'๐’๐†๐†' ๐€๐ฆ๐›๐ข๐ญ๐ข๐จ๐ฎ๐ฌ ๏ฟฝ...

By Taratataaa__

19.5K 2.4K 117

Kelas istimewa-kelas yang hanya akan dihuni oleh anak-anak peringkat paralel. Peringkat satu sampai dengan li... More

Prelude
Optis
โ€ข1โ€ข Apofisis
โ€ข2โ€ข Bakteri Aerob
โ€ข3โ€ข Coulomb
โ€ข4โ€ข Dinasti
โ€ข5โ€ข Empiris
โ€ข6โ€ข Fosfat
โ€ข7โ€ข Gastrodermis
โ€ข8โ€ข Hafnium
โ€ข9โ€ข Inersia
โ€ข10โ€ข Jarak
โ€ข11โ€ข Kingdom
โ€ข12โ€ข Lesbianisme
โ€ข13โ€ข Massa Jenis
โ€ข14โ€ข Neuron
โ€ข15โ€ข Oogenesis
โ€ข16โ€ข Proton
โ€ข17โ€ข Quasar
โ€ข18โ€ข Ragam Beku (Frozen)
โ€ข19โ€ข Silikon
โ€ข20โ€ข Titanium
โ€ข21โ€ข Uterus
โ€ข22โ€ข Vassal
โ€ข23โ€ข W-Virginis
โ€ข24โ€ข Xilem
โ€ข25โ€ข Yupa
โ€ข26โ€ข Zeolit
โ€ข27โ€ข Zigospora
โ€ข28โ€ข Yerkes
โ€ข29โ€ข Xenon
โ€ข30โ€ข Waisya
โ€ข31โ€ข Volcano
โ€ข32โ€ข Uranium
โ€ข33โ€ข Tabulasi
โ€ข34โ€ข Saham
โ€ข35โ€ข Radula
โ€ข36โ€ข Quarry
โ€ข37โ€ข Petrokimia
โ€ข38โ€ข Oksidator
โ€ข39โ€ข Niobium
โ€ข40โ€ข Musci
โ€ข41โ€ข Labelling
โ€ข42โ€ข Katabatic
โ€ข44โ€ข Iridium
โ€ข45โ€ข Heuristik
โ€ข46โ€ข Germanium
โ€ข47โ€ข Flagela
โ€ข48โ€ข Ekspansi
โ€ข49โ€ข Deklinasi
โ€ข50โ€ข Candu
โ€ข51โ€ข Bromin
โ€ข52โ€ข Ampere
Nawoord
Extra Caput 1
Ekstra Caput 2

โ€ข43โ€ข Joule

198 29 0
By Taratataaa__

Jika hatimu merasakan banyak rasa sakit, maka belajarlah dari rasa sakit itu untuk tidak memberikan rasa sakit kepada orang lain.

👑

Joule (simbol J) adalah satuan SI untuk energi dengan basis unit kg.m2/s2. Nama joule diambil dari penemunya James Prescott Joule (1818–1889)(1818–1889). Joule disimbolkan dengan huruf J.

👑

"Dia kakak kamu, Gizca, Sekala juga kakak kamu. Dan Zaldelia, dia kakak ipar kamu. Tuan Fengying itu ayah kandung kamu. Dia ayah yang telah menelantarkan kamu selama tujuh belas tahun kamu hidup," terang Lili memotong perkataan anaknya.

Bibir Dizcha bergetar pelan. Dia ini tipe perempuan yang sulit menangis. Tapi saat mengetahui fakta ini, entah kenapa membuat kedua matanya terasa panas.

"Dizcha, kamu anak bunda, sayang. Maaf sudah meninggalkan kamu yang masih bayi saat itu. Maaf ...."

Bagaikan disambar petir, dua gadis itu tubuhnya melemas. Air matanya perlahan menetes secara bersamaan.

Sekala yang tadinya hanya bertahan di ambang pintu, tidak berani melangkah mendekat, kini memberanikan diri untuk mendekat.

Laki-laki itu berdiri tepat di samping Lili. Tangannya sedikit mengepal.

" qīn tidak pernah menelantarkan Gizca asal qīn tau! Selama ini dia nyari keberadaan qīn sama adik aku yang satu itu. Dia mau memperbaiki semuanya. Tapi, saat kalian bertemu, justru qīn sudah menikah lagi. qīn tau enggak, kalau qīn hancur liat qīn dipeluk mesra pinggangnya sama Om Feri?! qīn masih berharap keluarga kita bisa utuh seperti dulu!"

Sekala kalap. Dia tidak terima jika ada yang mengatakan ayahnya telah menelantarkan salah satu adiknya, Gizca.

Dia tahu perjuangan ayahnya untuk mencari keberadaan sang mantan istri dan anaknya. Sekala tahu ayahnya masih menginginkan keluarganya bisa kembali seperti dulu.

Lili menunduk dalam. Cara pandangannya berbeda dengan cara pandangan Sekala. Baginya, Fengying itu telah menelantarkan Gizca. Setelah mereka berpisah, mereka tidak pernah lagi bertemu. Ini membuatnya berpikir kalau Fengying benar-benar menelantarkan putrinya.

"Bahkan di sini qīn yang pergi gitu aja ninggalin semuanya! Ninggalin aku, ninggalin qīn, dan lebih parahnya ninggalin Dizcha yang masih bayi! Di mana hati qīn sebagai seorang ibu? Di mana? Kalau iya qīn enggak mau bawa aku pergi, seenggaknya qīn bawa Dizcha pergi ... dia masih bayi, dia lebih butuh qīn ketimbang aku. Apa qīn tau, sejak qīn pergi, qīn fokus menjaga dan merawat Dizcha sampai seringkali dia melupakan kalau aku masih hidup di rumah itu!"

Bentakan dari putranya membuat Lili menutup telinganya. Sekarang ia berpikir, apa dulu ia terlalu egois? Apa ia terlalu memikirkan dirinya sendiri tanpa pernah memikirkan Sekala dan Dizcha yang masih membutuhkan pelukan hangatnya?

"Enggak mungkin," gumam Gizca pelan.

Gadis itu masih ingin menyangkal semuanya. Tapi, ia bingung harus dengan cara apa.

Gizca dan Dizcha saling menatap satu sama lain. Kita saudara? Dua kata itu seolah sama-sama terucap di dalam hati mereka. Menanyakan status mereka yang sebenarnya.

Setelahnya mereka menggeleng bersamaan. Gak mungkin kita saudara, lagi, itu terucap bersamaan lagi di dalam hati mereka.

"Gue gak mau." Dizcha mengatakan itu hanya lewat gerakan bibirnya. Suaranya tidak terdengar oleh siapa pun.

Aina melirik Aira yang sedang bersedekap dada. Seharian ini adiknya itu terlihat aneh. Apalagi saat mengetahui fakta ini. Dari mimik wajahnya tidak terlihat kalau dia terkejut.

Aina justru berpikir kalau ini yang dimaksud Aira saat di chat. Apa mungkin Aira ingin memperlambat semuanya?

Dia menarik dan membawa Aira keluar dari rumah itu. Mereka duduk di kursi taman yang posisinya sedikit jauh dari pintu rumah.

"Lo udah tau semua ini, 'kan?" tanya Aina.

"Hm."

"Jadi, ini yang lo maksud di chat tadi?" tanya Aina lagi.

"Hm."

Aina berdecak. Benar dugaannya.

"Kenapa lo gak bilang ke gue, Ra?"

"Lo bodoh," cetus Aira sedikit tidak nyambung dengan pertanyaan Aina.

Aina mengusap kasar wajahnya. Ia memukul-mukul kepalanya sendiri, merutuki dirinya yang ternyata memang bodoh, benar seperti kata Aira barusan.

"Lo terlalu bodoh buat peka sama apa yang terjadi sebenarnya di lingkungan sekitar lo," sambung Aira.

Aira berdiri dan sedikit melangkah menjauh dari posisi Aina duduk. Bunga wattle emas di hadapannya mekar sempurna, indah.

Keindahan di depan matanya sangat kontras dengan suasana saat ini yang buruk.

"Lo tau sejak kapan?" tanya Aina mendongak.

"Bukan urusan lo."

Dari dalam masih terdengar keributan. Sesekali terdengar suara Gizca dan Dizcha saling bersahutan. Membantah apa yang baru saja mereka ketahui.

👑

Dizcha memposisikan dirinya menjadi tengkurap. Wajahnya yang sembab ia sembunyikan di bantal serta guling.

Isak tangisnya masih berhasil lolos. Ia masih tidak mempercayai ini.

Ponsel yang berdenting dan sesekali berdering tidak ia hiraukan. Membiarkan ponselnya tergeletak begitu saja di atas nakas.

Ketukan pintu kamarnya tidak membuatnya bangkit. Dizcha hanya mengelap air yang masih berani membasahi pipinya lalu meraih ponsel di nakas.

Pintu kamarnya tidak dikunci, pasti orang itu akan masuk ke kamar sebentar lagi.

Dizcha pura-pura fokus dengan ponselnya. Sebenarnya wajah sembab serta merahnya bisa sebagai bukti kalau ia tengah berpura-pura. Tapi, semoga saja orang itu tidak menyadarinya.

Ia memilih untuk melihat dan mengetahui siapa pelaku ponselnya yang sedaritadi berbunyi tanpa henti.

Itu pesan sejak dua jam yang lalu. Jantungnya berdebar sangat kencang. Alvarez mengatakan kalau lima belas menit dia tidak menjawabnya, maka laki-laki itu akan menemuinya di sini.

Dizcha melihat kalender di ponsel. Ini tanggalnya Alvarez harus berangkat ke Chicago. Tidak! Alvarez tidak boleh datang ke sini.

Rentetan notifikasi telepon juga ternyata dari Alvarez. Ia takut.

Berpikir beberapa saat lalu memilih untuk menghubungi Alvarez melalui telepon. Ia harus mencegah Alvarez untuk datang ke sini.

Tidak lama, Alvarez mengangkat teleponnya. Dizcha lega, sedikit.

"Lo ja–jangan ke si–sini, Rez," ujar Dizcha membuka pembicaraan.

Sudah tidak terdengar lagi pintu kamarnya yang diketuk membuat Dizcha lega.

"Gue mohon, Rez ... lo harus berangkat ke Chicago, 'kan? Please don't meet me here," mohon Dizcha. Suaranya masih terdengar sedikit bergetar. Mungkin akan menimbulkan kecurigaan bagi Alvarez.

Selain Alvarez yang harus berangkat ke Chicago, Dizcha juga tidak mau kalau Alvarez harus tahu keadaannya saat ini. Ia tidak mau Alvarez mengetahui apa yang terjadi di sini tadi.

"Have you been crying? Suara lo beda, Dizcha, lebih serak dari biasanya."

And see, laki-laki itu terlalu peka dengan apa yang dilakukannya tadi hanya dari suaranya yang lebih serak dari biasanya.

"Gue harus pastiin lo baik-baik aja, Dizcha. Gue harus ke sana." Alvarez tetap kukuh ingin menemuinya.

"No, you don't have to come here to see me. I'm fine. Calm down okay? Everything will still be fine. I can handle this," tolak Dizcha sekaligus memberikan penjelasan. "Lo tenang aja. Lo juga gak perlu dateng ke sini, Rez. Situasinya gak memungkinkan."

"Gak memungkinkan apanya? Lo pasti lagi gak baik-baik aja, Dizcha, gue yakin itu. Gue ini calon tunangan lo, gue harus ke sana."

Dizcha berdecak kesal. Kenapa juga Alvarez harus mengungkit soal status keduanya? Dizcha membenci itu.

"Ada yang lebih penting dari gue, Rez, olimpiade lo. Ini bukan cuma soal nama lo, tapi juga nama sekolah sama nama negara. Please don't be selfish, hidup lo bukan cuma tentang gue, Rez," kata Dizcha.

"Alright, I'll do what you want! Gue bakal berangkat ke Chicago dan enggak akan nemuin lo di Sydney. Semuanya terserah lo, gue ngikut lo. Selama gue di Chicago, jangan pernah hubungi gue. Bersikaplah seolah-olah kita gak ada hubungan apa-apa. Ngerti?" tanya Alvarez memutuskan.

"Nge–ngerti. Ta–tapi, apa sampai segitunya?" tanya Dizcha.

"Ya ... itu 'kan kemauan gue. Gue udah nurutin kemauan lo buat gak nyamperin lo di Sydney. Sekarang, lo juga harus nurutin kemauan gue buat gak hubungi gue selama gue di Chicago. Impas, 'kan? Ini udah yang paling adil, Dizcha," balas Alvarez.

👑

Nevan mendekap adiknya dari samping. Gizca masih membiarkan air itu lolos membasahi pipinya. Padahal sudah berulang kali ia menghapus jejak air mata itu.

Gizca menyandarkan kepalanya ke bahu Nevan. Dia mengusap kasar pipinya yang basah.

"Bunda nutupin semuanya terlalu rapi, Van," ucap Gizca pelan.

Nevan mengusap puncak kepala Gizca. Sesekali memberikan kecupan singkat di surai hitam itu. Wangi rambutnya masih wangi kesukaannya.

"Lo kecewa?" tanya Nevan.

Gizca mengangguk pelan. Hari ini benar-benar mengecewakan untuknya.

Niat liburan di Sydney bersama sang sahabat, Dizcha, justru hancur. Gizca tidak pernah membayangkan kalau liburannya akan gagal karena kenyataan yang tidak pernah diketahuinya ini.

"Lo boleh kecewa, tapi jangan sesekali lo ngebenci tante Lili. Dia masih bunda lo. Lo gak boleh durhaka sama dia," balas Nevan.

"Gue takut. Gue takut, Nevan. Gue takut setelah ini persahabatan gue hancur. Gue takut hubungan gue sama bunda bakalan renggang. Gue gak mau itu terjadi dalam hidup gue. Gue terlalu sayang sama semuanya. Sama bunda, sama Dizcha, sama Aina, sama Aira. Semuanya! Gue takut kehilangan salah satunya, Nevan," lirih Gizca.

"Lo enggak akan pernah kehilangan mereka. Mereka semua bakalan selalu ada untuk lo, terutama tante Lili, dia enggak akan ninggalin lo. Sampai kapan pun, tante Lili bakalan jadi ibu terbaik dalam hidup lo. Dan sekarang mungkin dalam hidupnya Dizcha dan juga Kak Sekala," balas Nevan mencoba memberikan pengertian.

"Gu–gue gak mau kasih sayang bunda sampai harus terbagi-bagi buat Dizcha sama Kak Sekala, Van," cicit Gizca.

Ini juga salah satu ketakutan yang Gizca rasakan. Gadis itu tidak mau kalau sampai bundanya terlalu memperhatikan Dizcha dan Sekala karena berpikir selama ini ia sudah lebih sering bersama dengan sang bunda.

Nevan kembali memberikan kecupan singkat di puncak kepala Gizca. Pelukannya semakin hangat. Ia tahu saat ini Gizca lebih membutuhkan pelukan.

"Selama ini 'kan lo udah berbagi bunda sama gue. Ngapain lo harus takut, hm?" tanya Nevan.

"Beda, Van. Ini jelas, Dizcha sama Kak Sekala itu anak kandungnya bunda yang udah lama enggak ketemu. Gue takut bunda lebih perhatian sama mereka berdua daripada sama gue. Gue takut kalau bunda berpikiran mereka berdua lebih butuhin bunda daripada gue karena sejak kecil mereka tumbuh tanpa kasih sayang dari bunda. Gue takut, Van ...."

Sedari kecil, Gizca terbiasa sebagai anak tunggal. Seluruh kasih sayang dan perhatian Lili hanya tertuju padanya. Tidak pernah dibagi-bagi kepada siapa pun.

Dan sekarang, saat Gizca tahu ternyata Lili memiliki anak yang lain selain dirinya, Gizca takut kasih sayang dan perhatian Lili akan terbagi.

Terlebih sahabatnya sendiri itu termasuk salah satu anak dari bundanya.

Seharusnya Gizca memang tidak perlu berpikiran seperti ini. Seharusnya. Gizca tidak akan berpikir seperti ini jika ia mengetahui fakta ini sejak dulu, sejak ia masih kecil. Jika perlu, dulu keluarganya tidak perlu hancur seperti ini.

Untuk kesekian kalinya, Gizca menyesal telah merestui pernikahan bundanya dengan om Feri. Namun, dengan alasan yang berbeda.

Biasanya Gizca menyesali itu dengan alasan ia tidak bisa bersama dengan Nevan. Sekarang, ia menyesali ini karena jika saja bundanya belum menikah lagi, mungkin saja keluarganya masih bisa utuh kembali seperti dulu.

"Kalau lo berpikir lebih panjang lagi, mungkin pikiran ini enggak akan ada, Gizca. Semua orang tua, mau sebanyak apa pun anaknya, dia bakalan menyayangi anak-anaknya sama rata. Lo mungkin pernah denger soal pilih kasih, sebenernya itu gak pernah ada. Cara orang tua menyayangi setiap anak-anaknya itu berbeda-beda. Orang tua itu berusaha memahami karakter anaknya bagaimana, baru dia, sebagai orang tua menyesuaikan diri dengan anaknya. Biar hubungan mereka juga tetap baik-baik aja," jelas Nevan.

"Yang jadi masalah itu ... bunda belum tau karakter Dizcha dan Kak Sekala yang sebenarnya. Pasti dia bakalan mencoba cari tau lebih dalam karakter mereka. Mencoba untuk lebih dekat sama mereka. Yang mungkin aja gue bakalan iri waktu bunda ngasih perhatian lebih ke mereka padahal niatnya cuma buat cari tau karakter mereka yang sebenarnya."

Nevan kembali memberikan usapan pelan di rambut Gizca. Dia sangat mengerti dengan yang tengah dirasakan oleh Gizca saat ini.

Walau pun Nevan ini seorang anak tunggal, dia mengerti bagaimana perasaan Gizca yang baru mengetahui kalau dirinya memiliki dua orang kakak.

"Nah itu! Lo juga harus ikut cari tau karakter mereka yang sebenarnya. Lo harus mendekatkan diri sama mereka. Lo harus memposisikan diri lo sebagai adik dari mereka. Lo harus anggap mereka sebagai kakak lo, sama kayak lo anggap gue sebagai kakak tiri lo. Kalau lo ngelakuin itu semua, lo pasti gak akan berpikir kalau tante Lili pilih kasih sama lo waktu tante Lili kasih perhatian lebih ke Dizcha atau Kak Sekala. Gue yakin, lo akan berpikir, kalau ternyata posisi lo sama mereka berdua itu sama. Kalian sama-sama anaknya."

"Dan ternyata, nanti justru lo yang akan berpikir kalau mereka berdua lebih butuh perhatian lebih dari tante Lili untuk sekarang. Karena lo sendiri tau, mereka hidup dan tumbuh tanpa kasih sayang dari ibunya. Ya lo sendiri juga mungkin tau gimana kehidupan Dizcha waktu cuma hidup bertiga sama kakaknya dan ayahnya. Hidup dia beda jauh sama lo. Dia penuh tekanan. Sedangkan lo? Lo gak dapet tiga besar juga tante Lili gak masalahin itu, 'kan?" tanya Nevan melanjutkan.

"Bunda bukannya gak permasalahin soal peringkat gue yang gak masuk tiga besar, itu justru kemauan bunda. Bunda juga sama-sama nekan gue buat gak dapetin tiga besar. Kalau Dizcha dapet tekanan biar dapet tiga besar, sedangkan gue dapet tekanan biar gak dapet tiga besar. Kita beda seratus delapan puluh derajat, Van," sangkal Gizca.

"Nah, lo tau sendiri soal itu. Sekarang biarin Dizcha sedikit merasa lebih tenang ada di deket tante Lili. Gue yakin, selama ini, dia gak pernah tenang. Dia takut sama hasil yang mengecewakan. Dia takut sama ayahnya sendiri. Coba posisikan diri lo. Kalau lo jadi Dizcha, mungkin lo juga bakalan tertekan. Coba kalau waktu itu tante Lili gak memilih buat berpisah sama Tuan Fengying, lo bakalan bernasib sama kayak Dizcha. Dan bunda lo juga bakalan hancur karena sakit hati yang dia rasain."

"Dia nahan egonya sendiri. Dia bertahan sama rasa sakitnya cuma demi anak-anaknya. Tapi, apa lo tau? Seseorang bakalan terbunuh secara perlahan karena sakit hati. Bisa aja bunda lo depresi terus bunuh diri kalau terus bertahan sama rasa sakitnya. Sekarang lo perlu bersyukur karena tante Lili masih ada di hidup lo. Lo perlu bersyukur karena tante Lili lebih milih berpisah sama Tuan Fengying. Lo perlu mikirin perasaan tante Lili juga, Gizca."

👑


























AAAA TUH KAN! NEVAN TUH EMANG BAIK BANGET💘😍

FIX YA DIA PUNYA AKU!

POSITIF VIBES BANGET GAK SIE?🤭

TERBAIK DEH BANG NEVAN ITU WKWKWKW.

KALAU YANG MANGGIL BANG NEVAN ITU GIZCA, DIA BAKALAN NGERASA ASING YAK GES YAK😂

PENGIN LIAT GIZCA MANGGIL NEVAN ABANG LAGI GAK KAYAK WAKTU ITU? KALAU MAU, YUK TINGGALKAN VOTE DAN KOMENTAR DI CHAPTER INI😉🔨

Continue Reading

You'll Also Like

20K 991 27
Sinking with the Titanic, Rose ends up on a ship with the pirate Jack Sparrow and a sea goddess' diamond heart. When she tries to free the cursed Wil...
67.1K 2.7K 37
แด…ษชแด แด‡ส€ษขแด‡ษดแด›; แด›แด‡ษดแด…ษชษดษข แด›แด ส™แด‡ แด…ษช๊œฐ๊œฐแด‡ส€แด‡ษดแด› แดส€ แด…แด‡แด แด‡สŸแดแด˜ ษชษด แด…ษช๊œฐ๊œฐแด‡ส€แด‡ษดแด› แด…ษชส€แด‡แด„แด›ษชแดษด๊œฑ.
118K 1.3K 15
Sophie Foster and her friends are now level 6 at Foxfire, and decided to get their matchmaking scrolls. They're surprised by what they find on them...
2.5K 85 11
When opposite personalities loves their opposite personalities