SCANDAL PROTECTION

By Aini_yah

8.2K 754 138

Dibesarkan seperti Putri dan Dididik seperti Ratu. Itulah gambaran dari seorang Azalea Baskara, putri tunggal... More

Prolog
1. Diskusi
2. Ketemu!
3. Aaron Bramana
4. Menarik (01)
5. Menarik (02)
6. Hari Pertama
7. Bingung
8. Macan Betina
9. Belanja (Pertemuan ke 2)
10. Gossip
11. Rapat
12. Rencana
13. Pindahan
14. Sekutu Baru?
15. Sandiwara
16. Pria Baik
17. Orang Tak Diundang
18. Makan Malam (Pertemuan ke 3)
19. Perpustakaan
20. Bicara
21. Menghindar
22. Salah Faham
23. Pertemuan Tak Terduga
24. Aneh
25. Teror
26. Penyelidikan
27. Insiden
28. Pengelakan
30. Lamaran
31. Rasa Bersalah

29. Keluarga Bramana

187 21 1
By Aini_yah

Selamat membaca, dan jangan lupa vote!

❄________________________❄
💙__________________💙
❄____________❄
😻

.

Disebuah rumah bergaya modern terparkir beberapa mobil mewah di depannya, rumah yang bisanya sepi itu kini terlihat ramai. Para pelayan sibuk berlalu lalang untuk menyambut beberapa tamu yang hadir. Bahkan untuk hari ini saja mereka mendatangkan koki terbaik dari Eropa, hanya untuk makan malam keluarga. Tidak heran, ini sudah menjadi pertemuan rutin yang diadakan oleh si pemilik rumah, Elliot Bramana. Meski ia hanya mengundang anak-anaknya saja, tanpa ketiga mantan istrinya.

Sebuah lamborgini berwarna kuning ikut terparkir bersama dua mobil mewah lainnya. Sang pemilik, merupakan salah satu orang yang menyandang nama Baramana dibelakang namanya. Dengan gaya angkuh gadis itu keluar dari mobilnya dan memasuki rumah yang sudah dibuka oleh dua pelayan di kanan dan kirinya. Para pelayan mulai menyambutnya dengan ramah, gadis itu hanya menanggapinya dengan singkat tanpa berniat untuk terlihat ramah. Sampai sebuah tangan kekar merangkul pundaknya.

"Baru datang adik kecil?" seorang pria dengan kaos putih dan jas hitam yang ia kenakan tersenyum ramah pada gadis itu.

"Singkirin tangan lo, gue bukan adik kecil lo Bhanu!" balas gadis benama Melinda itu kesal. Tangan pria bernama Bhanu itu ia singkirkan dari pundaknya dengan kasar.

"Sensi amat lo, lagi pemes?"

Melinda memutar matanya jengah. "Gimana gak sensi udah beberapa hari ini gue lembur gara-gara nangani kasus lo. Bisa gak sih lo nanganin kasus lo sendiri? Minimal jangan libatin gue!"

"Ya gimana, gue cuma manfaatin adik gue yang kebetulan seorang Pengacara. Lagian apa salahnya sih bantu kakak lo sendiri?" balas pria itu santai. Mendengar Bhanu menyebut dirinya seorang kakak saja sudah benar-benar membuat Melinda kesal.

"Kakak? Lo anggep diri lo kakak waktu ada butuhnya aja. Udah lah ini terakhir kalinya gue bantu lo, gak ada lain kali lagi." Melinda langsung pergi meninggalkan Bhanu.

"Melinda tunggu!" pinta Bhanu yang ikut menyusul Melinda.

Begitu gadis itu sampai di ruang keluarga, seorang Pria dengan turtle neck dan jas maroon menarik perhatiannya.

"Kak Arthur udah datang?" tanya Melinda pada pria yang tengah duduk di sofa. Dia menghampiri Arthur yang masih santai menyesap teh.

"Gimana kabar lo? Gue dengar lo jadi pengacaranya Sony Wijaya?"

Bhanu yang baru sampai ikut nimbrung dengan pimbacaraan kakak dan adiknya ini. "Sony Wijaya yang korupsi 50 milyar dari dana rekonstruksi jalan tol dan bandara itu?" Pria itu menoleh pada Melinda. "Beneran Mel?"

Melinda yang ditanyai itu hanya bisa diam, dia tahu kearah mana pembicaraan pria yang 3 tahun lebih tua ini. Padahal dia baru saja bertemu dengan Arthur tapi pria ini sudah mencari gara-gara padanya.

Arthur tersenyum sinis begitu melihat reksi adik beda ibunya itu. "Lo tetap aja bela orang yang salah, apa kali ini dia juga bayar lo mahal seperti klien-klien lo yang lain?" tanya Arthur, tapi Melinda tetap tidak menjawab. "Lo salah satu keluarga Bramana Mel, jangan buat nama keluarga tercemar gara-gara keserakahan Mama lo yang gila harta itu."

Melinda benar-benar ingin tertawa, tidak ingatkah dia jika mamanya juga meminta uang perceraian ratusan milyar pada Ayahnya?

"Serakah? Ngomong-ngomong soal serakah kayaknya kak Arthur perlu kaca deh. Memang siapa yang masih kekeh untuk rebut posisinya kak Aaron sebagai Presdir Asta Group? Belum puas kak Arthur jadi Direktur di Bramana Hospital sampai pengen ngerebut milik orang lain?" balas Melinda tak kalah pedas.

Memang Arthur adalah anak pertama Elliot, tapi karena Ibu Aaron adalah istri sah Elliot secara hukum dan agama, jadi Aaron lah yang lebih berhak memimpin Perusahaan milik Elliot itu. Terlebih ketiga mantan istrinya termasuk mamanya Arthur, hanya dinikahi secara sirih saja. Meski begitu Elliot tetap tidak menelantarkan ketiga anaknya yang lain. Fakta inilah yang membuat posisi Aaron tidak akan terbantahkan, bahkan meski ia tidak menginginkannya sekalipun.

"Ah gue lupa!" Melinda pertepuk tangan sekali berlagak seperti teringat sesuatu. "Tante Sarah yang ngerebut Ayah dari Ibunya kak Aaron kan! Seorang sekretaris yang merayu atasannya sampai hamil. Ck..ck..ck.. Kayaknya sifat serakah kak Arthur ini turunan ya..."

Rahang Arthur mengeras, pria yang berpofesi sebagai dokter bedah jantung itu bahkan menatap Melinda dengan tajam. Sama sekali tidak terlihat seperti tatapan seorang kakak pada adiknya. Senyum menyeringai mulai terlihat di wajah orientalnya. Arthur mulai beranjak dari tempatnya, berdiri tepat di depan Melinda yang menatapnya menantang. Bhanu yang berdiri tak jauh dari sana hanya bisa menikmati keributan kecil ini. Karena tujuan utama ia mau datang di makan malam membosankan ini, memang untuk melihat kakak dan adik beda ibunya ini bertengkar.

"Setelah jadi Pengacara lo mulai pinter ngomong ya?"

"Pekerjaan gue Pengacara, jelas gue harus pinter ngomong. Selain untuk ngebela klien tapi juga untuk ngebela diri gue sendiri!"

Baik Arthur dan Melinda tidak ada yang mau mengalah, mereka saling menunjukkan kearoganan mereka masing-masing. Sampai sebuah suara menengahi tatapan saling membunuh mereka.

"Kalian udah datang?" Arthur, Bhanu dan Melinda langsung menoleh ke sumber suara itu. Terlihat Ayah mereka, Elliot tengah berdiri di tangga. Matanya berkeliling, seperti sedang mencari seseorang.

"Mana Aaron?"

Melinda bisa mendengar suara decakan Bhanu yang kesal.

"Kayaknya Aaron gak ikut makan malam lagi yah," jawab Arthur yang sebenarnya ikut menahan kesal.

"Kita tunggu lima belas menit lagi." Elliot langsung berbalik menaiki anak tangga lagi setelah memberi keputusan itu. Tanpa berniat untuk bergabung bersama ketiga anaknya yang sudah datang.

"Aaron lagi yang dipentingin!" geram Bhanu kesal. Dia bisa menjamin, jika dirinya tidak datang pasti Ayahnya tidak akan menunggunya seperti ini. Bhanu heran untuk apa juga Ayahnya begitu mengagungkan Aaron yang tidak pernah sekalipun mengikuti acara keluarga ini.

Seperti yang difikirkan Bhanu, Aaron benar-benar tidak datang. Setelah menunggu lima belas menit dan batang hidung Aaron tidak muncul, mereka pun memulai acara makan malam keluarga ini. Entah masih cocokkah ini disebut makan malam keluarga?

"Gimana rasanya jadi direktur Rumah Sakit yang baru Arthur? Setelah pelantikan pasti kamu sibuk banget," tanya Elliot selagi menunggu hidangan penutup.

"Memang sibuk banget yah, apa lagi masalah yang dibuat sama direktur sebelumnya sangat banyak. Mulai dari malpraktek, korupsi, sampai aku dengar dia pernah melecehkan beberapa perawat dan dokter sampai akhirnya mereka resign dari rumah sakit. Padahal para dokter yang resign adalah dokter terbaik yang kita punya dulu," jelas Arthur.

Elliot berdecak kesal. "Dasar! Selain kerjanya yang gak pernah becus dia juga pembuat onar, hampir aja rumah sakit kita bangkrut karena ulahnya. Terus untuk kedepannya apa yang ingin kamu lakukan?" tanyanya pada Arthur.

"Untuk sekarang aku ingin fokus untuk perbaiki citra Bramana Hospital dulu. Setelah itu kita punya rencana untuk mengajak para dokter yang resign, untuk kembali bekerja di rumah sakit kita." Arthur menjelaskannya dengan percaya diri,

"Ide yang bagus, sebagai rumah sakit ternama di Jakarta kita memang memerlukan para dokter terbaik. Kerja bagus Arthur!" puji Elliot pada putra pertamanya itu. Senyum pun mengembang di wajah tampan Arthur, wajah yang di turunkan dari sang ibu yang berwajah oriental.

"Makasih yah!"

Tak lama hidangan penutup pun mulai di hidangkan di depan mereka masing-masing. Sebuah cheese cake dengan serbuk emas yang menyelimutinya. Hidangan penutup kali ini, dibuat dengan keju terbaik dan tangan terbaik pula yang meraciknya.

"Terus gimana kabar mantan direktur itu?" tanya Elliot setelah menyuapkan sesendok cheese cake ke dalam mulutnya.

"Kita udah ngelaporin dia, mungkin sebentar lagi akan di proses," jawab Arthur

"Kamu udah punya pengacara? Mungkin Melinda bisa bantu kamu buat nanganin masalah ini."

Si pemilik namapun sedikit menegang, yang benar saja setelah Bhanu apa dia juga harus mengurus Arthur? Merepotkan!

"Kayaknya aku gak bisa bantu kak Arthur yah," tolak Melinda.

"Kenapa?" Elliot mengerutkan keningnya bingung.

Belum Melinda menjawab Arthur sudah mendahului. "Karena aku udah punya pengacara lain, kebetulan dia temanku sendiri."

"Baiklah kalau itu maumu." Elliot menggangguk setuju.

Suara pintu terbuka membuat perhatian semua orang mengarah pada seorang pria yang baru saja memasuki ruang makan. Dengan setelah formal yang selalu ia pakai pria itu mendekat dengan percaya diri,  meski ia jarang kemari tapi semua pelayang bisa langsung tahu jika dia adalah anak dari Elliot Bramana.

"Maaf saya terlambat."

"Akhirnya kamu datang juga Aaron, ayo duduk!" pinta sang Ayah sambil menunjuk kursi kosong di sebelah kanannya, yang sejak tadi sudah ia siapkan untuk putranya itu. Sementara itu para pelayan dengan sigap menyiapkan satu cheese cake lagi untuk Aaron.

Tanpa menjawab Aaron langsung duduk di sana, dengan perban yang masih membalut luka di kepalanya. Ini membuat satu-satunya gadis di sana menyadari itu.

"Kak Aaron kepalamu kenapa?" tanya Melinda.

"Bukan apa-apa cuma di pukul botol kaca aja," jelasnya santai.

"Botol kaca?!" seru Melinda. "Siapa yang ngelakuin itu?!" Aaron mengedikkan bahunya, tanda jika dirinya tidak tahu.

"Terus gimana kepalamu sekarang? Apa masih sakit?" tanya Elliot yang ikut khawatir.

"Udah mendingan."

Sepiring cheese cake pun dihidangkan oleh pelayan, tepat di depan Aaron. Dia menatap hidangan penutup itu dengan pandangan aneh. Tidak adakah orang di sini yang tahu jika dirinya alergi keju? Atau apa mereka sengaja ingin ia memakan makanan yang bisa membahayakan nyawanya ini?

"Ngomong-ngomong tumben banget lo ikut makan malam keluarga, kesambet apaan lo?" pertanyaan Bhanu membuat Aaron yang fokus pada cheese cake nya berpaling.

"Lagi ingin aja, apa kehadiran saya mengganggumu Bhanu?"

"Tentu aja gak!" Bhanu memang tersenyum, tapi berbanding terbalik dengan rasa kesalnya saat ini.

"Gue denger, lo dapat teror di kantor?" kini Arthur yang bertanya. Membuat semua orang di meja makan menatap Aaron, seakan menuntut jawaban.

"Banyak telinga yang lapor ke orang luar kayaknya," jawab Aaron sinis.

Arthur berdecit singkat. "Orang luar? Gue juga anggota keluarga Bramana ron, meski Asta group lo yang pimpin bukan berarti itu jadi milik lo sepenuhnya!"

Aaron tersenyum, lalu meneguk air putih digelasnya. "Kalau gitu sebagai keluarga Bramana, saya juga boleh tanya tentang rencanamu yang mau mengajak kembali para dokter yang resign sebelumnya."

"Tentu, Apa yang mau lo tanya?" tanyanya dengan percaya diri. Sementara Elliot menanti apa yang akan dikatakan Aaron.

"Apa kamu tahu salah satu dari dokter itu pernah jual obat-obat kadaluarsa ke desa-desa terpencil?"

"Apa?" Arthur mengerutkan keningnya bingung, sekaligus kaget.

Melihat reaksi Arthur, membuat Aaron tersenyum mengejek. "Kayaknya kamu belum tahu, sebelum nawarin mereka buat kembali. Ada baiknya kamu periksa apa saja yang mereka lakukan setelah keluar dari Bramana Hospital."

Senyum bangga tercetak di wajah Elliot. "Aaron benar, lebih baik kamu lebih mencari tahu tentang mereka dulu Arthur. Hampir saja kamu membuat kesalahan, untung Aaron tahu tentang ini"

"Baik Ayah!"

Aaron memang tidak pernah mengecewakan Elliot, itulah kenapa dia begitu mempercayakan Asta Group padanya. Bukan karena ia anak yang sah secara hukum saja, tapi karena kemampuan dan ketelitian putranya ini begitu mirip dengannya.

"Terus kamu dapat teror apa di kantor?" tanya Elliot kembali ke topik awal.

"Hanya teror biasa, tiap sebulan sekali kan saya memang dapat teror. Cuma akhir-akhir ini lebih banyak aja." Aaron menyendoki chesee cake di miliknya tanpa beriat untuk memakannya.

"Tapi kenapa kakak baru bilang? Kak Aaron gak berusaha buat cari orangnya atau lapor ke polisi gitu?" tanya Melinda.

"Gak, saya gak punya waktu untuk itu. Lebih baik saya menghabiskan waktu saya untuk bekerja, dari pada mengurusi hama gak berguna kayak mereka," Sindirnya.

Seakan merasa tersindir, Arthur yang yang duduk di depan Aaron menatapnya tajam.

"Tapi kak, bisa aja orang yang kirim teror itu orang yang sama dengan yang mukul kakak. Kalau benar ini udah keterlaluan!" tebak Melinda dengan serius.

"Melinda benar ron, setidaknya kamu harus cari tahu siapa yang ngelakuin ini" ujar Elliot.

"Lo kelihatannya santai banget ron, Apa jangan-jangan lo udah tahu orangnya?" tanya Bhanu yang sejak tadi merasa muak dengan sikap khawatir Elliot dan Melinda pada Aaron.

"Beberapa sudah saya tahu, tapi beberapa belum!" Aaron melirik Arthur, membalas tatapan kakak beda setahunnya itu dengan tatapan tak kalah tajam.

"Kayaknya banyak banget orang yang gak suka sama lo," celetuk Bhanu "sifat lo terlalu arogan dan sombong sih!"

Elliot menggelengkan kepalanya. "Dari pada mengurusi masalah saudaramu bukannya lebih baik kamu mengurus masalahmu sendiri Bhanu. Ayah dengar kamu buat masalah lagi, kali ini karena apa?"

"Bukan masalah besar-"

Melinda memotong. "Seperti biasa yah, kak Bhanu terlibat perkelahian dengan salah satu dosen di tempatnya kerja. Akibatnya dosen itu harus terima sepuluh jahitan di wajah dan kepalanya, Untung sebelum masalah ini sampai ke kantor polisi aku berhasil bujuk dosen itu."

"Terus apa media tahu?" tanya Elliot mengangkat satu alisnya.

"Sebenarnya media udah tahu, tapi aku minta tolong teman reporterku untuk nutupi masalah ini dengan merilis berita kencan selebriti," jawab Melinda.

Senyum tersungging di wajah Elliot. "Kerja bagus!" pujinya pada Melinda. Dia pun menoleh pada Bhanu. "Dan untuk kamu Bhanu, sebenarnya apa yang buat kamu jadi gak bisa kontrol emosi kayak gini? Sebagai salah satu anggota keluarga Bramana kamu harus hati-hati dalam bersikap!"

Bhanu hanya menjawabnya santai sambil besandar di kursi yang ia duduki. "Habisnya dia nyebelin, masa mahasiswi inceran aku di tiduri. Padahal aku udah ngincer dia tiga bulan yang lalu," omelnya.

Elliot berdecih. "Kenapa hanya karena masalah seorang gadis kamu berbuat seceroboh ini Bhanu? Bukannya kamu bisa dapat wanita manapun yang kamu ingin kan, toh Ayah juga tidak pernah melarangmu meniduri gadis manapun. Untung Melinda bergerak cepat, coba kalau tidak."

"Maaf yah, ini gak akan terulang lagi!" jawab Bhanu sambil menunduk, kemudian menatap Melinda yang sedang menikmati dissert-nya. "Tapi gue penasaran, gimana cara lo buat bujuk si mata empat itu? Dia kan musuh bebuyutan gue dari SMA, gak mungkin dia lepasin gue gitu aja."

"Rahasia!" jawabnya sambil menjulurkan lidah. Sementara Bhanu hanya menatapnya kesal.

"Sepertinya sifat Ayah yang suka meniduri gadis, menurun pada Bhanu ya," celetukan Aaron membuat semua orang kembali menatapnya.

Bhanu merasa tidak terima. "Maksud lo apa? Ayah memang berkali-kali nikah dan cerai, tapi-"

Belum selesai Bhanu menjawab, Aaron memotong. "Apa kamu gak pernah mikir Bhanu, Kenapa Ayah sama sekali gak pernah menghukum kamu meski kamu meniduri puluhan gadis sekalipun? Dia cuma nyuruh kamu untuk jangan sampai ketahuan kan, itu karena dia tahu kalau sifatnya menurun padamu."

"Tapi setidaknya kamu cukup berhati-hati, tidak seperti Ayah kita," sambungnya membuat semuanya bingung. Kecuali Elliot, dia seperti membiarkan tindakan Aaron yang sebenarnya akan membuat citranya di depan anak-anaknya jelek.

"Apa maksud lo?" tanya Arthur.

"Selamat semuanya, kita akan segera punya adik!"

.


😻
❄____________❄
💙__________________💙
❄________________________❄

Sampai jumpa di chapter selanjutnya!!

Continue Reading

You'll Also Like

931K 18.5K 42
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
Istri Kedua By safara

General Fiction

115K 3.5K 38
nadilla di paksa menikah oleh suami orang untuk merawat suaminya yang mengalami kelumpuhan di seluruh badannya dan stroke selama 5 tahun ia di paksa...
5.8M 280K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...
625K 59K 46
Demi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza...