𝐁𝐋𝐎𝐎𝐃 𝐀𝐍𝐃 𝐓𝐄𝐀𝐑𝐒...

By LeefaTyn

92K 15.4K 862

Tidak ada penjelasan bagaimana (y/n) bisa isekai ke dunia manhwa. (Y/N) hanyalah seorang gadis biasa yang tid... More

Prolog
1. Keluarga Hitam, Agriche
2. Erel & Ether
3. Jangan Tinggalkan Aku Sendiri
4. Tekad
5. Perjamuan Makan Besar
6. Protagonisnya Adalah Roxana
7. Kupu-Kupu Beracun
8. Kepulangan Dion
10. Mainan Roxana
11. Kedatangan Ether
12. Tokoh Ekstra
13. Kunjungan Keluar
14. Pangeran si Biru
15. Makan Malam
16. Keberangkatan
17. Habitat Karantul
18. Pasukan Pedelian
19. Helena Agriche
20. Brianna Reissyl- End of Season 1
QnA
[Side Story] Ethersyl Agriche
[Side Story] Dion Agriche
21. Dimulai Kembali - Season 2
22. Yggdrasil
23. Noel Vertium
24. Pertemuan Kembali
[Side Story] Cassis Pedelian
[Side Story] Roxana Agriche

9. Undangan Tea Party

2.8K 563 20
By LeefaTyn

The Way To Protect Female Lead's Older Brother © Juniljus, Baek Ji-Hyeon.
.

.

.

A fanfiction written by LeefaTyn

***

This story might be different from the original manhwa.

"Akhirnya, Nona mau jalan-jalan."

Larry terlihat bahagia ketika mendengar aku berkata ingin jalan-jalan di taman.

"Jangan berkata seolah aku tidak pernah keluar dari kamar."

"Tapi itu kenyatannya. Nona hampir tidak pernah meninggalkan kamar jika Tuan Muda Ether tidak ada."

Aku tidak bisa menyangkal ucapan Larry.

Sejak berada di dunia ini, aku jadi bisa merasakan hidup nolep di kamar.

Dikehidupan sebelumnya, boro-boro di kamar. Bisa berada di rumah satu hari penuh saja sudah merupakan sebuah keajaiban.

"Cuaca hari ini sedikit terik. Jadi pakailah topi, Nona."

Larry membantuku untuk berganti pakaian.

"Aku tidak mau pakai topi."

Membuat rambutku cepat lepek saja.

"Kalau begitu bawalah parasol ini."

Larry memberikan sebuah parasol penuh renda kepadaku.

Aku menatap parasol tersebut dengan tatapan jijik karena jadi teringat oleh Maria.

"Bagaimana jika tidak dengan keduanya?"

"Tidak boleh, kulit Nona bisa terbakar jika terkena sinar matahari seterik ini."

Berlebihan sekali.

Dikehidupanku yang sebelumnya, aku bahkan selalu berpanas-panasan.

Pada akhirnya aku menerima parasol yang Larry berikan.

"Aku akan mengecek keadaan mawar biruku sebentar. Jika Ether pulang, aku akan langsung kembali."

"Dimengerti."

Aku mulai berjalan menuju taman.

Di seluruh kediaman Agriche telah aku tanami bunga mawar biru.

Tentu saja bukan bunga mawar biasa, melainkan bunga mawar yang menampung kemampuan sihirku.

Dengan bunga mawar itu aku bisa mendeteksi apapun, entah itu makhluk hidup, benda mati, ataupun entitas kekuatan seseorang.

Tentu saja, aku juga tidak akan melupakan anak-anakku yang imut.

Puluhan kupu-kupu biru terbang menyebar ke seluruh mansion. Lama-kelamaan mereka menjadi transparan dan beberapa diantaranya berubah menjadi debu.

Bagus sekali.

Dengan begini, kekuatanku akan menyebar rata di seluruh mansion Agriche.

Kelihatannya, bunga-bungaku tumbuh dengan baik.

Sepertinya para tukang kebun bekerja dengan sangat baik.

"Bukankah ini Erel?"

Deg—

Suara menjijikkan ini...

Lirik—

"Selamat siang, Ayah."

Lant Agriche dan juga...

Mataku melirik kearah seseorang yang berdiri disampingnya.

Dion.

Apa-apaan dengan keberuntunganku yang jelek ini.

Lant Agriche tertawa lepas tatkala melihatku.

"Rasanya sudah sangat lama sekali aku tidak bertemu denganmu tanpa kupanggil terlebih dahulu."

"Itu benar, Ayah."

"Kau masih tetap sama saja."

"Ayah juga terlihat masih sama seperti yang terakhir kali saya ingat."

"Mulutmu memang tidak manis sama sekali."

Lant Agriche terlihat sedikit kesal karena aku berani melawannya.

"Kemampuan saya tidak terletak di mulut saya, jadi Ayah tidak perlu khawatir."

Lant Agriche terlihat seperti baru mengingat sesuatu ketika aku mengatakan hal barusan.

"Kau memang selalu membuatku bangga. Tapi sikap pemberontakmu seharusnya tidak pernah ada."

"Meski saya seperti ini, saya tidak pernah mengecewakan ekspektasi Ayah. Jadi saya mohon, Ayah mau memaafkan kelancangan saya."

Aku tersenyum kearahnya.

Bikin ingin muntah saja.

"Seharusnya kau belajar banyak dari Ether dan Dion."

Lant Agriche memegang lengan Dion sebagai tanda bahwa aku harus patuh sepertinya.

Mimpi saja sana!

Mana mungkin aku akan patuh padamu.

"Saya selalu belajar dengan baik dari kakak-kakak saya."

"Dan Ayah tidak perlu mengkhawatirkan saya. Jika ada pekerjaan yang harus saya lakukan, saya pasti akan menyelesaikannya dengan sempurna."

Atmosfir disekitar terasa sangat mencekam.

Lant Agriche yang dapat merasakan rasa haus darahku menyeringai senang.

Ya, dia memang orang gila yang seperti ini.

Dia senang jika anaknya menjadi bengis sepertinya.

"Aku selalu mempercayaimu tentang hal itu. Jika saja kau sedikit penurut, kau pasti bisa bergabung dalam perjamuan makan besar."

"Ether sudah berada dalam perjamuan tersebut, jadi saya rasa itu sudah cukup."

"Kalian kakak beradik memang sangat mirip."

Dion yang sedari tadi menatapku terlihat melirik kebelakang.

Ah, sepertinya barusan Roxana sedang lewat.

Dasar bedebah sinting.

Bisa-bisanya dia membuat Roxana merasa tidak nyaman seperti itu.

Apa dia tidak sadar kalau Roxana sangat tidak menyukainya?

Dihadapan Lant Agriche, aku hanya bisa tersenyum.

"Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu, Ayah."

"Secepat ini?"

Smile—

"Bagaimana jika kau mengantarkan Erel kembali, Dion?"

Apa?!

Tidak perlu! Aku bisa pulang sendiri.

"Tidak pe—"

"Baik, Ayah. Saya akan mengantar Erel."

Brengsek!

"Terima kasih telah memperhatikan saya."

Lant Agriche terlihat menepuk lengan Dion dengan ringan.

Aku tidak tahu apa yang baru saja dia bicarakan dengan Dion sebelum bertemu denganku.

Tapi sepertinya mereka sedang membicarakan pekerjaan.

Ketika sosok Lant sudah tidak terlihat dalam area penglihatanku, aku langsung berjalan menjauh dari Dion.

Jalan-jalanku hari ini benar-benar telah rusak.

Memang seharusnya aku hidup nolep saja. Dengan begitu aku tidak akan bertemu dengan mereka berdua.

"Aku akan memeganya untukmu."

Dion mengambil parasol yang aku pegang, ia mendekatkan tubuhnya dengan tubuhku sehingga kami bisa berbagi parasol bersama.

Aku tidak tahan.

Jika ada yang melihat kami, aku pasti akan malu setengah mati.

"Jangan mengikutiku. Aku bisa kembali sendiri."

"Ayah memintaku untuk mengantarmu."

Dasar anjingnya Lant Agriche.

Apa tidak bisa dia menolak perintah Lant Agriche sekali saja?!

Aku bisa merasakan tatapan para pelayan mengarah kesini.

Yah, aku tidak menyalahkan mereka. Aku yakin mereka juga terkejut melihatku berjalan berdampingan dengan Dion tanpa adanya pertumpahan darah.

Tiba-tiba saja, seorang pelayan datang menghampiri kami.

"Selamat siang, Tuan Muda Dion dan Nona Ereline."

Pelayan tersebut membungkukkan tubuhnya dengan sopan sembari menyodorkan sebuah nampan berisi surat yang tersegel.

"Ada undangan tea party dari nyonya Maria."

Ah, benar-benar sial.

Kenapa juga wanita gila itu memberi undangan disaat seperti ini?

Bukankah kemarin aku sudah mengajaknya minum teh di tamanku?

Meski enggan, aku tetap mengambil undangan tersebut.

Setelah melihat aku mengambil undangan, pelayan itu langsung meminta izin untuk undur diri.

Sraaak—

Grep—

Aku meremas undangan tea party dari Maria tanpa membukanya.

Berbeda dengan tea party yang kemarin diadakan seadanya di tamanku, tea party kali ini akan diadakan di rumah kaca milik Maria.

Dan tentu saja, itu bukanlah tea party biasa.

Maria memiliki hobi buruk memperlihatkan boneka buatannya pada tamu yang menghadiri tea party.

Aku sangat tidak suka dengan hobinya yang buruk itu.

Bereksperimen dengan tubuh manusia dan menjadikannya seperti mainan yang bisa dibongkar pasang.

Orang gila mana yang akan melakukan hal seperti itu selain Maria?

Aku yakin tidak ada.

"Kau tidak akan menghadirinya?"

Suara Dion membuatku tersadar kembali bahwa dia masih ada di sampingku.

Aku menatapnya.

Wajah kami sangat dekat sekali karena dia menundukkan kepalanya kearahku.

Tangan kirinya yang tidak memegang ganggang parasol mengambil undangan yang aku remas.

Ha!

Kau pikir aku akan sudi menghadirinya?

"Kau boleh ambil undangan itu jika tertarik."

Grep—

Aku mengambil kembali parasol yang ada ditangan Dion.

"Sampai disini saja. Aku tidak akan diam jika kau berani masuk ke areaku."

Tak... Tak... Tak...

Aku berjalan menjauh, meninggalkan Dion yang masih menatap punggungku sampai menghilang dari pandangannya.

Aku berjalan melewati lorong sepi.

Kriet—

Tiba-tiba ada sebuah pintu yang terbuka tepat dihadapanku.

Aku melihat sosok yang sangat familiar muncul dari sana.

"Bukankah kau mainan Roxana?"

Cassis Pedelian menengok kearahku. Dia terlihat waspada karena aku memergokinya sedang berusaha melarikan diri.

Aneh. Bukankah hal seperti ini tidak pernah terjadi dalam manhwanya?

"Roxana akan kerepotan jika kau keluar seenaknya."

Ya, lebih baik kau terus di dalam supaya Roxana bisa melindungimu.

Bagaimanapun juga kau ini adalah pemeran utama pria yang harus diselamatkan.

Cassis Pedelian menatapku dengan tajam.

Lagi-lagi dia menatapku seperti itu.

Apa aku colok saja matanya biar dia buta sementara?

"Haah..." Aku menghela napas dengan pasrah.

Efek kupu-kupu.

Ketika sebuah dunia novel dimasuki oleh sebuah entitas yang abnormal, maka dunia tersebut juga akan ikut berubah.

Sama halnya dengan novel Bunga Neraka dimana Sylvia adalah pemeran protagonisnya.

Novel tersebut langsung berubah ketika abnormalitas bernama Roxana muncul.

Lalu, manhwa dimana Roxana menjadi pemeran protagonisnya juga akan berubah karena keberadaanku.

Tak—

Sret—

Aku menutup parasol yang ada ditanganku dan berjalan mendekati Cassis Pedelian.

Dia terlihat begitu waspada dan berhati-hati.

Srek—

Set—

Parasolku mengarah tepat di depan wajah Cassis Pedelian, membuatnya sedikit mundur.

Apa kau berpikir aku akan melukaimu?

Berterima kasihlah pada penulis yang menjadikanmu pemeran utama pria. Aku jadi tidak bisa melukaimu.

"Kembalilah." Ucapku dengan nada memerintah.

"Aku tidak tahu bagaimana caramu keluar, tapi lebih baik kau kembali lagi ke dalam ruanganmu. Tanpa Roxana, kau tidak akan bisa kabur dengan selamat."

"Memangnya orang sepertimu tahu apa?!"

Aku memicingkan mata ketika melihat Cassis Pedelian mengarahkan amarahnya padaku.

"Kau mengarahkan amarahmu pada orang yang salah."

Aku berjalan mendekatinya.

"Kalau kau segitu bencinya dengan Agriche, maka hiduplah dan kembali pada keluarga Pedelian."

Aku memegang bahunya dan berbisik di telinganya.

"Dengan begitu, kau bisa membalaskan dendammu."

Puk—

Puk—

Cassis Pedelian menatapku. Karena jarak kami saling berdekatan, kedua mata kami saling bertemu.

Aku tersenyum dengan ceria ketika melihat ekspresi wajahnya yang terlihat sangat terkejut.

TBC

***

Aloha~ aku kembali. Aku gak nyangka bakal off selama ini😂 sedikit cerita, hari rabu minggu kemarin aku sakit bapil. Dan, sampai detik ini aku masih batuk //hikss// makanya lama apdet. Mungkin selanjutnya juga bakal slow up, mian🙇

Di chapter 8 kemarin, senjata tombak yang bisa dilipet itu senjata yang selalu dibawa Erel. Jadi kemarin yang nebak dagger dll salah😌 but, thanks for trying guys.

Oh, ya. Bagi yang nunggu scene Jeremy yang sabar, yah. Nunggu dia legal dulu (setelah time skip) baru nanti aku keluarin terus wkwkwk.

Btw, selamat hari raya idul fitri! Minal aidzin wal faidzin semuanya.

Adios~

Continue Reading

You'll Also Like

90.3K 10K 30
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...
YES, DADDY! By

Fanfiction

311K 1.9K 10
Tentang Ola dan Daddy Leon. Tentang hubungan mereka yang di luar batas wajar
27.2K 4.5K 16
Allura Christy Gadis remaja polos nan lugu yang kerap kali mendapat bullyan dari semua siswa siswi di sekolahnya. Bagaimana tidak, sekolahnya saja s...
78.3K 8.4K 86
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...