Tandai kalo masih ada typo (Revisi)
Selamat membaca.
🦩
****
Setelah beberapa menit kemudian, Aisyah pun keluar mengenakan pakaian yang sudah Gus Ilham beri padanya.
Gua menatap Aisyah saat gadis itu melangkah keluar.
"Sini duduk," titah Gus Ilham menyuruh Aisyah duduk di depan mejanya yang sudah memang tersedia kursi.
Aisyah pun duduk di sana, sedangkan Gus Ilham terus memperhatikan pergerakan gadis itu. Gus Ilham lalu mengambil kedua tangan Aisyah untuk di genggamannya, ia menggosok tangan mungil itu untuk memberikan kehangatan.
Aisyah tersentuh, menatap tangannya yang terasa hangat karena suaminya ini.
"Gus Ilham," panggil Aisyah.
"Kenapa?" Jawab nya masih terus menggosok tangan mungil Aisyah.
"Jangan kayak gini lagi ya?"
"Kenapa?" Tanya Gus Ilham lagi sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Jantung Aisyah, serasa pindah ke lutut Gus!"
Gus Ilham hanya tertawa pelan, namun ia kembali salah fokus pada pipi Aisyah yang merah. Bukan karena istrinya ini kedinginan ataupun salah tingkah, merahnya pipinya seperti habis di tampar.
"Pipi kamu kenapa?" Tanya Gus Ilham memukul pelan pipi Aisyah.
"Aduh! Jangan di sentuh," ucap Aisyah memindahkan tangan suaminya itulah dari pipinya.
"Kenapa bisa merah seperti habis di tampar?"
"Ya memang habis di tampar," gumam Aisyah.
"Siapa yang tampar kamu?" Tanya Gus Ilham.
"Ustadzah Erna, Aisyah mau laporin bunda tapi Aisyah juga salah,"
Gus Ilham menghela nafas panjang. "Urusan bisa panjang kalau mau lapor sama bunda kamu,"
"Baru rencana Gus, Aisyah juga mikir-mikir kali, kalau mau lapor ke bunda. Nanti bunda nyalahin Gus Ilham lagi, gunanya suami kamu apa?"
"Tuh tau," ucap gus Ilham dingin. Lantas ia beranjak dari duduknya menuju kamar mandi untuk mengambil lap dan air.
"Ayo duduk di sofa," ucap Gus Ilham membawa lap dan juga es batu ditangannya.
Aisyah dan Gus Ilham kemudian pindah dan duduk di sofa.
"Izin ya," ucap Gus Ilham menyentuh pipi Aisyah, bahkan gadis itu harus menahan nafasnya saat suaminya begitu dekat.
Gus Ilham mulai mengompres pipi Aisyah itu dengan es batu yang dilapisi dengan lap bersih miliknya.
"Aduh sakit.." Aisyah meringis.
"Sakit?" Tanya Gus Ilham dan membuat Aisyah mengangguk pelan.
Aisyah memejamkan matanya, untuk merasakan dinginnya es batu ini yang menempel di wajah. Belum lagi wajah suaminya yang begitu dekat dengannya.
Aisyah menahan kegugupannya dan detak jantungnya yang tak karuan. Dalam hati ia memohon agar detak jantungnya itu tidak di dengar oleh suaminya.
"Sudah mendingan?" Tanya Gus Ilham bersahut setelah beberapa menit keheningan.
"Iya," jawab Aisyah pelan. Gus Ilham menyimpan lap itu, ia mengusap kepala Aisyah sejenak sebelum bangkit
Perhatian Gus Ilham itu membuat hati Aisyah seakan terhanyut dalam perhatian manis suaminya.
"Gus Ilham!" panggil Aisyah.
Gus Ilham mengangkat satu alisnya mengucapkan kata 'iya'
"Pasti malu yah, punya istri seperti Aisyah?" Tanya Aisyah tiba-tiba.
"Kenapa bertanya seperti itu?" Ucap Gus Ilham tanya balik.
Aisyah menggeleng "Ngga apa-apa, merasa nggak pantas aja,"
"Gus Ilham, Aisyah akan janji merahasiakan rapat-rapat pernikahan ini. Sampai Aisyah benar-benar merasa pantas bersanding dengan Gus Ilham," ucap Aisyah mengusap tangan suaminya.
Gus Ilham hanya diam, tidak menanggapi ucapan Aisyah itu. Ia juga ikut menatap tangan Aisyah yang mengusap punggung tangannya.
"Ayo pulang," ajak Gus Ilham bangkit dari duduknya.
"Loh, sekarang Gus?"
Gus Ilham mengangguk.
"Tapi kan, masih jam pelajaran,"
"Terus?" Tanya Gus Ilham.
Diamnya Aisyah membuat Gus Ilham menghela nafas "Kamu tidak usah masuk hari ini,"
"Tapi masih jam pelajaran," cicit Aisyah
"Mau masuk menggunakan pakaian biasa?" Tanya Gus Ilham.
"Mau pulang atau lanjut hukuman kamu dari ustazah Erna?" Tanya Gus Ilham.
Aisyah menghela nafas berat, ia lebih memilih ikut pulang bersama Gus Ilham dari pada harus terus dihukum oleh ustadzah Erna.
Aisyah yakin, jika ia menetap di pesantren otomatis ustazah Erna akan terus menerus menghukumnya tanpa ampun.
***
Sesampainya di rumah Aisyah terlebih dulu izin ke suami naik keatas untuk mencuci pakaian kotornya. Sedangkan Gus Ilham sendiri memilih duduk di ruangan tamu sambil memainkan ponselnya.
Aisyah menghela nafas berat setelah beres menjemur pakaian kotornya itu. Ia menatap pesantren dari atas balkon kamarnya.
Ia kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu, dimana Aisyah dihukum di saksikan oleh semua santri.
"Apa Aisyah memang tidak pantas buat Gus Ilham?" Tanyanya.
Aisyah kembali menghela nafas panjang sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.
Saat tiba di dalam sana, Aisyah melihat kearah lemari kaca, dimana banyak sekali piala dan piagam penghargaan yang dimenangkan suaminya. Sungguh Aisyah akui suaminya ini hebat.
Sedangkan dirinya jauh dari Gus Ilham Aisyah tak memiliki satupun prestasi. Di juluki santri ternakal, biang onar dan sangat memalukan. Bahkan jika di ukir Aisyah sangat Astaghfirullah untuk Gus Ilham yang Masyaallah.
Aisyah kemudian turun kebawah menghampiri suaminya yang berada di ruangan tamu.
"Gus Ilham," sapa Aisyah duduk disampingnya suaminya itu.
"Hm?"
"Aisyah mau ngomong sesuatu," ucapnya.
"Silahkan,"
"Gimana, kalau kita hidup masing-masing aja..."
_GUS ILHAM MY HUSBAND_
gimana gimana ke gantung kan ya?🤭
Jangan lupa follow dan vote yang banyak jangan lupa follow akun Instagram @wattpadasya
Cefatt spamm vote dan next yang banyak.
See you assalamualaikum 🧡
Minggu, 13 Februari 2022
Revisi ulang 02 April 2023