𝐁𝐋𝐎𝐎𝐃 𝐀𝐍𝐃 𝐓𝐄𝐀𝐑𝐒...

By LeefaTyn

85.7K 14.6K 855

Tidak ada penjelasan bagaimana (y/n) bisa isekai ke dunia manhwa. (Y/N) hanyalah seorang gadis biasa yang tid... More

Prolog
1. Keluarga Hitam, Agriche
2. Erel & Ether
3. Jangan Tinggalkan Aku Sendiri
4. Tekad
5. Perjamuan Makan Besar
6. Protagonisnya Adalah Roxana
7. Kupu-Kupu Beracun
8. Kepulangan Dion
9. Undangan Tea Party
10. Mainan Roxana
11. Kedatangan Ether
13. Kunjungan Keluar
14. Pangeran si Biru
15. Makan Malam
16. Keberangkatan
17. Habitat Karantul
18. Pasukan Pedelian
19. Helena Agriche
20. Brianna Reissyl- End of Season 1
QnA
[Side Story] Ethersyl Agriche
[Side Story] Dion Agriche
21. Dimulai Kembali - Season 2
22. Yggdrasil
23. Noel Vertium
24. Pertemuan Kembali
[Side Story] Cassis Pedelian
[Side Story] Roxana Agriche

12. Tokoh Ekstra

2.7K 521 29
By LeefaTyn

The Way To Protect Female Lead's Older Brother © Juniljus, Baek Ji-Hyeon.
.

.

.

A fanfiction written by LeefaTyn

***

This story might be different from the original manhwa.

Ketika malam hari, mansion keluarga Agriche sangatlah gelap.

Aku tidak akan merasa terkejut jika melihat penampakan disini. Apalagi melihat hobi dari orang-orang yang menetap. Setiap hari ada saja yang meninggal. Tidak heran jika hantu gentayangan tiba-tiba saja muncul.

Untung saja, hari ini adalah bulan purnama. Jadi masih ada cahaya terang yang menyinari jalanan. Aku jadi tidak kesulitan untuk melihat area sekitar.

Di perbatasan antara mansion tempatku tinggal dan mansion utama, ada sebuah danau buatan yang cukup indah.

Di sana banyak ditumbuhi tanaman beracun langka yang masih dalam tahap perkembangan. Walau beracun, bentuk bunganya sangatlah indah.

Bunga yang hanya ada di dunia ini dan tidak pernah kujumpai dalam kehidupan sebelumnya.

Nyut—

Nyut—

Aku menatap tanganku yang masih diperban.

Entah kenapa rasanya nyut-nyutan, membuatku tidak bisa tidur. Perasaan ini mirip ketika kamu mengalami kecelakaan di jalan raya dan terluka.

Saat kecelakaan terjadi, tubuhmu terasa baik-baik saja karena adrenalin yang masih terpacu. Namun setelah adrenalin menghilang, rasanya sakit setengah mati.

Jangan-jangan aku kena tetanus? Tapi, memangnya ada penyakit tetanus di dunia ini?

Atau jangan-jangan lukaku infeksi?

Akan lebih baik jika di dunia ini ada potion penyembuh atau semacamnya. Aku pasti tidak akan merasakan rasa sakit seperti ini.

Sraak—

Sraak

Aku dapat mendengar suara dedaunan pohon di belakangku bergerak. Tentu saja bukan digerakkan oleh angin, melainkan oleh adik tiriku yang tidak imut sama sekali.

"Jeremy, berhenti bersembunyi dan keluarlah."

Siapa lagi kalau bukan dia? Hanya dia satu-satunya orang yang suka bermain-main diatas pohon.

Memangnya dia monyet atau semacamnya?

Sruuk—

Gyut—

Hap—

Jeremy melompat dari atas pohon dan mendarat sempurna tepat di sampingku.

Meski begitu aku tidak berniat untuk menatapnya, pandanganku masih terfokus pada pantulan bulan yang ada di danau.

Pemandangan yang sangat indah. Di dunia ku yang dulu, mustahil untuk melihat hal seperti ini.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku.

Seharusnya Jeremy tidak ada disini sekarang. Melihat apa yang sudah dia lakukan, seharusnya dia merenungi tindakannya.

Aku yakin Roxana pasti memarahinya.

"Bukankah seharusnya itu pertanyaanku? Kau yang tidak pernah keluar kamar tiba-tiba ada di tempat seperti ini."

Tuh, benarkan? Tidak imut sama sekali.

Barusan dia menyindirku nolep karena tidak pernah keluar kamar. Benar begitu, kan?

"Kau habis dimarahi Roxana?" Tanyaku.

Melihat ekspresinya yang seperti itu, sepertinya aku tepat sasaran.

Tidak mungkin Roxana tidak marah ketika tahu kalau Jeremy lah yang hampir membuat mainannya mati.

"Semua gara-gara si keparat biru itu." Omelnya.

Mau bagaimana pun juga, Jeremy masih bocah.

Sepertinya dia cemburu karena Roxana membagi perhatiannya pada Cassis.

Jeremy merasa kakaknya direbut secara tidak adil.

"Kenapa juga kak Xana tertarik pada mainan seperti itu."

Aku terus mendengarkan Jeremy yang menggerutu kesal. Tampaknya, dia benar-benar tidak bisa mentolerir kehadiran Cassis.

"Kenapa tidak? Wajahnya sangat menarik, kan?"

Kepala Jeremy menengok kearahku dengan sangat cepat.

Wajahnya tertekuk kesal seolah aku mengatakan hal yang salah.

Apa?

Aku hanya mengatakan opiniku. Siapapun yang melihat wajah itu pasti memiliki pikiran yang sama denganku.

Jika ada yang bilang Cassis Pedelian itu jelek, mungkin orang tersebut harus memeriksakan mata mereka ke dokter.

"Haha... Seharusnya tadi aku mendukung pilihan kak Ether untuk menghukum keparat biru itu secara langsung."

Hei. Kau jangan libatkan kakakku yang bodoh itu.

Jangan buat pintu kaburnya tertutup hanya karena pernah menyiksa pemeran utama laki-laki.

Chop

Aku melakukan karate chop ke kepala Jeremy dengan ringan.

"Jangan melibatkan Ether pada hal tidak penting seperti itu."

Wajah Jeremy terlihat memerah karena marah, ia terlihat ingin berteriak kearahku namun entah kenapa mengurungkan niatnya tersebut.

Pandangannya jatuh ke tanganku yang dibalut dengan perban.

Dia meraih tanganku yang masih diatas kepalanya dan menatapnya dengan seksama.

"Keparat biru itu... Lain kali aku akan buat perhitungan dengannya."

Aku tidak mengerti kenapa semua orang melebih-lebihkan tanganku yang terluka.

Padahal lukanya tidak separah itu. Malahan lebih parah lukaku ketika bertarung habis-habisan dengan Dion.

Benar, Dion si brengsek itu tidak pernah menahan diri saat melawanku.

"Sepertinya kau akan mendapat hukuman, ya."

Ucapanku membuat Jeremy tersentak.

Dia tidak bisa mengelak dari hukuman yang akan diberikan oleh Lant Agriche padanya karena telah menyebabkan insiden besar.

Yah, salah dia sendiri karena telah membuka pintu peternakan.

Aku yakin, Roxana juga tidak akan membantunya. Perbuatan Jeremy juga pastinya sangat membahayakan rencananya.

Jika tidak diberi peringatan, Jeremy tidak akan merasa kapok.

"Mau kubantu?" Tanyaku, bibirku membentuk seringai yang tidak cocok dengan wajah polosku.

Kedua mata kami saling bertemu.

"Tidak perlu." Tolaknya dengan tegas.

Hm? Dia berpura-pura berani apa memang sudah membulatkan tekad?

Yah, itu tidak penting. Jika tidak mau dibantu, ya sudah. Yang penting aku sudah mencoba menawarkan bantuan.

"Kau, menurutlah pada Roxana. Setidaknya jika kau ingin bertahan."

Itu adalah nasihat yang bisa kuberikan padanya saat ini. Jika memang ingin selamat, Jeremy harus menurut pada Roxana.

Walau pada akhirnya Roxana juga akan meninggalkannya, yang pasti dia bisa bertahan hidup.

Aku menarik tanganku yang dipegang oleh Jeremy. Lalu aku berdiri dan menatapnya dari atas.

Wush—

Angin berhembus dengan cukup kencang, membuat rambutku berterbangan.

Wajahku tidak terlalu terlihat dengan jelas karena aku membelakangi cahaya bulan.

Namun aku bisa melihat mata biru Jeremy dengan sangat jelas.

Setelah itu aku meninggalkannya dan kembali ke kamarku untuk tidur.

***

Keesokan harinya, aku bertemu dengan kembali dengan bocah berambut pirang bernama Dimitri.

Dia berjalan melewatiku di lorong. Sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku karena sedang terburu-buru.

Sejak kemarin, dia seperti sedang mencari sesuatu. Makanya dia berkeliaran di area peternakan tanpa ada rasa takut.

Dan benar saja, dia kembali ke area peternakan dan terus menatap ke bawah.

"Bukankah sudah aku peringatkan untuk tidak berkeliaran sembarangan?"

Dimitri menoleh kearahku namun tidak mengatakan apapun dan melanjutkan pencariannya.

Sebenarnya apa sih yang dicari bocah ini sampai dia tidak mempedulikan keselamatannya?

"Tinggalkan aku sendiri."

Benar-benar, ya, ini bocah.

Aku berjalan mendekatinya dan menarik kerah belakang kepalanya sehingga membuat Dimitri mundur kebelakang.

"Akh! Lepaskan aku!"

"Apa kau tidak tahu sopan santun. Begitukah caramu berbicara pada orang yang lebih tua darimu?"

"Kau ini hanya satu tahun lebih tua dariku!" Teriaknya ngegas.

Heh. Asal kau tahu saja, dikehidupan sebelumnya aku sudah hidup selama 18 tahun. Lalu jika ditambah kehidupan saat ini, itu berarti aku sudah hidup selama 29 tahun.

Mungkin saja aku ini seumuran dengan tantemu, tahu!

"Mau itu satu tahun atau tiga bulan, kalau lahir duluan, ya, tetap lebih tua darimu."

Dimitri tak mengindahkan ucapanku dan terus memberontak hingga pada akhirnya aku melepaskannya.

Ia terus memfokuskan pandangannya ke tanah dan berjalan mondar-mandir di area peternakan.

"Apa yang sedang kau cari?"

Dimitri tidak menjawab.

Saat ini dia sudah berjongkok sembari menelusuri setiap jengkal tanah yang ada.

Apa dia sedang mencari semut atau semacamnya?

Memangnya apa yang menarik dengan tanah disini?

"Haaah..." Aku menghela napas lelah.

Berbicara dengan anak keras kepala sepertinya memang sangat melelahkan.

Padahal aku belum membalasnya karena membuatku terlibat insiden kemarin.

Tapi ketika melihatnya memasang muka khawatir dan gelisah seperti ini membuatku sedikit lunak.

Sepertinya tidak peduli berapa lama aku hidup di dunia ini, sifatku di dunia sebelumnya tetap tidak bisa diubah.

"Mau kubantu carikan?"

Kepala Dimitri dengan cepat memutar, ia menatapku dengan tatapan tidak percaya.

Hei, tidak perlu menatapku seperti itu. Padahal aku sudah berniat baik, jangan membuatku menyesal.

Dimitri terlihat ragu dengan ucapanku, namun pada akhirnya dia membuka suara.

"Aku menghilangkan bros milik Ibuku."

Bros?

"Bentuknya seperti apa?"

"Sebuah pita berwarna biru, ada renda hitam dibelakangnya dan ditengah ada permata safir biru."

"Ukurannya seberapa besar?"

Dimitri terlihat bingung bagaimana menjelaskannya, namun akhirnya dia membentuk sebuah lingkaran dengan tangannya.

Hm... Jika sebesar itu, seharusnya dapat ditemukan dengan mudah.

"Dimana tempat terakhir kau membawanya?"

"Aku tidak ingat, tapi aku mulai sadar kalau bros itu menghilang setelah melewati peternakan."

Aku mencoba memfokuskan diri untuk melakukan kontak dengan bunga-bungaku yang ada disekitar sini.

Wush—

Bersamaan dengan angin yang berhembus, bunga-bunga tersebut berubah menjadi serbuk dan terbang mengikuti kupu-kupu biru.

Kupu-kupu biru yang membawa serbuk, menjatuhkannya sedikit demi sedikit di seluruh area yang telah aku tandai.

Sedangkan kupu-kupu biru yang ada ditanganku menampilkan proyeksi keadaan area yang telah terkena serbuk bunga mawar.

Tentu saja, hanya aku yang bisa melihatnya.

Di mata Dimitri, dia hanya melihat cahaya kebiruan muncul dari ujung jariku.

Dimitri adalah orang pertama selain Ether yang kuperlihatkan kemampuanku yang lain secara langsung.

Karena di keluarga ini, tidak ada yang mengetahui tentang kemampuanku ini selain Ether.

Dan karena Dimitri adalah tokoh ekstra, aku tidak terlalu khawatir memperlihatkannya.

Jika dia membocorkan hal ini, aku cukup menutup mulutnya saja. Lagi pula dia juga bukanlah karakter yang signifikan di dunia ini.

Sama sepertiku dan Ether, jika dia matipun dunia ini tidak akan peduli.

Aku menatap seluruh proyeksi yang muncul, namun tidak berhasil menemukan bros yang Dimitri maksud.

"Aku tidak menemukan apa yang kau cari. Sepertinya kau menghilangkannya di tempat lain."

Mendengar ucapanku, seketika itu juga wajah Dimitri memucat.

Matanya terlihat berkaca-kaca menahan tangis.

Melihat hal itu aku menjadi merasa sedikit bersalah.

Ini bukan salahku!! Kenapa kau memasang wajah seperti itu?!

"Jangan menangis." Ucapku.

Apa boleh buat.

"Belikan saja yang baru."

"Apa maksudmu? Orang sepertiku yang bahkan tidak bisa menghadiri perjamuan makan besar tidak diperbolehkan untuk keluar mansion."

Ah, benar juga. Ada peraturan seperti itu.

Hanya anak yang mendapatkan peringkat tinggi yang diperbolehkan keluar masuk sesukanya.

Tentu saja, aku juga salah satu yang bisa melakukannya.

"Hei, apa kau meremehkanku? Walau tidak ikut perjamuan makan besar pun, aku memiliki wewenang supaya bisa bebas keluar masuk mansion sesukaku."

Seperti baru saja menyadarinya, Dimitri menatapku dengan penuh harap.

"Ayo, ikut aku."

Aku menyuruhnya untuk ikut denganku dan dia mengikuti dengan sangat patuh seperti anak anjing.

Sebagai sesama tokoh ekstra mungkin aku harus berbuat baik padanya.

"Nona Erel!"

Seorang ksatria penjaga pintu masuk, menyapaku dengan sopan ketika melihat kehadiranku.

"Bukakan pintu, aku ingin keluar mansion."

Ksatria tersebut terlihat sedikit ragu karena ada Dimitri di belakangku.

"Dia akan ikut denganku."

"Meskipun begitu..."

"Jika ada yang bertanya, katakan saja aku sedang melatihnya."

Sepertinya ksatria tersebut mengerti maksudku dengan baik.

Dia membukakan pintu gerbang dan mempersilahkanku untuk keluar.

"Semoga anda menikmati perjalanan anda."

Krieet—

Trak—

Saat aku sudah berada di luar gerbang, Dimitri malah membeku ditempat.

"Tunggu apa lagi? Ayo."

Dengan buru-buru dia berlari kearahku dan pintu kembali di tutup.

TBC

***

Chapter selanjutnya akan up sedikit lama. Maap semuanya.

Have a nice day (◍•ᴗ•◍) makasih sudah mau menunggu.

Adios~

Continue Reading

You'll Also Like

81.1K 7.8K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
494K 5.3K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
55K 8.5K 52
Rahasia dibalik semuanya
46K 402 5
well, y'know? gue fetish sama pipis dan gue lesbian, eh gue sekarang sepertinya bi, kontol dan memek ternyata NYUMS NYUMS Apa ya rasanya Mommy? juju...