PUKIS MOZARELLA [END]

By Megautamii10

4.3K 1.4K 278

Warning๐Ÿ”ž!! Mengadung unsur ke dewasaan Bijaklah dalam memilih bacaan Bukan buku tentang resep makanan, tetap... More

1. Pertemuan
2. Pria di Kafe
3. Atasan Baru
4. Terlambat
5. Pergi Ke Bandung
6. Terciduk
7. Keputusan
8. Makan Malam
9. Minta maaf
10. Kebun baru
11. Berubah
12. Pergi
13. Kembalilah
14. Akhirnya
15. Bulan Madu
16. Mulai sayang?
17. Terbongkar
18. Cemburu?
19. Membujuk
20. Menyesal?
22. Kiara kenapa?
23. Anak siapa?
24. Bukan dua garis biru
25. Pengakuan
26. Jangan Pergi
27. Aku tetap bersamamu
28. Perasaan
29. Terkuak
30. Jatuh cinta?
31. Kalung permata
32. Selamat tinggal
33. Berdamai?

21. Dia istriku!

103 28 5
By Megautamii10

Happy reading 🧡















Novi tak melepaskan pandangannya pada Aldi. Bagaimana tidak, lelaki yang ia idolakan selama ini berada di hadapannya sekarang dan mengantarnya pulang. Mimpi apa ia semalam.

"Ekhem!" Aldi berdehem membuat Novi terperanjat. Wanita itu segera mengalihkan pandangannya. Diam-diam Aldi juga melirik-lirik Novi. Apakah ia menyukai gadis itu?

"Tidak perlu tegang seperti itu, saya nggak makan kamu kok."

Deg!

Ucapan Aldi membuat jantung Novi berdetak tak karuan. Dirinya yang biasa bar-bar berhasil dibuat salah tingkah oleh lelaki itu.

"Rumah kamu sebelah mana?" Tanya Aldi saat mereka sudah memasuki kawasan perumahan.

"Lurus dikit sebelah kanan, Pak." Balas Novi yang sangat canggung.

Mobil Aldi pun berhenti di depan sebuah rumah. "Sudah sampai."

Novi segera keluar berharap rona di wajahnya tak dilihat oleh Aldi. "Makasih ya, Pak!" Ia langsung berlari.

"Eh, tunggu dulu!" Langkahnya kembali terhenti.

"Saya kan belum suruh kamu pergi." Ucap Aldi.

Novi merasa bersalah. "Maafkan saya, Pak."

Aldi tersenyum. "Jangan panggil saya, Pak. Panggil aja kak Aldi. Saya gak suka di katain tua ya."

"Oh, iya kak." Novi kembali salah tingkah.

"Oh dan satu lagi. Boleh saya minta nomor kamu?"

"Apa, Pak? Eh kak?"

"Ya, saya minta nomor telepon kamu. Kalo gak boleh juga gapapa kok." Kata Aldi.

"Eh b...bukan, ng...nggak gitu maksudnya." Entah mengapa ia menjadi gagap seketika.

Aldi menyerahkam ponselnya pada Novi. Dengan hati senang dan berdebar-debar tentunya ia mengetikkan nomor telepon miliknya. "Udah kak,"

"Nama Instragram kamu?" Tanya Aldi.

"Noviamalia_" ucap Novi.

Ting!

Ponselnya berbunyi. "Udah saya follow, jangan lupa di follwback ya cantik."

Novi hanya melongo tanpa menjawab. "Ini limited edition lho, semoga kamu ngerti maksud saya." Hati novi berdesir mendengar perkataan Aldi.

"Saya pulang ya, selamat malam." Aldi melambaikan tangannya.

"Aaaaa!!!" Novi melompat-lompat kegirangan.

"Astaghfirullah, ya Tuhan, kenapa kau menciptakan malaikat setampan itu? Hati hamba-Mu ini kam jadi ketar-ketir!" Novi kini tertawa-tawa sendiri layaknya orang kehabisan obat.

Berbanding terbalik dengan Novi yang tengah kegirangan, Kiara sedang makan malam bersama Moza. Kali ini Kiara membiarkan Moza yang memasak. Tanpa di duga suaminya itu juga pandai memasak.

"Gimana? Enak?" Tanya Moza.

"Enak, aku gak tau lho kalo kamu itu pinter masak."

"Mama sering ngajarin aku dulu. Katanya sesibuk apa seorang seorang lelaki bekerja ia juga harus bisa urusan dapur meski tidak banyak. Karena setelah menikah ia juga perlu membantu istrinya." Kiara dibuat kagum dengan ucapan Moza.

"Aku..."

Kringg!

Suara dering ponsel memotong pembicaraan mereka. "Dari siapa?" Tanya Moza.

"Novi." Balasnya.

"Hal..."

"KIARAAAAA!! Aaaaa gue mau nangis! Astagahh."

"Apaan sih? Lo kenapa? Bikin khawatir aja."

"Ra, mimpi apa gue kemaren?"

"Ya mana gue tau, lo gak cerita sih."

"Ra, Astaga! Gue baper sama Pak Aldi!"

Kiara mengulum senyum mendengarnya.

"Cieee... Jatuh cintrong ni yeeee"

"Aaaa tau gak lo?"

"Apaan tuh?"

"Pak Aldi, eh maksud gue Kak Aldi, minta nomor gue dia juga ngefollow akun Instagram gue ya tuhan gue meleleh."

"Hahahaha, fix Aldi suka sama lo."

"Ganteng banget sih, Ra."

"Siapa? Gue? Gue tu cewek gimana sih lo."

"Bukan ihhh, enak aja siapa juga yang bilang lo, gue bilang Kak Aldi yang ganteng. Jodoh gue ituuu."

"Amin."

"Eh, udah dulu ya, ada yang ngirim pesan."

"Aldi pasti."

Tutt...

Kiara tertawa seraya menyuap nasi. "Kamu kenapa sih?"

"Itu temen kamu si Aldi, dia udah buat Novi baper." Ucap Kiara.

"Ha? Maksudnya?" Kiara berdecak sebal ternyata selain mulutnya yang ember suaminya ini juga sedikit bermasalah otaknya.

"Aldi buat Novi baper, bawa perasaan." Kata Kiara.

"Wahh, bagus dong. Si Aldi yang jomblo lumutan bentar lagi jadian." Kata Moza. Keduanya langsung tertawa.

"Mak comblangin gih, biar makin deket mereka." Pinta Kiara.

"Oke, mulai besok aku bakal sering suruh Aldi datebg ke kantor." Balas Moza.

*****

MOZA POV

Pagi ini aku dan Kiara berangkat bersama ke kantor. Saat kami berjalan bersamaan terlihat mobil putih yang tak asing olehku.

Brag

Aldi keluar dari mobil itu tak lupa ia tersenyum sombong padaku. Tapi ia berhasil membuatku terkejut saat seorang wanita juga keluar dari mobil yang sama. "Novi!!!" Kiara berteriak lalu berlari menghampiri temannya itu.

Kedua wanita itu berpelukan ria dan mulai mengoceh menggosipkan segala macam ciptaan di bumi ini. "Pendekatan atau udah jadian nih?" Tanyaku.

Aldi tertawa. "Kepo banget."

"Aiss...awas aja kalo minta bantuan gue ya." Ancamku.

Kami berempat berjalan beriringan. Hingga langkah kami terhenti bersamaan karena seseorang. Dia orang yang paling ku benci kini ada di hadapanku dengan tampang angkuhnya. "Apa kau belum puas juga? Masih mau mencari masalah lagi?" Tanyaku.

Aku yang menyadari ia mencuri pandang pada Kiara segera menghampiri wanita itu dan merangkulnya. "Aku tidak mencari masalah, aku hanya mencari wanita yang aku sukai." Ucapnya santai.

"Hay, Kiara." Satya, rasanya mendengar namanya saja aku sudah ingin memukulnya. Ia memberikan sebuah kotak berukuran kecil berwarna merah pada Kiara.

"Apa malam ini kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu makan malam." Ucapnya.

"Hari ini semua pegawai lembur, jadi ia tidak memiliki waktu. Bukan begitu Kiara??"

"Iya Pak, maaf hari ini saya tidak bisa ikut tawaran bapak." Kata Kiara.

"Tidak masalah, hari masih panjang begitu juga kesempatan. Kita bisa lakukan itu lain waktu." Satya melangkah keluar perusahaan, namun sebelum benar-benar keluar ia menoleh.

"Sampai jumpa besok." Ucapnya.

"Akan ku buat kau tidak bisa bertemu lagi dengan Kiara."

AUTHOR POV

Moza menyuruh Kiara mengikutinya ke ruangan. "Moza ngapain sih?!"

"Diem, masuk dan duduk!" Ucap Moza.

Kiara mendaratkan bokongnya di kursi ruangan itu. Tatapan kesal ia berikan pada Moza. Suaminya ini kembali membuatnya kesal.

"Ngapain lagi deket-deket sama Satya?" Tanya Moza.

Kiara hanya diam dan mengalihkan pandangannya. Moza berdecak kesal. "Kamu ditanya gak jawab."

"Terus aku harus jawab apa?" Tanya Kiara.

"Kenapa kamu deketin Satya? Aku gak suka liatnya!"

"Emangnya kamu siapa? Kok kamu ngatur-ngatur?!"

"Aku suami kamu!"

Perdebatan seperti biasanya mulai terjadi. "Aku gak suka kamu deket-deket sama Satya! Kamu tau dia siapa kan?"

"Tau! Aku tau, kamu benci sama dia." Kata Kiara.

"Bagus, jadi gak usah kegatelan lagi deket-deketin dia."

"Heh!" Kiara menujuk wajah Moza.

"Kamu kalo ngomong tolong dijaga ya! Cowok tapi mulutnya kaya cewek!"

Moza mendengar hal itu terlihat kesal. "Aku gak pernah deketin Pak Satya! Dia sendiri yang deketin aku sejak di pesta itu!"

"Kamu seharusnya sadar diri dulu ya sebelum nuduh aku yang gak bener, apa kamu gak inget kelakuan kamu waktu pesta itu sama Natasha?!"

Deg!

Moza baru menyadari dirinya sudah membuat kesalahan. Usai mengatakan hal itu Kiara keluar dengan hati bergemuruh. Dia mengentak-entakkan kakinya melampiaskan kekesalannya.

Novi terlihat sangat sumringah. "Ra, liat nih Aldi ngechat gue lagi tau."

"Bisa diem gak lo? Gue lagi puyeng!" Balas Kiara. Mengetahui sahabatnya ada masalah, Novi berusaha menenangkannya.

"Kenapa lagi? Kemarin suaminya yang ngambek sekarang istrinya, ada apa sih? Cerita sama gue." Kiara hanya menggeleng.

"Ya udah, tenangin diri dulu, nanti siang gue traktir." Kiara langsung menoleh.

"Tuh kan noleh, kalo udah denger kata traktir auto seneng deh." Ucap Novi diakhiri tawa.

*****

Cuaca yang berangin membuat Novi dan Kiara memilih makan di dalam ruangan. "Kok di mainin gitu makanannya?" Tanya Novi.

"Lo gak ngehargain uang gue ya." Imbuhnya.

"Eh, nggak kok, ini gue mau makan." Ucap Kiara seraya menyendok potongan daging.

"Beneran gak mau cerita?" Goda Novi.

"Nggak ada yang perlu di ceritain." Balas Kiara.

Ting!

Pak Moza

Novi, Kiara sama kamu kan?

Iya Pak

Bantuin saya suruh dia
ke ruangan saya ya

Oke Pak

Novi beranjak dari kursinya menuju kasir. "Vi, mau kemana?" Tanya Kiara.

Novi tak menghiraukannya. Beberapa saat kemudian dia datang dengan segelas kopi. "Lo ngopi?" Tanya Kiara.

"Nggak, ini tuh buat Pak Moza." Ucap Novi. Kiara terlihat bingung.

"Iya, tadi itu Pak Moza chat gue, dia minta dibawain ini."

"Lho kok dia ngechat lo sih bukan gue?" Sadar perkataan Kiara langsung berdehem. Novi mengulum senyumnya.

"Maksud gue, biasanya dia nyuruh gue gitu."

"Oh, ini gak tau tumben. Dah ya gue ke sana dulu." Ucap Novi.

"Aduh!!" Tiba-tiba Novi berhenti ia tampak kesakitan.

"Vi, lo kenapa?" Tanya Kiara khawatir.

"Duh sakit banget! Lo mau bantuin gue kan?" Kiara mengangguk.

"Kasi ini ke Pak Moza ya, duh gue kebelet boker." Novi langsung berlari.

"Viii!!! Iiss kampret lo!" Kiara dibuat kesal oleh sahabatnya itu. Bagaimana bisa ia kembali ke ruangan Moza.

Moza melirik Kiara yang berjalan menuju ruangannya. Senyumnya terukir. Ternyata pegawainya yang bar-bar itu bisa diandalkan juga.

Tuk...tuk...tuk...

"Nih kopinya!" Kiara meletakkan gelas kopi itu dengan kasar.

Moza tersenyum setelahnya ia berdiri mendekati Kiara. "Kan bisa lebih lembut."

"Saya sibuk, maaf." Kiara beranjak, namun dengn cepat Moza menariknya.

Brughh

Tubuh keduanya saling menempel. Moza merangkul pinggang Kiara. "Kenapa teleponku nggak kamu angkat?"

Kiara susah payah menelan ludahnya. "Banyak pekerjaan." Ia berusaha melepaskan diri dari Moza.

Bukannya melepas, Moza malah mempererat pelukannya. "Apa kamu marah sama aku?" Tanyanya.

Kiara memutar bola matanya malas. "Bisa lepaskan aku?"

"Tidak, kalo kamu belum jawab pertanyaanku, gak akan aku lepasin."

"Aku kan udah ngaterin kopi pesanan kamu, jadi biarin aku pergi."

Moza hanya diam menatap Kiara. "Ck, kenapa sih kamu itu selalu ngeselin? Dari awal kita ketemu sampai sekarang masih aja nyebelin!" Ucap Kiara.

Moza tertawa. "Tapi kamu masih mau bertahan sama aku sekalipun aku itu nyebelin kan?"

"Iya karena jika mengurus perceraian itu ribet!" Moza tertawa gemas.

"Kau belum jawab pertanyaanku, apa kau marah padaku?" Moza bertanya kembali.

"Iya! Aku marah padamu puas?!" Ucap Kiara.

"Karena?"

"Aku gak suka kamu nuduh aku sembarangan sedangkan kamu ngelakuin kesalahan yang sama. Kamu nuduh aku deketin Pak Satya tapi kamu sendiri waktu dipesta gak peduliin aku bahkan kamu ke sana sama Natasha." Jelas Kiara panjang lebar.

"Kamu marah karena aku nuduh kamu atau karena kamu cemburu?" Goda Moza.

"Karena tuduhanmu! Aku tidak suka." Kata Kiara.

"Jadi, kamu gak suka tuduhan itu? Terus kalo aku deket sama Natasha kamu suka?"

"Nggak!" Kiara yang sadar perkataannya salah langsung berdalih.

"Maksudku tidak, aku gak suka karena kita kan masih dalam tahap rencana 1 bulan itu. Jadi gak boleh dulu ketemu sama pasangan masing-masing." Jelas Kiara. Tanpa ia sadari ia kembali membuat kesalahan.

"Lalu saat dirimu bertemu dengan Rizky?" Tanya Moza.

Kiara tertegun. "I..itu kan...aku..." Ia gelagapan.

"Kamu gak usah bohong." Moza langsung menyosor mencium bibir ranum Kiara.

Entah mengapa pipi gadis itu langsung merona. Moza melepaskan pangutannya lalu menatap Kiara dengan penuh kemenangan. "Kenapa pipimu merah?" Tanya Moza.

"Ha? Tidak ada, blush on itu." Moza mengulum senyumnya. Tanganya merapikan beberapa helai rambut Kiara.

"Pulang kerja nanti aku akan mengajakmu makan bersama, anggap saja kencan." Ucap Moza.

"Di mana?" Tanya Kiara.

"Di neraka." Kiara terlihat terkejut sekaligus bingung.

"Neraka?"

Moza mengangguk mengiyakan. "Tempat makan yang biasa kita kunjungi."

Plak!

"Itu nekara, bodoh!" Kiara langsung tergelak diikuti Moza.

"Kau memang bukan imam yang baik, bukannya menuntunku menuju surga malah menjebloskanku ke neraka." Mereka tertawa bersama.

*****

Moza tak melepas genggaman tangannya. Tepat kini pukul tujuh malam dan Moza langsung mengajak Kiara ke sebuah kafe untuk makan malam bersama.

Lelaki itu memesan tempat di pojok kafe. "Ngapain di pojokan sih?" Tanya Kiara.

"Biar gak ada yang ganggu." Ucap Moza sembari terkekeh.

"Pesan apapun yang kamu mau." Moza memberikan daftar menu.

"Tumben, biasanya beli nasi padang di seberang kantor aku yang bayarin." Kata Kiara.

"Siapa bilang aku yang bayarin? Kamu dong, kan baru gajian." Goda Moza.

"Ck, Mozaaa!" Kiara memukulkan daftar menu itu ke Moza.

Keduanya tertawa bersama. "Aku berharap kamu bisa menerimaku, Ra." Batin Moza.

"Kamu jangan natap aku kaya gitu ihh!"

"Kenapa? Salting ya?" Goda Moza.

"Oh jadi ini yang namanya lembur?" Suara itu mengalihkan pandangan keduanya.

"Pak Satya?" Gumam Kiara.

Moza langsung bangkit dari kursinya. "Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Satya.

"Bukan urusanmu!" Balas Moza penuh penekanan.

"Aku baru tau jika lembur itu istilah dari kencan makan malam bersama bos." Satya menyeringai.

"Ini? Dia ini yang menjadi alasanmu tidak menerima tawaranku pagi tadi?" Tanya Satya pada Kiara.

"Pak, kita hanya kebetulan..."

"Bisakah kau jangan ikut campur?" Tungkas Moza menatap tajam ke arah Satya.

Lelaki itu tertawa. "Ikut campur? Aku menyukainya dan aku berhak ikut campur, memangnya siapa kau?!"

Moza mengepalkan tangannya menahan emosi. "Jangan mentang-mentang kau seorang atasan dengan gampangnya kau memakai kryawanmu."

Bukk!

"Mozaaa!!"

Moza sudah tak tahan lagi dengan perkataan Satya. Lelaki itu selalu membuatnya kesal. "Jaga mulutmu sebelum berbicara!"

Bukk!

Moza kembali melayangkan pukulan. Dengan segera Kiara memeluknya dan menariknya untuk menjauh. "Moza, udah."

Satya masih bisa menyeringai walaupun ada luka di sudut bibirnya. "Aku tau sekarang kau menyukai wanita ini kan?"

Moza hendak melayangkan pukulan namun Kiara kembali mencegahnya. "Mau apa kau hah?! Mau memukulku? Pukul saja!"

"Sudah hentikan!!" Kiara berteriak membuat kedua lelaki itu terdiam.

Semua orang yang berkunjung ke Kafe itu menonton aksi jotos keduanya. "Pak Satya, maaf sebelumnya karena saya sudah menolak tawaran anda."

"Iyaa, karena pria ini kan? Siapa dia sampai kau menolakku?" Tanya Satya.

Kiara menghela nafas. "Moza adalah suami saya." Perkataan itu berhasil membuat Satya mematung.

"Dia istriku! Jika kau orang yang berpendidikan, seharusnya kau tidak mendekati istri orang lain!" Ucap Moza sembari membawa Kiara ke dalam pelukannya.

"Mulai sekarang, jangan pernah mendekati istriku lagi, jika kau masih berani, nyawamu taruhannya!" Moza menarik Kiara dan pergi meninggalkan Satya yang masih melongo seperti orang bodoh.






























Gimana nih part ini? Seru?
Hehehe jangan lupa vote dan koment ya🧡

Continue Reading

You'll Also Like

549K 10.4K 8
2.6M 21.2K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
2.6M 279K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
5.6M 295K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...