'๐’๐†๐†' ๐€๐ฆ๐›๐ข๐ญ๐ข๐จ๐ฎ๐ฌ ๏ฟฝ...

By Taratataaa__

19.5K 2.4K 117

Kelas istimewa-kelas yang hanya akan dihuni oleh anak-anak peringkat paralel. Peringkat satu sampai dengan li... More

Prelude
Optis
โ€ข1โ€ข Apofisis
โ€ข2โ€ข Bakteri Aerob
โ€ข3โ€ข Coulomb
โ€ข4โ€ข Dinasti
โ€ข5โ€ข Empiris
โ€ข6โ€ข Fosfat
โ€ข7โ€ข Gastrodermis
โ€ข8โ€ข Hafnium
โ€ข9โ€ข Inersia
โ€ข10โ€ข Jarak
โ€ข11โ€ข Kingdom
โ€ข12โ€ข Lesbianisme
โ€ข13โ€ข Massa Jenis
โ€ข14โ€ข Neuron
โ€ข15โ€ข Oogenesis
โ€ข16โ€ข Proton
โ€ข17โ€ข Quasar
โ€ข18โ€ข Ragam Beku (Frozen)
โ€ข19โ€ข Silikon
โ€ข20โ€ข Titanium
โ€ข21โ€ข Uterus
โ€ข22โ€ข Vassal
โ€ข23โ€ข W-Virginis
โ€ข24โ€ข Xilem
โ€ข25โ€ข Yupa
โ€ข26โ€ข Zeolit
โ€ข27โ€ข Zigospora
โ€ข28โ€ข Yerkes
โ€ข29โ€ข Xenon
โ€ข30โ€ข Waisya
โ€ข31โ€ข Volcano
โ€ข32โ€ข Uranium
โ€ข33โ€ข Tabulasi
โ€ข35โ€ข Radula
โ€ข36โ€ข Quarry
โ€ข37โ€ข Petrokimia
โ€ข38โ€ข Oksidator
โ€ข39โ€ข Niobium
โ€ข40โ€ข Musci
โ€ข41โ€ข Labelling
โ€ข42โ€ข Katabatic
โ€ข43โ€ข Joule
โ€ข44โ€ข Iridium
โ€ข45โ€ข Heuristik
โ€ข46โ€ข Germanium
โ€ข47โ€ข Flagela
โ€ข48โ€ข Ekspansi
โ€ข49โ€ข Deklinasi
โ€ข50โ€ข Candu
โ€ข51โ€ข Bromin
โ€ข52โ€ข Ampere
Nawoord
Extra Caput 1
Ekstra Caput 2

โ€ข34โ€ข Saham

204 32 10
By Taratataaa__

Pendidikan memiliki akar yang pahit tapi buahnya manis.

Aristoteles.

👑

Saham (stock) :
Surat bukti kepemilikan atau bagian modal suatu perseroan terbatas yang dapat diperjualbelikan, baik di dalam maupun di luar pasar modal yang merupakan klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan; memberikan hak atas dividen sesuai dengan bagian modal disetor seperti yang ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan.

👑

Class Crown
33 anggota

Aina Miccle Garaga
| UAS 1 sebulan lagi.
| Jangan sampai keluar dari kelas istimewa!

Graysia Venisha
| Lo fokus ke kompetisi aja dulu, Ai. Jangan mikirin soal UAS dulu.

Anelis Iftinne Rosery
| Nah gue setuju tuh.

Jeva Magenta
| Urusan kelas gue yang gantiin. Lo tenang aja.

Aina Miccle Garaga
| Gue tau. Tapi, lo enggak tau kapan waktu buat UAS, Jev.

Zelena Afichel
| Kalau boleh tau konsep UAS di SGG itu gimana? Terutama kelas istimewa. Sorry kalau gue nanyain hal sepele kayak gini. Hitung-hitung informasi buat gue sama anak baru lainnya.

Anggara Satria
| Emang benar ya sebulan sebelum ujian, khusus anak kelas istimewa ada les pribadi gitu? Tutornya dari sekolah gitu. Gue pernah dengar sih dari teman gue.

Alifan Jevran Pratama
| @Anggara Satria benar kok.

Revika Acelline
| Lesnya tiap hari apa aja?

Aira Misha Garaga
| Setiap hari.

Vita Fenameliza
| WHAT?! Demi apa sih setiap hari?! Apa gak ngebul nih otak gue? Sekolah aja pulangnya jam empat sore, terus lanjut les, mana tiap hari lagi.

Louissa Atashia
| Lebay.

Zelena Afichel
| Pertanyaan gue belum dijawab!

Liora Bestiela
| @Zelena Afichel nanti juga lo tau sendiri.

Ravendra Alaskar
| Brsk!

Kanaya Mayla
| Ha? Bersisik?

Indira Silvia Ayunda
| Berbisik?

Jeva Magenta
| Brsk = Bromine, sulfur,  kalium.

Gizca Fridavany
| Good 👍🏻

Anelis Iftinne Rosery
| Area tanpa emoticon!

Ravendra Alaskar
| BERISIK, ANJING!

Anggara Satria
| ASIK NGEGAS!

Kanaya Mayla
| @Ravendra Alaskar lagian keyboard lo gak ada huruf vokalnya apa?

Ravendra Alaskar
| G.

Bu Rinaiiii
| @Ravendra Alaskar jaga ketikanmu!

Aldo Arvardi
| HA-HA-HA ANJING MAMPUS LO, RAV!

Bu Rinaiiii
| Raven dan Aldo besok datang ke ruangan Ibu!

Jeva sudah tidak lagi mempedulikan chat apalagi yang masuk ke grup kelasnya. Sudah tidak ada yang penting lagi.

Laki-laki itu mengarahkan pandangannya ke arah dapur, di sana ada ibunya yang sedang mencuci piring sembari menggendong seorang anak kecil yang kira-kira usianya baru satu setengah tahun.

Melihat itu membuat Jeva tidak tega.

"Bun," panggilnya sembari mendekati Bundanya—Nita.

"Iya. Ada apa, Jeva?" sahut Ibu bertanya.

"Bunda jangan kerja lagi."

Jeva menduselkan wajahnya ke pundak Bunda tanpa malu walau diperhatikan oleh anak kecil yang ada di gendongan Bunda.

"Terus kalau Bunda gak kerja kamu mau makan apa, Jeva? Jenita juga masih kecil, dia masih butuh uang banyak buat biaya sekolahnya. Jenita juga lagi senang-senangnya jajan kayak teman-temannya yang lain. Bunda harus giat kerjanya, bukannya malah berhenti kerja," jawab Bunda.

Jeva mencubit pipi anak perempuan di gendongan Bunda. Nama anak itu ialah Beryl, dia anak dari majikan Bunda.

Jeva mengambil alih Beryl dari gendongan Bunda. Ia mendudukkan anak perempuan itu di atas meja makan dan dia sendiri duduk di kursi.

Mengajak ngobrol Beryl sudah menjadi kebiasaan Jeva saat di rumah.

Majikan Bunda—orang tua Beryl—sedang pergi ke luar negeri untuk waktu satu bulan. Sebenarnya Bunda ini hanya asisten rumah tangga, tapi majikannya itu sekalian menitip Beryl pada Bunda.

Majikan Bunda juga menyuruh Bunda, Jeva, dan Jenita untuk tinggal di rumah bak istana itu. Tapi, Bunda menolaknya. Tidak enak jika harus tinggal di sana padahal si pemilik rumah sedang tidak ada. Takut ada sesuatu yang hilang nanti Bunda harus mengganti. Lagian Bunda dapat uang dari mana jika iya harus mengganti barang yang hilang dari rumah itu? Pasti harga barang itu sangat mahal.

"Dengan kamu yang dapat beasiswa semenjak SMP aja itu udah cukup ngeringanin beban Bunda, Jeva. Ya walaupun waktu SMP kamu harus pergi jauh dari Bunda buat sementara waktu. Udah, gak perlu dipikirkan. Mending sekarang kamu ajak Beryl buat jemput Jenita di rumah temannya," titah Bunda sembari menyerahkan soft structure carrier dan sekaligus memasangkannya di tubuh Jeva.

Laki-laki itu tak bisa membantah perintah Bunda. Apalagi tatkala Bunda sudah memasukkan Beryl ke dalam gendongan.

"Di rumah Netta ya, Jev." Bunda mengingatkan Jeva.

Jeva tidak menyahuti Bunda lagi karena dia sudah lumayan jauh melangkah keluar dari rumah bersama Beryl. Sesekali juga dia mengajak Beryl untuk berbicara dan bercanda.

Rumah Netta tidak terlalu jauh dari rumahnya, jadi Jeva hanya berjalan kaki saja. Dari jarak dua rumah sudah terlihat ada dua anak perempuan berusia tiga belas tahun yang sedang belajar di teras rumah.

Itu mereka, Jenita dan Netta.

"Tuh Kakak Jejen-nya lagi belajar. Beryl mau ikut belajar gak, hm?" tanya Jeva menunjuk ke arah Jenita yang masih belum menyadari kedatangannya.

Beryl hanya mengangguk polos. Jeva juga hanya terkekeh pelan. Sepertinya hari ini Beryl menjadi sedikit lebih pendiam dari biasanya.

"Heh Jenita Jamet!" seru Jeva saat sudah memasuki area halaman rumah Netta.

Jenita segera menoleh. Mendengar panggilan yang begitu menyebalkan itu sudah jelas dari abangnya. Jika bukan dari Jeva ya dari Edgar.

"Abang mah gitu!" Jenita memonyong-monyongkan bibirnya kesal.

"Udah selesai belajarnya?" tanya Jeva duduk di teras. Rasanya pegal walaupun hanya berjalan sebentar. Apa mungkin karena membawa Beryl ya?

Jenita menggeleng lemah. Ia melirik kembali buku tulisnya. Hanya ada coretan-coretan acak yang Jeva yakini itu hanya kotretan asal adiknya dan Netta.

Jeva mengambil buku paket milik Jenita. Tidak lama ia mengangguk tanda mengerti alasan adiknya itu tidak mengerti pelajaran.

"Jeni kesal tau ih! Masa pelajaran IPA ada hitung-hitungannya sih?! Udah kayak matematika aja deh," dumel Jenita masih dengan bibir yang mengerucut kesal.

Jenita ini masih duduk di kelas tujuh. Sepertinya dia masih kaget dengan pelajaran fisika yang menyatu dalam buku IPA Terpadu ini.

"Waktu SD materinya sama kayak gini, tapi gak ada tuh rumus-rumus nyebelin gini. Mana susah banget lagi," kesal Jenita mengingat pelajarannya waktu SD.

"Lo aja yang hidupnya kurang lama, Jenita Jamet! Lo sih keseringan ngalah sama sperma lain, jadi gini lahirnya telat. Coba waktu itu lo gak ngalah, bisa-bisa umur lo sama gue cuma beda dikit doang. Alhasil lo gak akan pusing sendirian sama pelajaran fisika," ujar Jeva sok menyalahkan.

"Ya tapi 'kan bukan salah Jeni, Abang!"

"Bang Jeva, Abang mau ajarin Netta gak? Abang 'kan pintar, jadi harus bagi-bagi ilmu sama yang membutuhkan. Ya, Bang, ya, mau ya?" bujuk Netta menggoyang-goyangkan lengan Jeva.

Puppy eyes yang Netta gunakan untuk membujuk Jeva berhasil, buktinya Jeva sudah menganggukkan kepalanya.

"Syaratnya, Abang cuma kasih tau caranya aja, bukan jawabannya. Mau gak?" tanya Jeva memberikan syarat.

"Iya-iya, Netta mau," jawab Netta pasrah. Padahal penginnya 'kan dikasih tahu jawabannya.

"Heh jangan diem-diem bae lo! Mau kagak lo?!" tanya Jeva pada Jeni. Suaranya sedikit lebih keras.

"Gak mau. Jeni mau minta ajarinnya nanti aja di rumah biar Bang Jeva mau kasih tau jawabannya langsung," tolak Jeni melipat kedua tangannya di dada.

Jeva dibuat cengo oleh jawaban Jenita barusan. Bisa-bisanya.

"Em ... kalau gitu Netta gak jadi minta ajarin ke Bang Jeva deh. Biar besok Netta nyontek aja ke Jeni, 'kan Jeni dikasih jawabannya langsung sama Bang Jeva." Tiba-tiba saja Netta berubah pikiran. Dasar bocah plin-plan!

Lagi.

Jeva mengerjapkan matanya. Benar-benar ajaib.

"Ya udah kalau gitu sekarang pulang. Lo gak liat udah sore gini? Ini udah setengah lima, Jejen."

Jeva sudah kembali berdiri. Beryl tidak bisa jika diajak duduk terlalu lama. Anak itu pasti akan menangis.

"Ya udah kalau gitu. Netta, Jeni pulang ya. Dadah!" pamit Jeni melambaikan tangannya. Diikuti juga oleh Beryl.

Jeva hanya bisa memeluk Beryl saking gemasnya. Bisa-bisanya anak itu ikut melambaikan tangannya.

"JENI, BESOK NETTA NYONTEK YA!" teriak Netta.

Padahal Jeni belum terlalu jauh dari rumahnya, tapi dia malah berteriak.

"IYA!"

See?

Anak bungsu Bunda Nita pun malah ikut berteriak.

"NETTA, JANGAN DIBIASAIN NYONTEK!"

Terdengar suara Ibunya Netta berteriak guna menegur putrinya.

Jeva dan Jenita hanya bisa tertawa mendengar suara teriakan itu. Ya lagian salah Netta juga. Sudah tahu menyontek itu perbuatan tidak baik.

"Abang, kok Beryl ikut sih?" tanya Jenita melirik Beryl yang terdiam memperhatikan jalanan.

"Kasian Bunda, Jen. Tadi pagi sampai siang Bunda udah beres-beres di rumah majikannya, terus tadi juga Bunda masih harus beres-beres di rumah. Ya udah Abang inisiatif buat bantu jagain Beryl," jawab Jeva jujur.

"Tapi Jeni gak suka, Abang." Jenita mengaku. Menurutnya, jika Beryl sudah dekat-dekat dengan Jeva, maka anak itu selalu berhasil merebut perhatian Jeva darinya. Jujur saja Jenita iri.

Jeva merangkul pundak Jenita. Sesekali juga ia mengelus rambut panjang Jenita yang terurai.

"Kenapa gak suka?"

"Kalau ada Beryl di rumah, Abang jadi lebih perhatian sama Beryl, jadi lebih sayang sama Beryl daripada sama Jeni. Jeni gak suka," jawab Jenita kesal.

"Kata siapa?"

"Ya itu buktinya tadi Abang gak mau kasih tau Jeni jawaban soalnya. Pasti gara-gara Abang udah kerepotan gendong Beryl, 'kan?" tebak Jenita.

Jeva mengerutkan dahi. Lantas tidak lama kemudian dia tertawa mendengarnya. Ternyata adiknya ini iri?

"Abang juga jadi panggil Jeni pakai panggilan Jenita Jamet. Ngeselin tau Bang panggilannya," tambah Jeni. Hampir saja Jenita kelupaan. Padahal ini adalah alasan utamanya.

"Abang tetap sayang sama Jeni. Cuma kamu adiknya Abang," balas Jeva kembali mengelus lembut surai hitam milik adiknya.

Lihatlah, jika suasananya sedang mellow seperti ini, Jeva pasti mengubah gaya bicaranya. Jeva juga sangat mengerti dengan suasana mood adiknya saat ini.

"Tapi—"

"Apalagi, hm?"

"Enggak jadi, Bang."

Begitu sampai di depan rumahnya, Jeni mengurungkan niatnya untuk berbicara. Dia segera berlari masuk ke dalam rumah dan langsung pergi ke kamarnya dengan membanting pintu cukup keras.

Jeva hanya bisa menghela napas. Ia harus membereskan soal Jenita hari ini juga. Jika tidak, gadis kecil itu pasti akan semakin berpikiran aneh-aneh soal dirinya.

👑

Beryl sudah tertidur di kamar Bunda. Itu membuat keempat orang yang tinggal di rumah ini lebih lega karena bisa beristirahat.

Jenita masih menekuk wajahnya, sepertinya masih kesal soal yang sore tadi.

"Jen," panggil Jeva.

Jenita masih belum mau membalasnya. Jeva memang mengatakan kalau dia hanya menyayanginya. Tapi, rasanya Jenita sulit untuk mempercayainya.

"Jenita," ulang Jeva.

Gadis itu hanya berdehem pelan. Tidak ada sahutan langsung yang keluar dari mulutnya.

"Jenita Magenta!"

"Iya."

"Ini ... buat lo." Jeva menyerahkan keresek berwarna putih pada adiknya. "Permen yupi buat lo. Khusus buat lo, kalau Bang Edgar minta langsung umpetin aja permennya."

Jenita menerimanya dengan masih memasang wajah datar. Tanpa mengucapkan terima kasih Jenita langsung membawa permen yupi pemberian Jeva ke kamarnya.

Edgar menyikut lengan Jeva. Tatapan matanya seolah menanyakan tentang sikap Jenita.

"Biasalah, Bang, soal Beryl."

Edgar mengangguk. Dia berdiri kemudian melangkah sedikit untuk sampai di depan pintu kamar Jenita. Mengetuknya beberapa kali karena kebetulan pintunya terkunci.

"Abang kalau ke kamar Jeni cuma buat minta permen enggak bakal Jeni bukain pintunya!"

Jenita berteriak. Dengan mudahnya dia menebak kalau yang mengetuk pintu adalah Edgar, bukan Jeva atau pun Bunda.

👑

"Gue dipecat dari kafe."

"Terus?"

"Gue bingung besok mau gimana. Gue udah ditagih semesteran soalnya."

"Minta sama Bunda," usul Jeva tersenyum simpul.

Edgar memejamkan matanya. Sebelah tangannya memijit kepalanya berharap rasa pusing di kepalanya bisa hilang.

"Lo gila?! Gue nekat mau kuliah aja karena gue udah janji sama Bunda bakalan biayain kuliah gue sendiri. Ini malah lo nyaranin gue buat minta uang semesteran sama Bunda. Ngada-ngada aja ya lo." Edgar menyalahkan Jeva.

"Ya terus mau gimana lagi? Gak ada pilihan lain, Bang. Mungkin nanti Bunda bakal usahain lebih buat lo atau pinjam ke majikannya," kata Jeva.

"Terus gaji Bunda nantinya dipotong, gitu? Kalau gitu caranya kasian Jeni lah bego! Nanti malah SPP-nya dia yang gak kebayar. Gimana sih lo ah. Ngasih usul kok gak niat amat," cibir Edgar kesal.

"Ya enggaklah anjir. 'Kan Bunda udah jagain Beryl, pasti ada gaji tambahan dong, iya 'kan?"

Edgar terdiam sejenak, memikirkan perkataan Jeva. Seingatnya Edgar juga pernah mendengar kalau Bunda akan mendapatkan gaji tambahan karena sudah mau menjaga Beryl. Tapi, itu juga tidak akan cukup untuk membiayai semesterannya.

Gaji utama ditambah gaji tambahan Bunda saja tidak sampai tujuh jutaan, sedangkan biaya semesteran Edgar sampai tujuh juta lebih.

"Apa gue berhenti kuliah aja ya, Jev?"

"Sayang lah anjir! Lo udah belajar tiga semester." Jelas saja Jeva tidak akan menyetujuinya.

"Yang namanya belajar gak ada yang sayang Jev kalau pun gue berhenti menuntut ilmu di perguruan tinggi. Gue bakalan tetap dapat ilmu dari orang-orang sekitar."

"Masalahnya ya Bang, lo dari awal mau kuliah 'kan buat angkat derajat keluarga, masa lo mau berhenti sih? Udah cukup deh Bunda dibuat kecewa sama Ayah. Lo jangan, Bang." Jeva mengingatkan kembali tujuan awal Edgar memutuskan untuk kuliah kala itu.

"Katanya 'kan lo pengin jadi hakim, makanya ayo wujudin! Lo harus tetap kuliah," kukuh Jeva. Dia harus meyakinkan kakaknya. "Besok gue bakalan coba cari kerja buat bantu-bantu keuangan di sini. Lo juga harus ya!"

"Gak boleh. Lo sekolah aja. Dan lo juga masih harus fokus sama penyelidikan kematiannya Wira. Udah biar gue aja yang besok cari kerja," bantah Edgar tidak setuju.

"Terserah lo deh, Bang, yang penting lo harus tetap semangat! Jangan berpikiran buat berhenti kuliah lagi deh, Bang. Jangan lupa juga berdoa sama Tuhan. Sering-sering ibadah Lo, Bang, jangan bolos mulu. Mentang-mentang sibuk kerja, lo jadi lupa ibadah," nasihat Jeva setengah mengomel.

"Iya-iya. Jangan bilang-bilang sama Bunda kalau gue dipecat dari kafe. Gue bakalan bilang sendiri sama Bunda nanti kalau gue udah dapat kerjaan baru," pinta Edgar.

"Iya." Jeva membalas. Tangannya meraih snack yang biasa Edgar taruh di kamar ini. Khusus untuk mereka berdua. "Lagian sayang juga kalau lo berhenti. Lo 'kan udah dapat beasiswa pendaftaran. Nanti lo malah nyesal kalau udah berhenti.

"Iya-iya, elah! Lo tuh kalau udah nasihati orang lain gak berhenti-berhenti."

👑



















Full part khusus untuk keluarga Magenta🌝🔨

Sesekali yakan hehe ....

Kira-kira penasaran gak hal apa yang dilakukan ayahnya Jeva sampai-sampai bikin Bunda Nita kecewa?

Jangan lupa vote komennya biar tau kelanjutan keluarga Magenta dan keluarga lainnya😉🔨


Continue Reading

You'll Also Like

66K 2.6K 37
แด…ษชแด แด‡ส€ษขแด‡ษดแด›; แด›แด‡ษดแด…ษชษดษข แด›แด ส™แด‡ แด…ษช๊œฐ๊œฐแด‡ส€แด‡ษดแด› แดส€ แด…แด‡แด แด‡สŸแดแด˜ ษชษด แด…ษช๊œฐ๊œฐแด‡ส€แด‡ษดแด› แด…ษชส€แด‡แด„แด›ษชแดษด๊œฑ.
56.8K 985 16
First Story on Wattpad!! (Y/N) is the Little Sister of Tomura Shigaraki, She's 18 years old. I'll stop wasting your time... What are you waiting for...
614K 54.6K 35
๐™๐™ช๐™ฃ๐™š ๐™ ๐™ฎ๐™– ๐™ ๐™–๐™ง ๐™™๐™–๐™ก๐™– , ๐™ˆ๐™–๐™ง ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž ๐™ข๐™ž๐™ฉ ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž ๐™ƒ๐™ค ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž...... โ™ก ๐™๐™€๐™๐™„ ๐˜ฟ๐™€๐™€๐™’๐˜ผ๐™‰๐™„ โ™ก Shashwat Rajva...
118K 1.3K 15
Sophie Foster and her friends are now level 6 at Foxfire, and decided to get their matchmaking scrolls. They're surprised by what they find on them...