Dangerous Bully | Lee Jeno

De il0vebiscoff

418K 54.4K 5.4K

Lee Jeno memperlakukan satu perempuan layaknya binatang. Tiada satu hari tanpa mengganggu gadis itu sampai ak... Mais

0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.0
2.1
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3.0
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
INFO

2.2

8.7K 1.2K 55
De il0vebiscoff

TOK TOK TOK

"Permisi." Taehyun mengetuk pintu ruang guru, membukanya pelan dan kemudian mengintip masuk.

"Nyari siapa?" ujar seorang guru perempuan yang melihat gerak-gerik Taehyun yang terlihat seperti sedang mencari seseorang.

Melihat Bu Rose yang memperhatikan gerak-geriknya, sontak Taehyun melangka masuk ke dalam, menutup pintu pelan dan kemudian berjalan menuju Bu Rose yang masih setia memandanginya.

"Bu Jennie ada?" tanya Taehyun to the point dan langsung mendapat jawaban dari Bu Rose.

Bu Rose menunjuk sosok wanita berkelas yang tengah fokus dengan laptop-nya. Bu Jennie sesekali membenarkan letak kacamata-nya dari jauh sana.

"Makasi, Bu." Taehyun membungkuk sopan, namun wajahnya benar-benar datar. Taehyun jarang berekspresi dan semua guru tau itu, jadi para guru memaklumi itu.

Taehyun berjalan tenang menuju Bu Jennie. Saat sampai di meja milik Bu Jennie, wanita itu mendongak, menurunkan sedikit kacamata-nya.

"Oh Taehyun, kenapa nak?" tanya Bu Jennie dan berhenti mengetik, mengalihkan fokusnya pada Taehyun yang berdiri di depan mejanya.

"Saya mau nanya tentang beasiswa," kata Taehyun sopan.

Bu Jennie mengangguk paham, melepaskan kacamatanya dan mempersilahkan Taehyun untuk duduk.

"Maaf kalau saya lancang, tapi beasiswa ke luar negeri itu bisa gak ibu kasi ke saya? Saya bakalan naikin lagi nilai saya, Bu—"

"Loh? Ke luar negeri? Yang ke Eropa itu? Yang cuman buat satu orang?" tanya Bu Jennie memastikan.

Sekolahnya tiap tahun selalu mengadakan beasiswa ke luar negeri, tapi hanya satu orang yang mendapatkannya. Beasiswa ke luar negeri  gratis hanya diberikan kepada satu orang siswa terbaik se-angkatan.

Taehyun mengangguk membuat Bu Jennie mengerutkan keningnya.

"Kamu belum tau, ya?" Bu Jennie menggantung ucapannya. Taehyun diam, menunggu lanjutan ucapan Bu Jennie.

"Kan beasiswa-nya udah dikasi ke Im Sena. Dari awal semester malah."

Taehyun bungkam. Badannya tiba-tiba terasa tegang. Bagaimana bisa ia tidak tau bahwa Sena yang menerima beasiswa itu?

"Beasiswanya gak bisa diganti sama murid lain, Bu?" tanya Taehyun masih kekeh ingin mendapatkan beasiswa itu.

"Kalo masalah itu bukan Ibu yang urus."

•••

Seorang laki-laki menunduk fokus. Tangannya terus menulis tanpa henti sejak tiga jam yang lalu. Tak ada waktu istirahat sedikitpun ataupun jeda dalam belajarnya. Bagi Taehyun, beristirahat sejenak hanya akan membuang waktu-nya.

Ya, malam ini Taehyun belajar lebih giat lagi. Sebenarnya tiap hari dan tiap ada waktu luang Taehyun akan belajar. Contohnya saat waktu istirahat di sekolah, waktu itu ia gunakan untuk belajar daripada pergi ke kantin.

Kedua telinganya ia sumpal dengan earphone, membiarkan nada-nada indah mendengung di telinganya. Sedangkan, suasana rumahnya tidak setenang lagu yang ia dengar.

"HARUSNYA KAMU YANG JAGA MINA!"

"WAKTU ITU UDAH AKU BILANG BUANG AJA NI ANAK! APA SEKARANG! ANAK CEWEK GAK ADA GUNANYA!"

"NI ANAK AUTIS GAK GUNA!"

PRANGGG

Taehyun, pemuda itu menghentikkan aktivitas menulisnya saat mendengar suara pecahan. Pulpennya ia genggam begitu erat. Matanya menatap dingin ke arah dinding putih kamar-nya yang terpasang begitu banyak sticky-notes berisi rumus-rumus dan quotes motivasi.

"Harus dapetin beasiswa, kuliah di luar negeri & universitas yang bagus biar bisa bawa Mina keluar dari rumah."

Taehyun diam sejenak. Ia sangat nenyayangi adiknya.

"DASAR ANAK AUTIS! NYUSAHIN AJA!"

"ANAK GILA!"

"KENAPA HARUS KAMU YANG LAHIR HAH!"

BUGHH

Sontak Taehyun langsung berdiri, melepas cepat earphone-nya. Suara kursi yang tergeser begitu nyaring terdengar ketika Taehyun berdiri. Baru saja ingin melangkah, pintu terbuka begitu lebar dan seorang gadis manis masuk dengan sudut bibir berdarah datang dan langsung bersembunyi di belakang Taehyun, memeluk erat pemuda itu dari belakang.

Taehyun menoleh ke belakang, memandangi adiknya yang tampak ketakutan. Tubuhnya bergetar begitu hebat. Taehyun bisa merasakan ketakutan adik satu-satunya itu.

"K-Kak Taehyun, M-Mina takutt..." lirih Mina dengan suara bergetar begitu jelas.

Taehyun terdiam, memegangi tangan dingin dan bergetar yang melingkar di perutnya yang keras, berusaha menenangkan sang adik. Namun, saat ingin mengelus kepala Mina, tiba-tiba dua orang datang dengan raut wajah marah.

"BAWA SINI DIA! ANAK GILA! SEHARI AJA WARAS GAK BISA APA!" teriak sang Papa, Kang Daniel.

Kemudian sang Mama berjalan cepat ke arahnya dengan raut wajah marah. Sang Mama, Soyeon menarik paksa tubuh Mina. Mina memberontak dan terus menahan badannya agar terus berada di dekat Taehyun.

"Mah!" Taehyun bersuara dengan nada sedikit keras membuat sang Mama diam sejenak. "Jangan ditarik-tarik. Mina-nya takut—"

"DIA UDAH BIKIN KESALAHAN! ADIK KAMU NYUSAHIN MAMA SAMA PAPA, TAU GAK!"

Mendengar ucapan sang Mama, Taehyun kemudian melirik Mina yang menangis ketakutan, gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya takut.

"Mama wajarin dong, dia masih kecil—"

"MASIH KECIL APANYA! ANAK GAK WARAS GITU!" sela sang Papa dengan sebuah sapu ditangannya. Kemudian sang Papa menunjuk keluar kamar Taehyun, menunjuk sebuah darah yang tercecer dan sebuah pecahan gelas. "TUH! LIAT ADIK KAMU ITU! LIAT HARI INI APA YANG DIA LAKUIN! UDAH MECAHIN GELAS! DARAHNYA KECECER DIMANA-MANA!"

Taehyun kembali menatap Mina yang terus menatapnya penuh harapan dan pertolongan. Sudut bibir Mina berdarah dan itu membuat Taehyun menghela nafas. Taehyun kemudian merangkul Mina dan membawa kepala gadis itu bersembunyi di pinggangnya.

"Tapi itu darahnya gara-gara Papa pukul, ya jelas berdarah dong," ujar Taehyun.

Ia sudah tau, pasti yang memukul Mina adalah sang Papa. Kalau sang Mama tidak pernah main tangan, hanya membentak.

Keduanya terdiam mendengar ucapan Taehyun. Harusnya mereka mengerti bahwa Mina adalah gadis yang tidak sempurna. Harusnya mereka mewajari hal yang dilakukan oleh Mina karena gadis itu tidak tau apa-apa.

Hanya Taehyun yang bisa mewajari itu. Hanya Taehyun yang menyayangi Mina apa adanya. Maka dari itu, ia harus membawa Mina jauh dari rumah dan Taehyun akan mengurus Mina sendiri.

Satu-satunya jalan keluar adalah mendapatkan beasiswa dan jalan keluar itu sudah direbut oleh orang lain. Orang lain itu adalah Sena.

Ia harus bisa mendapatkan beasiswa itu apapun yang terjadi.

"Ntar Taehyun aja yang beresin."

Setelah mengatakan itu, Taehyun mendorong sedikit tubuh kedua orang-tuanya, menyuruh mereka keluar dan keduanya menuruti Taehyun. Perlakuan orang-tuanya ke Mina dan dirinya sangatlah berbeda.

Setelah mengunci pintu, Taehyun menatap Mina yang masih berdiri di tempatnya dengan sekujur tubuh bergetar. Taehyun menghela nafas dan kemudian berjalan tenang ke arah Mina.

"Sakit? Diobatin dulu," ucap Taehyun, membawa Mina duduk dan kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membasahi kain.

Mina hanya diam sesegukan memandangi sang Kakak yang mulai berjalan kembali.

"Mau ke rumah Kak Jeno?"


































Oke gais, ini aku kasi tau alasannya Taehyun dulu ya. Habis itu alasan kenapa Jeno gitu ke Sena, terus Beomgyu habis itu Jaemin. Kalo mau dikasi satu part kebanyakan, takutnya kalian bosen. Pasti bosen ya soalnya part-nya Jeno dikit:(

Sabar ya gais, scene Jeno bakalan banyak muncul kok next chapter

Continue lendo

Você também vai gostar

34.2K 7.6K 38
Selama ini Taehyun tidak pernah menyadari jika cowok populer di kelasnya itu berhasil membuat dirinya menjadi seperti orang bodoh karena jatuh cinta...
149K 15.2K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
69.3K 3.1K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
122K 8.8K 56
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote