'๐’๐†๐†' ๐€๐ฆ๐›๐ข๐ญ๐ข๐จ๐ฎ๐ฌ ๏ฟฝ...

By Taratataaa__

19.7K 2.4K 117

Kelas istimewa-kelas yang hanya akan dihuni oleh anak-anak peringkat paralel. Peringkat satu sampai dengan li... More

Prelude
Optis
โ€ข1โ€ข Apofisis
โ€ข2โ€ข Bakteri Aerob
โ€ข3โ€ข Coulomb
โ€ข4โ€ข Dinasti
โ€ข5โ€ข Empiris
โ€ข6โ€ข Fosfat
โ€ข7โ€ข Gastrodermis
โ€ข8โ€ข Hafnium
โ€ข9โ€ข Inersia
โ€ข10โ€ข Jarak
โ€ข11โ€ข Kingdom
โ€ข12โ€ข Lesbianisme
โ€ข13โ€ข Massa Jenis
โ€ข14โ€ข Neuron
โ€ข15โ€ข Oogenesis
โ€ข16โ€ข Proton
โ€ข17โ€ข Quasar
โ€ข18โ€ข Ragam Beku (Frozen)
โ€ข19โ€ข Silikon
โ€ข20โ€ข Titanium
โ€ข21โ€ข Uterus
โ€ข22โ€ข Vassal
โ€ข23โ€ข W-Virginis
โ€ข24โ€ข Xilem
โ€ข25โ€ข Yupa
โ€ข26โ€ข Zeolit
โ€ข27โ€ข Zigospora
โ€ข28โ€ข Yerkes
โ€ข29โ€ข Xenon
โ€ข30โ€ข Waisya
โ€ข31โ€ข Volcano
โ€ข33โ€ข Tabulasi
โ€ข34โ€ข Saham
โ€ข35โ€ข Radula
โ€ข36โ€ข Quarry
โ€ข37โ€ข Petrokimia
โ€ข38โ€ข Oksidator
โ€ข39โ€ข Niobium
โ€ข40โ€ข Musci
โ€ข41โ€ข Labelling
โ€ข42โ€ข Katabatic
โ€ข43โ€ข Joule
โ€ข44โ€ข Iridium
โ€ข45โ€ข Heuristik
โ€ข46โ€ข Germanium
โ€ข47โ€ข Flagela
โ€ข48โ€ข Ekspansi
โ€ข49โ€ข Deklinasi
โ€ข50โ€ข Candu
โ€ข51โ€ข Bromin
โ€ข52โ€ข Ampere
Nawoord
Extra Caput 1
Ekstra Caput 2

โ€ข32โ€ข Uranium

205 27 2
By Taratataaa__

Sejatinya, kesedihan adalah sebuah pengalaman yang mengajarkan untuk menjadi kuat.

👑

Uranium adalah unsur dengan nomor atom 92 pada tabel periodik. Setiap molekul memiliki 92 proton pada intinya. Jumlah neutron dapat bervariasi dan itu perbedaan antara tiga isotop uranium yang ditemukan di Bumi.

Uranium-238 (92 proton ditambah 146 neutron) adalah bentuk yang paling melimpah dan sekitar 99,3 persen dari semua uranium adalah U-238. Sisanya adalah U-235 (0,7 persen), dan U-234.

👑

Aira duduk berselonjor di lantai rooftop gedung hotel tempatnya menginap. Bayang-bayang saat Aina dibangga-banggakan oleh kedua orang tuanya masih terputar jelas.

Bagaikan kaset rusak, yang teringat hanya bagian yang paling menyakitkannya saja. Bagian yang paling membahagiakan saat seperti hari kemarin seperti sudah hilang tertimbun oleh kejadian-kejadian terbaru.

Mengingat beberapa tahun ke belakang, saat Aira benar-benar merasa dicintai, itu sedikit membuat pikirannya teralihkan.

Saat Angkasa masih ada di dunia, hanya dialah satu-satunya manusia yang selalu ada untuknya. Mau membelanya ketika dia disalahkan oleh orang tua.

Apa yang dirasakannya sekarang memang sudah biasa terjadi, tapi kenapa masih terasa sakit? Kenapa Aira belum terbiasa dengan rasa sakit ini?

"Ra."

Aira tak membalas dan tidak mendongakkan kepalanya sama sekali. Dia tetap menundukkan kepalanya menatap lantai rooftop yang sedikit kotor ini.

"I'm sorry I couldn't defend you earlier. Gue sama sekali gak berniat buat ngejatuhin lo pas perebutan poin. Jujur gue pengin banget ngalah buat lo tadi. Tapi susah. Di kursi penonton ada Vincent yang merhatiin gue sambil ngeremehin gue. Gue cuma mau buktiin ke dia kalau gue bisa, gue  dapetin peringkat kemarin emang karena hasil usaha gue. Bukan curang kayak yang dilakuin si Vincent itu," jelas Aina. Dia berharap Aira mau memaafkannya.

Aira diam saja tanpa ingin menanggapi apa yang Aina katakan. Dia sedikit penasaran dengan Vincent yang berbuat curang, tapi dia juga masih marah kepada kakaknya itu.

"Ra, please forgive me," mohon Aina.

"Ai, gue gak mau lo ngalah demi gue! Gue mau menang karena usaha gue sendiri. Lo gak mikir apa yang bakal dilakuin Mama sama Papa kalau tau lo ngalah demi gue? Gue yang bakal kena, Aina! Gue yang mereka marahin, bukan lo!" teriak Aira.

Sekalinya membuka suara, Aira langsung berteriak untuk meluapkan kemarahannya.

"Tapi, gue ngalah biar lo bisa menang, biar lo ada di atas gue. Gue gak mau lo dimarahin Mama terus menerus. Biar gue aja yang dimarahin Mama karena peringkat gue yang turun. Lo udah terlalu sering, Ra," balas Aina memelankan suaranya.

"Terlalu sering peringkat gue turun? Terlalu sering gue ngecewain Mama sama Papa? Terlalu sering bikin lo bahagia? Yes, that's correct. Lo selalu menang dari gue, Ai," kekeh Aira. Ia terkekeh kecil, meratapi takdirnya yang terlalu kejam jika dibandingkan dengan takdir sang kembaran.

"Bukan itu maksud gue, Ra!" bantah Aina berteriak.

Aira berdiri. Menyejajarkan wajahnya dengan wajah sang kakak. Dia lebih tinggi delapan sentimeter dari Aina, jadi dia sedikit merundukkan tubuhnya.

Aira mengangkat dagu Aina menggunakan tangan kanannya.

"Terus maksud lo yang sebenarnya itu apa? Lo mau gue lompat dari atas sini?"

"LO APA-APAAN SIH?!"

Aina menepis kasar tangan Aira yang memegangi dagunya.

"Gak nyambung banget sih lo," dengus Aina kesal.

"Iya, gue emang suka gak nyambung gitu. Apalagi kalau lagi sama Mama dan Papa, gue ke mana, mereka ke mana. Mungkin gue emang gak cocok jadi anak mereka berdua." Lagi-lagi Aira terkekeh pelan.

"Dasar sinting ya lo!"

👑

"GIZCA, GILA GUE KANGEN BANGET SAMA LO!"

Dizcha berteriak heboh saat melihat Gizca yang berjalan sendirian di koridor. Ia merentangkan tangannya, dan begitu Gizca tepat di hadapannya dia langsung memeluknya seerat mungkin.

Di sekolah ini, dari lima bersahabat itu hanya ada Dizcha, Gizca, dan Liora. Itu pun Liora sering memisahkan diri karena gadis itu merasa kurang nyaman berdekatan dengan mereka berdua.

Liora lebih nyaman saat sedang bersama Aira daripada sahabatnya yang lain.

Gizca membalas pelukan sahabatnya tak kalah erat. Ia juga merindukan Dizcha, sangat. Apalagi dengan kehebohan yang biasa Dizcha ciptakan saat berada di mana pun itu, Gizca merindukannya.

"Gila anjir sahabat gue menang dong! Congratulations, my friend! Sumpah sih gue merinding banget liatnya loh, Giz," ujar Dizcha masih menciptakan kehebohan di koridor.

Beberapa anak yang berjalan di koridor ini jelas memperhatikan mereka yang baru saja melepaskan pelukannya.

Gizca tertawa melihat ekspresi Dizcha saat ini. Terlihat seperti dibuat-buat padahal aslinya tidak. Dia memang seperti itu.

Saat final waktu itu memang ditayangkan langsung di sebuah aplikasi yang sudah ditentukan oleh pihak panitia. Jadi, Dizcha dapat menontonnya walaupun dia berada di Indonesia.

"Kembar belum balik?" tanya Gizca mengalihkan pembicaraan.

"Belum. Tanggal dua Agustus mereka baru selesai lomba. Tapi, katanya mereka mau jalan-jalan dulu sih sama Tante Lila dan Om Randi. Biasalah ya keluarga mereka 'kan harmonis, habis ngelakuin sesuatu yang berat langsung liburan. Refreshing-refreshing, gak kayak gue di rumah terus," dengus Dizcha berdecak pelan.

"Ha-ha-ha ... makanya jangan musuhan sama kakak sendiri, jadi gini 'kan akhirnya. Aneh sih lo! Punya saudara cuma satu malah lo musuhin gitu," cibir Gizca setengah meledeknya.

"Lah apa hubungannya?" Menurut Dizcha tidak ada hubungannya sama sekali antara liburan dengan kakaknya, Sekala.

"Ya itu lah! Kalau lo gak musuhan sama Kak Sekala, mungkin dia juga mau ngajakin lo liburan. Biar kayak adik-kakak pada umumnya," terang Gizca.

"Sekali pun gue sama dia gak musuhan juga gue sih ogah liburan bareng dia. Bikin naik darah mulu," oceh Dizcha.

Gizca tertawa mendengar Dizcha yang menjelek-jelekkan kakaknya sendiri. Bukannya bersyukur memiliki seorang kakak, daripada seperti dirinya yang anak tunggal. Sekalinya punya kakak malahan kakak tiri. Mana crush nya sendiri pula.

Berat!

"Ya udah bareng pacar aja, Diz," saran Gizca makin ngawur. Padahal dia sendiri tahu kalau Dizcha sejak bayi tidak pernah berpacaran.

"Lo pengin banget gue geplak ya, Giz?!" sungut Dizcha.

Omong-omong, sekarang ialah H-1 sebelum Dizcha berangkat ke Sydney. Sebenarnya Bu Meliana tidak mengizinkan Dizcha untuk berangkat sekolah, tapi gadis itu nekat saja.

Jika tidak berangkat sekolah padahal dia sendiri berada di asrama, 'kan sama saja. Yang ada dia sendiri akan merasa iri dengan teman-temannya yang bisa berkumpul dan belajar di kelas.

"Enggak, Diz, canda doang gue."

Mereka memang sudah seperti saudara jika bersatu. Tidak peduli dengan sekitar yang setia menjadi penonton setia mereka saat berdebat kecil seperti tadi.

👑

"Lo punya rencana apalagi sih, Dan? Jangan bikin Wirdzone kehilangan lagi deh."

Arvin mulai kesal sendiri dengan gerak-gerik Zaidan yang semakin aneh akhir-akhir ini. Ia curiga kalau Zaidan memiliki rencana buruk lagi.

"Gue udah susun baik-baik rencana gue. Lo gak perlu takut, Vin. Wirdzone bakalan menang tanpa ada yang tumbang," ucap Zaidan yakin.

"Seenggaknya kasih tau kita juga kali, Bos," sahut Haiden sembari asik bermain game online bersama Jack.

"Nanti dulu, sabar, sebentar lagi gue bakalan kasih tau kalian. Gue mau pantau situasi beberapa hari ini dulu lah, Den," balas Zaidan.

"Terserah lo aja lah, Dan. Gue mah tim ngikut aja," kata Arsen.

"Dasar beban anggota ya lo, Sen!" Rivan kesal.

Sedari dulu, Arsen memang selalu menjadi tim ikut saja tanpa memberikan ide-ide yang masuk akal agar Loridz bisa kalah dari Wirdzone.

Berhubung Jayden sudah kembali bersekolah, ini membuat Zaidan semakin mudah untuk menjalankan rencananya.

Jayden pasti sangat merasa kehilangan setelah Rendra meninggal. Dia juga pasti sangat emosi jika menyangkut Loridz. Apalagi Freeza.

Rival melirik Jayden yang diam saja. Ia diam-diam memperhatikan Zaidan yang sedaritadi melirik-lirik ke arah Jayden. Seolah-olah rencana yang belum diketahuinya itu bersangkutan dengan Jayden.

"Jangan manfaatin emosi orang lain, Dan."

Yang lainnya menatap Rival sepenuhnya. Merasa bingung dengan kalimat yang dikatakannya.

"Nuduh mulu lo ke gue, Val!" kesal Zaidan.

"Neuron cermin," bisik Arvin tepat di telinga Zaidan.

"ARGH NYEBELIN LO, VAL!"

👑

Bu Rinai sedang menjelaskan mata pelajaran matematika di depan kelas. Kebetulan sedang mengajar di Class Crown, anak muridnya sendiri.

Melihat jumlah kursi di kelas ini yang jauh lebih banyak daripada beberapa bulan kemarin membuatnya tersenyum miris. Andai bukan karena bentuk tanggung jawab, pasti dia akan sangat senang karena jumlah murid yang sebanyak ini.

"Apa kalian mengerti dengan apa yang Ibu jelaskan tadi?" tanyanya melirik satu persatu siswa di kelas.

Pandangannya berhenti saat dia menatap Alvarez yang diam saja dengan tatapan yang kosong ke depan sedangkan tangannya bergerak mencoret-coret halaman buku tulis paling belakang.

"Alvarez, apa kamu mengerti dengan yang Ibu jelaskan?" ulang Bu Rinai bertanya.

Alvarez terlonjak kaget mendengar pertanyaan dari Bu Rinai sekaligus tepukan di pundak dari Jeva.

"Me–mengerti, Bu," jawab Alvarez masih kaget.

"Bagus! Coba jelaskan kembali apa yang tadi Ibu jelaskan," pinta Bu Rinai.

Alvarez membelalakkan matanya kaget. Mampus dia karena sedaritadi tidak memperhatikan Bu Rinai yang menjelaskan panjang lebar di depan kelas.

Dia hanya sempat memperhatikan sebentar saja. Semoga ini bisa membuat Bu Rinai percaya kalau dia memahami materi.

"Statistika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana cara merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, lalu menginterpretasikan, dan akhirnya mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang bersangkutan dengan suatu data."

Dengan sedikit ragu-ragu dan gugup karena dijadikan atensi utama oleh dua puluh sembilan murid lainnya, Alvarez menjelaskan apa yang ditangkapnya tadi.

"Apa yang dimaksud dengan korelasi dalam ilmu statistika?" tanya Bu Rinai.

Alvarez mengedarkan pandangan ke penjuru kelas sembari berpikir keras. Ia harus mengingat materi yang sempat dijelaskan oleh guru pembimbing.

"Korelasi. Korelasi di dalam ilmu statistika merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dua variabel yang saling berkaitan satu sama lain disebut dengan korelasi bivariat, sementara hubungan antara lebih dari dua variabel disebut korelasi multivariat," jawab Alvarez sedikit menghilangkan kegugupannya.

Bu Rinai melakukan ini agar semua murid-muridnya mau mendengarkan apa yang tengah dijelaskannya.

Sebenarnya bukan hanya yang tidak mendengarkan materi seperti Alvarez saja yang akan diberikan pertanyaan, setiap jam pelajarannya akan berakhir, Bu Rinai selalu memberikan pertanyaan secara langsung atau biasa disebut sebagai tes lisan.

"Bagus, Ibu suka jawabanmu, lengkap," puji Bu Rinai. Dia kembali mengedarkan pandangan dan berhenti di Revi. "Revi, ada berapa macam statistika?"

Revi melihat ke bukunya sebentar, untung tadi dia sempat mencatat apa yang Bu Rinai jelaskan.

"

Ada dua macam, Bu. Yakni statistika deskriptif dan statistika inferensial," jawab Revi lengkap.

Bu Rinai mengangguk sebagai tanda kalau jawaban dari Revi tadi itu benar.

Guru itu kembali mengedarkan pandangan dan berhenti di Kanaya.

Gadis itu menelan ludahnya kasar, kaget.

"Kanaya," panggil Bu Rinai.

"I–iya, Bu."

"Coba jelaskan perbedaan statistika deskriptif dan statistika inferensial," pinta Bu Rinai.

Kanaya melirik Tsabita yang duduk tepat di samping kanannya. Berhubung mereka duduk sendiri-sendiri, dan Kanaya tidak sempat mencatat, dia jadi bingung hendak menjawab apa.

"Kanaya?"

"Ha? I–iya, Bu, sebentar. Saya lupa," jawab Kanaya menggigit bibirnya yang bagian bawah.

"Bohong," gumam Bu Rinai pelan. Melihat Kanaya yang menggigit bibir seperti itu membuatnya dengan mudah menebak kalau Kanaya sedang berbohong.

Bu Rinai berdecak kemudian menyuruh Tsabita untuk menjawab melalui gerak tubuhnya.

Tanpa Bu Rinai memintanya secara langsung, Tsabita segera menjawab. Takut-takut Bu Rinai akan ikut marah kepadanya juga.

"Statistika deskriptif berkenaan dengan deskripsi data, misalnya dari menghitung rata-rata dan varians dari data mentah; mendeksripsikan menggunakan tabel-tabel atau grafik sehingga data mentah lebih mudah "dibaca" dan lebih bermakna.  Sedangkan statistika inferensial lebih dari itu, misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan prediksi observasi masa depan, atau membuat model regresi," jawab Tsabita panjang.

"Bagus, Tsabita! Untuk Kanaya, lain kali kamu perhatikan saat ada guru yang menerangkan di depan. Sebagai hukuman, sekarang kamu buat satu contoh statistika. Saat istirahat pertama nanti harus sudah selesai. Oh ya, kamu buat dalam bentuk file lalu kamu print. Saya tidak menerima hasil tulis tangan!"

"Baik, Bu."

👑























Part ini segini dulu ya hehe
Ide ku mentok banget super😔✌🏻
Tapi walaupun begitu tetap tinggalkan jejak yaps🙂🔨

Continue Reading

You'll Also Like

192K 9.4K 55
แ€„แ€šแ€บแ€„แ€šแ€บแ€€แ€แ€Šแ€บแ€ธแ€€ แ€›แ€„แ€บแ€ทแ€€แ€ปแ€€แ€บแ€•แ€ผแ€ฎแ€ธ แ€กแ€แ€”แ€บแ€ธแ€แ€ฑแ€ซแ€„แ€บแ€ธแ€†แ€ฑแ€ฌแ€„แ€บแ€กแ€™แ€ผแ€ฒแ€œแ€ฏแ€•แ€บแ€›แ€แ€ฒแ€ท แ€€แ€ฑแ€ฌแ€„แ€บแ€œแ€ฑแ€ธ แ€€แ€ปแ€ฑแ€ฌแ€บแ€”แ€ฑแ€™แ€„แ€บแ€ธ แ€แ€ผแ€ฐแ€แ€ผแ€ฌแ€œแ€ฝแ€”แ€บแ€ธแ€œแ€ญแ€ฏแ€ท แ€€แ€ปแ€ฑแ€ฌแ€บแ€”แ€ฑแ€™แ€„แ€บแ€ธแ€€ แ€•แ€ญแ€ฏแ€ธแ€Ÿแ€•แ€บแ€–แ€ผแ€ฐแ€œแ€ญแ€ฏแ€ท แ€”แ€ฌแ€™แ€Šแ€บแ€•แ€ฑแ€ธแ€แ€ถแ€›แ€แ€ฒแ€ท แ€€แ€ฑแ€ฌแ€„แ€บแ€™แ€œแ€ฑแ€ธ แ€”แ€ฑแ€แ€ผ...
1.1M 37K 70
HIGHEST RANKINGS: #1 in teenagegirl #1 in overprotective #3 in anxiety Maddie Rossi is only 13, and has known nothing but pain and heartbreak her ent...
13.1M 434K 41
When Desmond Mellow transfers to an elite all-boys high school, he immediately gets a bad impression of his new deskmate, Ivan Moonrich. Gorgeous, my...
17M 653K 64
BitmiลŸ nefesi, biraz kฤฑrฤฑlgan sesi, Mavilikleri buz tutmuลŸ, Elleri nasฤฑrlฤฑ, Gรถzleri gรถzlerime kenetli; "ฤฐyi ki girdin hayatฤฑma." Diyor. Ellerim eller...