ALBARA [END]

By lxvyzsa

12.6M 1M 46.2K

Albara Sabian Vernandez, mendatangi seorang gadis yang kenal Bara saja tidak. Ia langsung menjadikan gadis it... More

ALBARA - 1
ALBARA - 2
ALBARA - 3
ALBARA - 4
ALBARA - 5
ALBARA - 6
ALBARA - 7
ALBARA - 8
ALBARA - 9
ALBARA - 10
ALBARA - 11
ALBARA - 12
ALBARA - 13
ALBARA - 14
ALBARA - 15
ALBARA - 16
ALBARA - 17
ALBARA - 18
ALBARA - 19
ALBARA - 20
ALBARA - 21
ALBARA - 22
ALBARA - 23
ALBARA - 24
ALBARA - 25
ALBARA - 26
ALBARA - 27
ALBARA - 28
ALBARA - 29
ALBARA - 30
ALBARA - 31
ALBARA - 32
ALBARA - 33
ALBARA - 34
ALBARA - 35
ALBARA - 36
ALBARA - 37
ALBARA - 38
ALBARA - 39
ALBARA - 40
ALBARA - 41
ALBARA - 42
ALBARA - 43
ALBARA - 44
ALBARA - 45
ALBARA - 46
ALBARA - 47
ALBARA - 48
ALBARA - 49
ALBARA - 51
ALBARA - 52
ALBARA - 53
ALBARA - 54
ALBARA - 55
ALBARA - 56
EXTRA CHAPTER - 1
EXTRA CHAPTER - 1 [REAL]
EXTRA CHAPTER - 2
EXTRA CHAPTER - 3

ALBARA - 50

151K 13.8K 502
By lxvyzsa

"Beli es krim yuk!" ajak Bara dengan suara yang agak kencang.

Sesuai dengan kemauan lelaki itu, akhirnya Gaby ikut pulang bersama Bara. Ya meskipun mereka harus melewati banyak perdebatan.

Gaby yang ditanyai hanya diam saja. Toh, percuma ia menolak. Pasti Bara akan memaksanya.

Tak lama kemudian, Bara menghentikan laju motornya saat melihat seorang penjual es krim di pinggir jalan. Ia turun terlebih dahulu, kemudian baru diikuti oleh Gaby.

"Kamu pake kacang, gak?" tanya Bara.

Gaby menggeleng. "Ga usah."

Bara mengangguk. Dengan semangat, ia menyebutkan pesanan dirinya dan juga Gaby.

"Jangan lama-lama ya, Bang!"

"Siap, Mas!"

Bara terkekeh mendengarnya. "By, kayaknya lucu deh kalo nanti kita nikah, terus kamu panggil aku 'Mas'."

Gaby bergidik ngeri mendengarnya. "Geli tau, gak?"

"Ih engga lah. Kan romantis jadinya. Nanti kamu mau aku panggil apa?"

Gaby diam tak menanggapi. Baginya Bara sedang melantur kemana-mana. Mereka masih SMA, tapi sudah memikirkan tentang pernikahan. Sedangkan ada cita-cita yang masih harus mereka raih.

Sesudah membayar kepada penjual es krim tersebut, Bara memberikan salah satu es krimnya kepada Gaby yang langsung diterima oleh gadis itu.

"Makasih."

Bara mengukir senyum cerianya. "Cama-camaa Gabykuuu."

"Kita langsung pulang aja, yuk. Udah mendung soalnya," ajak Bara.

Kening Gaby mengerut tak paham. "Es krimnya?"

"Kamu kan bisa sambil makan es krimnya. Punya aku kamu pegangin dulu, ya?"

Lagi dan lagi, Gaby hanya bisa mengangguk. Keduanya akhirnya melanjutkan perjalanan menuju rumah Gaby dengan cuaca yang kurang bagus.

Dalam perjalanan, Bara akan selalu mengajak Gaby berbicara, meskipun tanggapan gadis itu kurang baik. Tapi biarlah. Bara kan sedang berusaha memperbaiki hubungan keduanya.

Melihat hujan yang turun dengan tiba-tiba membuat Bara dengan cepat mencari tempat untuk berteduh. Jika ia sedang berkendara sendiri, tidak masalah dirinya harus menerobos hujan agar cepat sampai di rumah.

Tapi sekarang ia sedang membawa seseorang yang penting. Bara tidak bisa membiarkannya kehujanan dan berakhir sakit.

"Kita neduh disini dulu, ya?"

"Iya. Es krim lo."

Bara kembali menoleh. "Oh, iya. Makasi udah dipegangin."

Gaby mengangguk. Ia mengalihkan pandangannya ke arah jalanan, memperhatikan hujan yang turun membasahi aspal.

"Yah.. udah cair."

Gadis itu menoleh saat mendengar gerutuan kecil seseorang. Bara sedang menatap gelas plastiknya dengan pandangan memelas. Ia terlihat meneliti isi di dalam gelas itu dengan sangat fokus.

"Gapapa, deh. Enak, hihi."

Gaby mati-matian menahan senyumnya yang ingin mengembang. Kenapa Bara semakin hari semakin menggemaskan?!

Bara membuang gelas plastiknya saat di dalamnya sudah benar-benar kosong. Ia menjilat bibir atas dan bawahnya dengan kedua mata terpejam.

"Emmmm," gumamnya merasa nikmat.

Bara kembali membuka matanya. Ia melihat Gaby yang mengusap-usap kedua lengannya. Sepertinya gadis itu merasa kedinginan.

Dengan tingkat kepekaan yang tinggi, Bara membuka jaket yang ia kenakan. Lelaki itu melepaskan tas yang digendong oleh Gaby, membuat sang empu menoleh kaget.

"Lepas bentar. Kamu pake jaket aku. Biar ga kedinginan."

Gaby menurut. Ia melepaskan tas ranselnya dan meletakkannya di bawah. Bara yang melihat itu dengan cepat mengambil posisi di belakang tubuh Gaby. Ia memakaikan jaket miliknya ke tubuh Gaby.

"Udah?" tanya Bara memastikan.

"Udah."

Bukannya menyingkir, Bara malah semakin merapatkan tubuh mereka. Ia melingkarkan tangannya di pinggang hingga ke perut rata gadis itu. Dengan kepala yang ia sandarkan di bahu Gaby, Bara mengukir senyum tipisnya.

"Ngapain, sih Bar?" tanya Gaby terdengar risih. Iya, mungkin terdengar risih. Padahal ia sedang salah tingkah karena perlakuan Bara yang terkesan tiba-tiba.

"Peluk. Biar kamu ga dingin."

"Ga usah dipeluk juga gue ga kedinginan."

"Ya udah, aku yang kedinginan. Makanya peluk kamu."

Bara senang saat tak mendapati penolakan dari Gaby lagi. Ia semakin mengeratkan pelukannya di perut gadis itu, seolah tak ingin kehilangan.

Bara menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Gaby dan menghembuskan napasnya disana, membuat Gaby merinding. Ia menggerakkan kepalanya tak nyaman.

"Bara—"

Cup

Ucapannya tertahan ketika merasakan sebuah kecupan lembut mendarat di lehernya. Ia semakin merinding. Tubuhnya kaku, tak bisa digerakkan.

Bara semakin senang melihat Gaby yang menegang. Ia kembali mendaratkan beberapa kecupan di leher mulus milik gadisnya.

Awalnya Bara tahan. Tapi melihat betapa putih dan mulusnya leher itu, Bara tidak bisa menahan diri. Bahkan jika tidak ingat sedang dimana mereka berada, pasti ia sudah meninggalkan sebuah tanda disana.

Cup

Cup

Cup

"Bara udah," peringat Gaby.

Bara tidak peduli. Ia terus mengecup lembut disana. Sepertinya itu akan menjadi tempat favoritnya yang baru.

"Kayaknya udah agak reda."

Bara menghembuskan napasnya kesal. Disaat-saat begini, kenapa alam semesta tak berpihak padanya? Padahal ia sedang asik.

Masih dengan tangan yang melilit di perut Gaby, Bara kembali menumpukkan dagunya di bahu gadis itu.

"Mau pulang sekarang?"

"I-iyalah!"

"Oke."

Bara menegakkan tubuhnya yang otomatis lilitan tangannya pun terlepas. Tapi justru itu yang membuat Gaby menghembuskan napas lega.

Bara mengambil tas Gaby dan memakaikannya di belakang punggung gadis itu. Persis seperti seorang Ayah yang memakaikan anak gadisnya tas.

"Yuk!"

•••

"Maaf, ya. Kamu pulang sama aku malah jadinya kayak gini," ujar Bara dengan penuh rasa bersalah.

Keduanya baru saja sampai di depan rumah Gaby. Dan Gaby baru saja turun dari motor milik Bara.

"Gapapa."

"Ini kan dingin, kalo kamu ga kuat mandinya pake air anget aja. Terus langsung minum vitamin ya biar ga sakit. Kalo misalnya nanti batuk pilek, langsung minumin obat."

Gaby mengangguk dalam diam. Jujur ia lebih khawatir dengan Bara. Bagaimana tidak? Tadi di tengah perjalanan, tiba-tiba gerimis turun membasahi keduanya. Gaby aman, ia mengenakan jaket Bara dan terlebih ia duduk di belakang.

Tapi Bara? Lelaki itu tidak mengenakan jaket atau semacamnya. Dan ia juga duduk di depan. Hujan yang turun pasti mengenai tubuhnya. Lihatlah seragam bagian depannya sekarang. Basah.

"Lo—juga."

Bara menghentikan gerakan tangannya sangking terkejut. Ia tidak bodoh mengartikan ucapan Gaby barusan.

"Gue duluan!" ucap Gaby dengan cepat. Ia malu sendiri karena ucapannya barusan.

Bara masih terdiam, bahkan hingga Gaby menghilang dari pandangannya. Ia menundukkan tubuhnya perlahan, memeluk helm yang ia letakkan di atas tangki motor.

"Aaaa Gaby romantis bangetttt!!" teriaknya dengan suara tertahan.

"Ga kuatt!! Gemes bangett, Bundaa."

Bara menegakkan badannya dan mengepalkan tangan kanannya ke udara.

"Ayok pulang! Kita harus kasih tau Bunda sama Ayah!!" teriaknya penuh semangat.

Bara memakai helmnya dan mulai menjalankan motornya, meninggalkan area rumah Gaby.

Mobil yang sedari tadi berada di belakang motor Bara akhirnya bergerak maju. Pengemudi di dalamnya sedari tadi menunggu kepergian lelaki itu. Sebab motor Bara berada tepat di depan gerbang.

"Iyik piling! Kiti hiris kisih tii Bindi simi Iyih!! Badan doang LAKIK. Sifatnya bocah lima tahun."

Pria itu menggeleng heran. "Mimpi apa saya bakal punya menantu kayak dia."

TBC

holaa!! masi ada yg blm tidur?

maaf ya beberapa hari ini ga up. kemaren aku ga enak badan bestii, jadi ya begitu dech. gabisa up duluu

kalo part ini agak aneh maapin ya sayang yaa. maklum sudah malam, gueh juga kek ngantuk2 gitohh😁

btw, gue kepikiran nich. kalian panggil aku 'monmon' aja gimnaa??? bagus lochh😽

gada author lain yg dipanggil 'monmon' kan? kalo ada kasi tau ya. entar gue bikin panggilan baru😉

jadi kalian brenti panggil aku 'thor'😭😭 gue bukan thor yang pegang palu😭

jangan lupa vote ya sayang yaa😚💓

#kecupmanjah
#kecupmanjah
#kecupmanjah

tertanda, calon istri chimon
—ara


Continue Reading

You'll Also Like

957K 24.9K 57
Bumi dan Bulan adalah dua insan berbeda kelamin yang memiliki kemiripan paras, namun tingkah yang saling berlawanan. Orang bilang kemiripan wajah ada...
3.7M 318K 51
"Apa kau menyukai boneka?" "Yah, aku sangat menyukai boneka. Boneka itu cantik, aku saja ingin menjadi boneka." Anak laki-laki yang usianya genap sep...
724K 60.2K 75
"FROZEN! GUE BAKAL JADI PACAR, BAHKAN SUAMI LO, LIAT AJA NANTI!" GENRE : FIKSI REMAJA Teejay Albert Kalandra, seorang Fakboi kelas kakap yang mempu...
254K 11.3K 43
"tapi aku sebelumnya belum pernah pacaran,jadi aku gatau gimana caranya"ungkap hira apa adanya "lo pikir pacaran itu ujian praktek, lagian jalanin du...