PUKIS MOZARELLA [END]

By Megautamii10

4.3K 1.4K 278

Warning🔞!! Mengadung unsur ke dewasaan Bijaklah dalam memilih bacaan Bukan buku tentang resep makanan, tetap... More

1. Pertemuan
2. Pria di Kafe
3. Atasan Baru
4. Terlambat
5. Pergi Ke Bandung
6. Terciduk
7. Keputusan
8. Makan Malam
9. Minta maaf
10. Kebun baru
11. Berubah
12. Pergi
13. Kembalilah
14. Akhirnya
15. Bulan Madu
16. Mulai sayang?
17. Terbongkar
18. Cemburu?
20. Menyesal?
21. Dia istriku!
22. Kiara kenapa?
23. Anak siapa?
24. Bukan dua garis biru
25. Pengakuan
26. Jangan Pergi
27. Aku tetap bersamamu
28. Perasaan
29. Terkuak
30. Jatuh cinta?
31. Kalung permata
32. Selamat tinggal
33. Berdamai?

19. Membujuk

77 28 5
By Megautamii10

Kiara merebahkan dirinya meregangkan otot-otot tubuhnya. Tatapannya terus tertuju pada pintu berharap Moza masuk ke kamarnya.

Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, namun Moza tak kunjung masuk ke dalam kamar. Hingga Kuara memutuskan untuk keluar mengecek Moza. Terlihat dari lantai atas Moza tak ada di lantai bawah.

Kretek...kretek....

Kiara menoleh ke arah suara itu. Ia melangkah mendekati kamar itu. "Zaa, kamu tidur di sini?"

Moza tak menggubrisnya. "Biasanya kamu kan tidur sama aku." Kiara terlihat gugup.

Brakk!

Moza langsung menutup pintu kamarnya tanpa memperdulikan Kiara. Wanita itu tampak terkejut. "Iiss...kalo ngambeknya cowok emang beda!" Kiara menggerutu seraya berjalan ke kamarnya.

*****

KIARA POV

Kringg!!!

Kringg!!!

Kringg!!!

Pak!

Suara jam weker benar-benar mengusik tidurku. Pukul tujuh pagi tapi cahaya matahari sangat terik.

Aku mengikat rambutku asal. Menuruni tangga menuju dapur. Kebiasaan pagi yang baik adalah minum air putih sebelum melakukan kegiatan.

Moza!

Lelaki itu tak terlihat sejak aku bangun tidur. Suaranya pun tak terdengar. Aku sudah mengeceknya di kamar namun wujudnya tak ada di sana.

"Pak!" Pak Budi, penjaga rumah kami menghampiriku.

"Pak Moza kemana?" Tanyaku.

"Tuan sudah berangkat ke kantor tadi pagi." Tak habis pikir bisa-bisanya pria itu meninggalkanku dan membawa mobilku.

Aku segera membereskan diri dan bergegas menyewa taxi.

AUTHOR POV

Dengan rasa kesal, Kiara memasuki area kantor. Kembali terjadi ke anehan. Suasana kantor sangat sepi. "Selamat pagi mbak Kiara!" Sapa sang satpam.

"Pagi pak, oh ya kok kantor masih sepi ya?" Tanya Kiara.

"Oh kalo soal itu saya nggak tau mbak, tapi tadi ramai kok." Kiara terlihat bingung.

"Kiaraa!!!" Salah seorang karyawan berlari tergesa-gesa.

"Eh kenapa?!"

"Pelan-pelan atur nafas." Ucap Kiara.

"Mbak kemana aja? Hari ini ada meeting." Ucap lelaki itu dengan ngos-ngosan.

"Hah? Meeting? Jangan ngada-ngada deh, mana ada meeting hari ini."

Karyawan itu menggeleng. "Pak Moza sama semua rekan bisnisnya udah kumpul di lantai 3."

"Isss!!! Mozaaaaa!" Kiara mengentak-entakkan kakinya.

*****

Tok...tok...tok...

"Permisi." Semua orang di dalam ruangn itu menatap ke arah Kiara.

"Selamat pagi semuanya, maaf saya terlambat." Ucap Kiara. Bisikan-bisikan orang mulai terdengar.

Kiara melirik Moza, namun pria itu mengcuhkannya. "Pak, saya harus bahas apa?" Tanya Kiara sedikit berbisik.

Moza dengan kasar menyodorkan sebuah berkas. Kesal. Namun Kiara menahannya.

Gadis itu mempresentasikan semua isi berkas di depan para klien. Penjelasannya yang mudah di mengerti membuat para klien terkesan.

"Terimakasih." Suara tepuk tangan menutup presentasi Kiara. Ia tersenyum senang dan merasa puas. Diam-diam tanpa ia ketahui Moza menatapnya seraya tersenyum.

Meeting pun usai semua rekan bisnis Moza keluar dari ruangan itu termasuk Kiara, ia menggandeng tasnya.

Langkahnya terhenti saat Moza menarik tangannya. "Lain kali kamu harus lebih rajin lagi, jangan sampai hal ini terulang dan membuat saya malu!" Ucap Moza lalu melenggang pergi.

Srett...

Dengn cepat Kiara menarik tangan pria itu. "Kamu nyuruh aku buat lebih rajin lagi? Aku udah datang tepat waktu Za. Hari ini seharusnya nggak ada meeting aku inget betul karen aku yang buat jadwalnya. Tapi kamu malah buat jadwal sendiri. Dan satu lagi, tadi pagi kamu ninggalin aku ke kantor pakai mobil aku karena itu aku harus nunggu taxi." Ucap Kiara panjang lebar.

"Dengar!!" Tiba-tiba Moza membentaknya.

"Kamu hanya seorang sekretaris di perusahaan ini!" Telunjuk moza mengarah ke wajah Kiara.

"Dan saya minta kamu menuruti perintah saya sebagai atasan!" Kiara tak menyangka jika Moza akan membentaknya. Ia sempat melirik seluruh karyawan menatapnya yang kini sedang di marahi Moza.

Kiara merasa tenggorokannya tercekat. "Maaf pak," lirihnya.

Gadis itu langsung berlari menuju toilet. Kiara membanting pintu dengan keras. Ia menangis di balikknya.

Di sisi lain, Novi yang melihat sahabatnya diamuk sang bos segera menyusulnya.

"Kiara??" Panggil Novi. Tak ada balasan namun wanita behijab itu mendengar isak tangis dari dalam bilik toilet.

Tok...tok...tok...

"Ra? Lo gapapa kan?" Tanya Novi.

Di dalam bilik Kiara segera mengusap air matanya dan membersihkan wajahnya.

Ceklek...

"Kenapa? Lo kok bisa di sini?" Tanya Kiara.

"Gue liat lo di marahin sama Pak Moza. Kalian baik-baik aja kan?" Tanya Novi yang penasaran.

"Iya, kita baik-baik aja kok."

"Lo nangis ya???" Tanya Novi.

Kiara menggeleng. "Ini cuma perih aja tadi liat monitor terus." Kiara mengipasi wajahnya.

"Oh. Gue bawa obat tetes mata siapa tau bisa ngilangin perihnya." Novi menarik tangan sahabatnya itu.

Hari ke dua puluh

Tiga hari sudah Moza dan Kiara tidak berbicara. Kiara masih sangat berharap lelaki itu memaafkannya dan mengajaknya berbicara. Jujur ia merasa risih jika terus-menerus seperti ini.

Moza sedang membaca koran sembari menonton televisi. "Za, kamu udah makan?" Tanya Kiara. Moza hanya melirik gadis itu sekejap lalu kembali membaca koran.

"Aku laper, Za." Kata Kiara sedikit merengek.

Moza melipat korannya lalu bangkit dari sofa. "Kamu bisa delivery kan?" Ia meninggalkan Kiara ke lantai atas.

Kiara mengehela mengembuskan nafas berat. Sebelumnya Moza sangat perhatian terhadapnya namun kini pria itu benar-benar berubah.

*****

Pagi ini sama seperti pagi sebelumnya, Moza masih enggan berbicara dengan Kiara. Bukan hanya di rumah di kantor pun sama seperti itu. Bahkan ia tak pernah lagi menyuruh Kiara untuk datang ke ruangannya.

"Eh mbak, mau kemana?" Tanya seorang wanita.

"Mau nyari Pak Moza."

"Pak Moza minta untuk tidak di ganggu, beliau sedang ada tamu mbak."

"Cuma mau bawain ini doang kok." Kiara sedikit memaksa.

"Eh mbak, jangan dong. Pak Moza nyuruh Rena buat ngawasin. Rena takut kalo Pak Moza marah nantinya." Kata wanita bernama Rena itu.

"Yaudah, kalo gitu mbak titip ini ya, kasi Pak Moza." Kara Kiara.

"Baik mbak."

"Oh ya satu lagi, Rena, kalo Pak Moza ambil makanan ini bilang ke mbak ya." Rena mengangguk mengiyakan.

Tak berselang lama, Moza serta tamunya keluar dari ruangan. "Terima kasih Pak Moza,"

"Terima kasih kembali Pak." Balas Moza.

Pria itu memasukkan tangannya ke dalam saku celana lalu melangkah masuk ke ruangannya. "Pak Moza!" Panggilan itu menghentikan langkahnya.

"Ini ada makanan buat bapak." Rena tersenyum menampakkan deretan giginya.

Moza mengangkat sebelah alisnya. "Tumben kamu buatin saya makanan. Perhatian juga." Ucap Moza seraya mengambil bungkusan yang diberi Rena.

"Itu bukan saya yang buat Pak, yakali saya bawain buat bapak. Itu mbak Kiara yang ngasi." Kata Rena di akhiri tawa.

Moza tiba-tiba diam dan pergi begitu saja membawa bungkusan makanan itu.

Ceklek...

Ia menciumi bungkusan itu, tercium aroma khas masakan milik Kiara. Senyum terukir di wajahnya. Setelahnya ia kembali keluar menemui Rena.

"Panggilkan satpam sekarang!" Ucap Moza dengn tegas.

Rena seketika bingung dan hanya bisa menuruti perintah bisnya tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Tanya si satpam yang baru saja sampai.

Moza memberikan sebungkus makanan. "Ini buat kamu." Pak satpam berbadan tambun itu sedikit bingung.

"Tenang, saya sudah makan dan ini saya belinya lebih. Mubazir jika dibuang." Moza tersenyum.

"Terima kasih, Pak." Balas si satpam. Di lain hal Kiara sedang mencari sahabat bobroknya itu. Siapa lagi kalau bukan Novi.

"Tumben-tumbennya tu anak gak keliatan batang hidungnya." Kiara membatin.

Hendak bertanya pada karyawan di sekitarnya namun ia masih mengingat bagaimana pedas bibir mereka semua kala mengatakan bahwa Kiara adalah seorang pelakor.

Ting!

Nopiiiiikuh💜

Ra, maaf sebelumnya yee
Gue gk bilang sma lo pulang
duluan soalnya bunda pingsan
trus dibawa ke rumah sakit tdi

Ya tuhann
Kok bisa?
Gapapa kok sist santee

Belum tau ini masih ditangani dokter
Makacii sistahh💜

Kringg!!!

Kiara melihat nama Rena di layar ponselnya. Ia tahu jika ini pasti tentang Moza.

"Halo mbak?"

"Iya, halo. Gimana, Ren?"

"Makanannya udah saya kasi ke Pak Moza."

Kiara tersenyum, dia berharap Moza menyukai masakan buatannya.

"Udah diterima? Terus gimana katanya?"

"Makanannya malah di kasi ke satpam mbak."

Tidak habis pikir Kiara mendengar hal itu. Seketika ia mematikan panggilannya.

*****
Dengan tumpukan berkas di mejanya, gadis itu nampak beberapa kali memguap menahan kantuk. Hingga akhirnya ia kalah dan tak mampi menahan rasa itu.

Moza bersiap untuk pulang karena jam di tangannya sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Baru hendak melangkah, ia melihat Kiara sedang tertidur pulas di meja kerjanya.

Lelaki itu tergerak mendekatinya. Cukup lama ia menatap wanita itu sampai ponselnya tiba-tiba berdering.

"Iya, halo, Ma?"

"......"

"Oke, Moza ke sana sekarang."

Moza memasukkan kembali ponselnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Kiara di sana.

Dua jam berlalu, seorang satpam terlihat bingung saat hendak membangunkan Kiara. "Mbak Kiara!" Satpam itu berujar sedikit keras.

Sontak Kiara langsung terbangun. Usahanya tak sia-sia. Wanita itu mengusap-usap wajahnya beberapa kali. "Lho kok sepi?" Tanya Kiara.

"Ini sudah lewat waktu pulang mbak." Ucap si satpam. Kiara melirik jam dinding dan benar saja ini sudah jam 9 malam.

"Bapak kenapa gak bangunin saya sih??" Kiara sedikit kesal.

"Kan saya sudah bangunin mbak dari tadi. Cuma mbaknya yang susah bangun." Ujar Pak satpam dengan polosnya. Kini Kiara sangat malu perkataan satpam tadi seperti sindiran untuknya.

"Pak Moza udah pulang?" Tanya Kiara sembari merapikan mejanya.

"Sudah mbak, Pak Moza sudah pulang dua jam yang lalu." Mendengar hal itu Kiara dibuat semakin kesal. Bisa-bisanya Moza meninggalkannya sendirian.

"Dia pasti melihatku tertidur tadi tapi tidak mau membangunkanku. Dasar suami egois!" Gerutu Kiara seraya berjalan keluar gedung.

*****

Ting...tong!

Ceklek....

Kiara terkejut melihat pemandangan dihadapannya. Dengan santainya Moza duduk seraya menaikkan sebelah kakinya. Bungkusan makanan dan minuman berserakan di meja karena ulahnya.

"Kok berantakan banget sih?" Tanya Kiara, namun tak di hiraukan oleh Moza. Wanita itu hanya bisa mengelus dadanya yang bergemuruh dan mendidih.

Usai membersihkan badan, Kiara turun dan menghampiri Moza. Ia duduk di sebelah lelaki itu. "Za, jangan di berantakin dong, aku kan capek habis dari kantor." Pinta Kiara.

Moza meninggalkannya begitu saja. Kiara dengan terpaksa membersihkan sampah-sampah yang bertebaran itu.

Srett...

Moza memegang tangan Kiara. Ternyata lelaki itu kembali datang dengan membawa kantong plastik sampah. Tanpa mengucapkan sepatah kata ia memungut bungkusan-bungkusan itu.

Sebelum Moza beranjak, keduanya sempat bertatapan beberapa detik. Hanya dengan hal itu Kiara sudah merasa senang.

KIARA POV

Suara dering ponsel mengusik tidurku pagi ini.

"Iya, halo?"

"Ra! Buruan ke sini, lama banget sih lo!"

"Kemana?"

"Astogeee...sekarang kan pertemuan besar di perusahaan kita."

Ya tuhan! Aku lupa, hari ini ada pesta pertemuan di kantor. Jika bukan Novi yang memgingatkannya bisa gawat.

"Mozaaa!!!" Aku sedikit berteriak memanggil pria itu, namun tak ada balasan. Sesegera mungkin aku bergegas mandi dan berdandan secantik mungkin.

Tek!

Anting-anting kecil itu terpasang indah di telingaku. "Oh tuhan, kenapa kau menciptakanku secantik ini?? Terima kasih banyak." Memuji diri sendiri itu juga penting.

AUTHOR POV

Kiara langsung menaiki mobilnya. Ia sudah menduga kalau Moza akan kembali meninggalkannya pagi ini. "Hati-hati nyonya!" Ucap Pak Budi sembari membuka pintu gerbang berukuran besar itu.

Tuk...

Tuk...

Tuk...

Dengan balutan long dress ketat membentuk lekukam tubuh Kiara terlihat jelas. Semua pandangan tertuju padanya. Jujur ia mencari keberadaan Moza sedari tadi.

Brugg!

"Maaf mbak." Ucap pelayan itu. Saat mendongak Kiara terlihat kaget.

"Moza?"









































Jangan lupa vote dan koment ya 🧡

Continue Reading

You'll Also Like

62.7K 3.1K 17
"Gue benci sama lo! Gue menyesal pernah jatuh cinta sama lo!" teriak Shilla membuat Gala diam. #18 bnyk kata kasar
2.5M 20.5K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
2.3M 83.3K 33
21+ [ Be wise with your reading! ] Mereka dipertemukan kembali, namun dalam status yang berbeda. Dengan rasa benci dan Cinta yang masih bernaung di h...
311K 16.7K 40
SQUEL BABY BOSS 21+ [Mohon maaf, sebagian part ini sudah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin mendapatkannya cerita lengkapnya silahkan b...