GUS ILHAM MY HUSBAND || TERBIT

By nrasya_

18.7M 1.3M 205K

⚠️FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ [Bijak dalam berkomentar dan hargai karya penulisnya, follow sebelum di baca] ____... More

bagian 01
bagian 02
bagian 03
bagian 04
bagian 05
bagian 06
bagian 07
bagian 08
bagian 09
bagian 10
bagian 11
bagian 12
bagian 13
bagian 14
bagian 15
bagian 16
bagian 17
bagian 18
bagian 19
bagian 20
bagian 21
bagian 22
bagian 23
bagian 24
bagian 25
bagian 26
bagian 27
bagian 28
bagian 29
bagian 30
bagian 31
bagian 32
bagian 33
bagian 34
bagian 35
bagian 36
bagian 37
bagian 38
bagian 39
bagian 41
bagian 42
bagian 43
bagian 44
bagian 45
bagian 46
bagian 47
bagian 48
bagian 49 belum revisi.
bagian 50
bagian 51
bagian 52
bagian 53
bagian 54
bagian 55
bagian 56
bagian 57
bagian 58
bagian 59
bagian 60
bagian 61
bagian 62
bagian 63
bagian 64
bagian 65
PO 'GIHM' (ekstra part)
GIMH2: AISYAH
Spin off GIMH dan Aisyah Aqilah
bagian 66

bagian 40

264K 20.9K 3K
By nrasya_

Tandai kalo masih ada typo(revisi)

Selamat membaca.
🦩

Aisyah dan Hana kini sedang duduk bersama menikmati sarapan pagi mereka berupa roti dan secangkir susu hangat.

Nampak keduanya mulai akrab. Terlebih lagi Aisyah yang sudah mulai aktif dalam gerakannya.

"Ya Allah, Ning. Dari tadi kita mengobrol tapi saya belum tau nama anda,"

Aisyah terkekeh "Nama saya Aisyah."

Hana mengangguk. "Kalau boleh tau, umur Ning Aisyah?"

"18 tahun,"

"Hah! Beneran 18 tahun?" ucap Hana pada Aisyah yang diangguki.

"Sudah tamat sekolah atau belum?"

"Belum Ning, sekarang kelas 12," ucap Aisyah lagi semakin membuat Hana tercengang.

"Masih mudah banget yah?" Ucap Hana menatap lekat Aisyah.

"Iya," balas Aisyah tersenyum.

"Sekolah di pesantren Hidayatullah juga?"

"Iya,"

"Pindahan atau memang dari sana?"

"Memang dari sana,"

"Wah, berarti sudah kenal lama dong sama Gus Ilham?"

Aisyah hanya tertawa menanggapinya.

"Di pesantren pakai cadar juga?" Tanya Hana lagi.

Aisyah menggeleng. "Cuma pakai di sini Ning,"

"Pasti di suruh gus Ilham ya,"

"Enggak kok Ning, saya sendiri yang mau pakai cadar,"

"Takut Gus Ilham cemburu pasti," ucap Hana. Aisyah kembali mengangguk walaupun bukan itu tujuannya memakai cadar.

"Btw, saya juga lulusan pesantren Hidayatullah loh," ucap Hana.

"Wah, beneran Ning?"

"Iya nih tiga tahun yang lalu," ucap Hana. "Gus Ilham masih suka menghukum santri ya Ning?"

Aisyah mengangguk semangat. "Iya Ning, sering banget,"

"Ning Aisyah biasa dihukum juga?" Tanya Hana.

"Hehe, sering malahan,"

"Beneran?"

"Iya, gara-gara sering ambil mangga dibelakang aula. Di sana katanya batasan untuk santri,"

"Ya Allah. Saya juga sering banget ambil mangga di sana!"

"Habis itu langsung kapok deh, soalnya di suruh berisikan WC satu pesantren." Ucap Hana terkekeh.

"HAH BENERAN HUKUMANNYA KAYAK GITU JUGA!!!" pekik Aisyah kaget.

Hana sampai terangang mendengar pekikan dari gadis itu. Ia menggeleng pelan. Wah, sifat aslinya sudah keluar.

Suara pekikan Aisyah bahkan membuat Gus Ilham dan Gus Adam terkejut, lebih tepatnya sih Gus Adam yang mengira bahwa Aisyah itu kalem.

Gus Ilham tertawa. "Akhirnya sudah keluar juga," Gus Adam sampai menggeleng tak habis pikir.

Aisyah dan Hana yang benar-benar serius menggosipi Gus Ilham itu walaupun orangnya berada tak jauh dari mereka.

"Iya beneran, sampe semua badan saya rasanya mau remuk!"

"Aisyah juga sudah rasain Ning, sampai kebawa mimpi loh "

"Ning juga pernah di hukum kayak gitu?"

"Iya Ning, gara-gara bolos,"

"Beneran Ning, sebelum menikah atau sudah menikah?!" Tanya Hana.

"Sesudah menikah. Soalnya pagi itulah Aisyah kesal sama dia, ya udah bolos saja,"

"Tapi lucu tau, kalian berdua. Ning Aisyah kesal terus nggak masuk kelas Gus Ilham, mana di hukum lagi. Pasti sampai rumah Gus Ilham bujuk-bujuk tuh, biar Ning Aisyah nggak ngambek lagi.

Aisyah tersenyum yang sulit diartikan. Dalam hati ingin sekali rasanya mengatakan yang sejujurnya bahwa yang Hana katakan itu salah!

"Ning Hana di hukum apa lagi?" Tanya Aisyah mengalihkan pembahasan.

"Pokoknya banyak banget. Macam-macam deh hukumannya Gus Ilham," ucap Hana. "Kalau Ning Aisyah di hukum apa aja?"

Aisyah berpikir sejenak harus mulai dari mana di ungkapkan bolos, mencuri, tidak ikut sholat subuh, warnai rambut di asrama, bermain kartu, lari dari pesantren dan bahkan melawan ustazah Erna.

"Banyak yah Ning? Saking banyaknya ngga bisa di sebut?" Tanya Hana bercanda.

Aisyah mengangguk kikuk. "Iya Ning sampai harus pisah asrama, gara-gara dihukum."

"Hah, beneran?" Tanya Hana. Pasalnya ia baru mendengar hukuman seperti itu.

"Sebenarnya itu semua juga alibi-alibi. Biar saya sama Gus Ilham satu rumah dan nggak ada yang tau kita berdua sudah menikah,"

"Oh! Jadi pernikahan Ning Aisyah dan Gus Ilham masih menjadi rahasia,"

"Iya Ning, waktu pertama nikah Aisyah buat masalah gara-gara melawan ustazah Erna,"

"Ustadzah Erna. Ya Allah. Kalau beliau mau tidak usah di ragukan lagi, kejamnya minta ampun. Siapa aja yang buat masalah sampai lulus berurusan sama dia,"

"Ning Hana kenal?"

Hana memukul pelan meja saking greget nya "Gimana nggak tau, saya hampir botak gara-gara dia!"

"Kok bisa?" Tanya Aisyah.

"Dia nuduh saya warnai rambut. Padahal, rambut saya memang terlahir warna coklat,"

"Waktu itu, ustadzah Erna, ngadu ke pak kyai sama Gus Ilham. Tau ajalah dia do akrab sama keluarga ndalem. Habis itu saya di hukum deh sama dewan pesantren, untuk aja ada Bu nyai yang datang jadi penyelamat,"

"Sudah deh, sehabis kejadian itu saya nyimpan dendam banget sama dia,"

"Ya Allah. Aisyah kira cuma Aisyah yang digituin, ternyata hampir semua orang," gumam Aisyah. "Sampai kesalnya nih, Aisyah sampai lempar pakai jamur busuk,"

"Ya Allah, Ning. Berani banget! Ketauan nggak?"

"Alhamdulillah enggak. Abisnya Aisyah kesal banget sama dia. Pakai deketin Gus Ilham lah, kan jadi Aisyah jadi emosi,

Hana bertepuk tangan heboh. "Hebat banget Ning, kenapa nggak langsung batu aja sekalian?"

Aisyah menyegir kuda. "Sebenarnya takut juga sih, nanti di marahin Gus Ilham, ini aja baru di lempar jambu Gus Ilham udah nasehatin"

Aisyah menyengir kuda. "Sebenarnya takut juga sih. Yang ini aja masih kelas ketahuan Gus Ilham sudah dimarahi, apalagi ustazah Erna,"

"Ya nggak apa-apa Ning, biar dendamnya tuntas," kekeh Hana. "Sebaiknya Ning Aisyah hati-hati dengan ustadzah Erna. Kalau perlu pantau terus. Jangan sampai dia rebut Gus Ilham,"

Sudah menjadi rahasia umum, kalau ustazah Erna memang suka sama Gus Ilham. Makanya setiap ada orang yang dekat sama beliau ustazah Erna bakalan jadiin dia saingan,"

"Beneran?" Tanya Aisyah mulai panik.

"Iya Ning, dari caper nya, sok perhatian, selalu berusaha cari muka di hadapan pak kyai dan Bu nyai. Terus selalu kode Gus Ilham biar di nikahin"

"Tapi kan, nggak mungkin juga Aisyah pantau terus,"

"Tenang Ning, memantau dari jauh aja," ucap Hana pada Aisyah yang mengangguk.

"Tapi masih ada niatan kan mau lempar pakai batah?" Ucap Hana lagi kali ini ia hanya bercanda.

"Ngga tau juga sih, tapi insha Allah deh," balas Aisyah bercanda.

Hana mengacungkan kedua jempol nya kepada Aisyah. Membuat keduanya tertawa.

"Kirain beneran kalem, ternyata sebelas dua belas sama Hana," gumam Gus Adam melihat kedua berbincang begitu seru tadi.

"Pasti bandel yah istrinya?" Ucap Gus Adam pada Gus Ilham.

"Kepo!"

"Astagfirullah!"

***


Siang hari ini, semua orang kembali berkumpul di gedung, untuk menyambut tamu besar yang sudah di tunggu-tunggu.

Begitu pun Aisyah dan para tamu lainnya, berjalan menuju gedung. Aisyah berjalan sendiri karena Hana sedang ada urusan. Sedangkan suaminya entah kemana perginya.

"Afwan Ning, tali cadarnya mau terlepas," ucap salah satu santri yang berjalan di belakang Aisyah.

"Jazakillah khairan, ukhti." Ucap Aisyah.

"Waiyyaki," ucap sang santri.

Ia berhenti sejenak memperbaiki ikatan cadarnya. Namun tiba-tiba angin berhembus kencang sehingga membawa terbang cadar Aisyah. Membuat wajahnya terlihat jelas oleh orang-orang.

"Masyaallah!" Pekik salah seorang terkejut melihat wajah Aisyah.

Semua orang langsung menoleh, melihat wajah Aisyah yang silau terkena cahaya matahari. Pancaran kecantikannya bahkan nampak begitu jelas pada mata.

Aisyah menutup wajahnya dengan kedua tangan nya, badannya bergetar hebat, nafas Aisyah tidak beraturan jantungnya pun sudah berpacu dengan kencang.

"Masyaallah!"

"Bidadari surga nyasar!"

"Masyaallah jodoh orang!"

"Yang seperti itu, ya Allah!"

Tangan hus Ilham terkepal, mendengar orang-orang memuji istrinya dan menatap wajah Aisyah tanpa rasa dosa.

Gus Ilham berjalan menangkap kain penutup Aisyah. Lalu ia segera menghampiri istrinya yang sudah bergetar ketakutan.

"Aisyah!" Gus Ilham berlari.

"Aisyah!" Gus Ilham memegang bahu istrinya.

"Takut..."

"Aisyah kamu kenapa?" Tanya Gus Ilham. "Ini saya kok, suami kamu,"

Aisyah mendongak menatap wajah suaminya, ia langsung mendekap erat tubuh Gus Ilham.

"Aisyah takut..."


Gus Ilham membalas pelukan Aisyah tak kalah eratnya. "Kamu tenang ya, ada saya kok,"

Aisyah menghela nafas mendengar ucapan suaminya. Walaupun begitu, ia masih terlihat ketakutan, apalagi wajahnya sudah dilihat banyak orang.

Gus Ilham juga ikut menghela nafas. 'ada apa dengan kamu sebenarnya Aisyah'

"Pakai dulu cadarnya," ucap Gus Ilham melepas pelukannya. Ia lantas membantu istrinya memakai cadar.

"Sudah,"

"Gus Ilham, mereka liatin Aisyah terus," adu Aisyah melingkarkan kedua tangannya di pinggang Gus Ilham.

Gus Ilham menoleh menatap tajam semua orang yang berani menatap istrinya secara terang-terangan. Apalagi itu berasal dari kalangan kaum Adam.

"BISA TIDAK JAGA PANDANGAN KALIAN!!"

"SAYA RASA KALIAN SEMUA SUDAH TAU, TIDAK BOLEH MEMANDANG LAWAN JENIS TERLALU LAMA!!"

"TAPI LIAT KALIAN SEMUA!! HAUS AKAN WANITA!!"

"DIA INI PUNYA SAYA, JAGA PANDANGAN KALIAN!"

Semua orang di sana menunduk diam seraya mengucapkan istighfar. Rasanya benar-benar di tampar oleh Gus Ilham walau hanya sekedar ucapan saja.

"Astaghfirullah, Gus Ilham. Kenapa teriak-teriak?" Gus Adam datang menghampiri temannya itu. Namun sebenarnya Gus Adam ini sudah tau kejadiannya, bahkan dia juga sempat menonton Gus Ilham dan Aisyah yang saling berpelukan itu.

Gus Ilham tidak membalas ucapan Gus Adam, pria itu diam menatap tajam lurus kedepan dengan dada yang sudah naik turun karena emosi. Wajah Gus Ilham bahkan sudah sampai merah karena marah, urat urat yang ada di lehernya bahkan sudah menonjol.

Maklum Gus Ilham lagi mode galak.

Gus Adam lalu beralih kepada Aisyah. Ia menatap lekat istri dari Gus Ilham itu. Bahkan tanpa Gus Adam sadari Gus Ilham sudah memantau dan menatap tajam dirinya.

"Bisa nggak sih, jangan liatin istri saya terus, apa perlu saya tusuk mata kamu dulu baru sadar," sarkas Gus Ilham.

Gus Adam langsung memejamkan matanya, ia mundur beberapa langkah. "Astaghfirullah, Afwan Gus!"

"Ada apa ini?" Tanya Hana baru datang.

Hana melihat Aisyah yang menunduk dan Gus Ilham dengan raut wajah marah. Wanita itu menatap suaminya meminta penjelasan.

"Ning Aisyah kenapa?" Tanya Hana pada suaminya.

Gus Adam menggeleng, mengusap kepala istrinya. "Enggak apa-apa, sebaiknya kamu ajak Ning Aisyah ke gedung bersama,"

Hana mengangguk "Ayo Ning, jalan sama saya,"

Gus Ilham menghela nafas pelan, ia menatap istrinya yang masih terus memeluknya. "Ya sudah kami pergi sama Ning Hana,,

"T-tapi Gus, Aisyah takut," ucap Aisyah semakin mengeratkan pelukannya.

"Saya selalu ada di sekitar kamu, jangan takut, kamu harus berani."

Aisyah lagi-lagi menggeleng "Aisyah mau sama Gus Ilham,"

"Jangan takut," ucap Gus Ilham.

"Sana ya, sama Ning Hana." Bujuk Gus Ilham.

Gus Ilham menghela napas panjang, sebenarnya ia juga tidak tega menyuruh Aisyah untuk berani di saat ia takut. Namun jauh dari itulah semua, sebelum pergi Gus Ilham selalu mengingat pesan sang abi. Menyuruh Aisyah untuk membantu menghilangkan rasa takutnya.

"Ya sudah kalo gitu kita kembali ke ndalem tapi--" Gus Ilham tersenyum miring menarik Aisyah semakin dekat padanya  "kita buat bayi" bisik Gus Ilham di telinga Aisyah.

Sontak Aisyah membelalak matanya, dan langsung melepaskan pelukannya.

"Gimana?" Tanya Gus Ilham menaik-turunkan alisnya.

"Aisyah pergi sama Ning Hana. Ayo Ning, Assalamualaikum!" Ajak Aisyah menarik tanga Hana.

"Mas, Gus, saya duluan Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!" balas keduanya.

"Kenapa?" Tanya Gus Ilham saat Gus Adam menatap dirinya dengan ekspresi aneh

"Masih sama seperti dulu, galak!" Sarkas Gus Adam di akhir katanya meninggalkan Gus Ilham.

Gus Ilham menatap punggung Gus Adam yang sedikit menjauh. Ia terkekeh sinis langsung berjalan menghampiri pria itu.

***

Setelah selesai acara, kalang Gus dan Ning berlomba lomba untuk bisa bersalaman dengan para ulama ulama besar.

"Perkenalkan pak kyai, ini Gus Ilham. Cucu dari kyai Ibrahim pendiri pesantren Hidayatullah." Ucap Gus Adam.

Gus Ilham lalu menunduk mencium tangan Habib tersebut.

"Saya kenal dengan kyai Ibrahim. Apa kabarnya?" Tanyanya.

"Baik pak kiyai, sekarang beliau menetap di Kairo Mesir." Ucap Gus Ilham.

Setelah itu, semua sudah memperkenalkan dirinya dan mencium tangan dari seorang ulama besar. Semua orang berlomba-lomba untuk bersalaman dengan beliau.

Namun, berbeda dengan Aisyah. Ia nampak menghindari keramaian itu. Bahkan ia sampai kabur dari gedung setelah acara karena Hana memaksa dirinya maju.

"Kalo perempuan yang berada  di sana siapa?" Tanya pria itu menunjuk pada Aisyah. Entahlah, mengapa tiba-tiba ia melihat keberadaan Aisyah di sekian banyaknya orang.

Sontak semua orang menoleh pada arah tunjuk pria itu. Mereka menatap Aisyah yang telah berdiri sendiri.

Gus Ilham tersenyum kala istrinya di panggil. "Aisyah!"

Aisyah menggeleng menolak "Aisyah nggak mau,'

"Ayo, kesini!"

Aisyah dengan sejuta rasa gugupnya melangkah dengan pelan ke arah Gus Ilham dan orang orang.

Gus Ilham menarik Aisyah mendekat pada dirinya. "Ini Aisyah, istri saya."

"Assalamualaikum, pak kiyai," ucap Aisyah menunduk.

"Waalaikumsalam, say doakan untuk kalian selalu menjadi pasangan yang sakinah mawadah warahmah,"

"Aamiin!"

Setelah mengatakan itu, semua orang kembali ricuh, masih berusaha untuk bersalaman dengan ulama besar. Membuat Aisyah dan Gus Ilham terpisah karena terseret ribut orang.

"Masyaallah, ukhti," ucap seseorang berlalu pergi.

Aisyah mulai linglung mencari arah jalan keluar dari kerumunan orang-orang. Nafasnya mulai memburu tak beraturan.

"Gus Ilham!" Panggil Aisyah.

"Tolong!"

"Tolong papa! Bunda!"

"Aisyah takut.." Aisyah mulai merosot kebawah. Ia menutup kedua telinganya mendengar suara bising. Bayangan masa lalunya kembali ke ingatan nya.

Di sisi lain,  Gus Ilham juga berusaha keluar dari keramaian yang menyeret dirinya.

"Aisyah!" Panggil Gus Ilham mencari keberadaan Aisyah.

"Gus..." Aisyah mendengar suara suaminya.

"Aisyah, kamu di mana!!"

Gus Ilham menangkap sosok perempuan yang menunduk ketakutan.  "Aisyah!" Panggil Gus Ilham memastikan.

Aisyah mendongak menatap suaminya. "Aisyah takut,"

Gus Ilham segera menghampiri istrinya. "Astagfirullah, kamu kenapa Aisyah, ada yang menyakiti kamu?"

"Aisyah mau pulang. Aisyah takut disini,"

"Kamu kenapa Aisyah?"

"Telpon Abi!"

Gus Ilham mengangguk, merogoh kantong nya mengambil ponsel miliknya dan langsung menelepon sang Abi.

Memanggil....

Berdering...

Tersambung!

"Halo assalamualaikum ada apa nak?"  Ucap Abi syakir dari seberang sana.

"Waalaikumsalam Abi. Ini Aisyah–" entahlah apa yang harus dia jelaskan.

"Aisyah kenapa Ilham?"

"Aisyah ketakutan Abi," ucap Gus Ilham.

"Astaghfirullah! Sekarang dimana istri mu?"

"Ada di samping Ilham,"

"Terus–"

"Aisyah!" Gus Ilham bergerak cepat saat istrinya tergeletak pingsan.

"Kenapa Ilham?"

"Sudah dulu ya Abi, Aisyah pingsan." Ucap Gus Ilham mematikan ponselnya

Gus Ilham segera mengangkat tubuh istri itu, yang sudah tidak sadarkan diri lagi. Bahkan wajah istrinya sudah pucat pasi.

"Astaghfirullah, Ning Aisyah?" Pekik Hana melihat Aisyah berada di gedongan Gus Ilham.

"Ning Aisyah kenapa?"

Pria itu tidak menjawab pertanyaan yang di lontarkan Hana. Ia lantas berlalu pergi dari sana.

****

Sesampainya di ndalem Gus Ilham membawa Aisyah ke kamar mereka, dan merebahkan badan istrinya dengan hati hati.

Helaan nafas terdengar, Gus Ilham menatap lamat tubuh istrinya.

Dringg..dring...

Gus Ilham lalu menoleh ke arah ponselnya yang berbunyi, tertera di sana nama Abi syakir.

Gua Ilham menekan tombol hijau mengangkat telepon nya. "Halo"

"Halo Ilham bagaimana keadaan Aisyah?"

"Aisyah masih pingsan abi,"

"Kok bisa Aisyah seperti tadi, kamu tinggal sendiri yah?" Ujar Abi syakir menebak.

"Ilham sama Aisyah nggak sengaja terpisah gara-gara terseret orang-orang,"

"Kamu itu Ilham, yah makanya genggam kencang tangan Aisyah biar tidak berpisah seperti itu, Abi sudah peringatan kan kamu jangan biarkan Aisyah sendiri"

"Hmm saya yang salah" ucap Gus Ilham memerhatikan Aisyah.

"Nanti kalo Aisyah sudah sadar ajak keliling pesantren Darussalam,"

"Lah, Abi kenapa harus–"

"Apa susahnya menurut saja, Ilham," ucap Abi Syakir kesal.

Gus Ilham menghela nafas. "Iya Abi,"

"Bawa di ke tepian danau, dibelakang pesantren Darussalam ada danau kan, bawa aja ke sana,"

"Iya," ucap Gus Ilham.

"Gus Ilham," gumam Aisyah sadarkan diri.

"Sudah dulu ya, Abi. Aisyah suda sadar, Assalamualaikum,"

Gus Ilham memutus sambungan setelah abinya menjawab salamnya.

"Minum dulu," Gus Ilham membantu Aisyah bangun. Ia kemudian membantu istrinya meminum air.

"Masih mau minum?" Aisyah menggeleng.

"Maaf yah tadi saya–"

"Nggak apa-apa, Gus. Tidak perlu minta maaf," Gus Ilham mengangguk.

"Yang bawa Aisyah ke sini siapa?" Tanya Aisyah sadar telah berada di kamar mereka.

"Saya,"

"Di gendong?" Gus Ilham pun mengangguk menjawabnya.

"Mau lagi dong di gendong," kekeh Aisyah bercanda.

Gus Ilham mengangguk, siap mengangkat tubuh Aisyah lagi.

"Eh, Gus Ilham mau apa?" Ujar Aisyah.

"Katanya mau di gendong,"

"Bercanda, Gus." Ucap Aisyah terkekeh.

Gus Ilham menegakkan kembali badannya menatap datar Aisyah. "Ya sudah, kamu mandi sana. Nanti saya ajak kamu keliling pesantren,"

"Keliling?"

"Iya,"

"Tapi Gus..." Aisyah menunduk sambil memainkan jari-jarinya. Masalahnya ia masih takut keluar.

"Ada saya kok," sela Gus Ilham selalu mengingatkan Aisyah.

"Mau di gendong ke kamar mandi?" Tawar Gus Ilham.

"Eh, ngga usah, Aisyah masih bisa jalan kok,"

Gus Ilham meregangkan otot lehernya, ia menghampiri Aisyah dan mengangkat tubuh istrinya itu.

"AAAHH!!!! GUS ILHAM MAU APA?!" Aisyah berteriak histeris kala Gus Ilham mengangkat badannya.

"Saya gendong ke kamar mandi," ucap Gus Ilham membawa masuk ke dalam kamar mandi.

***

"Udara di sini bagus ya, Gus. Sejuk!" Ucap Aisyah. Hari ini mereka memutuskan untuk pergi berkeliling pesantren Darussalam.

"Kamu suka disini?" Tanya Gus Ilham.

Aisyah menoleh ke arah suaminya sambil tersenyum manis. "Aisyah kan, cuman suka Gus Ilham,"

"Apa tadi, bisa diulangi?" Tanya Gus Ilham.

"Aisyah maj pindah di sini,"

"Tidak bisa,"

"Ish! Iya-iya!" Ucap Aisyah. "Bercanda kok,"

"Terlalu banyak bercanda tidak baik,"

Tanpa sadar, keduanya kini sudah berada di depan gerbang pesantren. Sore hari ini banyak sekali pedagang kaki lima yang berjualan di sana.

Seketika item juga, Maya Aisyah langsung cerah menatap ke arah sana.

"Mau ke sana?" Tawar Gus Ilham.

"Boleh?" Gus Ilham mengangguk.

"Iya, Aisyah mau!" Tanpa pikir panjang Aisyah langsung menarik tangan suaminya agar segera ke sana.

"Mau beli apa?" Tanya Gus Ilham.

Aisyah terdiam, ternyata ia tidak membawa sepeser pun uang. "Nggak jadi deh, Aisyah nggak punya uang,"

"Beli aja, ada saya kan?" Ucap Gus Ilham.

"Aisyah mau itu!" tunjuk Aisyah pada satu penjual yang sudah membuat lidahnya be denyut.

" Mau beli corndog?"

"Oh namanya conrdog!"

"Ayo," ajak Gus Ilham kali ini menarik tangan Aisyah.

"Saya beli corndog–

"Mau berapa?" Tanya Gus Ilham menatap Aisyah.

"Satu!"

"Ngga mau dua?" Tanya Gus Ilham.

Aisyah menggeleng "Satu aja, nanti nggak habis lagi kalau dua,"

"Saya pesan satu mas,"

"Gys Ilham nggak pesan juga?"

"Buat kamu saja,"

Keduanya pun duduk di bangku panjang sambari menunggu pesanannya.

"Gus Ilham mau kemana?"

"Cuman di sebelah sana kok, sebentar saja," ucap Gus Ilham. Membuat Aisyah melepaskan tangannya.

Beberapa saat kemudian, Gus Ilham kembali membawa dua cap air tebu.

"Ini" Gus Ilham duduk, memberi satu cap air tebu untuk Aisyah.

"Makasih Gus,"

"Sama-sama,"

"Pak corndog nya, mau di kasih apa toppingnya?" Tanya penjual itu.

"Mau di kasih apa?" Tanya Gus Ilham pada istrinya.

"Mayones sama saus,"

"Mayones sama saus, pak."

"Ini neng," sang bapak penjual hendak memberikan pada Aisyah namun Gus Ilham sudah lebih dulu merebutnya secara halus.

"Terimakasih," ucap Gus Ilham. "Berapa harganya?"

"12 ribu,"

Gus Ilham memberi penjual itu uang warna hijau. "Tunggu kembaliannya, pak!"

"Tidak usah ambil saja," ucap Gus Ilham menarik Aisyah pergi dari sana.

Gus Ilham dan Aisyah masuk kembali ke dalam pesantren setelah membeli Beberapa jajanan lagi.

"Mau apa?" Tanya Gus Ilham. Saat Aisyah hendak memakan pentolannya sambil berdiri.

"Aisyah mau coba ini,"

"Makan berdiri?" Tanya Gus Ilham lagi menaikkan satu alisnya.

Pasalnya dalam Islam di larang makan atau pun minim dalam ke adaan Berdiri. Dikatakan dalam Hadist Riwayat Muslim, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wa sallam bersabda bahwa makan sambil berdiri itu lebih parah dan lebih jelek.

Dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam di mana beliau melarang seseorang minum sambil berdiri. Qotadah berkata bahwa mereka kala itu bertanya (pada Anas), Bagaimana dengan makan (sambil berdiri)?Anas menjawab, Itu lebih parah dan lebih jelek.(HR. Muslim no. 2024).

Selain itu, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah juga bersabda bahwa jika seseorang secara tidak sengaja minum sambil berdiri, maka minuman yang sudah masuk mulut tersebut lebih baik segera dimuntahkan. Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Apabila dia lupa maka hendaknya dia muntahkan.(HR. Muslim no. 2026)

Dari kedua hadist tersebut, sangat jelas bahwa dalam agama Islam makan sambil berdiri merupakan tindakan yang harus dihindari. Bukan tanpa alasan, ternyata secara medis makan sambil berdiri ternyata membawa dampak buruk bagi kesehatan. Mulai dari efek makan menjadi lebih banyak hingga gangguan perut kembang.

"Makan berdiri itu nggak boleh," ucap Gus Ilham.

"Hehe maaf Gus Ilham, Aisyah lupa,"

"Makan di mana ya?" Gumam Aisyah mencari tempat agar bisa memakan pentolan nya.

Gus Ilham menarik tangan Aisyah. "Ikut saya,"

Sampai Gus Ilham menuntun membawa ke pinggir danau di belakang pesantren Darussalam. Ia mengajak Aisyah duduk di sebuah bangku.

"Waw! indah sekali" ucap Aisyah terpukau dengan keindahan danau dihadapannya.

"Gus Ilham, kok tau semua tempat disini?"

"Saya dulu sering ke sini,"

"Sekolah di sini?"

"Tidak, cuman main. Sama Gus Adam sama ustadz Abraham juga,"

"Jauh banget mainnya,"

Aisyah mengangguk, ia mulai mengigit corndog nya. Pada gigitan pertama keju dari conrdog sangat lumer, semakin di tarik maka semakin banyak yang keluar.

Gus Ilham tertawa geli, melihat Aisyah yang sedang kesusahan. Ia lantas mengambil alih pemegang Pria itu mengambil alih conrdog dari tangan Aisyah yang masih bertautan dengan keju di mulutnya.

Aisyah memerhatikan apa yang Gus Ilham lakukan, gus Ilham mengigit corndog, sehingga keju lumeran keju berada pada mulut Gus Ilham dan ujung keju berada pada mulut Aisyah.

Gus Ilham melahap keju dengan gerakan Slowmo, semakin dekat dekat dekat dan dekat. Wajah Gus Ilham dan Aisyah sudah saling bertemu. Nafas Gus Ilham sudah menusuk permukaan kulit Aisyah.

Gus Ilham menatap mata Aisyah begitu dalam. Aisyah tegang, wajahnya benar benar polos. Satu sentih lagi bibir mereka akan bertemu.

Tapi karena panik Aisyah menggigit ujung keju sehingga terlepas, Gus Ilham menyeruput sampai kandas.

Pria itu menjauhkan wajahnya menatap datar kedepan. "Lain kali jangan di putuskan" ucap Gus Ilham dingin dengan nada kesal.

"Kenapa?" Tanya Aisyah sontak Gus Ilham menoleh dan menatap tajam Aisyah membuatnya langsung diam.

"Tidak apa-apa, masih mau conrdog nya?"

Aisyah menggeleng  "Aisyah sudah kenyang."

Gus Ilham menaikkan sebelah alisnya "Terus siapa yang mau makan ini?"

"Kalo tidak bisa habisin, jangan sok-sokan mau beli," gumam Gus Ilham memakai jajan belas Aisyah itu.

Aisyah menunduk merasa bersalah. "Maaf Gus Ilham,"

"Gus Ilham ngga jijik makan bekas gigitan Aisyah?"

"Kenapa harus jijik!" ucap Gus Ilham membuat Aisyah kembali diam.

Keduanya sama sama terdiam tak ada yang berbicara hanya suara kriuk dari setiap gigitan conrdog yang Gus Ilham makan.

Aisyah melirik ke arah Gus Ilham yang fokus memakan corndog bekasnya dengan lahap, membuat Aisyah kembali ingin mencicipi makanan tersebut.

"Gus Ilham," panggil Aisyah pelan.

"Hm," sahutnya.

"Boleh minta sedikit corndog nya?"

"Mau?" Tanya Gus Ilham membuat Aisyah langsung mengangguk.

"Ini,"

"Aaa! Makasih Gus Ilham!" ucap Aisyah tersenyum senang dan mengambil corndog dari tadi tangan Gus Ilham.

Aisyah memakan dengan lahap corndog sampai habis tak tersisa kecuali bambunya.

Gus Ilham tercegoh melihat Aisyah memakan sampai habis tak menyisakan sedikit untuknya. "Kamu habiskan?"

Aisyah menyegir kuda. "Hehe, maaf!"

"Katanya tadi kenyang," sindir Gus Ilham.

"Kenyang di cancel hehehe" Aisyah tertawa menampakkan gigi kelincinya. FYI Aisyah membuka cadarnya karena juga di tempat sunyi.

Gus Ilham berdehem singkat, senyum Aisyah sangat manis bahkan mengalahkan manisnya air gula.

"Jangan senyum ke orang lain seperti tadi,"

"Kenapa?"

"Yah tidak boleh,"

"Senyum itukan ibadah?"

"Iya saya tau, tapi ibadah yang itu hanya boleh saya yang menikmati,"

Deg!

Aisyah menangkap kedua pipi Gus Ilham, tersenyum lebar tepat di hadapan Gus Ilham.

"K-kamu mau apa Aisyah?" Tanya Gus Ilham terbata-bata.

"Mau ibadah!" ucap Aisyah mengguncang pipi Gus Ilham.

Gus Ilham menghentikan Aisyah, pria itu menggenggam tangan Aisyah yang masih berada di pipinya. Kini Gus Ilham yang membuat Aisyah terdiam, tangannya melepas tangan Aisyah yang berada di pipinya.

Aisyah meneguk air liur nya susah payah, gadis ini mengira Gus Ilham akan marah padanya atas kelakuannya. Gus Ilham menatap begitu dalam Aisyah seakan lupa masih berada di luar.

Cup

Aisyah membelalak Matanya terkejut. "Itu juga ibadah, pahalanya lebih banyak dan lebih nikmat"










_GUS ILHAM MY HUSBAND_

Ayo ayo ada yang bisa tebak Aisyah kenapa?

JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN 👉

1k vote dan 1k komen baru up.

Jangan lupa follow akun Instagram @wattpadasya


Senin, 21 Maret 2022
Rabu 11 April 2023

Continue Reading

You'll Also Like

586K 25 1
KARYA 5 Mengkisahkan tentang anak angkat Fatih dan Zeya yang bernama MUHAMMAD REZVAN SARFARAZ EL-MUNTAZZ DHIAULHAQ. Kisah tentang cintanya dan balas...
5.8M 692K 59
Bisa pesan di toko shopee. "Storebooks07" Selain dari toko itu, BAJAKAN 📌 Farhan habibi adalah seorang ustadz bagi seorang gadis mungil yang bernam...
4.1K 157 14
DON'T REPOST MY STORY! ISTRI Tengil Pilihan CEO ________________________________ Publish 3 April 2023 Ending? ••• Thanks udah mau klik cerita ini...
6.6K 169 50
Puisi adalah perwakilah hati yg paling dalam. BERAWAL DARI KATA BERAKHIR DENGAN KARYA 🖊 (COMPLETE) Murni pemikiran sendiri 😉 Free Copas. Selamat Me...