🌹H a p p y R e a d i n g 🌹
_
"Assalamualaikum," salam Aisyah, masuk ke dalam asramanya.
"Waalaikumsalam," jawab Fatia dan Luna, mereka berdua kini tengah membereskan barang-barangnya.
"Loh! kok udah pada Pecking?"
"Tadi papa ku menelpon, katanya suruh siap-siap. Bentar lagi dia datang. Luna mau numpang juga," ucap Fatia.
"Punya saya sudah di Packing juga?" tanya Aisyah menatap penuh harapan sahabat nya.
Luna berdecak "Udah tuh, tinggal diangkut,"
"Aaa! makin cayang deh, sini peluk dulu," Aisyah merentangkan tangannya, dengan senang hati Fatia dan Luna berhambur di pelukan Aisyah. Kini mereka bertiga berpelukan seperti Teletubbies.
"Yah, nanti malam nggak bisa tidur bareng deh," Fatia menghela nafas sedih.
Walaupun mereka memiliki masing masing ranjang untuk tidur, bertiga lebih memilih tidur di lantai beralas karpet tebal. posisi Fatia yang selalu ada di tengah antara Luna dan Aisyah saat tidur, tidur dengan satu selimut, bahkan sampai baju adalah milik bersama. Postur badan mereka juga mereka hampir sama. Jadi tidak ada kendala soal cocok atau tidak cocok.
Sedekat itulah ketiganya, walaupun mereka sudah diberi fasilitas kasur, masing-masing. Mereka lebih memilih tidur di lantai beralas karpet. Bahkan pakaian ketiganya disatukan. Untunglah ke-tiga santri ini memiliki body yang hampir sama.
"Nanti kalau sampai rumah masing masing, langsung kasih kabar yah?" ujar Luna, ketiga melepas pelukan mereka.
"Pasti sampai rumah, sunyi banget," ucap Fatia sedih.
"Aduh-aduh, kasian nya anak tunggal kaya raya," ucap Luna.
"Kamu enggak sendiri kali. saya juga sunyi kok, Abangku kuliah di luar negeri belum lagi ngurus bisnis papa di sana makin ngga di ijinkan pulang pasti," ucap Aisyah.
"Kalo saya sih di rumah pasti rame lah pasti, kan ada abangku," ujar Luna apa adanya.
"Enak yah punya Abang?" Tanya Fatia.
"Udah ah, nggak usah sedih, kita kan saudara kamu juga. Abang saya Abang kamu juga" ucap Aisyah
"Udah ih! Jangan sedih lagi, lagian kan, kita bisa vc atau telpon sampai di rumah masing-masing," ucap Aisyah
"lagian juga nggak enak banget tau punya Abang. kamu mau di jadiin babunya tiap hari?" Celutuk Aisyah bercanda, eh tapi emang iya sih hehe.
"Emang iya?" Tanya Fatia. Luna dan Aisyah pun mengangguk bersamaan. Maklumlah mungkin mereka korban yang sudah dijadikan babu oleh Abang sendiri.
"Iya, makanya jangan punya Abang apalagi adek,"
"Lebih baik anak tunggal kaya raya!" Ucap ketiga nya bersamaan.
Mereka bertiga pun kini tertawa. Sungguh sederhana sekali yah persahabatan mereka, yah begitulah manusia tiga ini, bersahabat dengan orang yang humornya receh.
~🌹~
Di perjalan pulang, Aisyah tidak henti-hentinya tersenyum memandang jalanan dan langit biru yang dihiasi dengan awan putih. pepohonan yang hijau lebat yang ada di pinggir jalan, membuatnya semakin sempurna. Sungguh indah sekali nikmat Tuhan.
Posisi Aisyah sekarang berada di jok belakang mobil. sedangkan papa adhes menyetir mobil dan bunda Lisa yang berada di sampingnya.
Bunda lisa menoleh melihat sang putrinya yang tersenyum senang tak pernah pudar.
"Senang bangat yah, kalau pulang. Kalau pergi aja nangis-nangisan," ucap bunda Lisa bergurau.
"Ihh Buna! Aisyah itu senang bisa pulang, kalau di pesantren terus kan bosan. itu ajah pemandangan nya enggak pernah berubah. Kalau di rumah kan enak bisa liat taman, ada kolam renang, kolam ikan juga ada," ucap Aisyah.
Papa Adhes dan bunda Lisa saling memandang satu sama lain, mereka tersenyum simpul.
"Oh yah Bun. Bang Bintang enggak pulang?" tanya Aisyah kini menatap kearah depan.
"Lagi sibuk sama perusahaan di luar negri," ucap Papa Adhes.
"Yah! Sunyi Ding di rumah," ucap Aisyah sedih.
"Nggak papa, kan ada bunda, bi Ina, sama kang Maman juga," ucap bunda Lisa.
"Kayaknya papa juga harus ambil cuti deh, biar bisa punya banyak waktu buat Aisyah," ujar papa adhes tersirat.
"Beneran pa?" tanya Aisyah.
"Iya,"
"YESS!!" Aisyah berseru senang.
"Apa sih yang nggak buat anak papa ini,"
"Beneran yah, awas aja kalo bohong,"
"Iya sayang, masa anak papa libur, papa nggak punya waktu buat anaknya,"
"Memang mau berlibur kemana, nak?" Tanya papa Adhes.
"Ke Korea, Aisyah mau jalan-jalan kesana,"
"Sok sokan mau ke Korea, emang tau bahasa Korea," sahut bunda Lisa.
Aisyah berdecak sebal bunda nya ini mematahkan semangat nya saja "Bunda ih, nggak jadi deh!"
"Yah bagus dong, uang papa nggak kurang," celetuk papa Adhes bercanda.
"Jahat!!" Pekik Aisyah bersandar sambil bersedekap dada.
Kedua pasangan suami istri itu tertawa terbahak-bahak, setelah keduanya puas membuat anak perempuan semata wayangnya itu kesal. Senang rasanya, mendengar kembali pekikan dari anak semata wayangnya.
Di Dalam mobil papa dan bunda mendengar kan cerita Aisyah saat di pesantren. apa saja yang dia lakukan, serta kejadian apa saja menimpanya. Terdengar sederhana namun begitu hangat. Itu lah keluarga, yang saling sayang saling melengkapi dan menghargai.
Harmonis!
***
Tak sedikit waktu yang ditempuh dari Bandung ke Jakarta sekitar 2 jam 19 menit saat menggunakan jalur darat atau kendaraan bermobil.
Setelah lamanya berkendara kini mobil yang ditumpangi Aisyah pun sampai di sebuah rumah mewah bertingkat dua. terlihat halaman nya luas dengan pohon mangga yang ada di tengah halaman, serta tembok yang menjulang tinggi di sekelilingnya.
Baru saja sampai, Aisyah langsung berlari keluar dari mobil untuk masuk ke rumahnya, Tanpa mempedulikan kedua orang tuanya yang baru mau melepaskan sabuk pengaman.
Bunda Lisa dan papa adhes menatap satu sama lain hanya menggeleng-geleng melihat tingkah anaknya yang masih tidak berubah sama saja.
"Assalamualaikum penghuni rumah!" Aisyah berlari dengan riang memasuki rumah.
"Waalaikumsalam!" jawab bik Ina dan kang Maman (bi ina dan kang Maman adalah pekerjaan di rumah Aisyah) datang mengambil anak majikannya itu.
"Masyaallah! non Aisyah, makin cantik aja, sampai pangling lho bi ina!" ucap Bi Ina heboh.
"Alhamdulillah, bi Ina apa kabar?" ucap Aisyah yang menyalami tangan Bu Ina seraya memeluknya.
"Bibi baik Alhamdulillah, non sendiri bagaimana kabarnya?"
"Yah pasti baiklah, nggak liat apa?" bukan Aisyah yang menjawab melainkan kang Maman yang berada di sampingnya.
"Lah, kok situ yang nyaut, saya kan tanyanya ke non cantik. Kan sekedar basa-basi juga toh!" ucap Bi Ina memutar bola matanya malas.
"Di kira nasi apa, basa basi," gumam kang Maman hingga di beri pukulan oleh BI Ina.
Plak!
"Jangan pegang-pegang, bukan mahram!" ucap kang Maman menghindar
"Jingin pinging pinging, bikin muhrim, nyenye!" Cibir bi Ina.
"Tak sumpahin kamu keselak i"
Aisyah hanya tersenyum melihat melihat interaksi keduanya. Inilah salah satu yang dia rindukan di rumahnya.
"Ehh sampai lupa, apa kabar kang?" Kini Aisyah beralih ke kang Maman, merapatkan kedua telapak tangannya di depan dada dan sedikit membungkuk dan sebaliknya kang Mamat juga melakukan yang sama.
"Alhamdulillah baik non, seperti yang non liat," ujar kang Maman dengan wajah songong dan di balas senyum oleh Aisyah.
"Assalamualaikum," salam itu berasal dari kedua orang tua Aisyah yang baru masuk.
"Waalaikumsalam," jawab ketiga nya.
"Kang tolong yah, barang yang ada di bagasi mobil di ambi,l" ucap papa adhes meminta tolong.
"Baik tuan!"
"Tuan nyonya sama non Aisyah mau minum apa?" tawar bi ina.
"Air putih aja deh bi" ucap bunda Lisa yang di angguki papa Adhes.
"Kalo Aisyah buatin jus alpukat yah bi, susu kebanyakan, ya biki?" ucap Aisyah
Bi Ina mengangguk dan berpamit ke dapur.
Aisyah menelusuri setiap inci rumahnya yang sudah banyak berubah. Mungkin orang tuanya merenovasi rumah ini semasa ia di pesantren.
"Aisyah, sini duduk dekat papa," titah papa Adhes menepuk sofa di sampingnya. Aisyah menghela nafas lega, ia pun segera mengambil sang ayah.
Cup!
Satu kecupan mendarat di puncak kepala Aisyah yang dilapisi dengan jilbab pashmina
Kecupan sayang diberikan paa Adhes di puncak kepala sang anak.
"Udah besar kamu nak," ucapnya sambil mengelus pipi Aisyah.
"Pah!" Aisyah melepas pelukannya dan menatap papanya.
"Kenapa hm?" tanya papa Adhes sambil mencubit hidung Aisyah
Aisyah menggeleng pelan "Enggak kok, Asya cuma kangen panggil papa," ucapnya seraya tersenyum tipis.
"Asya mau kekamar dulu deh, mau mandi," ucap Aisyah bangkit.
"Ini kunci kamar kamu," bunda Lisa memberikan kunci kamar Aisyah.
"Langsung mandi yah nak. kalau udah mandinya, turun makan, papa mau ngomong sesuatu sama kamu!" Ujar papa Adhes
Aisyah berbalik mengacungkan jari jempolnya, saat ia sudah melangkah ke arah tangga.
Setelah Aisyah enyah dari sana, kedua orang tua Aisyah saling menatap satu sama lain.
"Kenapa?" Tanya Adhes saat istrinya melihatnya tanpa berkedip.
"Enggak kok," ucap bunda Lisa menghela nafas panjang dan bersandar di sandaran sofa.
_GUS ILHAM MY HUSBAND_
Thanks yang udah mau baca, mudah-mudahan kalian tidak bosan.
Jangan lupa follow, vote dan komen. Mampir di akun Instagram @wattpadasya
Sampai bertemu di part selanjutnya Assalamualaikum 🧡
Revisi : Rabu 22 Maret 2023
Publish : 2022