'๐’๐†๐†' ๐€๐ฆ๐›๐ข๐ญ๐ข๐จ๐ฎ๐ฌ ๏ฟฝ...

By Taratataaa__

19.5K 2.4K 117

Kelas istimewa-kelas yang hanya akan dihuni oleh anak-anak peringkat paralel. Peringkat satu sampai dengan li... More

Prelude
Optis
โ€ข1โ€ข Apofisis
โ€ข2โ€ข Bakteri Aerob
โ€ข3โ€ข Coulomb
โ€ข4โ€ข Dinasti
โ€ข5โ€ข Empiris
โ€ข6โ€ข Fosfat
โ€ข7โ€ข Gastrodermis
โ€ข8โ€ข Hafnium
โ€ข9โ€ข Inersia
โ€ข10โ€ข Jarak
โ€ข11โ€ข Kingdom
โ€ข12โ€ข Lesbianisme
โ€ข13โ€ข Massa Jenis
โ€ข14โ€ข Neuron
โ€ข15โ€ข Oogenesis
โ€ข16โ€ข Proton
โ€ข17โ€ข Quasar
โ€ข18โ€ข Ragam Beku (Frozen)
โ€ข19โ€ข Silikon
โ€ข20โ€ข Titanium
โ€ข21โ€ข Uterus
โ€ข22โ€ข Vassal
โ€ข24โ€ข Xilem
โ€ข25โ€ข Yupa
โ€ข26โ€ข Zeolit
โ€ข27โ€ข Zigospora
โ€ข28โ€ข Yerkes
โ€ข29โ€ข Xenon
โ€ข30โ€ข Waisya
โ€ข31โ€ข Volcano
โ€ข32โ€ข Uranium
โ€ข33โ€ข Tabulasi
โ€ข34โ€ข Saham
โ€ข35โ€ข Radula
โ€ข36โ€ข Quarry
โ€ข37โ€ข Petrokimia
โ€ข38โ€ข Oksidator
โ€ข39โ€ข Niobium
โ€ข40โ€ข Musci
โ€ข41โ€ข Labelling
โ€ข42โ€ข Katabatic
โ€ข43โ€ข Joule
โ€ข44โ€ข Iridium
โ€ข45โ€ข Heuristik
โ€ข46โ€ข Germanium
โ€ข47โ€ข Flagela
โ€ข48โ€ข Ekspansi
โ€ข49โ€ข Deklinasi
โ€ข50โ€ข Candu
โ€ข51โ€ข Bromin
โ€ข52โ€ข Ampere
Nawoord
Extra Caput 1
Ekstra Caput 2

โ€ข23โ€ข W-Virginis

195 30 0
By Taratataaa__

Jika tak ingin menjadi senja yang pergi, maka jadilah pagi yang ku nanti. Seperti namamu.

👑

W-Virginis : nama bintang variabel yang terletak di rasi Virgo.

👑

Zaidan menatap sekelilingnya. Sekolah ini—sekolah yang dia mimpikan untuk menjadi salah satu dari banyaknya siswa beruntung yang resmi menjadi siswa di sini.

Tanpa tes.

Walaupun harus melalui tes, sebenarnya Zaidan juga tidak masalah. Yang terpenting ada peluang untuk menjadi bagiannya.

Jack menepuk pundak Zaidan pelan membuat si empunya menoleh.

"Ngapain lo, Dan? Jangan berlagak kayak orang kampung yang baru pertama kali liat sekolah sebesar ini napa. Malu-maluin Wirdzone aja lo," tegur Jack begitu memergoki apa yang sedang Zaidan lakukan.

"Gue lagi mensyukuri nikmat yang udah Tuhan kasih. Emangnya elo, buat ngucap syukur aja gengsi. Padahal itu urusannya sama Tuhan lo sendiri," cibir Zaidan membalas.

Jack mendengkus kesal. Salahnya juga harus berbicara seperti itu ke ketuanya itu.

"Lagian lo ngapain sih ngatur-ngatur gue? Ingat, gue ketua lo di sini," tambah Zaidan menekan setiap kata-kata yang diucapkannya.

"WOI, JAYDEN UDAH SADAR DARI KOMANYA!"

Teriakan Rivan dari kelas terdengar sampai ke luar. Zaidan dan Jack sesegera mungkin masuk ke kelas, begitupun juga dengan anggota Wirdzone lainnya yang sedang ada di luar.

Semua anggota mengelilingi tempat duduk Rivan. Teman kelas lainnya hanya mengedikkan bahu, tanda tidak peduli.

"Seriusan gak?" tuding David. Lelaki itu masih tidak percaya.

"Serius lah! Ya kali gue bohong." Rivan membalas dengan sedikit kesal.

Arvin melirik Zaidan yang terdiam di tempatnya. Mereka semua kaget sekaligus senang.

Di hari pertama mereka masuk sekolah di SGG, hari itu juga Jayden sadar dari komanya.

Setiap hari mereka datang ke rumah sakit, setiap hari mereka mendoakan Jayden, akhirnya berbuah manis juga.

"Dan," panggil Arvin.

"Kita ke rumah sakit abis pulang sekolah," ujar Zaidan tegas. Lalu duduk di kursinya.

"Tapi—"

"Ini hari pertama kita sekolah di sini, Jack. Jangan langsung bolos."

Akhirnya semuanya mengangguk setuju. Duduk di tempatnya masing-masing, tepat sekali dengan bel masuk berbunyi.

👑

Semalam Liora langsung pergi ke bandara setelah kompetisi yang diikutinya selesai. Setelah sesi foto-fotonya dirasa cukup juga.

Untunglah semua barang-barangnya sudah dimasukkan kembali ke dalam koper. Begitupun juga dengan tiket pesawat yang sudah ia beli.

Pukul 09.55 WIB Liora sudah sampai di bandara internasional Soekarno-Hatta. Bersama dengan Mr. Ernest, gadis itu turun dengan membawa piala serta medali yang masih dikalungkan di lehernya.

"Li!"

"LIORA!"

Teriakan seseorang membuat Liora mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari siapa yang memanggilnya.

Tak lama matanya menangkap sesosok manusia yang sangat dikenalinya.

Liora tidak pernah mengharapkan ada satu orang pun yang menjemputnya ketika pulang. Tidak.

Seseorang itu berlari kecil menghampirinya. Senyumnya mengembang sempurna.

Gadis blasteran itu tak bergerak barang sedikit pun dari tempatnya. Jikalau ia berharap ada yang menjemputnya, kenapa harus orang ini?

"Rey ...."

"Iya, ini gue."

Reynal Arthar Asvatama—dialah yang datang untuk menjemput Liora di bandara.

"Lo tau dari mana gue pulang?" tanya Liora. Masih kaget.

Reynal melirik Mr. Ernest yang sedaritadi diam dan menyimak pembicaraan saja.

"Mr. Ernest maksud lo?" tanya Liora lagi, memastikan.

"Iya. Dia om gue. Waktu dia ngabarin orang tuanya, gue dengar juga soalnya gue lagi di rumah nenek. Nenek gue 'kan orang tua dia," jelas Reynal sembari menampilkan deretan giginya.

Liora membelalakkan matanya kaget. Pikirannya mulai berkelana ke mana-mana. Soal interaksinya selama di Lisbon, ia takut guru pendampingnya itu memberitahu juga kepada Reynal.

Mr. Ernest terkekeh geli melihat reaksi Liora yang kaget.

"Mr—"

"Saya disuruh Reynal, jangan salahkan saya, Lio," sela Mr. Ernest pura-pura takut.

Bibir Liora mengerucut kesal. Ia dikerjai oleh dua orang laki-laki di dekatnya ini.

Saat ini, gadis itu terus saja berharap dalam hati semoga saja Mr. Ernest tidak memberitahukan ke Reynal soal sikap dia yang kekanakan selama di Lisbon.

Berusaha tidak peduli, Liora berjalan lebih dulu meninggalkan om dan keponakan itu yang masih asik menertawakannya.

"Li!"

Reynal berseru membuat beberapa orang menatapnya aneh, tidak peduli. Dia mengejar Liora dan mencekal pergelangan tangannya.

Dengan cepat Reynal menarik tubuh Liora ke dalam dekapannya. Mendekatkan bibirnya ke telinga Liora. "Selamat atas kemenangannya, Liora. Lo hebat!"

Suara berat Reynal yang tepat di telinganya membuat bulu kuduk Liora berdiri. Begitu menggetarkan hatinya.

"Rey ...."

Suara dengan nada lirih itu membuat Reynal semakin mengeratkan pelukannya. Ia tahu apa yang sedang dirasakan oleh gadis di pelukannya ini.

"Lo hebat, Li," sanjungnya lagi.

"Rey ...." Lagi-lagi Liora hanya menyebut nama Reynal saja dengan nada lirih.

"Gue akan jadi orang pertama yang kasih ucapan selamat ke lo begitu sampai di Indonesia. Gue berhasil, 'kan?"

Reynal mengurai pelukannya. Manik matanya bertubrukan dengan manik mata Liora yang sudah berembun.

"Gue maunya mamah, Rey ... gue maunya mamah yang jemput gue, gue maunya mamah yang ngucapin selamat pertama kali pas gue sampai di Indonesia. Bukannya elo. Gue gak pernah naruh harapan dari lo," kata Liora.

Reynal kembali membawa Liora ke dekapannya. Melihat air mata Liora yang perlahan luruh ke pipi membuatnya tidak tega dan ingin bisa menenangkannya.

"Kalau boleh jujur, gue juga maunya Saka yang meluk gue."

Laki-laki itu yang awalnya mengusap lembut punggung Liora pun berhenti mengusapnya.

"Bukan lo, Reynal Arthar Asvatama!"

Sakit, benar-benar sakit. Baru kali ini Reynal merasakan sakit yang teramat hanya karena cinta.

Cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

Tapi, perlahan Reynal kembali mengusap punggung Liora dengan lembut. Sudah dibilang kalau ia mengerti dengan perasaan Liora saat ini, 'kan?

"Lepasin, Rey." Liora memberontak. Ingin segera lepas dari pelukan yang sangat erat dan menyesakkan ini.

"Enggak akan."

"Rey, lepasin! Gue udah jahat sama lo, gue gak pernah anggap lo ada buat gue. Lepasin!"

Dengan sekuat tenaga Liora berusaha melepaskannya, justru Reynal semakin mengeratkan pelukannya.

Tenggorokannya terasa sakit untuk berbicara dengan keadaan air mata yang terus mengalir di pipi. Tidak dapat dipungkiri, Liora sangat menikmati dekapan hangat ini.

"Lepasin, gue mau pulang!"

Akhirnya Reynal melepaskan pelukannya. Ia menangkup wajah Liora. Tanpa aba-aba dia mengecup singkat kening Liora.

"Maaf." Reynal kembali mendekatkan bibirnya ke telinga si gadis. "Gue antar lo pulang ke rumah, Li."

Tak menjawab apapun, Liora hanya mengikuti setiap langkah Reynal sampai ke mobil yang dibawa oleh laki-laki itu.

Sementara Mr. Ernest sudah pulang daritadi meninggalkan dua insan yang masih asik berpelukan tadi.

Reynal sampai rela berbohong ke guru piket kalau orang tuanya menyuruh pulang karena ada urusan penting. Padahal dia hanya ingin menjemput Liora di bandara.

"Gue selalu nungguin lo pulang. Telepon dari Mr. Ernest lah yang paling gue tunggu-tunggu karena dia bakalan selalu ngasih tau gue soal lo. Soal lo yang susah kalau disuruh makan, dan lain-lain. Dia yang ngasih tau," ujar Reynal sembari fokus ke jalanan di depannya.

Setelah memasukkan koper milik Liora ke bagasi, Reynal langsung masuk ke mobil, begitupun dengan Liora.

Liora tak merespon apapun. Ia memilih diam setiap Reynal mengajaknya berbicara.

"Li," panggil Reynal.

Liora berdehem pelan dan menolehkan kepalanya. Seluruhnya ia menatap ke arah Reynal.

"Sampai kapanpun gue akan selalu nungguin lo," lanjut Reynal.

"Gue 'kan udah pulang, Rey. Lo gimana sih? Lo pengin gue pergi lagi?"

"Bu–bukan gitu. Gue bakalan selalu nungguin elo, Li. Nungguin lo buat balas perasaan gue," ucap Reynal dengan jelas.

"Gue gak maksa lo buat balas sekarang. Gue juga tau kok sekarang lo lagi suka sama Saka. Karena tantangan dari Aina itu. Kalau lo udah enggak suka lagi sama Saka, bilang ya, biar gue bisa berjuang lebih keras lagi buat miliki lo," pinta Reynal tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depannya.

"Tapi—"

"Apa lo maunya gue perjuangin lo sekarang?" potong Reynal menebak.

"Bukan itu!"

"Terus apa?" Kedua alis Reynal saling bertautan.

Ia bingung. Kebiasaan Liora, suka bertele-tele. Padahal dalam hal penting seperti ini.

"Tantangan dari Aina udah gak berlaku lagi. Tiket itu udah batal, gue juga harus batal suka sama Saka," jawab Liora menjelaskannya.

Reynal melirik ke arah Liora sebentar. Sebelah tangannya meraih sebelah tangan Liora untuk dia genggam erat.

Liora diam saja. Tidak memberontak seperti tadi saat di bandara.

"Jadi?"

"Enggak tau."

"Oke, di jidat lo udah ada tulisan 'Selamat Datang Reynal', gue akan perjuangin lo mulai sekarang. Mohon izin, Ratu."

Liora menjauhkan tangan yang tadi digenggam oleh Reynal untuk memukul tangan bagian atas laki-laki itu.

Menyebalkan sekali, bukan?

"Nama gue bukan Ratu, Rey!" protes Liora tidak terima namanya diganti begitu saja. Susah-susah orang tuanya memberikannya nama yang bagus seperti ini.

"Iya, tapi lo ratu di hati gue."

"Nah kalau lo cuma pelayan di hati gue!"

👑

Cafetaria sudah ramai diisi oleh para orang-orang yang kelaparan di jam istirahat pertama ini.

Di lantai tiga gedung utama, tepatnya cafetaria tempat khusus untuk para siswa dari kelas istimewa juga tidak kalah ramai. Bedanya mereka lebih tertib dalam mengantri.

Soal Liora yang sudah pulang tidak diketahui satu orang pun di kelas. Pikirnya mungkin Liora akan pergi jalan-jalan sebentar, mumpung ada di Lisbon.

Sepuluh orang ini disatukan dalam satu meja. Mereka anak-anak Class Crown. Mereka sudah siap menyantap makanan yang hadir di hadapan masing-masing.

"Reynal ke mana?" tanya Dizcha.

"Gak tau. Katanya sih orang tuanya nyuruh dia balik karena ada hal penting yang harus dia urus," jawab Jeva yang duduk tepat di hadapannya. Hanya terhalangi oleh meja.

Graysia melirik ke lantai dua. Kebetulan dia duduk di dekat pembatas, jadi bisa dengan mudah dia melihat ke bawah.

Di sana ada anggota Wirdzone yang sedang asik bernyanyi dengan Arsen yang memetik gitar.

Melupakan soal makanannya yang mulai dingin, dia mulai dibuat asik mendengar suara nyanyian dari seorang Elfino Adijaya.

"Semua yang bernafas perlu menemukan cahayanya
Semua yang bernafas perlu temukan arti hidup dan lengkapi jiwanya
Akhirnya ku tlah temukan kamu
Semestaku tercinta."

Anggota Wirdzone lainnya memukul-mukul meja untuk mengiringi lagu yang tengah dinyanyikan oleh Elfino.

"Dan aku takkan pergi dan melepasmu
Dengan sadarku ku masih mau tuk menuju tujuku
Dan ku berjanji tuk selalu ada sampai waktunya
Karena semestaku ada pada kamu."

Sampai suara Erayla dan Louissa yang memanggilnya tak lagi Graysia hiraukan, dia masih saja mendengarkan lagu itu. Sangat sopan saat menyapa gendang telinganya.

Alifan yang duduk di seberang Graysia—sama-sama duduk di dekat pembatas itu ikut melirik ke lantai dua. Mengikuti arah pandangan Graysia.

Tepat ke arah Elfino.

"Tatapanmu bagai bintang
Tak berkilau dan cemerlang
Senyumanmu bagai bulan
Menemani sang malam hingga siang ku datang."

Dari bawah, Elfino mendongakkan kepalanya. Tepat bertatapan dengan Graysia yang tersentak kaget karena menyadari Elfino membalas tatapannya sedaritadi.

Buru-buru Graysia mengalihkan pandangannya. Berpura-pura memakan makanan yang sudah dia pesan tadi.

"Lo ngapain sih, Gray?" tanya Louissa.

"Ha? Emangnya gue ngapain? Gue gak ngapa-ngapain," elak Graysia.

"Semesta akan slalu ku jaga
Semesta abadi selamanyaaa."

Suara Elfino kembali menyapa gendang telinganya dengan lembut membuat Graysia kembali melihat ke bawah sana.

Alifan menghela napas kasar. Sepertinya Graysia sudah mulai jatuh cinta dengan suara emas milik Elfino.

"Dan aku takkan pergi dan melepasmu
Dengan sadarku ku masih mau tuk menuju tujuku
Dan ku berjanji tuk selalu ada sampai waktunya."

"Dan aku takkan pergi dan melepasmu
Dengan sadarku ku masih mau tuk menuju tujuku
Dan ku berjanji tuk selalu ada sampai waktunya."

Elfino mengulangi lirik yang sama di bait sebelumnya. Ia kembali mendongakkan kepalanya berharap menemukan Graysia yang sedang memperhatikannya seperti tadi.

"Sampai waktunya
Karena semesta ku ada pada kamuu."

Tepat di bait terakhir, Elfino menyanyikannya dengan menatap lekat manik mata Graysia dari kejauhan.

"HAREUDANG HAREUDANG!"

Alifan berteriak tidak tahu malu begitu menyadari Elfino dan Graysia saling tatap.

Erayla dan Louissa yang sengaja berdiri untuk mengetahui apa yang dilihat Graysia di bawah sana memasang wajah kesal. Melanjutkan kembali memakan makanan mereka.

"Hawanya panas banget," dengus Louissa.

"Kenapa sih, Er?" tanya Dizcha berbisik.

"Noh si Mbak Abu-abu tatap-tatapan sama Elfino pas tuh cowok nyanyi lagu semesta yang bait akhir," jawab Erayla sengaja mengeraskan suaranya.

Berharap Graysia mendengarnya dan sadar dengan apa yang tengah dilakukannya sedaritadi.

"Alah siah, baru satu hari sekolah di SGG udah dapat target aja tuh si Elfino," ledek Karvian.

"Biasalah, playboy cap badak dia mah. Yang asli cuma yang ada badaknya," gurau Alvarez.

"Orang dia cool boy gitu masa dibilang playboy sih? Ciri-ciri orang iri tuh yang kayak si Alvarez," sahut Graysia masih belum sadar.

Gadis itu masih mengagumi suara itu. Apalagi tatapannya, sangat menenangkan.

Satu detik kemudian Graysia membelalakkan matanya kaget. Apa tadi?

Graysia baru menyadarinya. Termasuk soal yang memperhatikan Elfino dari lantai tiga gedung utama ini.

Teman-temannya menertawakan Graysia keras. Gadis itu hanya mendengkus dengan kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya, malu.

"Nyebelin banget sih!"

Yang lainnya bukannya menghentikan tawa justru semakin gencar menertawakan dan meledek Graysia.

"Cie yang jatuh cinta karena suaranya," ledek Alvarez.

"AREZ NYEBELIN!"

👑























Aduh! Kapan lagi kan pembahasan anak-anak Class Crown gak seserius biasanya.

Setelah ini, nanti kita mulai berpusing ria lagi yaw😌🔨

Anu, jejaknya jangan lupaaa😉🔨

Continue Reading

You'll Also Like

125K 6K 45
แ€„แ€šแ€บแ€„แ€šแ€บแ€€แ€แ€Šแ€บแ€ธแ€€ แ€›แ€„แ€บแ€ทแ€€แ€ปแ€€แ€บแ€•แ€ผแ€ฎแ€ธ แ€กแ€แ€”แ€บแ€ธแ€แ€ฑแ€ซแ€„แ€บแ€ธแ€†แ€ฑแ€ฌแ€„แ€บแ€กแ€™แ€ผแ€ฒแ€œแ€ฏแ€•แ€บแ€›แ€แ€ฒแ€ท แ€€แ€ฑแ€ฌแ€„แ€บแ€œแ€ฑแ€ธ แ€€แ€ปแ€ฑแ€ฌแ€บแ€”แ€ฑแ€™แ€„แ€บแ€ธ แ€แ€ผแ€ฐแ€แ€ผแ€ฌแ€œแ€ฝแ€”แ€บแ€ธแ€œแ€ญแ€ฏแ€ท แ€€แ€ปแ€ฑแ€ฌแ€บแ€”แ€ฑแ€™แ€„แ€บแ€ธแ€€ แ€•แ€ญแ€ฏแ€ธแ€Ÿแ€•แ€บแ€–แ€ผแ€ฐแ€œแ€ญแ€ฏแ€ท แ€”แ€ฌแ€™แ€Šแ€บแ€•แ€ฑแ€ธแ€แ€ถแ€›แ€แ€ฒแ€ท แ€€แ€ฑแ€ฌแ€„แ€บแ€™แ€œแ€ฑแ€ธ แ€”แ€ฑแ€แ€ผ...
564K 12.1K 108
Work#1 Naomi is 18 years old she stay with her abusive father Charles her mother passed away once she was 12 from Brest cancer every time he drinks h...
612K 54.1K 35
๐™๐™ช๐™ฃ๐™š ๐™ ๐™ฎ๐™– ๐™ ๐™–๐™ง ๐™™๐™–๐™ก๐™– , ๐™ˆ๐™–๐™ง ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž ๐™ข๐™ž๐™ฉ ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž ๐™ƒ๐™ค ๐™œ๐™–๐™ฎ๐™ž ๐™ข๐™–๐™ž...... โ™ก ๐™๐™€๐™๐™„ ๐˜ฟ๐™€๐™€๐™’๐˜ผ๐™‰๐™„ โ™ก Shashwat Rajva...
307K 7.7K 111
In which Delphi Reynolds, daughter of Ryan Reynolds, decides to start acting again. ACHEIVEMENTS: #2- Walker (1000+ stories) #1- Scobell (53 stories)...