PUKIS MOZARELLA [END]

By Megautamii10

4.3K 1.4K 278

Warning🔞!! Mengadung unsur ke dewasaan Bijaklah dalam memilih bacaan Bukan buku tentang resep makanan, tetap... More

1. Pertemuan
2. Pria di Kafe
3. Atasan Baru
4. Terlambat
5. Pergi Ke Bandung
6. Terciduk
7. Keputusan
8. Makan Malam
9. Minta maaf
10. Kebun baru
11. Berubah
12. Pergi
13. Kembalilah
14. Akhirnya
15. Bulan Madu
16. Mulai sayang?
17. Terbongkar
18. Cemburu?
19. Membujuk
20. Menyesal?
21. Dia istriku!
22. Kiara kenapa?
23. Anak siapa?
24. Bukan dua garis biru
25. Pengakuan
27. Aku tetap bersamamu
28. Perasaan
29. Terkuak
30. Jatuh cinta?
31. Kalung permata
32. Selamat tinggal
33. Berdamai?

26. Jangan Pergi

86 29 24
By Megautamii10

AUTHOR POV

Beberapa hari berlalu Natasha nampak berubah ia terlihat sedikit tidak begitu sehat. "Non, mau kemana?"

"Keluar, bilang sama Mama sama Papa." Ucap Natasha.

Wanita itu masuk ke dalam mobil menuju sebuah tempat.

Kringg!

Kringg!

"Ngapain lo nelpon lagi?"

"....."

"Gue mau sendirian dulu, sorry."

Tutt...

Natasha memberhentikan mobilnya di sebuah klub. "Satu gelas wine." Ucap Natasha.

Ia mengambil ponselnya dan memperhatikan sebuah foto dirinya bersama Moza. Ia hanya menyeringai.

Seorang lelaki duduk di sebelahnya. "Nat?"

Natasha menoleh dan tersenyum. "Reyhan? Tumben."

Reyhan hanya tersenyum. "Waktu kosong."

Natasha mengangguk mengerti. "Kau terlihat tak sehat? Apa kau sakit?" Tanya Reyhan.

"Tidak, hanya stress." Balas wanita itu sembari meneguk segelas wine.

"Ada apa? Kau mau bercerita?" Bujuk Reyhan.

Natasha tersenyum masam. "Tidak ada yang perlu di ceritakan."

"Masalah cinta?" Tebak Reyhan.

"Kau memang selalu bisa menebak isi hatiku ya, walaupun aku sudah membencimu." Wanita itu terkekeh. Kesadarannya sudah mulai hilang.

"Seberapa pun kau membenciku aku akan tetap mencintaimu, Nat."

Natasha menatap sendu pria dihadapannya ini. Perlahan ia menyentuh wajah Reyhan dengan lembut. Air matanya menetes. "Andai saja kala itu aku tetap memperjuangkan dirimu."

Reyhan terdiam. "Mungkin aku tidak akan menjadi orang bodoh seperti saat ini." Tawanya pecah.

"Dia sudah menyakitiku, Rey, aku sakit..." Lirih Natasha.

Reyhan dengan cepat menggendong wanita itu. "Aku mencintainya, tapi dia tak mencintaiku. Aku memperjuangkannya tapi di tak menghargai diriku." Natasha terus berceloteh saat Reyhan membawanya ke sebuah ruangan.

"Bisa kau bawakan air hangat?" Pinta Reyhan pada seorang perempuan.

Lelaki itu membaringkan tubuh Natasha di atas ranjang. "Nat, sadar."

"Aku ingin semuanya kembali, Rey."

Sebelum Reyhan beranjak dengan cepat Natasha yang sudah setengah sadar menarik dirinya. "Aku ingin kau yang memberikan semua yang aku inginkan darinya."

Natasha melumat bibir Reyhan. "Nat!" Reyhan sontak menjauh.

"Aku mencintaimu Rey, kembali bersamaku seperti dulu."

"Aku juga mencintaimu."

*****

Di sebuah gedung terbengkalai seorang lelaki berbaju serba hitam menyeringai. "Lakukan seperti yang ku minta."

"Baik bos!" Dua orang dihadapannya mengambil beberapa lembar uang.

"Itu akan bertambah tergantung pada hasilnya." Ucap lelaki berkacamata hitam itu.

Di sisi lain, Anna tegah memberikan wejangan pada menantu perempuannya, Kiara. Tak hanya dirinya, namun sang suami, Brata juga ikut marah. "Papa gak menyangka kalau kamu akan melakukan hal ini, hal jahat ini. Terutama kamu Kiara."

Kiara hanya menunduk tak mampu menjawab. Semua berawal dari pembicaraan dirinya dengan Moza mengenai rencana mereka yang tanpa disadari Anna menguping semuanya.

"Apa coba maksudnya kalian pura-pura kaya gitu?!" Tanya Anna.

"Mama nyesel! Kecewa banget sama kalian!"

"Ma, kita merencanakan semua itu buat kebaikan kalian," Moza angkat bicara.

"Kebaikan kamu bilang?? Kebaikan apa? Kamu udah bohongin Mama masih bisa bilang kebaikan?" Anna tersenyum masam.

"Maa, Kiara minta maaf, Kiara tau ini semua salah, mungkin Mama susah buat memaafkan. Tapi kita ngelakuin semua ini buat kalian. Kiara gak tega kalo Mama sedih setelah tau Kiara sebenarnya gak hamil."

"Gak tega? Ini namanya kamu tega Kiara! Kamu seharusnya ngasi tau Mama dari awal bukan baru sekarang!" Anna membentak Kiara.

"Ma!!" Moza membentak sang Mama balik.

Brata segera menahan sang istri. "Kamu bentak Mama?!"

"Mama gak pernah tau, apa yang Kiara rasakan sebelum rencana ini berjalan. Mama cuma bisa nyalahin kita."

"Moza gak bermaksud buat membela Kiara. Moza tau kita berdua salah, bahkan salah banget. Kita ngelakuin ini demu kebaikan kita semua."

"Moza!!" Kiara sedikit berteriak.

"Udah, jangan kaya gitu." Kiara pergi menuju kamar.

Moza yang melihat hal itu langsung mengejar Kiara. Wanita itu menangis menyesali semua perbuatannya.

"Kamu jangan kaya gitu sama Mama,"

"Mereka pantes marah." Ucap Kiara.

Moza berjongkok dihadapan Kiara. "Tapi Mama gak tau apa aja yang udah kamu hadapi selama ini."

"Itu gak penting, yang penting sekarang kita harus dapet maaf dari Mama."

*****

Pagi yang cerah secerah senyuman Natasha yang kini tengah menyantap sarapan. "Kamu udah mendingan sayang?" Tanya sang Mama.

Natasha mengangguk. "Bik, tolong ambilin susu dong."

Kringg!

Ponsel wanita itu bedering. Sang Mama menatap aneh pada putrinya itu.

"Halo Nat? Ini Reyhan."

"Hay, Rey, tumben?"

"Kamu udah mendingan?"

"Udah kok."

"Syukurlah, oh ya, kamu udah makan?"

"Ini lagi makan, kamu gimana? Kalo belum mampir bentar sini."

"Aku udah makan kok, maaf belum bisa mampir ke sana. Kerjaan ngehadang soalnya."

"Oh gapapa, semangat ya kerjanya."

Natasha tak berhenti tersenyum. "Kamu kenapa sih?"

"Gapapa kok, Ma." Balas Natasha.

"Itu tadi siapa?" Tanya sang Mama.

"Temen." Natasha menyuap roti di tangannya.

"Temen apa temen?" Goda sang Mama.

"Temen Ma." Balasnya.

Beralih ke kantor. Hari ini semua karyawan tampak sibuk setelah kemarin beberapa hari libur. "Pak ini berkas yang perlu ditanda tangani."

"Baik taruh saja di atas meja." Ucap Moza yang tengah sibuk dengan laptopnya.

Di sebuah parkiran, seorang montir tengah mengutak-atik mobil berwarna hitam.

"Baik, saya berangkat sekarang." Moza menutup teleponnya.

Kiara yang melihat Moza pergi, menghampirinya. "Pak!"

Lelaki itu menoleh sembari tersenyum. "Kamu mau kemana?" Tanya Kiara.

"Ada urusan sebentar."

"Aku boleh ikut?" Tawar Kiara.

"Aku cuma pergi sebentar kok, bentar lagi balik ke sini." Moza menangkup pipi Kiara.

Wanita itu tampak kesal dan memanyunkan bibirnya. "Ya udah, kamu mau dibeliin apa? Coklat? Dimsum? Brownies?"

Kiara menggeleng. "Aku mau ikut, Za." Ucapnya sedikit merengek.

"Kiara, aku perginya sebentar doang. Ntar aku balik ke sini. Kamu manja banget." Moza mencubit gemas pipi Kiara.

"Aku pergi dulu ya?" Kiara mengangguk.

"Hati-hati ya." Ucap Kiara.

Moza bergegas pergi menuju parkiran. Ia tak seperti atasannya lainnya yang memiliki sopir pribadi dan tempat parkir khusus.

Sembari melirik jam di tangannya, ia mempercepat langkahnya.

Brughh!

Moza meringis saat tak sengaja menabrak seseorang. Ia nampak heran saat melihat montir. "Siapa..." Ucapannya terpotong saat montir itu mendadak lari.

Merasa waktu tinggal sedikit, Moza tak ambil pusing dengan gerak-gerik aneh orang itu. Ia segera menaiki mobilnya.

*****

Moza tengah fokus menyetir. Jalanan lumayan ramai hari ini.

Kringg!

Ponsel Moza berdering, ia sempat melirik layarnya tak ada nama tertera di sana. Merasa telepon itu tidak begitu penting ia hanya membiarkannya.

Kringg!

Kringg!

Ponselnya kembali berdering berbeda dengan tadi, kini deringnya tak berhenti. Saat hendak mengambilnya tiba-tiba benda pipih itu terjatuh. Moza berdecak. Sembari fokus mencari kesempatan untuk mengambil ponselnya yang terjatuh.

Saat ponsel itu berhasil dia dapat, sebuah mobil melaju kencang dari arah samping. Hal itu sontak membuat Moza kaget dan langsung menginjak rem. Namun sialnya remnya tiba-tiba tak berfungsi.

Di sisi lain, Kiara terlihat cemas. Ia berusaha menghubungi suaminya itu tapi tak ada balasan.

Orang-orang mengerumuni sesuatu. Terlihat sebuah mobil ringsek dan tak jauh dari sana sebuah ponsel berdering diatas aspal.

"Mbak Kiaran!" Seorang karyawan wanita berlari tergesa-gesa.

"Kenapa?" Tanya Kiara khawatir.

"Pak Moza mbak!"

"Kenapa sama Moza?!" Kiara terlihat cemas.

"Pak Moza kecelakaan."

Tubuh Kiara lemas seketika. "Mbak!" Semua karyawan menghampirinya.

Novi berusaha menenangkan sahabatnya itu. Kini mereka sudah dalam satu mobil yang di setir oleh Aldi.

"Udah, tenang ya, Ra, Moza pasti baik-baik aja." Kiara hanya diam sembari bersandar di pundak Novi.

Kringg!

"Halo, Ma?"

"Halo, sayang? Kamu dimana?"

"Di jalan mau ke rumah sakit."

"Moza baru aja sampai sekarang masih di ruang operasi."

"Iya Ma, Kiara ke sana sekarang."

"Kamu yang tenang ya, Moza pasti baik-baik saja."

*****

Kiara berlari menyusuri koridor rumah sakit. Langkahnya terhenti melihat kedua mertuanya dan sang Mama di sebuah ruangan. Tangisan Kiara pecah. "Jangan menangis, Moza sudah ditangani oleh dokter." Anna memeluk menantunya itu.

Ceklek...

Pintu ruangan itu terbuka, seorang Dokter keluar dari ruangan itu. "Bagaimana keadaan suami saya, Dok?"

"Iya, bagaimana keadaan anak saya? Dia baik-baik saja kan, Dok."

Terlihat dari raut wajah sang Dokter merasa takut. Dokter itu menghela nafas. "Pasien sudah..."










































Kira-kira Moza kenapa ya?
Yang penasaran pantengin terus ceritanya ya
Jangan lupa vote dan koment🧡

Continue Reading

You'll Also Like

181K 4.2K 12
[#1 in FanFiction 10/07/2014] Menikah dengan dosen muda yang tak lain adalah saudara laki-laki dari sang sahabat membuat gadis itu mengembangkan se...
85.2K 2.3K 12
[Novel Roman Dewasa. Dimohon bijak dalam memilih bacaan. Rate: 17+] Ketika sifat diktator penuh cinta, meruntuhkan tembok besar penghalang rasa. Akan...
1.8K 201 37
Daddy's series 1. Louis × Hollie. 🔽🔽🔽🔽🔽🔽 "Saya hanya kenal kamu sebagai anak dari rekan saya, jadi berhenti merengek seakan saya adalah kekasih...
1.1M 53.4K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...