LAST LOVE

Per Kimocchii

64.8K 3.4K 80

Kehidupan asmara Kai dan Kyungsoo setelah resmi berpacaran. Akankah mereka mampu menjalani kisah cinta mereka... Més

Chapter 1
CHAP 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chap 6
chap 7
chap 8
chap 9
chap 10
chap 11
chap 12
chap 13
chap 15
chap 16-end

chap 14

3.9K 192 5
Per Kimocchii

Kyungsoo merapikan penampilannya didepan cermin. Ia harus terlihat sempurna agar tak mempermalukan Kai. Rambutnya yang hitam panjang ia ikat menjadi satu dibagian belakang kepalanya. Make up natural selalu menghias wajahnya yang cantik. Dress mini ketat berwarna hitam yang dipadu dengan blazer berwarna hitam-emas menambah glamor penampilannya. Tak lupa sepatu heels berwarna hitam mengkilat terpasang dengan indah di kakinya. Sederhana tapi terlihat anggun dan mewah itulah kesan  pertama saat melihat Kyungsoo.

“Kai...Kau harus bergegas. Waktu kita tak banyak. Hari ini jadwalmu sangat padat” teriak Kyungsoo yang berada diruang santai kamar hotel mereka.

Kai tergesa-gesa keluar kamar tidur dengan mengenakan celana kain panjang berwarna hitam dan kemeja putih yang pas dibadannya. Rambutnya sudah disisir rapi keatas dengan belahan pinggir. Penampilannya saat ini jauh dari kata siap.

“Soo dimana kau....”

Ucapan Kai terhenti saat melihat Kyungsoo. Dengan gerakan slow motion Kyungsoo berbalik badan. Rambutnya yang hitam sedikit berterbangan saat Kyungsoo berbalik. Matanya yang mengedip membuat Kai berhenti bernafas. Langkah Kyungsoo tampak sexy dan menggoda. Setiap gerakan Kyungsoo membuatnya terpaku dan lemas. Ingin sekali Kai bertekuk lutut dihadapan Kyungsoo tapi itu akan menjatuhkan harga dirinya. Kai sama sekali tak berkedip melihat Kyungsoo dengan penampilan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Mulutnya sedikit menganga.

Kyungsoo mendekati Kai yang bengong ditempatnya dengan sebuah dasi ditangannya. Kyungsoo langsung memakaikan dasi dileher Kai. Kai masih diam dengan tampang bodohnya. Setelah Kyungsoo memakaikan dasi Kai, ia berjalan kedalam kamar untuk mengambil jas Kai.

“Rentangkan tanganmu”

Kai langsung merentangkan tangannya sesuai perintah Kyungsoo yang berada dibelakangnya. Kyungsoo mengenakan jas Kai lalu merapikannya dari depan. Kyungsoo sekali lagi merapikan dasi Kai. Sekarang Kai sudah siap. Kyungsoo mendongak menatap Kai yang sedari tadi memperhatikannya. Sentuhan lembut tangan Kyungsoo menyadarkan Kai dari fantasi-fantasi liarnya.

“Soo...kau...aku...itu...”

“Arra. Ja! Sekarang pakai sepatumu lalu kita kebawah untuk sarapan. Yang lain sudah menunggu” potong Kyungsoo.

Kai menurut. Kyungsoo mengambil beberapa dokumen yang perlu ia bawa dan tasnya yang sudah berada di ruang tamu kamar hotel mereka. Kyungsoo sibuk mengecek dokumen-dokumen yang akan ia bawa. Ia tak menyadari jika Kai berada dibelakangnya. Kai melingkarkan tangannya disekitar perut sekertaris pribadinya itu. Kyungsoo sedikit tersentak saat merasakan tangan menggerayangi perutnya. Ia tak protes karena tau jika Kai yang melakukannya.

“Kita harus segera berangkat, bujangnim. Jadwal anda sangat ketat hari ini. Saya harap anda dapat bekerja sama” ucap Kyungsoo saat menjauhkan dirinya dari pelukan Kai.

Kai mengangguk dan menampilkan wajah seriusnya. Kyungsoo membukakan pintu kamar dan mempersilahkan Kai untuk keluar terlebih dahulu.  Kyungsoo benar-benar bersikap profesional. Dia tak ingin mencampur adukkan pekerjaan dan masalah pribadinya. Kyungsoo dan Kai berjalan menuju lantai bawah dimana restoran berada. Jadwal pertama Kai adalah sarapan bersama dengan timnya dan beberapa petinggi hotel tempat mereka menginap.

.

.

.

Luhan dengan ceria melangkah memasuki perusahaan Sehun. Tangannya membawa bekal makan siang untuk Sehun. Baru kali ini ia menginjakkan kakinya dikantor Sehun. Sebelumnya ia tak mau pergi ke kantor Sehun dengan alasan cemburu dengan semua pekerjaan Sehun disana. Sehun juga tak pernah memaksa Luhan untuk mendatangi kantornya karena ia takut jika Luhan semakin marah bila ia acuhkan. Luhan menghampiri meja resepsionis dan tersenyum.

“Apakah Sehun ada diruangannya?” tanya Luhan.

“Maaf nona. Sajangnim tak bisa diganggu saat ini” jawab resepsionis.

“Aku hanya ingin bertemu dengannya, apa tak boleh?” tanya Luhan dengan wajah memelasnya.

“Untuk sekarang tidak bisa nona. Jika nona mau nona bisa membuat jadwal terlebih dahulu” tawar sang resepsionis.

“Kenapa aku harus membuat jadwal hanya untuk bertemu Sehun?!” kesal Luhan.

“Aturan disini seperti itu nona. Anda harus membuat jadwal terlebih dahulu untuk menemui sajangnim” balas resepsionis tak mau kalah. Luhan memberengut kesal. Ia merogoh ponselnya yang berada ditas dan memanggil seseorang.

“Sehunnie...Apa aku tak boleh menemuimu dikantormu sendiri?”

“Kau berada dikantorku, Lu?”

“Eoh. Tapi kata resepsionismu ini bilang jika kau sedang sibuk dan tak dapat diganggu” Luhan melirik resepsionis yang terlihat gugup.

“Aku akan kebawah. Tunggu aku”

Pip

Luhan bersedekap didepan meja resepsionis. Dirinya kesal mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan diawal pertama ia datang kesini. Dua yeoja yang menjadi resepsionis saling berbisik dengan memandang Luhan takut. Mereka tak menyangka jika Luhan akan menelepon sajangnim mereka langsung.

Tak berapa lama Sehun turun dan mendapati Luhan yang berdiri dengan wajah masamnya. Luhan pasti sangat sebal saat ini. Terlihat dari sikapnya yang hanya berdiam diri dan matanya yang menunjukkan akan menelan siapa saja yang berani mendekatinya. Sehun langsung mendekati yeojachingunya. Yeoja resepsionis yang melihat Sehun mendekat langsung membungkukkan badannya. Luhan langsung berwajah cerah melihat Sehun. Ia langsung memeluk Sehun. Sehun membalas pelukan Luhan tanpa memperdulikan tatapan kaget dari beberapa pegawainya yang tak sengaja melihat. Sehun melepas pelukan Luhan dan melihat Luhan dari atas kebawah.

“Ada apa kau kemari, Lu?” tanya Sehun.

“Aku membawakanmu bekal makan siang. Aku tau kau pasti akan melewatkan makan siangmu jadi aku membawakan bekal” ucap Luhan.

“Sebaiknya kita ke ruanganku saja” ajak Sehun. Luhan mengangguk dan merangkul lengan Sehun. Sehun menoleh kearah meja resepsionis.

“Kalian kembalilah bekerja. Maafkan kekasihku yang berlaku sedikit kasar” ucap Sehun dengan poker facenya. Kedua yeoja itu mengangguk mengerti. Sehun melangkah menuju ruangannya diikuti Luhan yang sedari tadi merangkul mesra lengan Sehun.

Beberapa pegawai sempat tercengang melihat perlakuan sajangnim mereka. Mereka tak pernah melihat Sehun berlaku manis dan lembut oleh seorang yeoja pun. Bahkan dengan klien yeoja, Sehun hanya bersikap biasa dan tetap menampilkan wajah poker facenya. Tapi kali ini berbeda. Ekspresi Sehun sedikit berubah dan perubahan itu sempat dilihat oleh beberapa pegawai yang berada dilobi.

.

.

.

Baekhyun dibawa paksa kesebuah salon langganannya oleh eommanya. Baekhyun tak bisa banyak protes karena ia langsung diseret untuk dirias. Baekhyun hanya bisa pasrah. Wajah dan rambutnya langsung didandani seapik mungkin. Sedangkan eommanya sudah pergi meninggalkannya. Beberapa bodyguard diperintahkan eommanya untuk menjaganya agar tak kabur dan memastikan ia sampai dirumah dengan selamat.

Baekhyun masih tak mengerti dengan apa yang akan terjadi dirumahnya. Dia menerka-nerka apa yang akan terjadi dirumahnya. Pesta penyambutan? Tapi siapa yang akan disambut? Tak ada keluarganya yang pergi jauh. Jamuan makan malam? Siapa yang datang? Presidenkah hingga eomma dan appanya sangat totalitas. Itu tak mungkin batin Baekhyun.

Larut dalam pemikirannya akan hal-hal yang belum pasti membuat Baekhyun tak menyadari jika riasannya sudah selesai. Baekhyun terkejut melihat riasannya. Dirinya tampak cantik dengan riasan yang menurutnya minimalis itu. Tak terlalu mencolok dan tak terlalu biasa. Riasannya seakan-akan mengubahnya menjadi seorang gadis polos dan pemalu. Sangat berbeda dengan karakternya selama ini. Salah seorang staff menyuruh Baekhyun untuk berganti pakaian.

Lagi-lagi Baekhyun dibuat tercengang dengan penampilannya. Ia yakin pasti eommanya yang memilih gaun yang ia kenakan. Baekhyun merasa aneh. Dirinya merasa seperti anak gadis yang sedang dipersiapkan untuk dinikahkan. Penampilannya amat sangat berbeda dengan sifatnya. Tak mencerminkan sama sekali. Baekhyun dibawa pulang kembali oleh para bodyguard utusan eommanya. Tiba-tiba saja jantungnya berpacu cepat.

.

.

.

Perlahan namun pasti Baekhyun memasuki rumahnya. Suara gelak tawa samar-samar ia dengar dari ruang keluarga rumahnya. Baekhyun merasa gugup melangkah masuk menuju ruang keluarga. Para maid memberi semangat kepada Baekhyun. Baekhyun mengambil nafas dan membuangnya secara perlahan didepan pintu. Saat pintu dibuka, gemerlap lampu menyapa indera penglihatannya. Ia berjalan gugup mendekati kedua orang tuanya. Ia tak dapat melihat dengan jelas siapa tamu yang sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya. Cahaya lampu yang bersinar terang membuatnya sedikit silau.

Baekhyun mendudukkan diri diantara kedua orang tuanya. Matanya mengerjab-ngerjab untuk membiasakan terangnya lampu. Semakin lama penglihatannya semakin jelas. Samar-samar ia dapat melihat sosok yang berada didepannya, duduk disebrangnya. Baekhyun terlalu fokus mengembalikan penglihatannya dan tak menghiraukan orang tuanya berbicara. Semakin jelas penglihatannya semakin jelas pula sosok yang ada didepannya. Matanya menangkap sosok yang sangat familiar. Orang yang beberapa hari ini ia hindari.

Baekhyun terpaku melihat Chanyeol duduk disebrangnya dengan kedua orangtua yang berada diantaranya. Chanyeol terlihat sangat tampan. Jas yang ia gunakan sangat membuatnya terlihat semakin memukau. Entah efek dari cahaya lampu atau memang Chanyeol terlihat sangat bersinar diruangan itu. Baekhyun tak berhenti menatap Chanyeol yang lebih dulu menatapnya.

Sedari Baekhyun masuk, Chanyeol sudah menatap Baekhyun kagum dan memuja. Baekhyun bak bidadari yang baru saja turun dari surga. Kecantikannya sangat terpancar malam ini. Inner beauty Baekhyun memancar diseluruh tubuh dan pikirannya. Otak cerdas Chanyeol tiba-tiba saja berhenti bekerja. Darahnya berdesir dan memompa dengan cepat hingga membuat jantungnya berdetak keras. Mata Baekhyun yang terkaget membuatnya semakin menghilangkan kewarasannya. Ingin rasanya ia memeluk gadis mungilnya itu.

Baekhyun mengerutkan keningnya. Bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang Chanyeol lakukan dirumahnya bersama kedua orang tuanya. Baekhyun menatap Chanyeol dengan pandangan bertanya. Tapi kelihatannya Chanyeol tak memperhatikan tatapan bertanya Baekhyun karena ia sibuk dengan dunianya sendiri akan fantasinya bersama Baekhyun. Lama Baekhyun menatap Chanyeol dan tak menemukan jawaban yang diinginkannya, akhirnya ia menatap eommanya. Eomma Baekhyun yang merasa ditatap oleh Baekhyun langsung tersenyum lebar kearah Baekhyun. Baekhyun semakin bingung dengan respon eommanya.

“Jadi kapan pernikahannya bisa dilaksanakan?”

Baekhyun menatap appanya. Baekhyun tak mengerti kenapa appanya berkata tentang pernikahan. Siapa yang akan menikah? batin Baekhyun bingung. Tunggu. Jika orang tua Chanyeol dan orang tuanya bertemu malam ini dengan kondisi formal dan rumahnya yang disulap menjadi megah berarti itu menyangkut dirinya dan Chanyeol. Dan jika appanya mengatakan tentang pernikahan berarti itu pernikahannya dengan Chanyeol. Otak cerdas Baekhyun mulai bekerja menghubungkan semua petunjuk-petunjuk yang ada. Baekhyun melebarkan matanya saat tau kemana arah pembicaraan dua keluarga ini.

“Tunggu! Apa yang appa bicarakan? Pernikahan? Siapa? Aku? Appa tak membicarakannya denganku dulu?” cerocos Baekhyun setelah kedatangannya.

“Buat apa aku membicarakan denganmu dulu. Appa yakin kau pasti mau. Apalagi Chanyeol sudah membuktikan kepada appa bahwa dia mampu menjadi suamimu” jawab appa Baekhyun.

“Bukti? Bukti apa? Apa yang kalian sembunyikan dibelakangku?” tanya Baekhyun yang masih bingung.

“Chanyeol harus meneruskan perusahaan appanya untuk membuktikan bahwa ia dapat menjadi lelaki yang bertanggungjawab atasmu. Dan kau lihat sendiri, sekarang dia berhasil” timpal appa Baekhyun. Baekhyun menatap tajam Chanyeol.

“Benar. Dia sangat berhasil dan juga berhasil membuatku terlihat bodoh saat ini. Hanya aku satu-satunya orang yang tak mengetahuinya” ketus Baekhyun lalu pergi meninggalkan ruangan itu. Chanyeol mengejar Baekhyun.

Baekhyun berlalu begitu saja melewati barisan maid rumahnya. Para maid terlihat sangat khawatir melihat nona mereka sedih. Baekhyun memasuki kamarnya. Hatinya kacau. Sangat kacau. Ia merasa senang sekaligus kecewa. Tapi Baekhyun harus menunjukkannya seperti apa. Haruskah ia berlari kembali dan mengatakan ia mau menikah dengan Chanyeol? Atau ia marah kepada Chanyeol dan tak akan menemui namja itu hingga hatinya siap? Tapi jika itu ia lakukan akankah semua masalahnya akan segera terselesaikan? Kyungsoo memintanya untuk mendengar penjelasan Chanyeol tapi ada sebagian hatinya yang menolak. Perang batin terjadi didalam diri Baekhyun.

“Baek”

Chanyeol masuk kedalam kamar Baekhyun. Baekhyun langsung berdiri dari duduknya diranjangnya. Chanyeol mendekati Baekhyun. Baekhyun menunduk tak ingin melihat wajah Chanyeol. Ia tak tahan tatapan memelas Chanyeol yang dapat meruntuhkan hatinya dan pendiriannya.

“Jangan mendekat!”

Chanyeol terus berjalan tanpa mendengarkan larangan Baekhyun. Baekhyun masih menunduk dan merentangkan tangannya kedepan guna menolak keberadaan Chanyeol. Chanyeol tak bergeming dan terus melanjutkan jalannya. Hatinya terasa perih melihat Baekhyun menolak kehadirannya. Dia meruntuki setiap tindakan yang ia lakukan. Ia sadar jika hal itu menyakitinya dan menyakiti Baekhyun.

Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun. Perlahan tapi pasti Chanyeol menggiring Baekhyun kedalam pelukannya. Tak ada tolakan dari Baekhyun. Ia letakkan tangan Baekhyun mengitari pinggangnya dan Chanyeol mendekap erat Baekhyun. Bisa Chanyeol rasakan pelukan Baekhyun semakin erat. Ia tersenyum.

“Dengarkan penjelasanku dulu, Baek. Tolong jangan dipotong”

“Setelah kita lulus, appa memintaku untuk mengurus perusahaannya. Aku menolak tentu saja. Tapi tawaran dari appamu yang membuatku tak bisa berbuat apa-apa. Appamu dan appaku memberikan kesepakatan. Jika aku mampu mengurus perusahaan appa dan mengembangkannya, aku dapat menikahimu. Tentu saja aku langsung menyetujuinya apalagi itu berhubungan denganmu. Aku akan menyesal seumur hidup jika aku tak bisa menikahimu. Aku berjuang dua tahun ini untuk memperjuangkan cinta kita Baek. Aku sengaja tak memberitahukannya padamu karena aku tau kalau kau akan marah pada appamu dan melakukan hal nekat. Aku tau persis seperti apa dirimu” Baekhyun mengeratkan pelukannya setelah mendengar penjelasan dari Chanyeol.

“Kau tau. Kau membuatku kelihatan bodoh didepan keluargamu. Pertama dihadapan Noonamu dulu dan sekarang didepan kedua orang tuamu. Aku membencimu, Park dobi!” lirih Baekhyun. Chanyeol tersenyum mendengar ucapan Baekhyun. Ia tau jika Baekhyun tak marah kepadanya.

“Aku juga mencintaimu, Baby Byun”

.

.

.

.

Kai sibuk meneliti setiap laporan dari perusahaannya yang berada di Jepang. Wajahnya terlihat serius. Mata tajamnya membaca kata demi kata dalam berkasnya. Wajahnya berkesan lebih dingin dan angkuh. Kyungsoo mengamati wajah tampan Kai. Kai terlihat sangat berkharisma saat serius mengerjakan kewajibannya. Kyungsoo suka Kai yang bertanggungjawab. Kharismanya terlihat sangat mencolok dan menguar diseluruh penjuru ruang.

Berbeda halnya dengan para manager diperusahaan itu. Mereka terlihat tegang dan gugup. Mereka tau reputasi Kai yang terkenal dingin dan kejam. Kesalahan sedikit saja akan membuat mereka dikubur hidup-hidup. Para manager terlihat berdoa supaya tak kena marah dari Kai.

“Aura disini menyeramkan sekali bukan?” Kyungsoo menoleh kekanan saat ada yang mengajaknya berbicara.

“Perkenalkan aku Ryuu. Watanabe Ryuu” ucap orang itu memperkenalkan dirinya dalam bahasa Jepang dan mengulurkan tangannya.

“Aku Kyungsoo, Do Kyungsoo” Kyungsoo menjabat tangan Ryuu.

“So...kau sekertaris dari Tuan Kai?”

“Ya. Bukankah anda penanggungjawab di perusahaan ini? Kenapa anda berada disini dan tak duduk bersama dengan para manager?”

“Itu tak perlu. Aku hanya mengawasi saja. Semakin banyak orang yang duduk dimeja itu maka auranya semakin menakutkan”

Kai melirik dari ekor matanya saat Kyungsoo berbicara dengan seseorang didekat pintu. Kai berusaha memfokuskan diri dengan berkas-berkasnya. Setelah lama bergelut dengan berkas-berkasnya Kai diam memperhatikan satu persatu manager yang duduk didepannya. Pandangan matanya seolah-olah ingin menguliti mereka satu persatu. Apalagi ada seseorang yang memperparah keadaan Kai. Kai bangkit membuat para manager menegang dan gugup. Kai beranjak mendekati Kyungsoo dan seorang namja yang dari tadi asik mengobrol. Para manager mengikuti arah langkah Kai. Mereka bingung, mereka pikir akan kena marah.

Kyungsoo dan Ryuu mendongak saat menemukan Kai sudah berada didepan mereka. Kyungsoo mengernyit heran. Ia melirik kearah manager yang terlihat seperti kebingungan lalu menatap Kai. Pandangan mata Kai tak lepas dari Ryuu. Kai dan Ryuu saling bertatap cukup lama. Bukan tatapan cinta tapi tatapan mengintimidasi. Kyungsoo takut jika Kai akan melakukan sesuatu kepada Ryuu. Ia sudah berharap-harap cemas.

“Tulis ulang laporannya. Masih ada beberapa hal yang salah dan serahkan kepadaku besok” ucap Kai dingin dan datar.

“Baik, Tuan Kai” balas Ryuu.

Kyungsoo bernafas lega mendengar penuturan Kai yang bukan berisi ancaman seperti yang ia kira. Kai mendekatkan wajahnya persis disamping wajah Ryuu membuat Kyungsoo menahan nafasnya.

“Jangan pernah dekati sekertarisku lagi. Atau kau akan terima akibatnya. Aku tak pernah main-main dengan omonganku” bisik Kai mengancam lalu menjauhkan wajahnya.

Kai menggenggam tangan Kyungsoo dan menyeretnya pergi dari ruangan itu. Kyungsoo yang tak tau apa-apa hanya dapat membungkuk kearah Ryuu dan para manager sambil diseret Kai.

Kyungsoo memberontak dari genggaman tangan Kai. Kai tak peduli dan semakin mengeratkan genggamannya. Kai menekan tombol lift dan menunggu pintu lift terbuka. Kai bergegas masuk saat pintu lift terbuka. Kai menyudutkan Kyungsoo didinding lift tanpa mempedulikan pintu lift sudah tertutup atau belum. Kedua tangan Kai mengukung tubuh Kyungsoo. Kai menatap dalam mata Kyungsoo. Kyungsoo membalas tatapan Kai. Lama berperang tatapan, akhirnya Kai meletakkan kepalanya dibahu Kyungsoo. Kyungsoo hanya diam dan tak melakukan apapun.

“Kau membuatku gila, Soo. Jangan pernah berdekatan dengan  namja lain” lirih Kai.

“Kau tak percaya padaku?” cicit Kyungsoo sedih. Kai menegakkan kepalanya dan menangkup wajah Kyungsoo dengan kedua tangannya.

“Aku percaya padamu. Sangat. Tapi aku tak bisa percaya dengan para lelaki diluar sana” tutur Kai.

“Tak ada yang bisa memalingkanku darimu Kai. Kau terlampau sempurna untukku meninggalkanmu. Kau sangat berharga” jujur Kyungsoo sambil mengelus pelan pipi Kai. Kai terbuai.

“Kiss me” bisik Kai didepan bibir Kyungsoo.

Kyungsoo mencium bibir Kai dan mengalungkan tangannya dileher Kai. Tangan Kai beralih ketengkuk Kyungsoo. Kai mulai melumat bibir merah Kyungsoo. Kyungsoo mengikuti alur permainan Kai. Kai semakin menekan tubuh Kyungsoo ke dinding. Keduanya larut dalam ciuman panas itu dan tak menyadari dimana mereka berada. Kai semakin gencar mencium bibir Kyungsoo. Kyungsoo cukup kuwalahan mengimbangi ciuman Kai. Pasokan udara yang semakin menipis tak dihiraukan Kai. Kai terus mengecap dan menyesap bibir Kyungsoo. Bibir Kyungsoo selalu terasa manis dibibirnya. Kai tak pernah bosan bermain dengan bibir Kyungsoo.

Tiba-tiba pintu lift terbuka. Beberapa pegawai yang ingin masuk lift mengurungkan niatnya saat melihat dua orang sedang bercumbu didalam. Mereka tak dapat melihat dengan jelas siapa yang tak tau sopan santun bercumbu didalam lift. Bisik-bisik mulai terdengar. Kai yang mulai terganggu langsung melepaskan ciuman mereka. Kai melihat dibelakangnya banyak pegawai memperhatikannya dari pantulan kaca yang berada didepannya. Saat mata para pegawai bertemu dengan mata Kai yang terpantul dikaca, mereka langsung menunduk. Kini mereka tau siapa yang sedang bercumbu. Tak ada yang berani menegur.

“Kita lanjutkan dihotel” bisik Kai.

Kai mendekap Kyungsoo erat dan menyembunyikan wajah kekasihnya kedalam dadanya. Kai berbalik dan menatap datar semua orang yang berada disana. Kai berjalan melewati barisan pegawai dipintu lift dengan Kyungsoo yang masih berada didekapannya. Para pegawai tak berani menatap atau melirik kearah Kai. Bahkan mereka tak berani melirik yeoja yang ada didekapan Kai. Tatapan Kai seakan-akan membunuh bagi siapa saja yang melihatnya. Kai dan Kyungsoo berhasil keluar dari lift dan menuju ke area parkir.

.

.

.

Kai benar-benar menyebalkan. Itu menurut Kyungsoo. Kyungsoo tidak diperbolehkan keluar dari kamar hotel selama dua hari. Entah alasan apa yang jelas Kai tak ingin Kyungsoo keluar kamar. Kyungsoo masih menjalankan kewajibannya sebagai sekertaris. Kyungsoo memasukkan semua jadwal Kai diponselnya. Kyungsoo membuat pengingat disetiap jadwal Kai.

Kyungsoo terus mengganti channel TV. Dirinya bosan karena tak ada kegiatan yang bisa ia lakukan. Kyungsoo mematikan TV lalu beranjak menuju jendela. Dari jendela itu ia bisa melihat pemandangan indah. Pikiran Kyungsoo menerawang. Masa-masa di Jepang dulu. Negara ini merupakan negara bersejarah bagi hidupnya. Dan Kyungsoo tak akan pernah melupakan negara ini.

Pintu kamar Kyungsoo diketuk dari luar. Kyungsoo mengernyit. Seingatnya ia tak memesan apapun atau sedang menunggu seseorang. Ketukan kedua membuat Kyungsoo tertarik mengetahui siapa yang ada diluar. Kyungsoo sedikit membuka pintu kamarnya dan kepalanya ia longokkan. Kyungsoo melihat seorang room service berdiri didepan pintu kamarnya. Room service itu membungkuk dan menyerahkan sebuket mawar besar. Kyungsoo semakin heran. Room service yang tak melihat pergerakan Kyungsoo akan mengambil mawar itu kemudian berucap.

“Saya hanya disuruh mengantarkan bunga ini untuk nona Kyungsoo. Dari Tuan Kai”

Ucapan terakhir itu membuat Kyungsoo semakin bingung. Kyungsoo yang tak enak karena membiarkan room service itu berdiri lama langsung mengambil buket bunga mawar dari tangannya. Room service itu tersenyum lalu membungkuk untuk pamit. Kyungsoo menutup pintu kamar dan menguncinya. Kyungsoo mengamati sebuket mawar besar itu.

Kyungsoo duduk disofa ruang santai. Ia masih mencari-cari kertas yang mungkin saja diselipkan disuatu tempat dibuket itu. Setelah dicari berulang kali, Kyungsoo tak menemukan suatu petunjukpun. Ia masih ragu jika Kai yang memberikan bunga itu untuknya. Kai tak pernah memberikan sesuatu yang manis dan romantis seperti ini. Kai hanya akan menunjukkan sikap manisnya dengan tubuhnya. Memberikan sesuatu seperti bukan gaya Kai.

Kyungsoo menghirup aroma mawar yang sangat harum. Walaupun ragu tapi Kyungsoo suka dengan pemberian Kai ini. Kyungsoo sangat suka mawar. Apalagi sebuket bunga itu berisi bermacam-macam jenis mawar yang ditata apik hingga membentuk satu kesatuan yang sangat indah untuk dipandang. Kyungsoo mengambil ponselnya. Dia melakukan selfie dengan buket mawar itu. Kyungsoo tersenyum lebar didepan kamera dengan buket mawar disebelah kirinya. Serasa hasil jepretannya bagus Kyungsoo mengirim fotonya ke Kai. Ia merasa puas dengan hasil fotonya sendiri. Kyungsoo kembali meletakkan ponselnya dimeja dan mengamati mawar ditangannya.

Tak beberapa lama ponselnya berdering. Nama Kai terlihat dilayar ponselnya. Kyungsoo tersenyum dan menerima panggilan telepon dari Kai.

“Kau suka, Soo?”

“Ne. Sangat indah dan cantik” Kyungsoo melihat buket mawar didepannya

“Sama sepertimu, Soo. Indah dan cantik” Kyungsoo merona.

“Kenapa kau tiba-tiba memberiku bunga, Kai?”

“Ingin saja. Aku ingin melakukan hal-hal romantis kepadamu. Kau tak suka?”

“Ani. Aku suka. Hanya saja kau tak pernah melakukan ini sebelumnya”

“Aku ingin memberikan kejutan untukmu, Soo. Biarpun aku bersikap dingin kepada orang lain tapi aku akan bersikap hangat dan manis kepadamu. Hanya kepadamu, Nyonya Kim”

“Jangan seenaknya mengganti margaku. Aku masih bermarga Do” Kyungsoo mempoutkan bibirnya. Untuk saja Kai tak melihat.

“Sebentar lagi marga itu akan berubah menjadi Kim. Aku rasa marga Kim lebih cocok untukmu”

“Ish...kau ini. Selalu seenaknya!” Kyungsoo semakin mempoutkan bibirnya.

“Hahahaha...Kau sangat menggemaskan, Soo. Aku yakin kau disana sedang mempoutkan bibirmu kan? Aku harap aku disana agar bisa langsung mencium bibirmu”

“Yak!”

“Hahahaha...sudah dulu, Soo. Aku masih harus melanjutkan jadwalku. Aku akan segera kembali. Saranghae”

“Nado saranghae”

Pip

Kyungsoo mengembangkan senyumnya lebar. Kai selalu bisa membuatnya salah tingkah dan malu dengan semua ucapan dan perilakunya. Kyungsoo melihat buket bunga  didepannya dan memeluknya. Kai benar-benar membuatnya melayang tinggi.

.

.

.

.

Kyungsoo semakin cemas. Sedari tadi ia menghubungi Kai tapi tak pernah diangkat oleh namjanya. Kyungsoo takut terjadi sesuatu kepada Kai. Kyungsoo berjalan mondar-mandir. Ia menggigiti jarinya pertanda bahwa ia benar-benar khawatir. Kyungsoo melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam. Seharusnya jadwal Kai selesai jam 8 tadi. Kyungsoo tau, sangat tau dengan semua jadwal Kai. Tapi kenapa sampai sekarng namjanya belum juga kembali dan tak memberi kabar sedikitpun. Pikiran-pikiran buruk sudah menghantui Kyungsoo. Kyungsoo semakin cemas. Ia genggam erat ponselnya yang berada ditangannya.

Kyungsoo sudah mencoba menghubungi tim yang dibawa Kai. Tapi mereka bilang tak tau Kai berada dimana karena setelah jadwal terakhir mereka langsung kembali ke hotel. Jantung Kyungsoo berdetak cepat. Ia sangat kalut. Ada perasaan buruk yang tiba-tiba menyerangnya. Kyungsoo memperhatikan serangkaian mawar yang berada di vas. Mawar yang Kai berikan tadi siang. Ia memandang sendu mawa-mawar itu. Ingin sekali ia menangis sejadi-jadinya. Ponsel Kyungsoo bergetar dan langsung ia angkat.

“Nona Kyungsoo...Tuan Kai...itu...di taman belakang. Beliau...tak sadarkan diri...”

DEG!

Jantung Kyungsoo berhenti berdetak. Kekasihnya yang amat ia cintai tak sadarkan diri. Tanpa mendengar lagi penjelasan si penelepon Kyungsoo langsung lari keluar kamar dan menuju taman belakang. Kyungsoo tak mempedulikan penampilannya saat ini. Kaos biru berbahan tipis dan hotpants. Sedangkan kakinya beralaskan sandal hotel dan rambutnya ia kuncir asal.

Kyungsoo terus berlari menuju taman belakang hotel. Tak peduli semua orang melihat aneh kearahnya. Yang ia cemaskan adalah keadaan Kai saat ini. Kyungsoo menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri setelah sampai di taman belakang. Tak ada siapapun bahkan taman itu terlihat sepi dan gelap. Kyungsoo masuk kedalam taman. Suhu yang cukup dingin tak menggentarkan niatnya mencari Kai. Kakinya selangkah demi selangkah berjalan menuju ketengah taman. Suasana taman itu benar-benar sunyi senyap.

“KAI! KAI! Eodiseo?!” teriak Kyungsoo frustasi.

Lama ia mencari Kai ditaman belakang hotel tapi tak menemukan sosok yang ia cintai. Kyungsoo menangis dalam diam. Ia tangkupkan kedua tangannya kewajahnya dan menangis haru. Kyungsoo meruntuki dirinya karena tak dapat menemukan Kai. Tangis Kyungsoo semakin kencang ditengah heningnya malam.

Lampu-lampu taman mulai berkelap-kelip menerangi taman yang gelap. Kyungsoo mendongakkan kepalanya saat melihat cahaya lampu dari balik tangannya. Wajahnya terlihat kusut dan berantakan akibat menangis. Air matanya masih membasahi pipinya. Taman itu lama kelamaan semakin terang. Taman itu sekarang tampak indah dengan gemerlap lampu yang menghias pohon-pohon. Kyungsoo masih mengamati sekitarnya dengan mata yang masih berlinang air mata. Ia tak tau apa yang sedang terjadi. Tiba-tiba suara musik mengalun. Kyungsoo memutar tubuhnya mencari-cari asal suara musik itu. Ia tak menemukan apapun.

Dari kejauhan terlihat sosok berjalan menuju kearah Kyungsoo. Kyungsoo menyipitkan mata bulatnya untuk melihat dengan jelas. Saat sosok itu semakin dekat Kyungsoo tau siapa dia. Wajah Kyungsoo berubah datar. Sedangkan sosok itu tersenyum lebar mendekati Kyungsoo. Sosok itu berlutut didepan Kyungsoo. Kepalanya ia dongakkan untuk melihat wajah kekasih pujaannya. Sedangkan yang ditatap hanya memberikan ekspresi datar dan berkesan dingin.

“Baby Soo”

Kai menggenggam tangan Kyungsoo erat. Tangan Kai dihempaskan oleh Kyungsoo. Kyungsoo beranjak meninggalkan Kai. Kai yang masih sedikit syok langsung berdiri dan mengejar Kyungsoo. Kai menggenggam tangan Kyungsoo menghentikan langkah Kyungsoo. Kyungsoo memutar badannya menghadap Kai.

“Kau bodoh, Kai! Kau tau apa yang baru saja kau lakukan?! Kau ingin membunuhku secara perlahan?! Tak bisakah kau menggunakan otak cerdasmu untuk tak berbuat konyol seperti ini?!” kesal Kyungsoo dan menaikkan suaranya satu oktaf. Kai sedikit terkejut dengan reaksi Kyungsoo.

“Soo...Aku tak bermaksud membuatmu cemas. Hanya saja aku menyiapkan semua ini untukmu. Maafkan aku jika ini keterlaluan untukmu” sesal Kai.

“Aku sangat cemas dan khawatir, Kai! Kau tak tau seberapa takut aku kehilanganmu! Aku...Aku...”

Tangis Kyungsoo kembali pecah. Kai yang tak tega langsung memeluk kekasih mungilnya. Kai membenamkan wajah Kyungsoo kedalam dadanya untuk meredam tangisnya. Kai menciumi puncak kepala Kyungsoo untuk menenagkannya.

“Mianhae. Mianhae. Mianhae” ucap Kai berulang kali.

Tangis Kyungsoo mereda. Isakan-isakan kecil masih terdengar dari gadis bermata bulat itu. Kai melepaskan pelukannya. Ia tatap kekasih hatinya itu. Mata bengkak pada gadisnya membuatnya sakit. Ia cium kedua mata Kyungsoo yang habis menangis. Kai menatap Kyungsoo. Gadisnya ini benar-benar terlihat berantakan karenanya. Kai melepas jasnya dan memakaikannya ketubuh Kyungsoo. Kyungsoo hanya diam dan masih menatap Kai. Kai membelai lembut wajah Kyungsoo.

“Mianhae, Soo. Aku tak bermaksud membuatmu seperti ini. Aku hanya ingin menyiapkan sebuah kejutan untukmu. Tapi berakhir seperti ini” sedih Kai. Kai merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. Kai membuka kotak itu dan menyodorkannya kearah Kyungsoo.

“Will you marry me, Do Kyungsoo?” tanya Kai.

Kyungsoo melirik kotak kecil yang Kai bawa. Didalamnya ada sebuah cincin yang sangat indah. Cincin itu sangat simple. Ukiran-ukiran menghiasi seluruh cincin itu. Ukiran-ukiran itu sangat cantik. Kyungsoo menatap Kai yang melihatnya harap-harap cemas. Kyungsoo langsung memeluk Kai erat dan tersenyum bahagia.

“Yes, I do. Aku tak akan pernah bisa menolak semua hal mengenaimu, Kai. Saranghae” ucap Kyungsoo haru.

“Aku lebih mencintaimu, Soo. Gomawo masih mau menerimaku setelah hal yang aku perbuat tadi” ujar Kai.

“Asal kau tak mengulanginya lagi” balas Kyungsoo.

“Padahal aku ingin membuat event yang sangat manis dan romantis tapi sepertinya aku gagal” canda Kai. Kyungsoo mendongak.

“Kau tak perlu menyiapkan semua ini, Kai. Sikapmu yang biasanya sudah mampu membuatku terlena dan terbuai” ucap Kyungsoo dengan senyuman manisnya. Kai ikut tersenyum. Kai melepas pelukannya dan memasangkan cincin yang dibawanya ke jari manis Kyungsoo.

“Cincin ini sangat cocok untukmu, Soo. Sederhana tapi bila dilihat lebih dekat dan jelas akan terlihat sangat menawan dan cantik” ungkap Kai. Pipi Kyungsoo merona.

“Penampilanmu yang sederhana membuatku terpikat. Semakin aku menyelami dirimu, aku semakin tertarik dan terpesona akan keindahan yang ada padamu. Seperti cincin ini. Pertama kali aku melihatnya aku langsung terpikat dan ingin memilikinya. Setelah diamati lebih dalam cincin ini sangat indah” lanjut Kai.

“Jangan menggombal” ucap Kyungsoo malu. Kai terkekeh melihat Kyungsoo yang malu. Gadisnya ini tak pernah bosan membuatnya ingin selalu menggodanya. Pipi merah Kyungsoo membuatnya semakin cantik dan Kai sangat menyukai itu. Sedikit lagi. Sedikit lagi ia bisa mendapatkan Kyungsoo sepenuhnya.

.

.

.

.

TBC

Continua llegint

You'll Also Like

187K 18.5K 70
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
159K 25.5K 47
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
597K 28.5K 36
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
45.6K 4.4K 28
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...