayo kembali ke rumah kamu."

"Rumah kamu Aisyah."

"Abi..."

"Sejauh apapun kamu pergi, sesulit apapun urusan kamu. Sefatal apapun perbuatan kamu. Aisyah akan terus menjadi Rumah kamu, tempat kamu singgah dan menetap."


"Tapi abi-"

"Pulang Ilham. Pergi bersimpuh dihadapannya, minta maaf kepada Aisyah." Abi Syakir berusaha tersenyum memberikan kekuatan pada anaknya.

"Ingat, Allah itu maha pemaaf. Apa lagi kita hanya seorang hamba. Yang lemah dan penuh dosa."

"Bagaimana kalau sudah terlambat abi, bagaimana kalau Aisyah tidak mau memaafkan Ilham?"

"Yakin. Jangan hiraukan pikiranmu. Ingat lagi, pikiranmu sendiri yang membuat mu buntu. Ikuti kayakinan."

Gus Ilham terlihat sedikit tenga setelah mendapatkan pencerahan dari abinya. Gus Ilham mengangguk, sebelum pergi ke rumahnya, ia mencium tangan abinya.

"Assalamualaikum." Salam  Gus Ilham pergi dari sana.

"Waalaikumsalam." Ucap Abi Syakir. Ia menghela nafas setelah melihat punggung anaknya  yang sudah menjauh.

Namun masalah baru kembali datang saat abi Syakir melangkah keluar. Ia melihat Aisyah yang sudah hendak pergi. "Astagfirullah!"

Abi syakir kembali berlari mengejar Aisyah.

"AISYAH!"

Panggil Abi Syakir dengan sekuat tenaga nya, ia berhasil menghentikan Aisyah.

"Aisyah!"

Aisyah menunduk, tak berani menampakkan wajahnya  yang sudah sembab sama seperti  kondisi Gus Ilham.

"Jangan pergi, nak."

Aisyah menggeleng.

Abi syakir mendekat, langsung memeluk tubuh Aisyah.

"Dia jahat, Abi," adu Aisyah tak kuasa menahan tangisnya.

"Di bilang Aisyah murahan. Dia bilang Aisyah  tidak punya malu. Dia bilang Aisyah matre."

"Aisyah nggak kuat abi. Aisyah mau cerai."

Abi Syakir menggeleng keras. Ia tidak mau membenarkan keputusan menantunya. "Tolong Aisyah..."

"Lepasin Aisyah..."

"Tolong beri Ilham kesempatan ya?"

"Tidak! Aisyah nggak mau sama dia lagi!"

Dengan sekuat tenaga, Aisyah melepas pelukan mertuanya. Ia kemudian  beranjak pergi namun kembali dihalang.

Abi syakir bersimpuh dihadapan  Aisyah. "Demi Allah. Abi memohon jangan pernah tinggalkan Ilham."

Aisyah membelalak matanya. "Jangan seperti ini abi!" Bentak Aisyah berusaha membangungkan mertuanya.

"Saya rela Aisyah, demi Allah. Saya rela bersujud di kaki kamu agar kamu tidak meninggalkan Ilham."

"Bangun Abi, jangan seperti ini."

"Saya mohon nak, jangan pergi, saya tidak bisa melihat kalian berpisah, saya mohon Aisyah.." Abi syakir menyatukan kedua telapak tangan menunduk memohon di depan Aisyah.

Tangis Aisyah semakin menjadi. Ia ikut bersimpuh sama seperti abi Syakir.

"Kenapa abi tidak mau kalau Aisyah dan dia berpisah. Abi mau membunuh Aisyah secara perlahan? Abi punya dendam sama Aisyah?"

"Tidak nak, jangan tinggalkan Ilham, Abi mohon. Abi yakin Ilham akan berubah!"

Aisyah menggeleng. "Aisyah nggak percaya."

"Saya mohon Aisyah. Beri Ilham satu kesempatan lagi ya. Abi sendiri yang akan membunuh Ilham jika kembali mengulangi perbuatannya itu. Tolong Aisyah..."

"Abi mau egois Aisyah. Tolong ya?"

Aisyah menangis pilu menatap mertuanya, rasa sakit, kecewa, marah tercampur menjadi satu. Kenapa sesulit ini hidupnya.

Aisyah menggenggam kedua tangan mertuanya. "Aisyah... Aisyah mau abi."

Seketika abi Syakir terangkat setelah mendengarkan penuturan dari Aisyah.

"Terima kasih Aisyah."

Aisyah mengangguk, membantu abi Syakir berdiri. "Ayo abi berdiri."

Setelah keduanya berdiri. Aisyah kembali memeluk tubuh abi Syakir. "Jangan seperti itu lagi ya abi. Aisyah nggak mau abi bersimpuh dihadapan Aisyah."

"Terima kasih Aisyah. Abi sangat tau kamu gadis yang murah hati."

Aisyah melepaskan pelukan mereka. "Bagaimana kalau Aisuah tidak bisa memaafkan dia abi?"

Abi syakir lantas tersenyum, ia menghapus jejak air mata di pipi Aisyah. "Ingat Aisyah.  Allah itu maha pemaaf. Apa lagi kita hanya seorang hamba yang lemah dan penuh dosa. Abi tau nak Bagaimana perasaan kamu. Abi hanya ingin kalian baikan dan tidak berpisah."

Aisyah mengangguk. Dan memutuskan untuk kembali ke rumahnya membawa semua kopernya.

Sedangkan di sisi lain. Abi Syakir menghela nafas panjang, setelah melewati berbagai rintangan ini.

Ia menatap sekeliling daerah tempatnya berdiri. Syukurlah tidak satupun orang yang melihatnya bersama Aisyah tadi.


***

Aisyah melangkah masuk kedalam rumah nya, rumah yang menjadi saksi di mana rasa sakitnya tercipta.

"Aisyah!" Suara panggilan itu berasal dari Gus Ilham melangkah menghampirinya.

"Maafin saya Aisyah!" Gus Ilham langsung bersimpuh pada Aisyah.

"Saya menyesal, semenyesal-menyesalnya!"

Dengan kurang ajarnya Aisyah melah menendang tubuh tubuh Gus Ilham yang memeluk lututnya.  "Jangan geer. Saya kembali karena bujukan dari abi. Silahkan ke beliau untuk berterima kasih."

Gus Ilham tidak marah atas perlakuan Aisya padanya. "Maafkan saya Aisyah. Saya benar-benar menyesal."

Aisyah memalingkan wajahnya. "Kenapa baru sekarang, kenapa baru sekarang menyesalnya, setelah saya sakit, hah?"

"Kemarin kamu kemana saja. Otak kamu dimana, pikiran kamu dimana?!"

"Maaf maaf..." Gus Ilham kembali bersumpah pada Aisyah.

Aisyah mundur, tidak ingin tubuhnya disentuh oleh pria itu. Aisyah lebih baik naik keatas kamarnya.

Gus Ilham memukul lantai melampiaskan emosinya. "Maaf Aisyah, saya benar-benar menyesal." Dan ya, penyesalan selalu dagang pada akhirnya.

Sedangkan Aisyah telah tiba di kamarnya. Ia mengunci dirinya disana. Otaknya selalu terbayang akan ucapan Gus Ilham beberapa jam yang lalu.

"Aisyah nggak kuat, Aisyah lemah..."

"Tolong izinkan Aisyah menyerah."

Aisyah memukul dadanya begitu nyeri, mungkin dengan memukulnya mengurangi rasa sakitnya.

"Hiks..."

***


Keesokan harinya, Aisyah turun kebawah melihat keadaan rumahnya yang masih sama seperti kemarin berantakan. Lalu ia mengender kan matanya mencari sesuatu.

Sampai Aisyah sedikit tercegoh melihat keadaan suaminya. Dimana Gus Ilham masih terus saja pada posisinya dan tidak berpindah tempat.

Aisyah melewati pria itu, tanpa rasa minat menatapnya. Saat Aisyah lewat, lamunan Gus Ilham seketika buyar.

"A-aisyah!"

"Tunggu Aisyah!" Sekuat tenaga Gus Ilham membangkitkan tubuhnya yang sudah melemah.

"Saya mohon Aisyah, dengarkan saya dulu," ucap Gus Ilham menahan Aisyah. Ia langsung memeluk tubuh gadis itu.


"Saya mohon Aisyah, maafkan saya."

"Saya menyesal!" Gus Ilham semakin memeluk erat tubuh Aisyah.

Aisyah memberontak. "Lepas!"

"Lepas!" Aisyah mendorong tubuh suaminya itu saat mendapat celah.

"Jangan sentuh saya!" Bentak Aisyah.

Gus Ilham menggeleng cepat, ia menggenggam kedua tangan Aisyah. "Saya mohon maafkan saya."

Gus Ilham bersujud di kaki Aisyah memegang kedua kaki istrinya agar tidak pergi. Pria itu tanpa rasa jijik mencium terus punggung kaki Aisyah. Aisyah berusaha melepas kakinya dari pria itu, Bagaimana pun tidak sepantasnya Manusia bersujud di kaki manusia.

"Maaf Aisyah, saya menyesal, Saya mohon maafkan saya"

Aisyah terkekeh kecil dengan mata yang berkaca-kaca. "Benar yah kata orang, semua akan menyesal di akhir"

"Sama seperti kamu!" Sarkas Aisyah begitu tajam.

"Maaf..."

Aisyah menendang tangan Gus Ilham yang berada di kakinya.

"SAYA BENCI KAMU!!!"


Gus Ilham mengganguk tersenyum simpul ke arah Aisyah. Lamtas ia bangkit dari duduknya. Tangannya terulur menyentuh kepala Aisyah dengan lembut.

"Jangan pernah memaafkan pria seperti saya ya?" Ucap Gus Ilham sebelum beranjak dari sana.

Aisyah menangis dalam diam. Sedangkan Gus Ilham sudah melangkah pergi meninggalkan Aisyah, entah tujuannya kemana.


"Brengsek!" Pekik Aisyah.

Bersamaan dengan teriakan nya itu, Gus Ilham pun telah lenyap dari balik pintu. Namun entahlah mengapa perasaan Aisyah mulai tidak enak.


"Asap?" gumam Aisyah menatap begitu banyak asap yang masuk kedalam rumahnya.

"Gus Ilham!

"Astaghfirullah, Gus Ilham!"











_GUS ILHAM MY HUSBAND_

Huhh welcome ☺️

Jangan ada yang demo👍


JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN NEXT 👉

#timcerai
#timbaikkan

Kalau author sih tim tungguin Aisyah jadi janda.


See you assalamualaikum 🧡

Follow akun Instagram @wattpadasya ya biar makin seruu sambil tungguin GIMH update lagi baca lanjutan GIMH2 "Aisyah Aqilah"

Bay bay🙋


Senin 11 April 2022

Rabu 10 mei 2023 revisi

Continue Reading

You'll Also Like

5.8M 692K 59
Bisa pesan di toko shopee. "Storebooks07" Selain dari toko itu, BAJAKAN 📌 Farhan habibi adalah seorang ustadz bagi seorang gadis mungil yang bernam...
237K 9.8K 16
"Cuek, judes, galak, tapi cantik. itu yang gue suka dari lo, dan buat gue semakin penasaran sama lo" ucap ali "Ketos wawaw nyebelin , udah tengil...
586K 25 1
KARYA 5 Mengkisahkan tentang anak angkat Fatih dan Zeya yang bernama MUHAMMAD REZVAN SARFARAZ EL-MUNTAZZ DHIAULHAQ. Kisah tentang cintanya dan balas...
5.8K 330 33
Bagi Gus Ryan menikah adalah rezeki paling berharga yang dititipkan Allah kepadanya. Berstatus seorang ning atau tidaknya perempuan yang menjadi istr...