Better Better; haruto

By exidied

9.9K 899 134

Bisa gak sih, gantengnya Hansel dikurangin? Kalo rasa ngefans ini jadi perasaan suka, emang dia mau tanggung... More

- Better Better -
- cast -
1) Kamis, 24 Oktober 2019
2) Demi Dia
3) Three Point dari Marcel
4) Menyesal
5) Firasat Baik
6) Satu Setengah Meter
7) Selesai
8) Tahun Terakhir
9) Hanya Bonus
10) Fun Fact
11) Rahasia Kelas
12) Tisam
13) Because of Him
14) Talented
15) Hadiah Valentine
16) Confusion
17) Empty
18) No More Time
19) Sticky Notes
20) Newest News
21) Let It Flow
22) New Page
23) Comeback
24) Perkara 500 Ribu
25) Miracle
26) Pamer
27) Basket
29) Bimbang
30) The First Time (END)

28) Basket Player

67 5 14
By exidied

Suara suporter terdengar, beradu dengan suara peluit yang nyaring. Locker room yang bersuhu rendah diisi tak lebih dari 20 orang. Terdapat pelatih, asisten pelatih, manager, dan tentunya pemain basket yang siap bertanding. Berbagai aktivitas dilakukan seperti pemanasan, bermain ponsel, mengobrol, memberi arahan, dan ada juga yang berpose memamerkan otot di depan cermin. Barang-barang terlihat berantakan, kecuali barang berharga seperti ponsel dan dompet yang sebagian sudah dimasukan ke dalam storage box untuk menghindari kejadian yang tak diinginkan.

Sang kapten bernomor punggung 21, memilih untuk bermain ponsel, melihat linimasa di sosial media guna mengurangi ketegangan yang ia rasakan sebelum bertanding. Kali ini, ia dan timnya akan bertanding melawan SMA 101, lagi. Tahun lalu, tim basket SMAKTA menang melawan SMA 101. Namun, tahun ini akan banyak wajah baru yang masih belum diketahui bagaimana kekuatannya, berhubung tim SMAKTA belum sempat sparing dengan SMA 101. Pemuda yang kerap dipanggil Hansel itu tentu tidak bisa meremehkan lawan. Bisa saja lawan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

Tak lama, ia meregangkan otot, berharap pikirannya juga ikut segar. Ia tidak boleh ragu dengan timnya. Hansel yakin, latihannya selama ini tidak sia-sia walau pernah ada masa ketika latihan menjadi jarang dilakukan karena pembatasan sosial. Ia yakin, tim basket tahun ini memiliki kerja sama yang baik. Menjadi anggota dari tim Broflakes, pernah menjabat sebagai kapten basket SMAKTA tahun lalu, dan sekarang merupakan kapten dari tim yang maju ke sebuah pertandingan, tentu pemuda itu paham bagaimana mengatur kerja sebuah tim. Jangan lupakan gelar MVP yang ia bawa 2 tahun lalu di danceandbasketleague, yang pada saat itu ia masih kelas 10. Dalam 2 tahun ini, harusnya ia berkembang. Hansel berharap, usaha latihannya selama 2 tahun ini tidak sia-sia.

Suara ketukan pintu terdengar, disusul seorang wanita pertengahan dua puluhan dengan cocard dan ht di tangannya, menandakan bahwa wanita tersebut adalah bagian dari pihak acara. "Permisi, yuk silakan baris, siap-siap masuk lapangan."

Suasana menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Debaran jantung Hansel tidak bisa dipungkiri lagi, berdetak lebih cepat dari biasanya. Pemain basket pun bersiap-siap, kemudian menyimpan barang yang tidak diperlukan di lapangan, lalu meregangkan otot. Tak lupa, sang pelatih memberi arahan dan juga semangat.

Mereka keluar dari locker room menuju sebuah lorong yang menghubungkan langsung ke arah lapangan. Di lorong tersebut, sudah terdapat tim dance SMAKTA yang berbaris di sebelah kiri lengkap dengan properti dance.

"Kapten di belakang," suara Justin terdengar ketika Hansel tanpa sadar terus berjalan.

"Eh iya sorry."

Dari yang terdengar suara MC, pertandingan sebelumnya masih berada di kuarter 4 yang sudah berjalan selama 6 menit. Mungkin masih tersisa 15 menit lagi sebelum SMAKTA memasuki lapangan.

"Pemanasan dulu yuk." Hansel bertepuk tangan untuk meminta atensi dari tim basketnya.

Menit selanjutnya, tim basket SMAKTA sudah sibuk berlari bolak-balik dari ujung lorong ke lorong lain untuk melatih otot kaki. 10 menit kemudian, mereka berhenti pemanasan dan dilanjut untuk berdoa bersama tim dance. Momen yang cukup mendebarkan bagi mereka.

Menit demi menit berlalu, hingga panitia acara memberi petunjuk bahwa sebentar lagi mereka akan memasuki lapangan. Suara MC pun terdengar memanggil, "INI DIA, KITA PANGGILKAN, SMA BAKTI BANGSA!"

Pemain basket berlari satu per satu, disusul pelatih, tim medis, dan tim dance. Sorakan dari siswa SMAKTA menggema, membuat atensi orang-orang menuju ke lautan siswa berkaos hitam. Suara dari suporter adalah salah satu suara yang Hansel suka, ia yakin teman satu timnya juga menyukainya. Sorakan yang dapat membangun semangatnya, sekalipun berada di bawah tekanan tim lawan. Kedua netra Hansel meneliti tribun, berusaha menangkap momen-momen yang sepertinya tidak lagi ia dapatkan kembali.

Permainan dimulai. Hansel bermain di kuarter satu, kemudian berganti pemain saat akan memasuki kuarter dua. Pemuda itu duduk di kursi yang disediakan, kemudian mengusap leher dan lengan dengan kain untuk mengelap keringat. Ternyata, tidak sesulit yang ia kira. Hansel cukup yakin pertandingan kali ini akan membawa kemenangan.

Kedua netra pemuda itu iseng menatap tribun dan tak sengaja menangkap beberapa orang yang tak asing lagi. Merupakan 4 orang perempuan yang dulunya adalah kakak kelasnya. Salah seorang gadis dengan rambut sebahu lebih sedikit yang dicat ungu gelap berhasil menarik perhatiannya. Ia adalah Ayna, teman dari Marcel yang tempo lalu ceroboh dalam memasukan nominal uang lebih untuk didonasikan ke tim basket. Kedua netra gadis itu menatap lekat-lekat ke mana bola basket terus berpindah tangan. Wajahnya tampak lebih dewasa dibanding terakhir kali pemuda itu melihatnya walaupun kesan imut karena pipinya yang chubby masih melekat kuat.

Cantik, sebuah kata yang terlintas di pikiran pemuda bernomor punggung 21. Warna baru rambutnya tampak cocok, belum lagi jepit rambut yang menjepit sebagian rambutnya di bagian kanan membuat Ayna terkesan lebih feminim.

Tidak ada yang spesial dari pujian tersebut. Semua orang bebas memuji, kan?

Dulu, Hansel cukup sering melihat keberadaan Ayna dan Wina, berhubung kedua gadis itu berteman dekat dengan Marcel. Wina cukup terkenal karena keramahannya, tak heran jika Hansel mengetahuinya sejak lama. Sedangkan, Hansel baru tahu Ayna setelah beberapa kali melihatnya di dekat Marcel tiap Hansel hendak menyapa kakak kelasnya itu. Salah satunya adalah, ketika Hansel dimintai tolong untuk mengambil foto Marcel dengan teman-temannya setelah selesai pertandingan 2 tahun lalu.

Senyum kecil terpatri di wajah pemuda yang sedang bersender di kursi karena mengingat kecerobohan Ayna tempo lalu, ketika Ayna salah menulis nominal dalam donasi untuk basket. Gadis itu mengatakan bahwa Hansel cukup mengembalikan 400 ribu saja. Dapat ia simpulkan bahwa niat Ayna hanya ingin mengirik 100 ribu yang kemudian entah bagaimana, justru 500 ribu yang berhasil ditransfer. Angka 1 dan 5 cukup jauh jaraknya di papan ketik, bagaimana bisa gadis itu salah memasukan angka? Aneh, tapi lucu.

Sebenarnya, ada sebuah pikiran yang mengganjal bagi pemuda tersebut mengenai Ayna. Sering menjadi pusat perhatian karena visualnya, menjadikan Hansel tahu tentang gerak-gerik orang yang menyukainya, entah itu melirik diam-diam, atau bahkan salah tingkah. Tak jarang beberapa gadis memberikannya sebuah hadiah atau menyatakan rasa suka, meskipun mereka tahu bahwa Hansel sudah memiliki seorang kekasih, pada saat itu.

Saat melihat Ayna, entah kenapa Hansel berpikiran bahwa gadis itu merasa salah tingkah ketika Hansel berada di dekatnya untuk menyapa Marcel yang sering bersama Ayna. Terlihat dari netra sang gadis yang tampak mengalihkan pandangan ke mana pun asalkan tidak menatapnya. Tapi pemuda itu tidak yakin sepenuhnya, karena terkadang Ayna pun sama sekali tidak menoleh ke arahnya di saat gadis-gadis yang bahkan berjarak jauh darinya, akan menatap secara intens. Entah karena mungkin gadis itu salah tingkah atau karena perasaan benci tak berdasar yang kerap kali muncul tanpa sebab. Namun, Hansel tahu bahwa Ayna memperhatikannya ketika ia sedang bermain basket di lapangan di jam pulang sekolah. Mungkin, Ayna menyukainya sama seperti gadis lain, mungkin juga tidak. Entahlah, Hansel masa bodoh dengan hal tersebut.

Atau mungkin, justru Ayna hanya menyukai bakat Hansel dalam hal basket hingga membuatnya hanya menatap Hansel ketika dalam aksi olahraga. Terserah mau ada berapa kemungkinan, yang pasti ia bersyukur jika Ayna menunjukan sikap yang membuat Hansel nyaman. Ada beberapa siswa yang secara terang-terangan mengagumi Hansel, dengan sorakan pujian, atau tatapan yang intensif. Bukannya Hansel membenci mereka—sungguh—rasanya Hansel ingin meminta maaf karena sejujurnya hal yang dilakukan mereka membuat Hansel risih. Ia juga ingin menjalani hidup seperti orang biasa, tanpa menjadi atensi publik. Mungkin ini konsekuensi yang ia dapatkan dengan wajah yang rupawan, menunjukan bahwa semua hal akan ada kelebihan dan kekurangannya.

"Sel," panggil Justin yang kini duduk setelah bertukar pemain. Tangannya terulur untuk membuka botol minuman kemudian menegak isinya.

Hansel menoleh, menaikan dagu untuk menyuruh Justin melanjutkan perkataannya.

"Kapan lo masuk?"

"Kuarter 4 kayaknya," jawab Hansel ragu-ragu, ia masih harus berdiskusi dengan pelatih kapan waktu terbaik ia kembali masuk ke lapangan. Hansel juga ingin semua pemain unjuk bakat dan memiliki pengalaman terbaik di lapangan.

Justin menganggukan kepala sebagai respon, kemudian mengarahkan atensinya ke bola yang kini berhasil digiring oleh SMAKTA. Sedangkan Hansel meluruskan kaki dengan punggung yang menyender kursi, terlihat santai untuk orang yang sedang bertanding. Ia sengaja menyimpan energinya untuk kuarter terakhir, bersiap untuk menunjukan perkembangannya dalam basket 2 tahun terakhir. Tahun ini, menjadi pertandingan terakhir baginya bagi siswa menengah. Membuatnya berjanji pada dirinya sendiri untuk memberikan yang terbaik hingga titik penghabisan.

bentar lagi selesai hihihihi

Continue Reading

You'll Also Like

44.6K 8.1K 25
❝jadi hari ini lo dapet bunga apalagi dari kak hyunjin?❞
27.7K 2.6K 68
Kumpulan haluan sama member treasure.
3.5K 196 6
Jeon Jungkook dan Hwang Eunbi adalah sepasang suami istri namun entah angin darimana yang membuat retaknya rumah tangga mereka