NECROMANCER [TAMAT]

By zuladwi

1.4K 182 272

//BETRAYAL// Scarlea dicap sebagai Necromancer semenjak orang-orang melihat warna rambutnya. Sejak itulah ia... More

Scarlea Sochyero
Pembawa Pesan
Sorcerer
Bantuan
Sihir Pengubah
Pertemuan
Perpustakaan dan Permulaan
Gadis Kecil
Arwah Ungu di Hutan Maleybre
Jejak Necromancer
Dugaan
Ritual
Ketidakpastian
Rusa Hijau
Rumor
Scarlea dan Ketidaktahuannya
Serrano
Petunjuk Penting
Sesuatu yang Tersembunyi
Rencana
Perlindungan
Magic Map
Jejak Mantra Pelindung
Kegagalan
Portal Rahasia
Hutan
Last Place
Concern
Suspicious
Hutan Terlarang
Fight
Keraguan
Potongan Puzzle (Part 1)
Potongan Puzzle (Part 2)
Tempat Rahasia
Similiarity
Kenyataan
Kebohongan
Sisi Lain Hutan Maleybre
Kepingan di Padang Rumput
Choosing Side
Usaha Terakhir
The Trial
Brand New Day
*Author's Note*
[Ilustrasi Continentia]

Light of Hope

14 1 0
By zuladwi

.

.

Kedelapan anak itu menatap penuh ketakutan pada Arona yang sedang sibuk di salah satu bilik tak jauh dari jeruji besi. Bilik itu barusaja dibentuk oleh Kyle dengan ukuran besar setinggi goa itu. Langit-langit goa itu saja tidak terlihat, bisa dibayangkan jika atapnya tinggi.

Bukan sebesar dan setinggi apa bilik yang barusaja dibuat Kyle yang membuat anak-anak itu saling berpelukan karena takut. Namun suara berisik dari belakang sana, seperti suara seekor makhluk yang entah bagaimana rupanya, tapi yang jelas suaranya sangat kencang dan menyeramkan. Suaranya tengah menggema serta dipantulkan oleh dinding goa—membuatnya semakin mengerikan.

"Mereka berhasil membuka tabirnya. Lumayan juga ..." tutur Kyle sambil memandang ke arah mulut goa.

"Setidaknya naga ini akan menghambat mereka. Aku sudah muak dengan para Patron itu," gumam Arona yang terdengar sampai ke telinga anak-anak itu.

"Na ... naga?" bisik Rosie dengan suara bergetar. Goa yang mereka diami sekarang akan dihuni juga oleh seekor naga. Seekor naga besar. Anak-anak itu sudah tidak bisa menyembunyikan ketakutan mereka lagi. Barusaja mereka mendapatkan setitik harapan ketika Patron menemukan mereka, namun sekarang Necromancer itu takkan membiarkan para Patron menyelamatkan mereka begitu saja.

"Bagaimana kita bisa keluar ... " kurang lebih itulah yang anak-anak itu pertanyakan diantara rasa takut yang sudah membuncah dan senantiasa menemani mereka di dalam goa mengerikan itu.

Satu-satunya yang bisa mereka lakukan hanyalah berharap para Patron dan Sorcerer datang menyelamatkan mereka dan kembali pada pelukan hangat keluarga yang sangat mereka rindukan.

*****

Allen menelan ludahnya kasar. Ia menghentikan langkahnya tiba-tiba dan mulai berkeringat dingin. Danio yang mengetahui gerak-gerik aneh Allen pun menoleh.

"Kau baik-baik saja? Goa itu sudah dekat, lihat—"

"Danio ... " sela Allen dengan suara yang tercekat. Danio menatap Allen dengan tajam. Allen tidak akan bertingkah aneh jika tidak merasakan sesuatu.

"Goa itu ... Aku merasakan adanya sihir yang luar biasa besar ," Allen menarik napas panjang lalu melanjutkan, "tapi aku tidak yakin sihir itu berasal dari goa itu sendiri atau ... sesuatu di dalamnya."

"Goa itu memang terbuat dari sihir, Len, wajar jika—" Rey menambahkan namun kembali disela Allen.

"Bukan itu! Ada yang lebih besar ... rasanya seperti—ketika aku melihat Lavoctro untuk pertama kalinya. Meskipun ini tidak sekuat Lavoctro tapi tetap saja!"

Danio dan yang lain mengernyit heran. Sorcerer muda itu barusaja menyebutkan jika perasaannya sama ketika ia melihat Lavoctro, makhluk sihir penjaga penjara Dementhos. Gurita berbadan lava itu, yang benar saja!

"Maksudmu—ada makhluk sihir di dalam sana?" Rey memperjelas maksud Allen.

"Tadi tidak ada apapun selain anak-anak dan Necromancer itu di dalam sana ... " Hide menyanggah.

"Mereka bisa saja membuatnya, kan? Aku yakin mereka menduga kita akan datang." Zachary berpendapat yang langsung dihujani tatapan tak percaya oleh para rekannya.

"Itu asumsiku saja. Tapi kalau Allen bilang begitu ... jadi?" lanjut Zachary.

"Aku tidak begitu berpengalaman dalam bertarung, ingat?" Allen mengakui kekurangan yang sangat diketahui oleh Danio, Rey dan Zachary. Mereka berlima pun saling berpandangan seakan menanyakan keyakinan masing-masing.

"Tidak masalah. Kau bisa menyerang dari belakang kami, Len," ujar Danio, "yang terpenting anak-anak itu bisa diselamatkan," lanjutnya.

Keempat rekannya yang lain pun menegakkan tubuh masing-masing dan menghela napas panjang sebelum mengangguk yakin. Apapun yang akan mereka temukan di depan sana harus tetap dihadapi—bahkan makhluk sihir sekalipun. Selain itu, mereka sudah tak punya waktu lagi.

Besok malam, bulan merah akan muncul.

Danio dan yang lain bergegas mendekati goa yang sudah tak jauh dari jangkauan mereka dan begitu mereka sampai, mereka melihat goa itu diterangi cahaya api kecil di atas cekungkan-cekungan kecil di dinding.

'Necromancer itu masih ada di sini' pikir Danio yang melempar pandangan pada Hide yang terlihat mengerti apa yang ia pikirkan.

Tepat saat itu juga komunikasi mereka terputus sama seperti sebelumnya.

"Kami sampai di goa itu!" bisik Zachary pada kristalnya. Hanya Danio dan Hide yang mengerti sehingga mereka mengisaratkan dengan gelengan kepala pada Zachary menandakan jika itu tidak berguna.

"Haruskah kita semua masuk?" tanya Allen.

"Bagaimana jika Allen, Danio dan Hide yang masuk? Allen bisa membantu dengan sihir untuk melindungi kalian sementara kami akan di luar menunggu bala bantuan. Jika saja kalian terluka kami masih bisa melawan mereka."

"Benar. Jika kita semua tidak bisa bertarung dan bala bantuan datang terlambat semua akan sia-sia. Kita takkan tahu jika Necromancer itu mungkin memindahkan anak-anak ke tempat lain saat kita kalah," balas Hide setuju.

"Aku akan melakukan yang kubisa, tapi jangan terlalu berharap," Allen menimpali.

"Baiklah sudah diputuskan. Aku akan terus berkomunikasi dengan Pimpinan," tutur Rey. Allen memandangi mereka satu persatu. Lalu menarik salah satu tangan keempat rekannya dan didekatkan padanya.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Hide. "Melakukan hal yang berguna," Allen pun mengulurkan kedua telapak tangannya dan muncul cahaya terang di atas tangan Danio dan yang lain. Tak lama kemudian sebuah tanda sihir muncul pada permukaan kulit pergelangan tangan mereka.

"Dengan ini aku bisa bertelepati dengan kalian. Aku bisa mendengar isi kepala kalian dan memberikan informasi tanpa perlu berbicara karena kristal komunikasi tidak berguna di dalam sini, kan?" jelas Allen.

Zachary membelalakkan kedua matanya tak percaya. Begitu juga yang lain karena mereka barusaja mengetahui fakta jika Allen bisa melakukan telepati. Itu adalah kemampuan langka yang tidak dimiliki semua Sorcerer bahkan Necromancer.

"Harusnya kau bilang daritadi! Itu ide yang sangat bagus!" pekik Zachary heboh dan direspon dengan kekehan ringan Allen.

"Jelaskan padaku kenapa kau tidak melakukan ini pada mereka berdua?" tanya Danio yang dijawab gelengen oleh Allen. "Jika aku tahu sejak awal, sudah kulakukan, bodoh!" protes Allen.

Lalu sesuai rencana, Allen, Danio dan Hide pun masuk ke dalam meninggalkan Zachary dan Rey yang keluar dari mulut goa.

Belum sampai separuh jalan mereka bertiga memasuki goa besar itu, suara seekor makhluk yang tidak diketahui bentuknya menggema dengan keras. Sontak saja hal itu membuat mereka terkesiap bahkan suara itu terdengar hingga telinga Zachary dan Rey yang berada di luar.

"Jadi ini yang kau bicarakan sejak tadi?" tebak Danio yang mulai mengerti apa yang dimaksud Allen ketika merasakan sihir yang kuat. Rasanya bulu kuduk Danio dan Hide mulai meremang ketika mendengar suara itu.

"Cyclops? Naga? Banteng? Kuda raksasa?" Hide mulai menebak-nebak makhluk apa yang akan menyapa mereka di dalam sana.

GRAAAWWWRRR

Suara itu kembali terdengar lalu hembusan angin kencang keluar dari dalam goa dan membuat mereka harus menguatkan kedua pijakan kaki mereka agar tidak terlempar.

"Ada yang mau menebak lagi makhluk apa ini?" tanya Allen lalu membuka kedua matanya dan mendengar suara langkah yang besar diikuti dengan sebuah wujud tinggi besar yang berjalan mendekat.

"Tidak perlu ... Aku sudah bisa melihat wujudnya," tutur Danio lalu segera berbalik dan mengambil ancang-ancang untuk berlari.

"CEPAT LARI BODOH!" lanjut Danio ketika tahu tidak hanya dirinya yang mengambil ancang-ancang, namun makhluk itu juga bersiap melakukan sesuatu. Hide dan Allen yang paham maksud Danio segera berlari mengikuti Danio.

Benar saja, naga itu terbang dengan cepat menuju pintu keluar dan memaksa Danio dan yang lain turut keluar.

Zachary dan Rey yang barusaja melihat sesuatu yang besar terbang cepat melewati mereka terkejut. Pandangan mereka mengikuti arah gerak makhluk besar itu dan melihat seekor naga berwarna kelabu terbang rendah lalu turun dengan cepat.

"I ... Ini yang dimaksud Allen?" ucap Zachary memahami apa yang dirasakan Allen sedari tadi sementara Rey tak menjawab dan bersiapa dengan pedangnya.

Danio bergegas menghampiri Zachary dan Rey yang berada tak jauh dari naga itu sementara Hide dan Allen kembali masuk ke goa untuk membebaskan anak-anak itu. Mereka berkomunikasi dengan cara yang Allen tunjukkan. Komunikasi tanpa suara.

"Sudah kuduga kalian akan datang, bagaimana dengan nagaku ini?" wanita bertopeng ungu itu muncul di atas kepala naga kelabu itu.

"Lumayan juga buatanmu ini, Arona Sochyero," balas Rey yang menyeringai karena melihat wanita itu mengenakan topeng ungu untuk menyembunyikan identitasnya padahal Patron sudah tahu identitas mereka.

Wanita itu tertawa pelan lalu meleburkan topeng ungunya dan menunjukkan wajahnya sepenuhnya. Arona Sochyero menyeringai remeh pada ketiga Patron yang ada di bawah sana.

"Hai," ujarnya dengan santai.

Lalu tanpa basa-basi, Arona memerintahkan makhluk sihirnya—naga itu untuk menyerang.

*****

"Danio kurang ajar," gerutu Hide di samping Allen karena pemuda itu menyuruh mereka lari keluar namun tiba-tiba merubah rencana dan berakhir dengan Hide kembali masuk ke goa bersama Allen. Memang alasannya masuk akal—untuk membebaskan anak-anak itu—tapi tetap saja Hide merasa kesal.

Allen tertawa pelan, "Kau seperti baru kenal dengannya," katanya lalu mengalihkan pandangan lurus ke depan bersiaga jika Necromancer yang lain, sebut saja Kyle Sochyero tiba-tiba menghantam mereka dengan sesuatu.

"Apa itu tempat anak-anak disekap?" tanya Allen tatkala ia melihat sebuah ruangan dengan jeruji besi yang menghalangi jalan keluar.

"Benar sekali," sahut sebuah suara berat dan dingin dari arah yang berlawanan dari Hide dan Allen.

Allen Regulus kenal betul siapa pemilik suara itu.

"Bagaimana keadaan tanganmu, Tuan Kyle Sochyero? Masih terasa terbakar?" sindir Allen. Suara tawa Kyle terdengar menggema.

"Kau tahu rupanya," tuturnya setelah menghentikan tawa. Allen hanya mengedikkan bahu ketika melihat pria itu menampakkan diri.

"Semua ini menjawab segala dugaan Tuan Gideon. Ternyata memang benar. Kalau mengabdi pada iblis memang manyakitkan, lalu untuk apa kau tetap bertahan, huh?" pancing Allen tanpa takut jika Necromancer di hadapannya itu mneyerangnya dengan brutal. Terlepas dari pengakuannya yang tidak ahli dalam bertarung, Allen tampaknya sangat ahli untuk memancing amarah orang.

"Rasa sakit seperti ini tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuatan besar yang kudapatkan ... " balas Kyle sambil mengangkat tangan kirinya menunjukkan pola berwarna hitam bergambar ular yang melilit pada sebuah tengkorak.

Bukti pengabdi kegelapan. Itulah pola yang dimiliki semua Necromancer. Bukti bahwa mereka pernah melakukan ritual keji demi kekuatan tak terbatas—menjadi Necromancer—dengan memberikan pengorbanan pada iblis. Hal yang akan mereka lakukan, mengorbankan anak-anak itu.

"Scarlea pasti sangat kecewa ..." ucapan Allen berhasil membuat raut wajah Kyle berubah menegang dan tampak menahan amarahnya ketika nama putri semata wayangnya disebut.

Sebuah serangan sihir berwarna hijau melesat cepat ke arah mereka berdua namun Allen lebih cepat membuat perisai angin dan mengubah arah laju tembakan itu.

"Kau membuatnya marah, Regulus," Hide mengeratkan pegangan pada pedangnya dan berdiri di depan Allen.

Allen Regulus memiringkan kepalanya, "Aku tahu ..." lalu sedetik kemudian Allen Regulus mendorong Kyle Sochyero dengan kencang menggunakan sihir anginnya dan berhasil membuat pria itu terpental menjauhi jeruji besi.

"Tolong urus dia ya," pinta Allen lalu Hide berlari mendekati Kyle sementara Allen menuju jeruji besi dan menemui anak-anak itu.

"Hai anak-anak, tidak perlu khawatir, aku Sorcerer," katanya sambil berpegangan pada jeruji besi dan menatap anak-anak itu dengan penuh keyakinan. Lalu tangannya terulur pada rantai dan gembok yang mengunci mereka namun terhenti ketika sebuah suara ia dengar di kepalanya.

"Gembok dan rantainya akan membakar tanganmu. Lakukan sesuatu," Allen bisa mendengar suara Hide di kepalanya. Hampir saja tangannya menjadi korban ketidaktahuannya. Syukurlah Hide memberitahu tepat waktu.

"Benda itu sudah disihir, Kak .." tutur salah satu anak di dalam sana. "Iya aku tahu. Fuh ... harus dibuka tanpa menyentuh, ya?" balas Allen dengan tersenyum lalu menyentakkan angin yang bergerak cepat bolak-balik seperti menggergaji. Perlahan rantai yang mengunci itu mulai terpotong di bekas retakan. Sepertinya sudah ada yang mencoba untuk memutuskannya sebelum dia.

Allen mendorong anginnya lebih kuat dan cepat agar rantai itu cepat terputus dan membawa mereka keluar.

Rantai itu telah putus sepenuhnya dan jatuh ke lantai. Allen pun menarik pintu besi itu kuat-kuat dan masuk. Senyuman tergambar jelas dari wajah anak-anak itu.

"Kalian baik-baik saja? Apa ada yang terluka?" tanya Allen. Anak-anak itu menggeleng lemah.

"Ah, sepertinya aku tidak bisa memaksa kalian berjalan ... " Allen tampak berpikir. Situasinya buruk sekarang. Hide sedang menghadang Kyle sementara di luar Danio dan yang lain melawan Arona dan naganya.

"Bisakah kalian memberiku jalan keluar? Apa bala bantuan sudah datang?" Allen bertanya melalui telepati.

"Tunggu akan kami jauhkan naga ini—" ucapan Danio terpotong oleh Hide yang memekik.

"REGULUS PERISAI!"

BLARRR

Atap goa itu meledak mendadak karena Kyle meledakkannya sehingga menimbulkan lubang besar di sana, sementara itu gemuruh jatuhnya bebatuan terdengar jelas. Lagi-lagi untung saja Hide memperingatkan tepat waktu dan Allen sudah memberi perlindungan pada anak-anak bersamanya begitu juga dengan Hide yang berada dekat dengan sumber ledakan.

"Tak bisakah kau memindahkan anak-anak ke markas?" usul Rey.

"Teleportasiku tidak sebaik itu ... " Allen mengakui dengan wajah murung.

"Jangan minta Allen melakukan teleportasi, tidak ada gunanya," Danio menimpali.

"HEI!" bentak Allen tiba-tiba dan membuat anak-anak itu terkejut. "Ah, maafkan Kakak. Aku tidak membentak kalian, jadi tenang saja ... oke?" ujar Allen merasa bersalah.

"Oh! Azelia bilang para Patron sudah berteleportasi ke Maleybre. Tunggu dan lindungi anak-anak itu sebentar!" suara Zachary kali ini membuat Allen sedikit lega. Dengan begitu ia bisa meminta Evelyn atau siapapun untuk memindahkan anak-anak ini secara langsung ke markas.

"Allen—argh! Bantu aku sedikit!" Hide mengerang dan membuat Allen menoleh melihat rekannya dililit oleh tanaman rambat di sekujur tubuhnya. Allen pun segera mengeluarkan angin yang setajam pisau lalu membuatnya melaju cepat untuk memotong tanaman rambat itu. Hide pun berhasil lepas.

"Aku akan belajar bertarung lain kali ... " tutur Allen yang merasa tidak begitu banyak membantu dan hanya memback-up rekan-rekannya dari jauh.

"Masuk ke divisi kami lalu akan kulatih dengan baik!" Rey berujar. Bisa-bisanya mereka mengobrol santai di saat genting seperti ini. Divisi Necromancer memang berbeda, itulah yang dipikirkan Allen. Selama ini ia merasa divisi itu hanya berisi manusia-manusia bosan hidup yang tidak takut mati karena melawan Necromancer. Namun buktinya mereka berhasil saja mengisi ruangan di penjara Dementhos. Itu artinya kemampuan mereka tidak bisa diremehkan.

*****

Sementara di tempat Danio, Arona dan naganya menyerang mereka membabi buta. Mereka harus menghindari serangan merepotkan dari sayap-sayap dan ekor besar milik naga kelabu itu. Tidak hanya itu, Arona juga menembakkan sihir ungunya untuk membatasi ruang gerak mereka.

SYUTTT

Danio memotong ekor naga itu dengan pedangnya dan membuat naga itu mengerang kesakitan. Oh, meskipun makhluk ini buatan sihir ternyata memiliki perasaan juga rupanya. Aksi Danio barusan berhasil membuat naga itu lengah dan Rey memanfaatkannya dengan baik. Ia menembakkan anak panahnya ke arah leher naga itu berharap akan dapat menghentikan pergerakannya.

Melihat naganya mulai kehilangan keseimbangan karena serangan Patron, Arona menguatkan pijakannya agar tidak terjatuh. Meski begitu, wanita itu terlihat tidak memiliki keinginan untuk beranjak sedikitpun.

Zachary memerhatikan gerak-gerik Arona yang sama sekali tidak khawatir dengan posisinya padahal Danio tengah bersiap menyambut Necromancer itu jika ia turun dari sana.

"Dia tenang sekali," pikir Rey yang bisa didengar oleh semua rekannya, lalu bersiap membidik lagi dengan anak panahnya yang kali ini terdapat racun di ujungnya.

"Sayang sekali ...." Arona berucap dengan angkuh di atas sana. Danio tetap bersiaga mengambil posisi tak jauh dari naga yang mulai ambruk itu.

Ternyata dugaan mereka salah. Naga itu bukannya ambruk karena terluka, makhluk itu hanya merendahkan tubuhnya lalu tiba-tiba ekornya yang putus dan meneteskan cairan itu justru beregenerasi. Begitu juga lehernya yang terluka akibat panah, lukanya mendadak menghilang dan anak panah yang menancap itu jatuh lalu diinjak dengan kaki besarnya.

"Sialan!" entah bagaimana Danio, Rey dan Zachary mengumpat serempak dalam pikiran mereka dan membuat tawa Allen terdengar.

"Maafkan aku ... kalian kompak sekali."

"Diamlah, Regulus!" sergah Zachary yang kini merasa kesal dengan kenyataan bahwa naga itu bisa beregenerasi ditambah lagi dengan tawa mengejek dari Allen. Ini bukan saat yang tepat untuk tertawa.

*****

Hide mengayunkan pedangnya sekuat tenaga dan berusaha menyeimbangi kecepatan Kyle. Necromancer berelemen tanah itu sungguh lihai dalam menghambat gerakannya dengan tanaman-tanaman yang muncul tiba-tiba. Bahkan batang pohon bisa ia gunakan sebagai senjata. Berada di hutan melawan penyihir berelemen tanah adalah sebuah kerugian besar.

Hide terpaksa harus menggerakkan tubuhnya lebih cepat dan meminta Allen untuk membantunya menghalau tanaman-tanaman itu. Jika tidak, ia bisa mati terjerat dan ditenggelamkan di dalam tanah hidup-hidup.

"Terima kasih lagi, Allen Regulus." Ujarnya setelah Allen memotong batang pohon yang melilit sebagian tubuhnya.

"Cih!" Kyle mendecih geram ketika melihat musuhnya terus saja dibebaskan oleh Sorcerer angin yang berada di dekat anak-anak itu. Awalnya ia berniat mengunci anak-anak itu di dalam bilik batu agar tidak bisa keluar, namun gagal karena Patron di hadapannya ini lebih dulu menyerang dan Allen membebaskan anak-anak itu. Sehingga Kyle jadi disibukkan dengan Patron satu ini.

Sebuah portal hijau muncul di belakang Kyle dan di depan Allen. Hide yang mengetahui adanya portal teleportasi itu pun segera memperingatkan Allen. Untung saja Allen bereaksi cepat dengan menghalau tembakan sihir Kyle dan membuangnya ke udara hingga menjadi pecahan-pecahan hijau yang berkilau.

"Kau benar-benar mengganggu, Allen Regulus," desis Kyle yang kini mengeluarkan dua lingkaran sihir hijau—siap menyerang Allen kembali. Dengan cepat Allen mengeluarkan angin yang mendorong Kyle hingga membuatnya terpental sebelum sempat menembakkan sihirnya.

"Fuh ... refleksku cukup bagus," Allen tersenyum lega karena barusaja terhindar dari serangan Kyle. Sepertinya Necromancer itu meremehkan kemampuannya sebagai Sorcerer sampai-sampai mencoba menyerang dengan jarak dekat.

Hide pun memanfaatkan kesempatakan untuk segera mengunci pergerakan Kyle yang terjatuh, namun gagal karena kini Kyle justru menariknya dengan sulur tanaman dan membuatnya menggantung secara terbalik.

"Necromancer sialan!" Hide mencoba memotong sulur itu dengan tebasan pedangnya dan berhasil sehingga membuatnya terjun bebas. Ia menjadikan kedua tangannya sebagai pelindung kepala agar tidak membentur tanah. Allen membantunya dengan memberi lapisan udara di atas tanah hingga pemuda itu tidak langsung jatuh ke tanah.

Hide pun bernapas lega karena pendaratannya mulus tanpa luka. 

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
1.1M 105K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
1.2M 103K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
285K 18.5K 49
negeri xavier dihuni oleh makhluk yang berkekuatan magic yang berkuasa di masing-masing daerah mereka. chattysia amabel yang tanpa sengaja menjadi ba...