SKIP 5 TAHUN KEMUDIAN
Sudah 5 tahun (Y/n) di dunia yang baru ini.
(Y/n) memiliki keluarga yang menyayanginya. Walaupun kehidupan sederhana, tapi (Y/n) senang berada di sini.
"(Y/n) kemarilah, ini sudah hampir malam." teriak kakak perempuan (Y/n) Haruka
"Sedikit lagi Nee-san!" Teriak (Y/n)
"Astaga (Y/n) jangan keras kepala!, Kau tidak ingin Nee-san masakan makanan kesukaan mu kan?" Ancam Haruka pada (Y/n)
"Huh! Baiklah, ayo kita masuk Nee-san!" (Y/n) berjalan pulang bersama menggandeng tangan Haruka
"Tadaima!"
"Okaeri!" Teriak seseorang dari dalam yang ternyata adalah adalah ibu (Y/n) dan Haruka.
"Oh kalian sudah pulang, cepat cuci tangan dan kaki kalian dan siap untuk makan malam." Ucap sang ibu
"Ha'i Kaa-san." ucap mereka berdua
Setelah mencuci kaki dan tangan mereka ke dapur untuk membantu sang ibu.
"Kaa-san biarkan aku dan Nee-san membantu."
"(Y/n), duduklah dan tunggu Tou-san pulang ya, biarkan Nee-san mu yang membantu Kaa-san." Ucap sang ibu sambil mengelus kepala (Y/n)
(Y/n) mengangguk dan langsung pergi ke ruang keluarga sambil menunggu sang ayah pulang.
"Tadaima" teriak sang ayah yang baru saja pulang
"Okaeri Tou-san!" (Y/n) langsung berlari menabrak sang ayah dan memeluk nya kuat
"Astaga hati-hati (Y/n)!" Teriak sang ayah namun tidak didengar oleh (Y/n)
"Dasar anak ini." sang ayah hanya menggelengkan kepalanya sedangkan
(Y/n) masih tetap memeluk sang ayah
"Tou-san ayo kita makan malam! Ayo!!" Ucap (Y/n) sambil menarik tangan sang ayah ke meja makan.
Sang ayah hanya pasrah saat tangannya ditarik oleh putri keduanya itu.
"Oh sudah pulang ya, ayo cepat cuci tanganmu dan duduklah, kita akan segera makan." ucap sang ibu kepada sang ayah
Mereka semua makan malam dengan sedikit berbincang sebentar.
Setelah makan malam, (Y/n) dan Haruka duduk di depan teras sambil melihat langit malam.
"Bulan yang indah" Batin (Y/n) sambil tersenyum.
"Nee... (Y/n), jadilah gadis baik. Jangan menjadi orang yang dingin, teguhkan hatimu jadilah anak yang rendah hati mengerti?" Ucap Haruka.
"Kenapa Nee-san berkata seperti itu?"
"Nee-san ini sedang menasihati mu loh, (Y/n)."
"Hee~~ kau aneh sekali Nee-san."
"Haha, tapi ingat nasihat Nee-san ya."
"Eum. Wakatta."
2 bersaudara itu mengobrol hingga sang ibu memanggil mereka masuk karena sudah malam.
Keesokan harinya sang ibu meminta tolong kepada mereka untuk pergi ke desa mengambil bahan-bahan makanan yang sudah dipesan lebih dulu.
"Kaa-san kami berangkat, ittekimasu!"
"Itterasai."
(Y/n) dan Haruka akhirnya pergi ke desa untuk mengambil bahan-bahan makanan mereka yang sudah dibayar terlebih dahulu.
Kedua bersaudara itu pergi dari kedai ke kedai untuk mengambil bahan makanan. (Y/n) yang melihat adanya sakura mochi, langsung menarik tangan sang kakak ke kedai yang menjual sakura mochi tersebut.
"Nee-san! Ada sakura mochi disitu belikan untukku ya?" Ucap (Y/n) sambil memelas kepada Haruka.
"Hm? Kau mau sakura mochi ya? Baiklah akan kakak belikan."
(Y/n) dan Haruka akhirnya membeli sakura mochi lumayan banyak.
"Nee-san Arigatō!
"Sama-sama (Y/n), ayo cepat kita ambil bahan-bahan makanan dan kita pulang."
"Um!"
Sekarang (Y/n) dan Haruka dalam perjalanan pulang. Mereka sudah mengambil bahan-bahan belanjaan mereka dari pasar.
"Tadaima." ucap Haruka dan (Y/n) bersamaan.
"Okaeri." Ucap ibu dan ayah dari dalam.
"Sudah pulang? Kemari dan letakkan bahan-bahan makanan nya disini"
"Ha'i kaa-san." Haruka dan (Y/n) meletakkan semua belanjaan mereka di dapur.
Haruka tiba-tiba teringat sesuatu, dia lupa mengambil sesuatu di rumah temannya.
"Kaa-san, bolehkah aku pergi sebentar untuk mengambil sesuatu di temanku?" Izin Haruka kepada sang ibu.
"Tapi, ini sudah malam Haruka, besok saja ya?" Tegur sang ibu lembut.
"Sebentar saja Kaa-san. Aku akan cepat kembali." Haruka terus menerus membujuk sang ibu agar mengijinkan nya pergi. Sang ibu akhirnya mengizinkannya.
"Baiklah. Tapi berhati-hati lah." Ucap sang ibu setuju.
"Okāsan ni shimashou!" Haruka akhirnya bersiap-siap untuk pergi.
(Y/n) yang melihat Haruka yang sedang bersiap-siap pun mendatangi Haruka.
"Nee-san, kau mau kemana?" Tanya (Y/n) penasaran.
"Nee-san pergi ke rumah teman untuk mengambil sesuatu."
"Boleh aku ikut, Nee-san?
"Tidak. Ini sudah malam (Y/n), tinggal di rumah saja ya? Nee-san segera kembali." Ucap Haruka sambil mengetuk dahi (Y/n)
"Kumohon Nee-san. Aku ikut ya?"
(Y/n) masih berusaha membujuk Haruka agar ikut dengannya.
"Tidak bol-" Haruka melihat wajah
(Y/n) yang memelas membuat nya tidak tega dan akhirnya menghela nafas pasrah.
"Ugh~ baiklah Nee-san izinkan. Cepat bersiap-siap, Nee-san akan izin pada Kaa-san dulu."
Mereka berdua akhirnya berangkat ke rumah teman Haruka untuk mengambil sesuatu disana.
"Nee-san." panggil (Y/n)
"Ada apa (Y/n)?"
".... Aku merasakan firasat buruk.." ucap (Y/n) sedikit takut
"Sshh... Tenanglah (Y/n), tidak apa-apa itu hanya firasatmu. Kalau begitu ayo cepat agar kita bisa pulang." Ucap Haruka menenangkan sambil menggandeng tangan (Y/n).
"Um, baiklah Nee-san."
"Nee-san benar mungkin hanya firasatku.." batin (Y/n) sambil berjalan bersama Haruka.
Sekarang Haruka dan (Y/n) dalam perjalanan kembali ke rumah mereka.
Kedua bersaudara itu sedikit mengobrol untuk mencairkan suasana.
Saat dekat dengan rumah mereka, Haruka dan (Y/n) mencium sesuatu yang menyengat.
"Nee-san bau apa ini? Baunya sangat menyengat." Ucap (Y/n) sambil menutup hidungnya
Haruka juga mencium bau itu. Setelah mencari asal bau itu, Haruka terkejut karena bau tersebut berasal dari rumahnya.
Haruka segera berlari sambil memegang tangan (Y/n). (Y/n) hanya mengikuti sang kakak.
(Y/n) dan Haruka terkejut dengan rumah mereka yang sudah bersimbah darah. Mereka melihat 2 orang yang berada di depan tubuh kedua orangtuanya yang penuh dengan darah.
"Tou-san, Kaa-san.." lirih (Y/n) dengan air mata di ujung matanya
Kedua orang itu ternyata menyadari kehadiran (Y/n) dan Haruka.
Haruka yang menyadari itu langsung saja menarik (Y/n) untuk bersembunyi.
"Nee-san.."
"(Y/n), bersembunyi lah disini, jangan keluar mengerti!?" titah Haruka kepada sang adik.
"Nee-san, jangan kesana, tetaplah disini!"
"Sshhh..... (Y/n), kau ingat pesan Nee-san waktu itu kan? Selalu ingat pesan Nee-san ya?" Ucap Haruka sambil memeluk (Y/n). Mungkin untuk terakhir kali.
"Maafkan aku (Y/n), maaf." Batin Haruka yang terus menerus meminta maaf.
"Tetap disini dan jangan keluar!"
"Um!, Berjanjilah untuk tetap hidup Nee-san."
Haruka tersenyum lembut "sepertinya tidak bisa (Y/n). Jadi ingat nasihatku ya." Batin Haruka. Haruka langsung berlari ke rumah untuk mencari tau apa yang terjadi dan meninggalkan (Y/n) yang sedang bersembunyi.
(Y/n) yang dari tadi menunggu Haruka datang akhirnya keluar dari persembunyiannya untuk mencari sang kakak. Berjalan pelan menuju ke rumahnya, (Y/n) melihat kedua orang tuanya yang sudah tewas dengan tubuh penuh dengan darah.
"Tou-san, Kaa-san..." ucap (Y/n) sambil terisak dan memegang wajah sang ayah dan ibu
"Hiks.. Tou-san, Kaa-san Bangun hiks.."
"(Y/n)..." Lirih seseorang dari ujung ruangan yang ternyata adalah sang kakak
"Haruka Nee-san..." Haruka hanya tersenyum lemah dan menyuruh sang adik datang ke arahnya. (Y/n) hanya menuruti sang kakak dan menuju ke arahnya.
"Nee-san.. kau berbohong untuk tetap denganku hiks... Kumohon hiks.. jangan pergi hiks.." ucap (Y/n) sambil terisak hebat
"Gomen, (Y/n), Nee-san berbohong padamu, Gomen jika kau akan hidup sendirian." Ucap Haruka sambil memegang wajah (Y/n) dengan tangan bersimbah darah
"Jangan lupa pesan Nee-san, ya?" Tambah Haruka sambil tersenyum.
"Hiks.. Ha'i Nee-san, aku akan selalu mengingatnya"
"Anak pintar (Y/n)" setelah mengatakan itu Haruka menghembuskan nafas terakhir di pelukan sang adik.
(Y/n) kembali menangis sambil mendekap erat tubuh Haruka yang mulai mendingin.
BRAK!
Seseorang yang menendang pintu rumah (Y/n). Muncul seseorang dengan seragam dan membawa katana di pinggangnya. Orang itu menuju ke arah (Y/n) yang masih menangis mendekap tubuh sang kakak.
"Siapa disana?" Ucap (Y/n) lirih, matanya buram karena terus-menerus menangis.
"Aku sepertinya terlambat ya.. Gomen, andai saja aku datang Lebih cepat, mungkin hal ini tidak akan terjadi." ucap orang yang menendang pintu rumah (Y/n)
(Y/n) yang matanya sudah sangat lelah karena terus menerus menangis pun akhirnya mulai menutup matanya, apalagi (Y/n) sedari tadi belum makan.
Seseorang itu berjalan ke arah (Y/n). (Y/n) yang melihat itu hanya pasrah dan menutup matanya berharap semua hal yang terjadi hanyalah sebuah mimpi.
TBC~
Tinggalkan jejak
↓