Tap 🌟
Siapa aja nih yang nungu apdet?
Absen pake emot '🔥'
Bacanya jam berapa?
Spam '❤️'
Panjang nih tulisannya hihi
___
"Olivia..."
Deg
Belum lagi maminya mengucapkan sesuatu hatinya sudah sangat gelisah.
"Dia udah sadar, dia mau bicara sama kamu, cepetan!!"
"I-iya, iya," gugupnya lalu mengecup singkat batu nisan kakeknya lalu pergi dari sana dengan hati yang berdetak kencang.
Alan sungguh takut..
•••
"O-Olivia? Ma-mana?" tanyanya dengan raut wajah risau.
"Calm..." ingat Edgar mengelus lengan Alan yang dingin.
"Olivia kenapa, anjing?!" tanyanya ngegas menyentak tangan Edgar dari lengannya.
"Olivia cuma mau bicara sam--"
Belum selesai berbicara Alan langsung membuka pintu ruangan pujaan hatinya dengan kasar.
Hidungnya mencium bau obat-obatan yang sangat menguar. Matanya terpejam sesaat lalu beralih menatap brankar yang bertuliskan nama 'Nyonya Atmajaya' yang membuatnya lega karena melihat Perempuan-nya tengah tersenyum manis padanya walau ada hal tersirat yang tidak ia ketahui dibalik senyuman termanis itu.
"Baby.." lirih Alan melangkah pelan mendekati Perempuannya dengan tangan yang terkepal.
"A-alan... I'm here," lirih Perempuan itu berkaca-kaca. Tangan-nya ia rentangkan untuk menerima pelukan hangat Alan.
Grepp
Alan memeluk kuat tubuh Perempuan itu dan mengecup seluruh wajah Perempuan itu.
Cup
Cup
Cup
Cup
Cup
"Baby, I need you...Forever," isak Alan menyembunyikan kepalanya pada leher hangat gadis itu.
"I also, Adhi..."
"Therefore, get well for me and our baby."
"A-apa?" tanya perempuan itu kebingungan.
Kepala Alan terangkat sehingga dapat melihat jelas kerutan kebingungan wajah cantik gadisnya.
"You're pregnant, and that's our child," ungkapnya bangga dengan senyum yang mengembang. Tangannya yang awalnya mengelus pipi gadis itu kini beralih pada perut rata gadis itu lalu mengelusnya pelan.
"Bayi kita disini," katanya pelan masih mempertahankan deretan giginya yang rapih terlihat.
"B-benar?" Tumpah sudah air mata yang sedari di tahan gadis itu.
"Alan..hiks, I'm so happy, I-I'm going to be a m-mother?"
"Sure, Mommy.." balas Alan mencium lama kening perempuan itu lalu turun ke mata perempuan itu yang memerah.
Cup
Cup
Olivia memeluk erat Alan, menenggelamkan kepalanya di dada bidang cowok itu.
"K-kok bisa?" tanyanya polos membuat Alan terkekeh gemas.
Cup
Saking gemasnya membuat Alan tidak tahan mengecupi lama puncak kepala perempuannya.
"Bisa, kita kan udah pernah buat sekali," bisiknya sensual menjilat kilat telinga perempuan itu yang membuat sang empunya geli.
"Alannnn," rengek perempuan itu malu-malu.
"Aishh, maluuu," goda Alan semakin mengeratkan pelukan keduanya.
"Alan!"
"Ya, sayang?"
"Udah ih, maluuu."
"Malu apa malu, hm?"
"Gak mau ah, temenan sama Alan," rajuk perempuan itu cemberut. Ia melongarkan pelukan keduanya.
Cup
Tiba-tiba Alan mencium bibir perempuan itu lama.
"Te amo," ungkap Alan disela-sela ciuman mereka.
•••
"Alan," panggil perempuan itu yang memainkan kancing Alan.
"Yes, baby girl? Hm?" balas Alan tersenyum mengelus puncak kepala Perempuan itu.
"Aku cuma mau bilang. Kamu harus selalu hati-hati ya, jaga diri kamu, kesehatan kamu, kamu harus kua--"
Iya, begitulah. Mereka sudah menggunakan aku-kamu.
"Apaan sih? Ngapain ngomong gitu? Gue gak suka ya!" bantah Alan dengan wajah memerah. Hingga tanpa sadar Alan kembali mengubah panggilannya menjadi lo-gue lagi saking emosinya.
Alan tidak bisa sabar jika mengangkut Perempuan kesayangannya. Titik gak pake koma!
"Kok lo-gue lagi?" lirih gadis itu dengan pancar kesedihan di matanya.
"Shit," umpat Alan pelan lalu semakin mendekatkan dirinya pada perempuan itu untuk direngkuhnya.
"I'm sorry, baby. Mulut ini gak bisa sabar kalo nyangkut kamu," bisiknya mengecup titik paling sensitif perempuan itu, lehernya.
"A-alanh..d-diem," suruh perempuan itu setengah mendesah.
"Yes, Olivia Atmajaya?"
Tiba-tiba perempuan itu menatap dirinya dengan sendu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya membuat Alan bingung.
"Why, baby girl, hm?"
"Boleh nawar?"
"Nawar? Nawarpa?"
"Shasa nya gak di ilangin. Jadinya nanti Olivia Shasa Atmajaya."
"Kenapa emangnya, bae?"
'Shasa? Kenapa nama 'Shasa'?' batin Alan berusaha berpikir keras.
Perempuan itu mengembangkan senyumnya. Lalu berucap, "Gak apa-apa, boleh 'kan tapi?"
"Tentu, apapun untuk kamu," bisiknya.
Olivia menyambut tangan Alan yang hendak memeluknya dan kemudian mereka berpelukan sangat erat.
"Ihh, gemessssss," celetuk Alan mengigit leher itu hingga membentuk merah keunguan di sana.
"Jangan ngomong gitu lagi ya, sayang..." lirih Alan menduselkan kepalanya pada leher jenjang perempuan itu.
"Ngomong apa?"
"Yang pisah-pisah itu, gak suka!"
"Kan cuma ngomong," balas Olivia mengeratkan pelukannya.
"Tetep aja gak boleh, Olivia Shasa Atmajaya harus selalu sama Alan, harus selamanya.." balas Alan tajam.
Olivia terkekeh mendengar Alan menyebutkan nama langkapnya.
"Cuma Tuhan yang tau kapan kita selalu disatukan dan kembali di ambilnya di sisinya dan bisa saja disisi orang lain. Yang maksudnya diambil lonte sama pebinor," kekehnya diakhir kalimatnya membuat Alan menggeleng keras sampai kepalanya terangkat.
"Gak akan, dan gak boleh terjadi!"
"Kalo terjadi?"
"Kalo orang yang ngambil bakal gue siksa mental dan fisiknya dengan itu dia ke bunuh sendirinya dan kalo diambil...Tuhan...gue bakal, ikutin jejak Ratu kesayangan gue ini," jelasnya tulus mengecup kening perempuan itu lama.
"Jangan, gak boleh!" bantah perempuan itu menggelengkan kepalanya cepat tidak terima.
"Why?"
"Seenggaknya kamu masih bisa nikmati hidup dan banyak-banyakin pahalanya biar gak masuk nerak--"
"Jadi kamu secara gak langsung bilang dosa ku banyak?" tanya Alan datar.
"Kan emang," kikik perempuan itu membuat Alan dengan jahil mengecupi setiap inci wajah cantik.
"A-alan, gelii, ihhh!"
Cup
Cup
Cup
Cup
"Bodo," bisiknya membuat satu kissmark, lagi dileher perempuan itu yang mencengkram rambut lebat Alan dengan susah payah mengatupkan kedua bibirnya.
"Keluarkan, baby..I love hearing your melodious sighs," bisik Alan sensual.
"You're annoying, I hate you but I love you," bisik perempuan itu dengan sorot mata penuh arti.
•••
"Heh, jamet sini!" tangan Zanna melambai-lambai pada Gio yang bercengkrama dengan Marga sesekali ngakak.
Bodohnya, keduanya menoleh setelah di panggil jamet.
"Yaa, ngakuin kalo jamet HAHAH," ledek Zanna meledakkan tawanya.
"FUCK YOU!" Umpat Marga mengacungkan jari tengahnya.
"Na!" tegur Letta menggelengkan kepalanya.
"Eh iya-iya. Marga tolong beliin Olivia makanan dong, yang sehat-sehat dia bosen makanan rumah sakit."
"Ha? Gue?"
"Iya," balas Zanna.
"Upah?"
"Aman, ada Alan," cengir Zanna menunjuk Alan yang berada di kasur king size berkumpul dengan inti Avigator dengan dagunya.
Dan, untuk Letta dan Zanna mereka berdua disebelah sisi kanan dan kiri brankar Olivia. Mereka bercerita banyak hal.
Bukan gibah.
Bukan review akhlak orang pastinya.
"Siap!" Marga meloncat kesenangan diikuti Gio yang juga ingin ikut dapat upah.
"Sam, ikut kagak?"
"Males," balas Samudera acuh tanpa menoleh saking fokusnya dengan game yang dimainkan.
"Mau apa, Liv?"
Perempuan itu berpikir-pikir dengan mengatukkan dagunya.
"Pengan nasi goren--"
Alan beranjak dari tempatnya mendekati Olivia. "No, baby. Nanti tenggorokan kamu sakit siang-siang makan nasi goreng," ujar Alan lembut mengelus rambut perempuan itu.
"Cieee, aku-kamu nih ceritan--" omongan Gio terpotong dengan tatapan tajam Alan yang membuat mengumpati Alan dalam hati.
"Pengen ihh," rengek perempuan itu berkaca-kaca.
"Ganti yang lain, ya?"
"Apa terus?"
"Kamu pengennya apa?"
"Yaudah, Mangga muda terus jusnya juga, boleh?" tanya perempuan itu mengedipkan matanya berkali-kali.
"WTF! Mangga? Mangga itu kesukaan orang hamil bukan?" tanya Marga penasaran dengan sikap kehebohannya.
Semua mata tertuju pada Marga. Mereka rasa memang benar adanya, tapi..Apa benar Olivia hamil?
Oh, payah. Mereka belum mengetahui hal ini.
"Alan! Woi!! Olivia hamidun?!" pekik Marga kesenangan.
"Ya."
Mulut mereka semua terbuka lebar dengan senyum bangga.
"WOYY, GUE BAKAL PUNYA KEPONAKAN WOYYY SENENG BANGETTTT LOHHHH." Gio meloncat-loncat kegirangan menepuk kasar punggung Edgar yang kepanasan akibat tepu-- ralat pukulan kasar Gio.
"WOII GUE MASIH MUDA DIPANGGIL OM, OHEMJII!!" pekik Samudera.
"Anjing! Sakit, babi!" sentak Edgar menepis kasar tangan Gio.
"HUAA! GUE BAKAL JADI AUNTY!!" heboh Zanna tidak kalah keras.
"Ralat, Onta, goblok," balas Letta malas. Ia sangat pusing mendengar pekikkan keempat orang kurang waras itu itu.
Hanya dia dan Edgar yang waras.
"Dasar otak sengklek!" cibir Edgar pada Gio.
"Why not?"
"Dih, ngakuin. Bocah prik!"
"Fuck you men!"
"Diem, lo pada. Teriakan lo semua ganggu cewek gue!" lerai Alan melotot.
"Kan bahagia, Lan. Gimana sih?!"
Alan tidak menggubris.
"Jadi, mau apa?" tanya Alan bernada lembut sangat kontras saat berbicara dengan teman-temannya.
"Apapun, pokoknya mangga," kata perempuan itu membuat Alan mengangguk.
Dagunya menunjuk pintu sebagai isyarat pada Marga dan Gio untuk membelikan keinginan perempuannya.
"Uangnya dong, hehe," cengir Gio dengan jari terangkat berbentuk peace.
Alan mengeluarkan lima lembar uang bernilai seratus ribuan memberikannya kepada Marga dengan wajah datar kontras dengan Marga yang menyengir kuda.
Mereka berdua pergi dengan senyum bangga.
"Lo kapan hamilnya?" tanya Letta mendekati temannya itu.
"Kapan?" tanya Olivia memandang manik elang Alan.
"Udah dua minggu," gumam Alan mengelus puncak kepala perempuannya dengan sayang.
"Aduh, bucin banget. Kapan gue? Ngontrak di mars oke kali ya?" gumam Zanna seperti menyindir membuat Olivia terkekeh menggelengkan kepalanya.
"Sana, beban dunia," goda Letta bercanda.
Zanna tersenyum lebar dibalik senyuman pedihnya.
Dalam hatinya ingin semakin menangis. Benar apa yang dikatakan Letta. Ia beban dunia!
Semua keluarganya menganggapnya beban. Didik dengan keras tanpa ada yang tau, menjadi seorang sok kuat, sok senang dengan keadaan nyatanya sangat miris.
Cinta? Semua yang pernah ia katakan itu palsu. Ia tidak tertarik dengan siapapun. Ia saat ini hanya sibuk mengurus dirinya yang tidak ingin menyandang...Beban dunia.
"Bolehkan beban dunia ini bahagia?" gumamnya tanpa sadar.
"Kenapa, Na?" tanya Letta mendengar gumaman Zanna yang samar-samar di telinganya.
"Ha? Kenapa? Gue ngomong apa?" tanya Zanna mengerutkan dahinya.
"Tadi ada kayak ngomong sesuatu.
Zanna terkekeh. "Salah dengar kali," ujarnya menggelengkan kepalanya.
Samudera menghunuskan lekat tatapannya pada Zanna yang tepat berada disampingnya.
Ia tidak buta, ia tidak tuli!
'Sok kuat,' cibir Samudera dalam hati.
Samudera tau semuanya.
(Iklan dulu, nanti baca sampe bener-bener vawah ya guys ada pemberitahuan terupdate.)
Bentakan dan kekerasan fisik dan mental, Samudera lihat dan dengar semuanya. Bermula saat dirinya mengunjungi saudaranya yang ternyata masih satu kompleks rumah Zanna.
Saat itu ia mendengar suara gaduh membuatnya kepo dan berakhir diam-diam menguping pembicaraan.
Katakan, ia lancang. Tapi jiwa kekepoannya sangat meronta-ronta.
Dan hal yang paling membuatnya kagat sata mengetahui jika korban kekerasan itu Zanna. Teman dekat istri sahabatnya.
Tetapi, ia tidak berani ikut campur. Menurutnya, itu urusan keluarga itu. Bila memang dirinya dan Zanna sudah memiliki hubungan barulah dirinya bisa ikut campur hal tersebut.
Untuk menguping? Sudahlah, ia kan hanya kepo. Itu yang dipikirkannya.
Srett
"H-heh!" kaget Zanna saat pinggangnya ditarik hingga tubuh kurus gadis itu jatuh di dada bidang Samudera.
"Gadis sok kuat, hm?" bisik Samudera tepat berada di telinga gadis itu. Tubuh Zanna menegang seketika dengan bola mata yang melebar.
•••
"Rela gak rela, harus rela!"
TBC
.
.
.
OPEN ROLEPLAYER!
NO TG SEMUA!
Dan ada satu info lagi:
Aku udah buat gc khusus Wattpadnya Nara buat seru-seruan di sana. Semua yang baca Wattpad Nara bisa gabung.
Buat linknya kalo males salin bisa langsung ke Instagram Story ya guys!
Oh iya, aku bentuk gcnya dulu sambil nunggu Roleplayer ya, gitu.
Kalian bisa ramein disana🤙
.
.
.
Alan Adhi Atmajaya
Olivia Shasa Dewangga
29/1/22
20.39