PUKIS MOZARELLA [END]

By Megautamii10

4.3K 1.4K 278

Warning🔞!! Mengadung unsur ke dewasaan Bijaklah dalam memilih bacaan Bukan buku tentang resep makanan, tetap... More

1. Pertemuan
2. Pria di Kafe
3. Atasan Baru
4. Terlambat
5. Pergi Ke Bandung
6. Terciduk
7. Keputusan
8. Makan Malam
9. Minta maaf
10. Kebun baru
11. Berubah
12. Pergi
13. Kembalilah
14. Akhirnya
15. Bulan Madu
16. Mulai sayang?
17. Terbongkar
18. Cemburu?
19. Membujuk
20. Menyesal?
21. Dia istriku!
22. Kiara kenapa?
23. Anak siapa?
24. Bukan dua garis biru
25. Pengakuan
26. Jangan Pergi
28. Perasaan
29. Terkuak
30. Jatuh cinta?
31. Kalung permata
32. Selamat tinggal
33. Berdamai?

27. Aku tetap bersamamu

80 29 8
By Megautamii10

Happy reading 🧡





















Terlihat dari raut wajah sang Dokter merasa takut. Dokter itu menghela nafas. "Pasien sudah..."

"Permisi dok, ini data pasien." Seorang perawat memberikan sebuah berkas.

Sang Dokter hanya mengangguk. "Pasien sudah siuman. Hanya saja pasien mengalami patah tulang di bagian tangan, namun operasi sudah berjalan dengan lancar."

Kiara yang mendengar hal itu sangat terharu. "Terima kasih banyak, Dok."

Moza tersenyum melihat Kiara berada di sebelahnya. "Kamu kenapa nangis?" Ia menyentuh lembut wajah wanita itu.

"Aku khawatir kalo kamu kenapa-napa." Air matanya kembali menetes.

Moza tersenyum. "Tapi aku baik-baik aja sekarang."

"Moza," Anna mendekati putranya itu.

"Kamu kenapa bisa gini? Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Anna.

Moza mengedikkan bahunya. "Rem mobil Moza tiba-tiba gak berfungsi." Ucapnya.

"Tapi pas Moza berangkat ke kantor, gak ada masalah kok, Ma." Imbuhnya.

"Kamu yakin?" Tanya Anna, Moza mengangguk sebagai jawaban.

"Ada sesuatu yang aneh sebelum kejadian itu gak?" Tanya Brata. Sang Papa.

"Nggak ada, Pa." Balas Moza.

*****

Natasha berhenti di sebuah mall. "Kasi yang paling mahal." Ucapnya.

Kringg!

"Halo, Rey?"

"Kamu dimana? Aku cari ke rumah."

"Aku lagi di luar, mau ke rumah temen aku."

"Oh iya deh, hati-hati ya."

Tutt...

"Ini mbak." Natasha memberikan beberapa lembar uang lalu pergi.

Natasha mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"......"

"Saya Natasha. Pak Moza di rawat di mana?"

"......"

"Terima kasih."

Ia melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Sebuah gedung besar terlihat dari dalam mobil Natasha. Ia memberhentikan mobilnya tepat di depan gedung itu.

"Pasien atas nama Moza Renaldy Aldara?" Tanya Natasha.

"Ada di ruang laksamana mbak." Ucap perawat.

Natasha bergegas menuju ruangan itu. Melihat sebuab tulisan, ia langsung berhenti dan masuk ke dalam ruangan itu. "Moza?" Kiara dan Moza yang ada di sana sontak menoleh.

"Nat, kamu ngapain ke sini?" Tanya Moza.

"Ya jenguk kamu lah, ini aku bawain buah sama makanan ke sukaan kamu." Wanita itu duduk disebelah Moza berhadapan dengan Kiara.

"Haii, Ra?" Sapanya.

Kiara hanya membalasnya dnegan senyuman sekilas. "Kamu mau makan buah apa? Sini aku bukain."

"Emmm...apel aja deh." Ucap Moza.

Natasha sangat bersemangat, ia mengambil sebilah pisau untuk mengupas apel. Kiara hanya diam menatap aksi keduanya.

"Udah, aku suapin ya?" Natasha mengambil sepotong apel.

"Aku mau Kiara yang suapin." Moza tersenyum menatap Kiara. Wanita itu terlihat bingung.

Natasha berdecak kesal. Dan memberikan buah itu pada Kiara. "Suapin," ucap Moza dengan manjanya.

"Oh ya, Nat, kamu gak sibuk? Atau lagi ada urusan gitu?" Tanya Moza sembari mengunyah apel.

"Nggak kok, ini kebetulan gak sibuk jadi aku jenguk kamu ke sini." Balas Natasha.

"Kenapa kok gak sibuk aja sih?" Tanya Moza. Kiara langsung menyenggol lengan Moza.

"Maksudnya?" Tanya Natasha yang bingung.

"Kamu udah makan, Nat? Kalo belum itu makanannya di makan aja, soalnya Moza gak boleh makan itu." Kata Kiara.

Natasha membuang muka. "Nggak!" Jujur Kiara sudah menahan rasa kesalnya melihat wanita di hadapannya ini.

"Mau lagi?" Tanya Kiara.

Moza mengangguk. "Mau apa?"

"Mau kamu." Moza mengedipkan sebelah matanya.

Kiara langsung salah tingkah. Melihat kemesraan keduanya, Natasha mendengus kesal.

*****

KIARA POV

Tiga hari sudah Moza berada di rumah sakit dan kini ia sudah di perbolehkan untuk pulang.

Dirumah Mama sudah menyambut kedatangan kami. "Semoga cepat pulih ya, nak."

"Kalau keadaan kamu masih ya seperti ini, lebih baik kamu jangan kerja dulu." Ucap Mama yang duduk disebelah Moza.

"Tapi masih ada kerjaan yang belum selesai, Ma." Balas Moza.

"Kamu jangan keukeh deh, ntar kenapa-napa baru tau rasa." Sahutku.

Moza tertawa. "Iya deh, Moza bakal kerja dari rumah aja."

AUTHOR POV

"Mbak Kiara, kita menemukan sesuatu yang aneh."

"Maksudnya?"

"Di rekaman cctv ada seseorang yang mendekati mobil Pak Moza sebelum kecelakaan."

"Bisa saya lihat?"

"Nanti saya bawakan filenya, mbak."

"Baik, terima kasih."

Tutt...

Moza menatap bingung. "Kamu teleponan sama siapa?" Tanyanya.

"Sama temen di kantor, aku mau usut kasus kamu itu." Ucap Kiara.

"Kamu gak usah repot-repot, nanti aku utus anak buah ku buat nanganin semua ini." Balas Moza.

Kiara tak menggubrisnya. "Kamu mau makan? Aku ambilin ya."

Tak berselang lama wanita itu datang dengan membawa sepiring makanan dan segelas air. "Aku suapin ya,"

Semejak tangan kanan Moza patah, sebagian aktivitasnya di bantu oleh Kiara. "Gimana enak?" Tanya Kiara.

Moza mengangguk mengiyakan. "Kamu ngerasa aku ngebebanin nggak semenjak aku kaya gini?" Tanyanya.

"Kamu kok gitu ngomongnya? Emang aku keliatan terbebani ya?"

"Kamu itu suami aku. Ngerawat kamu itu, kewajiban aku dan itu gak pernah jadi beban buat aku." Imbuh Kiara.

Moza tersenyum senang. "Makasii banyak banyak!!" Ucapnya.

Kiara yang mendengarnya dibuat tertawa. "Ada-ada aja."

*****

Kiara meringkuk disamping Moza. Lelaki itu sesekali melirik wanita yang tertidur lelap disebelahnya itu. Wajahnya tampak teduh.

Perlahan Moza menggiring tubuhnya. Ia hendak memeluk Kiara, namun sialnya tangan kanannya yang patah membuatnya kesusahan.

Sesekali ia bedecak hingga dirinya berhasil menghadap ke arah Kiara.

Tek!

"Aduhhh!" Teriakan itu membuat Kiara terbangun.

"Kamu kenapa, Za?" Tanya Kiara khawatir.

Moza menggeleng sembari meringis. "Itu tangannya kenapa?" Tanya Kiara lagi.

"Sakit." Lirihnya.

"Kamu ngapain sih, kok bisa sampai gini?" Kiara beranjak dari ranjang dan mengikat asal rambutnya.

"Aku haus." Ucapnya berbohong.

"Kok gak bangunin aku?" Kiara mengambil segelas air di atas nakas.

"Takut ganggu." Moza mengambil segelas air dari Kiara.

"Kan aku udah bilang, kalo kamu perlu apa-apa bilang sama aku."

"Aku mau tukaran tempat." Kata Moza. Kiara yang mendengarnya tampak bingung.

Tak berpikir panjang Kiara pun menuruti permintaan Moza. "Aku mau liat kamu kaya gini tadi." Mereka tidur berhadapan.

"Cuma karena tanganku kaya gini jadi gak bisa,"

"Ini udah malem ayo tidur." Kata Kiara mengalihkan.

"Iss...Ra, ntar dulu." Moza sedikit merengek.

"Ada apa?" Tanya Kiara.

"Peluk aku dulu." Ucap Moza sembari menyengir.

Kiara terkekeh lalu memeluk tubuh kekar Moza. "Pegangan," Moza mengarahkan tangan Kiara untuk menggenggam tangannya.

"Sudah? Ayo kita tidur." Ajak Kiara.

Moza mengangguk mengiyakan mereka pun terpejam bersamaan.

KIARA POV

Semenjak tangannya patah, Moza selalu kesusahan melakukan apapun. Hal itu membuatnya tak mampu mengendalikan emosinya.

Terkadang hanya masalah kecil ia sangat sensitif dan jadi marah besar. Kata dokter itu biasa, karena Moza belum bisa mengekang keinginannya. Itu juga karena Moza tak ingin merepotkan orang lain.

"Za, jadi mandi?" Tanyaku. Ia hanya mengangguk.

"Sini aku bantu." Aku mendekatinya dan membukakan bajunya.

"Nanti kalo udah panggil aku ya. Aku mau ke dapur dulu nyiapin sarapan."

Sudah cukup lama aku di dapur, sarapan pun sudah siap, tapi Moza tak kunjung memanggilku. Merasa ada yang tak beres aku segera menuju ke kamar.

"Zaaa...kok gak manggil aku sih?" Terlihat Moza sedang kesusahan memakai baju.

"Diem! Kamu diem, biar aku pakai sendiri." Perintahnya. Aku hanya diam di tempat. Hal ini sudah sering terjadi dan Moza sudah kesekian kalinya membentakku seperti tadi.

Ia berdecak saat leher bajunya tak kunjung masuk. "Araagghhh!!!" Ia melempar baju itu lalu memukul tangannya yang terpeban.

"Eh Moza!! Jangan!" Aku menghentikan aktivitas gilanya. Kembali ku ambil baju yang ia lempar tadi.

"Kamu gak sendiri, Za, masih ada aku. Kalo kamu perlu bantuanku itu wajar. Gak perlu maksain diri kaya gini."

"Tapi apa aku akan terus kaya gini? Terus dibantu? Aku gak bisa gini terus." Ucapnya.

"Hanya sementara, dokter kan bilang hanya perlu waktu sebulan lagi untuk pemulihannya." Balasku.

Ia mendengus. "Mau pakai baju atau telanjang kaya gini terus?" Godaku

Moza menatapku. "Pakai baju lah, kedinginan nih."

AUTHOR POV

Aldi baru saja pulang setelah membahas kasus kecelakaan Moza. Ia memberikan hasil rekaman cctv perusahaan pada Kiara dan Moza.

Pada rekaman itu terlihat seorang montir yang tak sengaja Moza tabrak sebelum kecelakaan tengah mengutak-atik mobil miliknya.

"Kamu kenal sama orangnya?" Tanya Kiara.

"Nggak, aku baru pertama kali liat dia. Coba aja waktu itu aku tegur dia ini gak akan terjadi." Balas Moza.

"Udah, gak ada yang perlu disesali, sekarang kita cari orang itu sampai dapat."

"Ra, ambilin laptopku di ruang kerja ya," Moza duduk di ruang tamu.

Kiara datang membawa laptop permintaan Moza. "Mau aku bantu?" Tanya Kiara sembari memeluk Moza dari belakang.

Moza menggeleng. "Kamu tidur aja, ini udah malam, aku cuma bentar kok."

"Ya udah, kali perlu apa-apa bilang ya." Lelaki itu mengangguk mengiyakan.

Moza mulai membuka  laptopnya dan mengetikkan sesuatu. Mengetik menggunakan tangan kiri membuatnya kesulitan. Beberapa kali ia salah mengetik.

Sudah kesekian kalinya Moza menekan tombol delete. Ia mulai frustrasi. Dengan kesal ia menutup laptop dihadapannya.

Brakk!!

Dan membantingnya.

Kiara yang mendengar suara itu langsung menghampiri Moza. Sudah ia duga, Moza kembali emosi. Tangannya sudah mengepal dan rahangnya mengeras.

Perlahan Kiara mengmbil benda pipih berukuran besar itu. Ia mendekat pada suaminya. Tangannya mengelus pelan pundak Moza.

"Tenangin diri kamu, jangan emosi." Moza menghela nafas.

"Maaf, aku udah ganggu tidur kamu." Ucap Moza.

"Gak kok, kamu seharusnya panggil aku, pasti aku bantu."

"Ya udah, kayanya kamu perlu istirahat. Besok biar aku yang lanjutin." Keduanya berjalan beriringan ke dalam kamar.

















































Jangan lupa vote dan koment ya 🧡





Continue Reading

You'll Also Like

65.7K 1.5K 47
18+ 21+ - AFTER MARRIED LIFE - "Your fuckin bastard James!!!" Anna memukul dada bidang suaminya dengan tangan yang masih terbelit selang infus rumah...
549K 10.4K 8
222K 3.7K 28
Walaupun kau adalah lelaki idaman setiap wanita. Tapi tidak denganku. Aku tidak mau menjadi istrimu. Kau menjebakku. Dasar laki - laki biadab. - Tisy...
2.3M 83.3K 33
21+ [ Be wise with your reading! ] Mereka dipertemukan kembali, namun dalam status yang berbeda. Dengan rasa benci dan Cinta yang masih bernaung di h...